Buku ini membahas 40 tuduhan yang sering dilontarkan terhadap mazhab Syiah. Buku ini ditulis untuk membantah tuduhan-tuduhan tersebut secara ilmiah dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Syiah."
7. 4
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, ahlulbait dan mensucikan
kamu sesuci-sucinya
(Surat Al-Ahzab 33: 33)
8. 5
Rasulullah saw bersabda:
“Verily, Iam leaving among you two
weighty things (thaqalayn): The book of Allah swt and
my progeny(‘itrati), the members of my
Household(Ahl al-Bayt). If you hold fast to them,
you shall never go astray.
These two will neber separate from each other
until they meet me at the Pond (Hawd)(of Kawthar)”
• Al-Hakkim an-Nayshaburi, Al-Mustadrak ‘ala’s Sahihayn
(Beirut),3:109-110,148,533
• Muslim, As-Shahih, (English translation), 31, hadis no
5920-3
• At-Tirmidhi, As-Shahih, 5:621-21, 3786, 3788; bab 2:
219
• An-Nasa’I, Khasa’is Ali bin Abi talib, hadis no 79
• Ahmad ibn Hanbal, AlMusnad, 3: 14, 17, 26; Bab. 3:
26, 59;
Bab 4: 371; Bab 5: 181-182, 189-190.
• Ibn al-‘Athir, Jami‘ al-Usriill, bab 1: 277
• Ibn Kathir, Al-Bidayah wa’n-Nihayah, 5:209
• Ibn Kathir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim,6:199
• Nasir ad-Din al-Alban, Silsilat al-Ahadith as=Sahihah
(Kuwait: Ad-Dar as-Salafiyaah, 4: 355-358
10. 7
Sekitar dua puluh tahun yang lalu, di Paramadina diadakan
kajian tentang Syiah. Seorang ulama besar Indonesia
menjelaskan Syiah. Ia membagi Syiah di dunia kepada
dua kelompok besar: Hasaniyah yang bersumber pada
Imam Hasan bin Ali, dan Husainiyah yang bersumber
pada Imam Husain. Bangsa Iran adalah pengikut Imam
Husain. Karena itu, kata Pak Kiyai dengan yakin, tempat-
tempat ibadat mereka di Iran disebut Husainyah.
Saya tidak sanggup menahan tertawa saya. Saya
mohon maaf. Tetapi saya tidak bisa menjelaskan kepada
beliau bahwa Husainiyah adalah sejenis tempat mengaji
dan menyelenggarakan acara-acara peringatan Syiah. Tidak
Pengantar Editor
11. 8
Emilia Renita Az
ada hubungannya dengan aliran dalam Syiah. Tidak ada
kaitannya juga dengan Iran. Husainiyah terdapat di setiap
negeri yang ada Syiahnya.
Saya takjub. Sebegitu parahkah pengetahuan ulama
tentang Syiah. Dapat dibayangkan para awamnya. Syiah
adalah mazhab yang paling tidak dikenal baik bagi ke-
banyakan kaum muslim maupun bagi peneliti Islam dari
Barat. Untuk memperburuk situasi, banyak orang–sering
kali jahil tetapi mengklaim diri sebagai ulama-berceramah
atau menulis buku tentang Syiah. Rujukan mereka yang
paling utama adalah imajinasi dan prasangka. Motif me-
reka yang paling mendasar adalah kebencian dan kedeng-
kian. Tujuan mereka yang paling akhir ialah meneguhkan
fanatisme dan meruntuhkan persaudaraan Islam. Jadi, pem-
bahasan mereka tentang Syiah lebih merupakan tuduhan
ketimbang penjelasan. Mehr Dichtung dann Wahrheit!
Sudah banyak ulama Syiah menulis tanggapan tentang
tuduhan-tuduhan itu. Dalam berpuluh bahkan beratus
jilid yang tebal. Sayangnya buku-buku seperti itu tidak
sampai ke kalangan awam; bahkan tidak juga dibaca oleh
para ulamanya. Ada dua macam ulama di negeri kita.
Pertama adalah ulama yang mampu membaca kitab (dalam
bahasa Arab) tetapi tidak sanggup membeli kitab-kitab itu.
Kedua adalah ulama yang sanggup membeli kitab-kitab itu
tetapi tidak mampu mambacanya. Akibatnya menakjubkan.
Tuduhan terhadap Syiah tidak berubah-ubah sepanjang
sejarah.
12. 9
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Buku ini adalah upaya untuk menjawab tuduhan-
tuduhan itu dengan bahasa orang awam. Buku ini merupa-
kan hasil belajar murid dan istri saya yang paling cerdas
dan kritis, Emilia Az. Hampir setiap saat ketika ada waktu
luang di tengah-tengah kesibukan dakwah kami, kami
duduk berdua membahas berbagai masalah Syiah. Ia juga
rajin mencatat kuliah-kuliah atau diskusi-diskusi tentang
Syiah yang disaksikannya. Ia juga yang memecahkan
rekor – menyelenggarakan debat Sunnah-Syiah di televisi
Indonesia untuk pertama kalinya.
Dari serpihan-serpihan catatan itu, ditambah dengan
pembacaan dan penelitian yang dilakukannya, ia
melahirkan buku ini. Buat seorang-seperti yang ia katakan-
“muallaf”, buku ini telah menjadi karya yang luar biasa. I
really appreciate it, my better half.
Saya masuk ke dalam buku ini sebagai penyunting,
penggunting, pembanding, dan pembanting. Saya ber-
usaha memperhalus bahasanya–dari bahasa “feminin” yang
terkadang emosional tapi tajam, ke bahasa “maskulin”
yang umumnya rasional tapi gersang. Saya menambahkan
penjelasan-penjelasan dan-yang paling berat-mencarikan
rujukan-rujukannya dalam perpustakaan kami.
Karena keterbatasan waktu, proses editing ini belum
dilakukan dengan lengkap. Ada beberapa bab dari buku
ini yang belum sempat saya sunting. Saya juga ingin
memberitahukan kepada pembaca. Saya tidak sempat
mencantumkan daftar buku yang dilengkapi dengan
cetakan dan penerbitnya. Penunjukan jilid dan halaman
13. 10
Emilia Renita Az
seringkali berbeda-beda pada cetakan dan penerbit yang
berbeda. Beruntung kalau kitab-kitab yang anda akses
mempunyai penerbit dan tahun penerbitan yang sama.
Bersabarlah sebentar jika kitab-kitab Anda berasal dari
penerbit dan tahun penerbitan yang berlainan.
Karena fungsi saya hanyalah editor, saya juga tidak
sempat menjadi “proof reader”. Maafkan kami kalau dalam
buku ini terdapat ejaan yang tidak konsisten atau salah.
Mudah-mudahan dalam cetakan berikutnya, tentu dengan
halaman yang mungkin berbeda, buku ini muncul dalam
bentuk yang lebih enak dibaca dan lebih perlu.
Walhasil, buku ini adalah karya bersama yang kami
persembahkan untuk umat Islam Indonesia. Tujuan
akhir kami ialah tumbuhnya saling pengertian di antara
mazhab-mazhab dalam Islam. Biarlah buku ini menjadi
salah satu di antara tonggak sejarah, betapa pun kecilnya
untuk menandai tekad yang agung: Marilah setiap mazhab
bersatu untuk memerangi bukan sesama umat Islam, tetapi
penindasan, kebodohan dan kemiskinan.
Secara khusus, sebagai Ketua Dewan Syura Ikatan
Jamaah Ahlulbait Indonesia, kami memberikan buku ini
kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah
mereka.
14. 11
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Inilah bakti kami yang sederhana untuk risalah Tuhan
kami yang “telah mengutus RasulNya dengan petunjuk
dan agama yang benar untuk mengungguli semua agama
yang lain. Cukuplah Allah menjadi saksi bagi kami”
1 Muharram 1430
Jalaluddin Rakhmat
15. 12
“Di dunia ini semua hal berubah kecuali kecaman terhadap
Syiah..
Semua permulaan ada ujungnya kecuali fitnah terhadap Syiah..
Semua vonis harus berdasarkan bukti kecuali vonis terhadap
Syiah..“
(Syekh Jawad Mughniyah, ulama Syiah Lebanon)
Alhamdulillah, menyambut Muharram yang penuh duka,
di penghujung tahun 2008, selesailah pembuatan buku
ini. Tidaklah buku ini dibuat untuk memecah belah
kaum muslimin. Bukan pula dibuat untuk saling hujat,
menyerang dan meng’kafir’kan. Sengaja buku ini dibuat
sebagai hadiah kecil saya, kepada Imam tercinta, Imam
Ali bin Abi Thalib as di hari pengangkatan Beliau sebagai
pelanjut kepimpinan setelah Nabi saw. Buku ini juga
dibuat untuk TABAYYUN atas buku-buku dan selebaran-
Kata Pengantar
16. 13
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
selebaran yang sengaja dibuat untuk memprovokasi orang
awam dan menyebarkan fitnah tentang syiah.
Sebagai “mualaf ” pecinta Nabi dan Ahlulbaitnya,
saya merasa berkewajiban untuk membantahnya kembali
dengan buku dan ilmu. Mudah-mudahan bisa menjadi
“lisaana shidqin fil akhiriin” bagi saya dan keluarga.
Sekiranya ada pahala karena manfaat membaca buku ini,
ingin saya hadiahkan pahala ini untuk orang-orang yang
berjasa dalam hidup saya, orang-orang yang cintanya tidak
pernah bisa terbayar: kedua orang tua saya, Achmad Az
& Reen Suryati Achmad; guru, partner da’wah syiah
saya yang sangat solid, yang juga merangkap suami
saya tercinta, Jalaluddin Rakhmat, yang sabar luar biasa
menghadapi pernyataan, pertanyaan dan debat-debat
saya yang diluar pemikiran umum; yang berhari-hari
mengingatkan saya agar tidak “distracted by facebook”
dan kembali menemani saya, buka buku bareng, diskusi
bareng sampai pagi hari. Yang terakhir, mereka, belahan
hatiku, yang jiwaku bersamanya yaitu anak-anak tercinta,
Nur Fadhillah, Rahadian, Rizky, Baby dan Bima. Mereka
yang tidak pernah lagi, bisa protes karena tahu Ibunya
lebih sibuk mengurus ‘orang lain” ketimbang mereka. Yang
ketika, saya bersama mereka, saya paksa mereka mengenal
ajaran Ahlulbait agar mereka tidak bernasib sama seperti
saya yang “buta”. Akhirnya mereka harus belajar serius
juga karena harus membela diri dan menjelaskan alasan-
alasannya ketika ditanya kawan-kawan mereka.
17. 14
Emilia Renita Az
Tentunya tidak akan saya lupakan jasa dua sahabat Iran
kami, pertama, pertama, Mr. Mohammad Tamhidi dari
ICC, Bangkok, yang “pasrah total” ketika saya dan suami
“merampok” koleksi buku-bukunya di perpustakaannya,
demi buku ini terwujud. Kemudian, Mr. Mohsen
Hakimmullahi dari ICC Jakarta, yang tentu tidak kalah
banyak jasanya dalam membantu saya dan suami, untuk
mencarikan referensi dengan buku dan menyemangatkan
kami dengan cerita-cerita menariknya seputar para ulama
dan ajaran Syiah.
Akhirnya dengan segala effort dan seluruh kerja keras
kami berdua (sebetulnya, saya malu kalau saya claimed,
buku ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih
keras dari saya!! Thanx, hon..! Juzi’tum an ahlilbait as
khayran.) sehingga buku ini terbit walaupun jauh dari
target waktu yang sebenarnya (karena bolak-balik dikasih
warna merah, di edit terus menerus, selalu kembali
dengan penuh coretan, yang saya juga sudah sampai titik
puncak kehabisan sabar karena “guru saya” yang sangat
perfectionist!!! Alhamdulillah, selesai juga akhirnya.. sambil
Beliau bilang kepada saya,”nanti kamu siapkan lagi ya
buku-buku yang lain yang berhubungan dengan ini”. Ya
Rabb…, artinya perang email dan begadang akan segera
dimulai lagi setelah terbit buku ini.).
Terima kasih saya ucapkan juga kepada teman-teman
seperjuangan di IJABI: dari Dewan Syura yang selalu
bekerja keras; Ust Makmun, Ust. Khoyron dll, sampai
ke Pengurus Pusat Bang Furqan, Mas Koenta, dll; Lalu
18. 15
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
keluarga kecil saya, tim kesekertariatan: Asep, Andi P,
Yani M, Dewi R, Fauzan J & S. Zuhri serta semua istri
& suami mereka yang sabar dan tabah ketika tim harus
kerja keras abis-abisan sampai mungkin kehabisan waktu
untuk keluarganya; dan seluruh pengurus wilayah, daerah
dan cabang dari Sabang sampai Merauke, yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah bekerja keras
untuk IJABI walaupun dihina dan dimusuhi tapi mereka tetap
melayani dengan senang demi senyuman sang Nabi saw.
Semoga kelelahan kita akan berakhir dalam perjumpaan
kita dalam satu naungan para pecinta Ahlulbait Nabi
saw sampai kedatangan Imam Muhammad Mahdi al
Muntadzar afs.. Allahumma shalli ala Muhammad wa ali
Muhammad wa ajjil farajah..
Di Ghadir Khum, 18 Dzulhijjah 10H, Nabi saw
berkata dihadapan 124 ribu sahabatnya: “Barang siapa
yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, dan inilah Ali
as, pemimpinnya…” lalu turunlah surat Al Maidah: 30:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan bagimu agamu, dan
telah Kusempurnakan bagimu Nikmat-Ku dan telah Ku-
ridhoi Islam sebagai agamamu”. (hadis di atas diriwayatkan
dengan banyak jalan. Perawinya mencapai jumlah 130
sahabat, 84 Tabi’in dan tidak kurang dari 360 sumber
Islam utama telah menukilnya)
Alhamdulillahi ‘ala ikmali dinih wa itmami ni’matih bi
wilayati abil fuqarai wa masakiin, Amiril Mukminin, Ali
bin Abi Talib as.
19. 16
Emilia Renita Az
Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami, sahabat-
sahabat kami, orang-orang yang berpegang teguh pada
kepemimpinan Imam tercinta, Ali bin Abi Thalib as,
sampai yaumil qiyamah nanti..
Bi Izzah Allah,
Nubuwwah Ahmad,
Wilayah Ali,
Majulah IJABI !!
Hari Raya Idul Ghadir 1429 H,
Emilia Az JR
21. 18
Tuduhan
Ajaran Syiah tidak berdasarkan Al-Quran
Jawaban
Ajaran Syiah –dalam buku ini-adalah mazhab dalam Islam
yang mengikuti Ahlulbait a.s sepeninggal Rasulullah saw.
Syiah percaya bahwa mengikuti Ahlulbait adalah perintah
Allah dan Rasulnya. Pada bab ini ditunjukkan hanya tiga
ayat dari ayat-ayat Al-Quran yang dijadikan landasan ke-
yakinan Syiah.
Ayat al-Tathhîr (Penyataan kesucian).
Nabi saw terjaga dari segala dosa dan kesalahan. Kita
harus mengikuti Rasulullah saw, karena ia selalu benar.
Sepeninggal Rasulullah saw, kita harus mengikuti orang-
orang yang dijamin kesuciannya dalam Al-Quran.
Bab 1
AJARAN SYIAH TIDAK BERDASARKAN
AL-QUR’AN
22. 19
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, ahlulbait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.
Dari Shafiyah binti Syaibah ia, berkata “Aisyah ber-
kata: “Pada suatu pagi, Rasulullah SW keluar dengan
mengenakan selimut wol berwarna hitam, lalu Hasan
datang maka beliau memasukkannya kedalam selimut, ke-
mudian datanglah Husain dan ia pun masuk ke dalamnya,
kemudian datanglah Fatimah dan beliaupun memasukkan
putrinya itu, kemudian datanglah Ali dan beliau pun
memasukkannya juga ke dalam selimut sambil membaca
ayat QS 33: 33 (Shahih Muslim, II, Kitab fadhail al-
Shahabah, bab fadhail Ahl al-Bayt; Shahih al-Turmudzi
5:30, hadis #3258; Musnad Ahmad 1:330; Mustadrak al-
Shahihayn 3:133, 146,147; Al-Thabrani, Mu’jam al-Shaghir,
1:65,135.)
Umar bin Abi Salamah: Ketika turun ayat-Sesung-
guhnya Allah kepada Nabi saw di rumah Ummu
Salamah, beliu memanggil Fathimah dan memasukkannya
dalam selimutnya. Ali datang sesudahnya, dan beliau
pun memasukkan Ali ke dalam selimutnya. Kemudian
Hasan datang maka beliau memasukkannya kedalam
selimut, kemudian datanglah Husain dan ia pun masuk
23. 20
Emilia Renita Az
ke dalamnya lalu kemudian beliau bersabda: Ya Allah,
mereka inilah Ahlulbaitku. Hilangkanlah dari mereka dosa
dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah
berkata: Aku bersama mereka, ya Rasul Allah? Beliau
bersabda: Kamu ada dalam tempatmu. Kamu berada dalam
kebaikan (Sunan al-Turmudzi 5:328; Al-Albani, ahli
hadis kontemporer menyebutkan hadis ini shahih dan
memasukkannya dalam Shahih Sunan Al-Turmudzi, 3:306,
Kitab Tafsir al-Quran).
Masih dari Ummu Salamah: Ayat ini-Sesungguhnya
Allah…-turun di rumahku. Aku berkata: Ya Rasulullah,
bukankah aku termasuk Ahlulbait? Beliau bersabda: Kamu
dalam kebaikan. Kamu termasuk istri-istri Rasulullah saw.
Ia berkata: Ahlulbait adalah Ali, Fathimah, Al-Hasan dan
Al-Husain. Kata Ibn Asakir: Hadis ini shahih (Al-Arbain
fi Manaqib Ummil Mu’minin 106).
Hadis-hadis ini dengan jelas menunjukkan bahwa
Ahlulbait itu tidak termasuk ke dalamnya istri-istri Nabi
saw. Kata “innama” menunjukkan bahwa Ahlulbait dibatasi
pada orang-orang yang namanya disebut dalam hadis-
hadis itu. Karena Ahlulbait dijamin suci dengan firman
Tuhan, Syiah tidak menemukan selain Ahlulbait, Imam
yang patut mereka patuhi.
Di bawah ini dicantunkan kitab-kitab tafsir, asbab al-
nuzul, ulum al-qur’an, hadis yang menjelaskan bahwa ayat
tathhir ini turun untuk Ahlulbait:
a. Tafsir al-Thabari 22:6-8
24. 21
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
b. Tafsir al-Durr al-Mantsur 5:198-199
c. Tafsir Ahkam AL-Quran, Al-Jashash, 5:230
d. Tafsir Al-Kasysyaf 1:193
e. Tafsir Ahkam al-Quran, Ibn Arabi, 2:166
f. Tafsir Al-Qurthubi 14:182
g. Tafsir Ibn Katsir 3:483-485
h. Tafsir Al-Munir, Al-Jawi, 2:183
i. Tafsir Fath al-Qadir 4:279
j. Al-Itqan 4:240
k. Asbab al-Nuzul, Al-Wahidi 203
l. Shahih Muslim, Syarh Al-Nawawi 15:194
m. Shahih al-Turmudzi 5:30
n. Musnad Ahmad 1:330 (antara lain)
o. Al-Hakim, Al-Mustadrak al-Shahihain 3:133
p. Khashaish Amir al-Mu’minin, Al-Nasai al-Syafi’I 4
q. Usud al-Ghabah, Ibn Al-Atsir 2:12, 20; 3:413; 5:521
r. Al-Tas-hil li ‘Ulum al-Tanzil, Al-Kalbi 3:137
s. Al-Isti’ab, Ibn ‘Abd al-Birr, hamisy Al-Ishabah 3:37
t. Al-Sirah al-Nabawiyyah, Zaini Dahlan, hamisy Al-
Sirah al-Halabiyyah, 3:329-330
u. Muntakhab Kanz al-‘Ummal, hamisy Musnad Ahmad
5:96
v. Al-Iqd al-Farid, Ibn ‘Abd Rabbih al-Maliki, 4:311
w. Is’af al-Raghibin, hamisy Nur al-Abshar 104-106
x. Tarikh Dimasyq, Ibn Asakir al-Syafi’I, 1:185
25. 22
Emilia Renita Az
y. Manaqib Ali bin Abi Thalib, Ibn Al-Maghazali al-
Syafi’i, 301-351
z. Kifayat al-Thalib, Al-Kanji al-Syafi’I 54, 373-375.
Ayat Wilayah (Kepemimpinan).
Pemimpin dalam Al-Quran disebut “waliy”. Al-Quran
sudah memberikan petunjuk siapa yang sepatutnya
dijadikan pemimpin setelah Allah dan RasulNya:
“Sesungguhnya pemimpin kamu itu hanyalah Allah,
RasulNya, dan orang-orang beriman yang mendrirkan salat
dan mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk” (Al-Maidah
55)
Berkata Ibn Abbas, Al-Suddi, ‘Utbah bin Hakim, dan
Tsabit bin Abdullah: yang dimaksud dengan ayat-orang-
orang beriman yang mendirikan salat dan mengeluarkan
zakat dalam keadaan rukuk-adalah Ali bin Abi Thalib.
Seorang pengemis lewat (meminta tolong) dan Ali sedang
rukuk di masjid. Lalu Ali menyerahkan cincinnya (Tafsir
al-Tsa’labi 4:80)
Berkata Abu Ja’far al-Iskafi: Ayat ini-Sesungguhnya
pemimpin kamu…-turun tentang Ali bin Abi Thalib
memperkuat sabda Nabi saw: Siapa yang menjadikan
aku sebagai pemimpinnya hendaknya menjadikan Ali
26. 23
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
sebagai pemimpinnya. Di sini Allah mendampingkan
wilayahnya dengan wilayah Rasulullah saw (Al-Mi’yar
wal Muwazanah 228. Tentang Abu Ja’far Al-Iskafi,
Al-Dzahabi berkata: Dia adalah alim besar Abu Ja’far
Muhammad bin Abdullah Al-Samarqandi al-Iskafi.
Ahli ilmu kalam, sangat menakjubkan kecerdasannya
dan keluasan pengetahuannya dalam agama, penjagaan
dirinya dan kebersihan pribadinya-Siyar A’lam al-Nubala
10:550)
Di bawah ini adalah daftar kitab-kitab tafsir, asbab
al-nuzul, hadis, dan tarikh yang ditulis oleh ulama
Ahlussunnah yang menjelaskan bahwa ayat wilayah
ini turun tentang Imam Ali bin Abi Thalib as. Karena
keterbatasan abjad, sebagian lagi tidak dicantumkan di
sini
a. Tafsir Ahkam al-Quran, Al-Jashash, 2:558
b. Tafsir Ruhul Ma’ani, 6:167
c. Tafsir Al-Durr Al-Mantsur, 3:104
d. Tafsir Ibn Katsir 2:74
e. Tafsir Al-Kasyaf, 1:639
f. Tafsir Fath al-Qadir,, 2:53
g. Tafsir Al-Thabari, 6:288-289
h. Tafsir al-Qurthubi, 6:219-220
i. Tafsir al-Munir, Al-Jawi 1:210
j. Tafsir al-Fakhr al-Razi 12:26
k. Tafsir Tafsir al-Nasafi 1:289
l. Syawahid al-Tanzil, Al-Haskani al-Hanafi, 1:161
27. 24
Emilia Renita Az
m. Al-Tas-hil li ‘Ulum al-Tanzil, al-Kalbi, 1:181
n. Asbab al-Nuzul, Al-Wahidi 148
o. Lubab al-Nuqul, Al-Suyuthi, hamisy Jalalayn 213
p. Ma’alim al-Tanzil, hamisy Tafsir al-Khazin 2:55
q. Zad al-Masir fi ‘Ilm al-Tafsir, Ibn Al-Jawzi, 2:383
r. Fath al-Bayan fi Maqashid al-Qur’an, 3:51
s. Dzakhair al-‘Uqba, Muhibbuddin al-Thabari al-Syafi’i
88, 102
t. Yanabi’ al-Mawaddah, Al-Qanduzi al-Hanafi, 1:114
u. Kanz al-‘Ummal 15:146
v. Jami’ al-Ushul 9:478
w. Majma’ al-Zawaid 7:17
x. Al-Shawaiq al-Muhriqah, Ibn Hajar, 24:39
y. Tadzkirat al-Khawwash, Ibn Al-Jawzi al-Hanafi,
18:208
z. Tarikh Dimasyq, Ibn Asakir al-Syafi’i, 2:409
Ayat al-Mawaddah.
Syiah adalah mazhab yang ditegakkan atas dasar kecintaan
kepada Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya yang disucikan.
Syiah mengikuti Ahlulbait, pertama, karena mereka
disucikan; kedua, karena Al-Qur’an menyuruh umat
Islam untuk berwilayah kepada Imam Ali (Imam pertama
Ahlulbait); dan ketiga, karena umat Islam diperintahkan
untuk mencintai Ahlulbait.
28. 25
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Demikianlah Allah menggembirakan hamba-hambanya
yang beriman dan beramal saleh. Katakanlah: Aku tidak
meminta upah dari kalian atas nya kecuali kecintaan kepada
keluargaku. Barangsiapa berbuat baik, Kami tambah kebaikan-
nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha
Berterimakasih (Al-Syura 23).
Ketika ayat ini turun, para sahabat Nabi bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah keluarga Anda yang wajib
atas kami untuk mencintainya? Nabi menjawab: “Mereka
adalah Ali, Fathimah, Hasan dan Husain” (Fadhail al-
Shahabah 2:669; Al-Mu’jam al-Kabir 1:351; Al-Haytami
mengeluarkan hadis ini dengan mengatakan “Al-Bazzar,
Al-Thabrani meriwayatkan dari Al-Hasan dengan sanad
yang sebagaiannya baik; Al-Haytami juga mengatakan
bahwa dalam sanad hadis di atas ada seorang Syiah tapi
dia jujur, al-shaduq).
Di samping sumber-sumber di atas, di bawah ini di-
sampaikan daftar (hanya) kitab-kitab tafsir Ahlisunnah
yang meriwayatkan hadis di atas:
a. Tafsir al-Kasysyaf 3::402
b. Tafsir al-Fakhr al-Razi 27:266
29. 26
Emilia Renita Az
c. Tafsir al-Baidhawi 4:123
d. Tafsir Ibn Katsir 4:112
e. Tafsir al-Qurthubi 16:22
f. Tafsir Fath al-Qadir 4:534
g. Tafsir al-Durr al-Mantsur 6:7
h. Tafsir al-Nasafi 4:105
i. Tafsir Fath al-Bayan, Shidiq Hasan Khan 8:372
30. 27
Wahai Ahlulbait Rasulullah
Kecintaan kepada kalian
Diwajibkan Allah dalam AL-Quran yang diturunkan
Cukuplah tentang besarnya kemuliaanmu
Siapa yang tidak bersalawat padamu
Seluruh salatnya tidak diterima
Catatan
IMAM SYAFI’I MENULIS PUISI INI:
31. 28
Emilia Renita Az
Perintah mengikuti Ahlulbait yang harafiah dalam al-
Qur’an memang tidak ada, karena yang di perintah
oleh Allah swt adalah mencintai Ahlulbait. Dan orang
yang mencintai pasti mengikuti. Justru kami TIDAK
MENEMUKAN satu dalil pun tentang perintah
mengikuti Ahlussunnah dalam nash manapun baik Al-
Qur’an maupun al-Sunnah
32. 29
Tuduhan
Syi’ah mempunyai mushaf Al-Quran yang berbeda
dengan kaum muslimin lainnya. Mushaf Al-Quran itu
namanya mushaf Ali. Ada juga yang menyebutnya mushaf
Fathimah. Di dalamnya tidak ada satu pun ayat Al-Quran
yang ada pada kaum muslimin
Jawaban
Harusnya para penuduh malu dengan tuduhan ini, karena
tidak ada seorang Syiah pun di bawah kolong langit ini,
yang memiliki mushaf Qur’an yang berbeda dengan al-
Quran yang ada sekarang. Mesjid-mesjid Syiah ada di
mana-mana. Datanglah ke mesjid itu dan periksa apakah
al-Quran Syiah berbeda. Iran adalah Negara Syi’ah terbesar
di dunia. Mereka selalu mengikuti dan menyelenggarakan
Musabaqah Tilawah Al Qur’an. Bagaimana mungkin jika
Bab 2
MUSHAF AL-QUR’AN YANG BERBEDA:
MUSHAF ALI
33. 30
Emilia Renita Az
mereka berpartisipasi dalam MTQ tingkat international
kalau al-Qur’annya berbeda?
Syiah dari dahulu sampai sekarang membaca mushaf
Al-Quran yang dibaca oleh kaum muslimin di mana
pun. Tidak ada beda di antara mushaf Al-Quran mereka
dengan mushaf Al-Quran lainnya. Untuk menghindari
kesalah-pahaman, di bawah ini dijelaskan tentang mushaf
Ali, shahifah Ali, dan shahifah Fathimah.
Mushaf Ali.
Siapa saja yang mempelajari Tarikh Al-Quran pasti
mengenal beberapa mushaf di kalangan sahabat Nabi
saw, sebelum penyatuan mushaf di zaman Utsman bin
Affan: Mushaf Zaid, Mushaf ibn Mas’ud, Mushaf Ubay
bin Ka’ab, Mushaf Abu Musa al-Asy’ari, Mushaf Miqdad
bin Al-Aswad, dan bahkan Mushaf Aisyah, di samping
Mushaf Ali.
Shahih al-Bukhari meriwayatkan dari Ibn Mahik:
Aku sedang beserta Aisyah, ketika seorang Irak datang
dan mengajukan berbagai pertanyaan. Ia juga minta
Aisyah untuk menunjukkkan mushafnya. Ia berkata: Ya
ummal mu’minin, perlihatkan kepadaku mushafmu. Ia
bertanya: Kenapa? Aku ingin mencocokkan Al-Quranku
dengan mushafmu, karena ia membacanya tanpa susunan
atau aturan atau karena perbedaan dalam susunan ayat
dan bilangannya…sampai ia berkata: Kemudian ia
mengeluarkan mushaf dan mengimlakkan ayat-ayat surat
dan bilangannya (Shahih al-Bukhari 6:228).
34. 31
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Jika Aisyah saja mempunyai mushaf, apalagi Imam
Ali as. Kata Ibn Nadim berkata, “Ali as melihat manusia
orang banyak dalam kegalauan setelah wafat Rasulullah
saw. Ia pun bersumpah untuk tidak melepaskan pakaiannya
sebelum mengumpulkan Al-Quran. Ia tinggal di rumahnya
selama tiga bulan, sampai Al-Quran terhimpun utuh.
Itulah mushaf pertama ketika apa yang ada dalam hati
dikumpulkan dalam mushaf. Mushaf ini berada pada
keluarga Ja’far.” (Al-Fihrist 47-48).
Menurut Ibn Hajar: Telah diriwayatkan bahwa Ali
mengumpulkan Al-Quran berdasarkan waktu turunnya
Al-Quran (tartib al-nuzul) setelah wafatnya Rasulullah
saw. Dikeluarkan Abu Dawud (Lihat Al-Itqan, 1:71-72).
Dibandingkan dengan mushaf-mushaf sahabat lainnya,
Mushaf Ali memiliki keistimewaan sebagai berikut:
• Mushaf disusun secara kronologis berdasarkan waktu
turunnya Al-Quran
• Setiap teks (nash) dituliskan apa adanya, tanpa pe-
rubahan, atau penyimpangan dalam kalimat dan ayat-
nya
• Qiraatnya ditetapkan persis seperti qiraat Rasulullah
saw
• Di dalamnya terdapat penjelasan tentang asbab al-
nuzul, tempat turunnya ayat, waktu turunnya ayat, dan
untuk siapa ayat itu diturunkan.
• Di dalam mushaf juga dijelaskan pelajaran umum yang
dapat disimpulkan dari ayat itu untuk setiap ruang
dan waktu.
35. 32
Emilia Renita Az
Lalu di manakah mushaf Ali itu sekarang?
Sama seperti mushaf-mushaf lainnya, bersamaan dengan
kodifikasi Al-Quran yang dilakukan Utsman bin Affan,
mushaf Ali hanya tinggal sebagai catatan sejarah saja.
Shahifah Ali.
Syi’ah dan Sunni meyakini ada yang disebut Shahifah Ali,
bukan mushaf Ali. Ada beberapa nama untuk Shahifah
Ali-Kitab Ali as, Al-Jafr, Al-Jami’ah. Kitab ini bukan kitab
Al-Quran tetapi kumpulan hadis. Di bawah ini adalah
beberapa bukti tentang keberadaan Shahifah Ali:
• “Khabar tentang shahifah Ali as masyhur”, kata
Muhammad ‘Ajaj al-Khathib (Al-Sunnah qabl al-
Tadwin 420-423).
• “(Shahifah itu) adalah lembaran kecil mengenai
tebusan-ukuran diyat-dan hukum-hukum tentang
pembebasan tawanan.” (Dr ‘Itr, Manhaj al-Naqd 46).
• Dari Abu Juhaifah: Aku bertanya kepada Ali as-
Adakah pada kalian kitab? Ia berkata; Tidak, kecuali
Kitab Allah, atau pemahaman seseorang atau yang ada
pada ini. Aku bertanya: Apa yang ada pada shahifah
itu? Ia berkata: tebusan, pembebasan tawanan, dan
supaya orang Islam tidak boleh dibunuh karena orang
kafir (Shahih al-Bukhari, 1: 38, Kitab al-‘Ilm dan 9:13,
Kitab al-Diyat; Sunan ibn Majah 2:887, hadis 2658)
• Ditanyakan kepada Ali bin Abi Thalib as: “Adakah
Rasulullah saw berjanji padamu tentang sesuatu? Ia
berkata: Ia tidak berjanji kepadaku yang khusus dan
36. 33
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
tidak kepada yang lain. Kecuali yang aku dengar dari
beliau dan aku tuliskan dalam Shahifah di wadah
pedangku. Kemudian ia turun dan mengeluarkan
shahifah. Di dalamnya ada: “Barangsiapa yang
mengubah-ubah agama atau melindungi orang yang
mengubah agama, Allah, Malaikat, dan semua manusia
melaknatnya. Tidak diterima darinya pengganti atau
tebusan (Al-Baihaqi, Dalail al-Nubuwwah,7:228; Abu
Dawud 2:216, hadis 2034-2035, Al-Manasik; lihat juga
hadis dari A’masy, dari Ibrahim, dari bapaknya yang
seperti di atas, diriwayatkan oleh Shahih Al-Bukhari
4:122, Bab Dzimmat al-Muslimin; Musnad Ahmad
1:81; Irsyad al-Sari 1:166, ‘Umdat al-Qari 1:561, Fath
al-Bari 1:82; Shahih Muslim, Kitab al-Hajj 2:995).
Dr Rif’at Fauzi Abdul Muthalib melaporkan semua
riwayat tentang shahifah Ali dalam bukunya Shahifah ‘Ali
bin Abi Thalib a.s. (Penerbit Dar al-Salam, Halb, 1406H).
Dalam riwayat-riwayat Ahlulbait as, Shahifah Ali ini
disebut sebagai Kitab Ali, meliputi berbagai hukum agama
dan merupakan kitab yang sangat tebal. Kitab itu berisi
hadis-hadis yang diimlakkan Rasulullah saw kepada Imam
Ali as.
Kitab ini juga disebut sebagai Al-Jafr dan Al-Jami’ah.
Banyak ulama Ahlussunnah menulis tentang Al-Jafr dan
Al-Jami’ah. Antara lain, Muhammad bin Thalhah, Al-Jafr
al-Jami’ wa al-Nur al-Lami’; Muhyiddin Ibn Arabi, Al-
Durrah al-Nashi’ah fi Kasyf ‘Ulum al-Jafr wa al-Jami’ah
37. 34
Emilia Renita Az
(lihat laporannya pada Haji Khalifah, Kasyf al-Zhunun ‘an
Asma-il Kutub wa al-Funun, Dar al-Fikr, Beyrut 1402)
Mushaf Fathimah. Seperti Kitab Ali, Mushaf
Fathimah juga adalah kumpulan hadis. Dalam riwayat-
riwayat Ahlulbait sering ditunjukkan bahwa para Imam
menetapkan keputusan atau fatwa berdasarkan Mushaf
Fathimah. Dalam riwayat-riwayat Ahlussunnah, laporan
tentang Mushaf Fathimah terdapat pada Al-Kharaithi,
Kitab Makarim al-Akhlaq, 43, nomor 217. Ia mengabarkan
dari Mujahid: Ubayy bin Ka’ab berkunjung kepada
Fathimah as. Fathimah mengeluarkan sebuah kitab yang
di dalamnya ada tulisan: “Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaknya berbuat baik kepada
tetangganya”. Al-Kathib juga menyampaikan riwayat ini
dalam Taqyid al-‘Ilm 99.
Walhasil, tidak ada perbedaan sama sekali antara Al-
Quran yang dibaca oleh orang Syiah dengan Al-Quran
yang dibaca Ahlussunnah. Mushaf Ali, shahifah Ali, dan
mushaf Fathimah bukanlah Al-Quran yang dibaca Syiah
sekarang ini.
38. 35
Tuduhan
Orang Syiah sering melakukan tahrif Qur’anAl-Quran yang
dibaca orang Syi’ah adalah Al-Quran yang berbeda dengan
yang dibaca oleh kaum muslimin pada umumnya. Dalam
Al-Quran, Syi’ah ada penambahan dan pengurangan.
Jawaban
Ulama Syi’ah menolak tahrîf.
Dalam Ulum Al-Quran, penambahan dan pengurangan
atau perubahan dalam huruf, harakat, atau kalimat Al-
Quran disebut tahr f lafzhî. Para ulama Syi’ah dari dahulu
sampai sekarang menolak adanya tahrif dalam Al-Quran.
Di bawah ini pendapat sebagian dari ulama besar Syi’ah
ketika menafsirkan ayat “Sesungguhnya Kami menurunkan
Bab 3
AQIDAH TAHRIF QUR’AN
39. 36
Emilia Renita Az
peringatan (Al-Quran) dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya” (Al-Hijr 9):
• Al-Syaikh Al-Faidh Al-Kasyani: “(sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya) dari tahrif, perubahan,
penambahan dan pengurangan” (Tafsir al-Shafi 3:102)
• Al-Syaikh Abu Ali Al-Thabarsi: “(sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya) dari penambahan,
pengurangan, tahrif, dan perubahan. Dari Al-Hasan:
Artinya, Allah menjamin pemeliharaan Al-Quran
sampai akhir zaman dalam keadaan Al-Quran yang
asli (‘ala ma huwa ‘alaihi)” (Majma’ al-Bayan 5:331)
• Al-Sayyid Thabathabai: “Al-Quran adalah peringatan
yang abadi, terpelihara tidak akan hilang (mati) atau
dilupakan aslinya, terpelihara dari penambahan yang
dapat menghapuskan posisinya sebagai peringatan,
begitu pula terpelihara dari pengurangan, terpelihara
dari perubahan dalam bentuknya dan konteksnya…
ayat ini menunjukkan bahwa Kitab Allah terpelihara
dari tahrif, dalam seluruh bagiannya, karena posisinya
sebagai peringatan Allah swt. Al-Quran adalah
peringatan yang hidup abadi.” (Al-Mizan fi Tafsir al-
Quran, 12:103-104).
• Al-Sayyid al-Khuiy: “Ayat ini menunjukkan bahwa
Al-Quran terjaga dari tahrif. Tidak mungkin tangan-
tangan batil akan berhasil mengubah-ubahnya
(mempermainkannya)” (Al-Bayan fi Tafsir al-Quran,
226).
40. 37
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Kalau kita cantumkan di sini pendapat ulama Syi’ah
yang dahulu dan yang kemudian, buku ini akan menjadi
sangat tebal. Di atas dicantumkan pendapat-pendapat
yang mewakili ulama Syi’ah dengan rujukan yang dapat
diperiksa sekarang juga. Di samping itu ada banyak ulama
Syi’ah yang menulis kitab menolak adanya tahrif dalam
Al-Quran. Misalnya, Ayatullah Muhammad Hadi Ma’rifat
menulis Shiyanat al-Quran ‘an al-Tahrif; Al-Sayyid Ali Al-
Milani, Al-Tahqiq fi Nafy al-Tahrif; Ayatullah Al-Syaikh
Hasan Hasan Zadeh-Amuli, Fashl al-Khithab fi ‘Adam
Tahrif Kitab Rabb al-Arbab; Al-Sayyid Ja’far al-Murtadha
al-‘Amili, Haqaiq Hammah hawl al-Qur’an.
Menarik untuk dicatat komentar peneliti dan
ulama besar Sunni, Rahmatullah Al-Hindi menulis,
“Sesungguhnya Al-Quran yang mulia menurut jumhur
ulama Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyyah terjaga dari
perubahan dan pergantian. Jika ada di antara mereka yang
mengatakan adanya pengurangan dalam Al-Quran maka
pendapatnya itu ditolak tidak diterima mereka” (Izhhar
al-Haqq 2:128).
Berkenaan dengan riwayat-riwayat yang dikutip dari
Kitab-kitab Syi’ah seperti Al-Kafi dan Al-Qummi, semua
ulama hadis di kalangan Syi’ah sepakat tentang kelemahan
hadis-hadis itu: “Kebanyakan riwayat tahrif dha’if dan
sanad-sanadnya berakhir pada orang-orang dha’if atau yang
dicurigai ghuluw dan bermazhab bathil.”(Majma’al-Bayan
1:15). Sementara riwayat-riwayat shahih yang menunjukkan
41. 38
Emilia Renita Az
penambahan menegaskan bahwa penambahan itu hanyalah
tafsir dari ayat, yang tentu saja tidak dibaca.
Tahrif dalam Hadis-hadis Shahih Ahlussunnah.
Jika hadis-hadis tahrif itu dipandang dha’if di kalangan
Syi’ah, dalam mazhab Ahlussunnah hadis-hadis tahrif itu
terdapat pada kitab-kitab yang dianggap paling shahih.
Tidak seorang pun di antara ahli hadis Ahlissunnah yang
mendha’ifkan hadis-hadis berikut ini:
• Dari Ibrahim bin ‘Alqamah: Kami datang ke Syam
bersama sahabat-sahabat Abdullah. Abu Darda
mendengar kami dan mendatangi kami. Ia berkata:
Adakah di antara kalian yang membaca Al-Quran?
Kami berkata: Ada. Kata Abu al-Darda: Yang mana?
Mereka menujuk aku. Kata Abu al-Darda: Bacalah.
Aku membaca:
• Kata Abu al-Darda: Kamu mendengarnya dari mulut
sahabatmu? Aku berkata: Benar. Ia berkata: Aku
mendengarnya dari mulut Nabi saw, tetapi mereka
membantah kami (Al-Bukhari, Kitab al-Tafsir, Bab
Surat Wal Layli idza yaghsya; Jami’ al-Ushul 2:496;
Musnad Ahmad 6:449, 451; Al-Durr al-Mantsur
6:358). Lafazh aslinya dalam Al-Quran, yang dianggap
“membantah kami”, seperti kita ketahui sebagai
berikut:
42. 39
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
• Dari Umar bin Al-Khattab: “Sekiranya tidak diomong-
kan orang Umar menambah-nambah kitab Allah, aku
pasti menuliskan ayat rajam dengan tanganku sendiri”
(Al-Bukhari, Kitab al-Ahkam, Bab al-Syahadah ‘ind
al-Hakim; lihat Al-Itqan 2:25, 26 dengan sanad yang
banyak; Al-Durr al-Mantsur 1:330 dari Malik, Al-
Bukhari, Muslim; Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an 2:40;
Manahil al-‘Irfan 2:111; kata Ibn Abd al-Syakur: hadis
ini sangat kokoh dengan jalan (thuruq) yang hampir-
hampir mencapai tingkat mutawatir-Al-Fawatih,
hamisy Al-Musthashfa 2:73). Dalam riwayat-riwayat
lainnya (Al-Mustadrak 4:359; Musnad Ahmad:23, 29,
36, 40, 50; Thabaqat Ibn Sa’d 3:334; Sunan al-Darimi
2:179), Umar menyebutkan bunyi ayat rajam itu
sebagai berikut:
• Karena sanadnya sangat shahih, hampir mendekati
mutawatir, maka ulama Ahlussunnah berusaha untuk
mencari pembenaran dengan mengatakan “yang
dinasakh lafazhnya tetapi tetap berlaku hukumnya”
(kata Ibn Hazm dalam Al-Muhalla) atau “sanad
43. 40
Emilia Renita Az
hadis ini shahih, tetapi hukumnya tidak sama dengan
hukum al-Quran, yang diriwayatkan oleh jamaah dari
jamaah, tetapi ia sunnah yang kokoh. Kadang-kadang
orang berkata: Aku membaca demikian padahal bukan
Al-Quran. (Jadi Umar membaca sesuatu yang bukan
dari Al-Quran), tetapi pendapat ini dibantah dengan
ucapan Umar sendiri: Sekiranya aku tidak suka orang
berkata Umar menambah-menambah Al-Quran, aku
akan tambahkan dia ke dalamnya.” (Abu Ja’far al-
Nuhas, Nasikh wa Mansukh 8)
• Al-Bukhari meriwayatkan dalam tarikhnya dari
Hudzaifah: “Aku membaca surat Al-Ahzab pada
zaman Nabi saw sebanyak 200 ayat. Ketika Utsaman
menuliskan mushaf, Al-Ahzab hanya mencapai
sejumlah ayat yang sekarang ini (yakni, 73 ayat)”
(Al-Itqan 2:25; Manahil al-Irfan 1:273; Al-Durr al-
Mantsur 5:180).
• Dari Nafi’ dari ibnu Umar: Janganlah kamu mengata-
kan aku sudah menghapal seluruh Al-Quran, karena
kamu tidak tahu seluruhnya. Banyak sekali yang hilang
dari Al-Quran. Katakan saja: Aku telah menghapal
apa yang ada dalam Al-Quran sekarang ini” (Al-Itqan
2:25)
• Dari ‘Aisyah: “Dahulu termasuk yang turun dalam Al-
Quran adalah ayat tentang sepuluh kali susuan yang
menyebabkan haram dinikahi” (Shahih Muslim 4:167,
168; Abd al-Razzaq, Al-Mushannaf, 7:367; Bidayat
44. 41
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
al-Mujtahid 2:36; lihat juga Al-Itqan dan Manahil al-
‘Irfan dsb)
• Dari Ibn Mas’ud: Kami dahulu membaca ayat ini di
zaman Rasulullah saw sebagai berikut (Al-Durr al-
Mantsur 2:298):
• Dari Aisyah, ia berkata: “Telah turun ayat rajam dan
menyusukan orang yang sudah dewasa sepuluh kali
susuan. Dan sudah ada dalam shahifah di bawah
tempat tidurku. Ketika Rasulullah saw meninggal kami
sibuk dengan meninggalnya beliau. Masuklah kambing
ke dalam dan memakannya” (Ibn Majah 1:626, hadis
1944, Bab Radha’ al-Kabir; lihat Shahih Muslim, 4:167,
Bab Al-Tahrim bi Khams Radha’at; Abu Dawud 1:279;
Al-Nasai 2:82; Al-Darimi 1:57; Ta’wil Mukhtalaf al-
Hadits, 310; Musnad Ahmad 6:269).
• Dari Abu Musa al-Asy’ari: “Sesungguhnya dahulu
kami membaca sebuah surat yang panjangnya dan
beratnya sama dengan Surat Al-Baraah (al-Tawbah).
Aku sudah melupakannya kecuali sebagian yang aku
hapal, (Shahih Muslim, 3:100, Kitab al-Zakat) yaitu:
45. 42
Emilia Renita Az
Kesimpulan
Ada banyak hadis tentang tahrif Al-Quran baik dalam
kitab-kitab hadis Syi’ah maupun Sunni. Sebagai contoh,
hadis tahrif itu ada pada Al-Bukhari juga al-Kafi. Para ahli
hadis dan ulama Syiah menyatakan dengan tegas bahwa
hadis-hadis tahrif itu semuanya dha’if bahkan dibuat oleh
orang-orang yang mazhabnya rusak. Para ahli hadis dan
ulama Sunni menganggap hadis-hadis tahrif itu shahih,
bahkan ada yang menyebutnya “mendekati mutawatir”.
Bagi orang-orang awam tentu saja hadis-hadis itu di
luar pengetahuan mereka. Bagi mereka, periksalah Al-
Quran yang dicetak dan dibaca oleh orang Syi’ah. Teliti
apakah ada perbedaan dengan mushaf Al-Quran yang
dibaca oleh Ahlussunnah. Setiap tahun orang Syiah ikut
dalam musabaqah al-Quran internasional dan tidak satu
orang pun yang membaca Al-Quran yang berbeda dengan
Al-Quran Ahlussunnah.
46. 43
Tuduhan
Orang Syiah sering memanipulasi Penafisran Al-Qur’an
Jawaban
Ulama Syiah, sebagaimana dapat dilihat pada tafsir-
tafsir mereka, menafsirkan Al-Quran baik secara aqli
maupun naqli. Tetapi berbeda dengan kaum Wahabi,
Syiah membolehkan adanya ta’wil di samping tafsir.
Bukan tempatnya di sini membicarakan perbedaan ke-
duanya. Cukuplah dikatakan bahwa ta’wil di sini ialah
“mengalihkan makna yang meragukan atau mem-
bingungkan pada makna yang meyakinkan dan me-
nentramkan”.
Di bawah ini ditunjukkan beberapa contoh:
• QS 17:72: Barang siapa buta di dunia akan buta pula
di akhirat. Kalau “buta” di sini diartikan buta lahiriah,
Bab 4
MEMANIPULASI PENAFSIRAN AL-QUR’AN
47. 44
Emilia Renita Az
makan orang-orang tuna netra di dunia akan menjadi
tuna netra juga pada hari akhirat. Karena itu, sesuai
dengan akal dan hati nurani kita, kita alihkan arti
“buta” ini dari “buta” jasmaniah ke “buta” ruhaniah.
• QS 68:42: Pada hari betis disingkapkan dan mereka
dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak mampu.
Mufasir Syiah tidak percaya bahwa Tuhan mempunyai
betis, yang disingkapkan untuk meyakinkan umat
manusia bahwa ia benar-benar Tuhan, seperti
diriwayatkan dalam Shahih Muslim berikut ini:
“Allah swt berfirman:” siapa yang menyembah sesuatu,
ikutilah itu. Di antara mereka ada yang mengikuti mata-
hari. Di antara mereka ada yang mengikuti bulan. Di
antara mereka ada yang mengikuti thogut. Tinggallah
umat ini yang di dalamnya ada orang-orang munafik.
Kemudian datanglah Allah swt yang mereka ketahui.
Dia berkata:”Aku Tuhanmu”. Tapi mereka berkata:” aku
berlindung kepada Allah swt darimu” sampai tidak tersisa
yang menyembah Allah swt, baik yang shaleh maupun
yang maksiat. Allah swt Robbul Alamin, datang lagi ke-
pada mereka dalam bentuk yang lebih mendekati yang
mereka lihat. Mereka ditanya:”Apa yang kalian tunggu?
Setiap umat mengikuti apa yang disembahnya”. Mereka
berkata:” Kami menunggu Tuhan kami yang kami sembah”
Dia berkata:”Aku Tuhanmu”. Mereka berkata:” kami tidak
menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun, dua atau
tiga kali.” Kemudian Dia berkata:”adakan Dia dan kamu
punya tanda yang kamu kenal?”. Mereka berkata:”Betis.”
48. 45
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Pada hari betis disingkapkan... sampai akhir ayat. Kemudian
mereka mengangkat kepala mereka dan Tuhan sudah
berubah bentuk dari apa yang mereka lihat sebelumnya.
Dia berkata:” Aku Tuhanmu?” Mereka berkata:”Engkau
Tuhan kami”. (shahih Muslim, “kitab al-Iman, bab “Ma’rifat
thariq al-ru’yat” hadis 229)
Tentu kita akan kebingungan. Mengapa Tuhan
menyingkapkan betis? Apakah Tuhan mempunyai betis?
Mengapa tanda ketuhanan terletak pada betis? Syiah
menolak penafsiran secara harafiah seperti itu. Untuk
menghilangkan kebingungan dan untuk menentramkan
hati Syiah mengalihkan maknanya kepada makna yang
menentramkan akal dan hati. Mereka merujuk pada
penggunaaan kata “betis” dalam bahasa Arab. Misalnya:
Qâmat al-harb binâ ‘ala Sâq, yang artinya peperangan
berkecamuk pada tingkat kritis. “Di atas betis” berarti
sangat kritis. Walhasil, ayat itu sekarang diartikan Pada
hari ketika manusia berada dalam kekacauan yang luar biasa
(Lihat Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Sufi Al-Fatihah 15).
50. 47
Tuduhan
Ajaran Syiah tidak berdasarkan kepada hadis atau Sunnah.
Tidak ada rujukan dalam hadis-hadis Shahih tentang
kewajiban mengikuti dua belas Imam dari Ahlulbait.
Jawaban
Sekali lagi, ajaran Syiah ialah ajaran yang mewajibkan
umat Islam untuk mengikuti Ahlulbait dalam aqidah,
syariat, dan akhlak. Yang dimaksud dengan Ahlulbait,
dalam pengertian khusus, adalah dua belas Imam.
Dalam pengertian lebih luas, Ahlulbait termasuk juga
Rasulullah saw dan Sayyidah Fathimah as. Kewajiban
untuk mengikuti Ahlulbait disebutkan dalam banyak hadis
yang shahih. Hanya tiga hadis yang dicantumkan di bawah
ini:
Bab 5
AJARAN SYIAH TIDAK BERDASARKAN AL
SUNNAH
51. 48
Emilia Renita Az
Hadis al-Tsaqalayn (Dua Pusaka)
• Rasulullah saw besabda: Hai manusia! Aku tinggalkan
padamu apa yang akan menghindarkanmu dari
kesesatan selama kamu berpegang teguh padanya:
Kitab Allah dan ‘itratku,yaitu ahlulbaitku (Shahih al-
Turmudzi 5:238, hadis 3874; Tafsir Ibn Katsir 4:113;
Kanz al-Ummal 2:153; Ibn Al-Atsir, Jami’ al-Ushul
1:187; Al-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir 138).
• Diriwiyatkan Zaid bin Arqam, ia berkata “Pada suatu
hari Rasulullah saw berdiri di hadapan kita di sebuah
tempat yang bernama Khum seraya berpidato. Maka
beliau memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT,
menyampaikan nasihat dan peringatan. Kemudian
beliau bersabda ‘Ketahuilah–wahai manusia-
sesungguhnya aku hanya seorang manusia; Aku
merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan
segera datang dan aku akan memenuhi panggilan
itu. Dan aku tinggalkan padamu ats-tsaqalain; yang
pertama: Kitab Allah, didalamnya terdapat petunjuk
dan cahaya, maka berpegang teguhlah dengan
Kitab Allah. Lalu beliau menganjurkan (kita) agar
berpegang teguh dengan Kitab Allah-kemudian beliau
melanjutkan “Dan Ahlulbaitku. Kuperingatkan kalian
akan Ahlulbaitku (beliau ucapkan ini tiga kali)”
[Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya,
Bab Fadhail Ali bin Abi Thalib, 2:362.; Tafsir al-Khazin,
1: 4, Tafsir Ibnu Katsir, 4: 113, Al-Baghawi, Mashabih al-
52. 49
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Sunnah 2:278; Yanabi’al-Mawaddah 29,191; Al-Nabhani,
Fath al-Kabir 1:252]
Rasulullah saw bersabda: Aku tinggalkan bagimu yang
kalau kamu berpegang teguh kepadanya kamu tidak akan
tersesat sepeninggalku.Yang satu lebih besar dari yang lain:
Kitab Allah, tali yang terbentang dari langit ke bumi dan
kedua ‘itratku Ahlulbaitku. Keduanya tidak akan berpisah
sampai keduanya berjumpa denganku di telaga Al-Haudh.
Maka perhatikanlah bagaimana kamu memperlakukan
kedua peninggalanku itu. (Shahih al-Turmudzi 2:308, hadis
3876; Tafsir al-Durr al-Mantsur 6:7, 306; Al-Thabrani,
Al-Mu’jam al-Shaghir 1:135; Tafsir al-Khazin 1:4; Tafsir
al-Wushul 1:16; Tafsir Ibn Katsir 4:113; Ibn Al-Atsir, Jami’
al-Ushul 1:187; Usud al-Ghabah 2:12; Kanz al-‘Ummal
1:154; Taysir al-Ushul 1:16; Yanabi’ al-Mawaddah 33, 40,
226; Al-Baghawi, Mashabih al-Sunnah 2:279)
Di samping itu, banyak lagi hadis yang semakna
dengan hadis-hadis di atas. Redaksinya bermacam-macam.
Rasulullah saw juga menyampaikannya berkali-kali: di
Arafah, Muna, Ghadir Khum, pulang dari Thaif, menjelang
kembali ke hadirat Ilahi.
Menurut Ibn Hajar: “Ini tidak menunjukkan per-
tentangan, karena tidak ada alasan untuk menolak bahwa
Nabi saw mengulang-ulangi pesan yang penting itu kepada
mereka di tempat itu dan dan di tempat-tempat lainnya,
dengan tujuan untuk menarik perhatian mereka terhadap
Al-Kitab yang mulia dan Al-Itrat yang suci. Disebutkan
dalam hadis Thabrani dari Ibn Umar: Akhir kalimat
53. 50
Emilia Renita Az
yang diucapkan Nabi saw adalah ‘Peliharalah aku dengan
memelihara hak-hak Ahlulbaitku” (Al-Shawaiq al-Muhriqah
150)
Hadis Dua Belas Khalifah.
• Dari Jabir bin Samurah: Beliau bersabda, “Akan ada
dua belas amir. Kemudian ia mengatakan kata yang
tidak aku dengar. Kata ayahku: Sesungguhnya ia
berkata: Semuanya dari Quraisy (Shahih al-Bukhari
8:127)
• Dari Jabir bin Samurah. Ia berkata: Aku bersama
bapakku menemui Nabi saw. Maka kami mendengar
beliau bersabda: Sesungguhnya urusan agama ini tidak
akan terhenti sampai terjadi di tengah-tengah mereka
dua belas khalifah. Ia berkata: Kemudian ia berbicara
dengan perkataan yang sangat perlahan bagiku. Aku
bertanya kepada bapakku: Apa yang beliau katakan.
Beliau bersabda: Semuanya dari Quraisy (Shahih
Muslim 6:3)
• Dari Masruq: Kami sedang duduk bersama Abdullah
bin Mas’ud. Ia membacakan Al-Quran pada
kami. Seorang lelaki bertanya kepadanya: Ya Aba
Abdirrahman, apakah engkau pernah bertanya kepada
Rasulullah saw berapa khalifah yang dipunyai umat
ini? Berkata Abdullah bin Mas’ud: Belum pernah ada
orang yang bertanya padaku sebelum kamu tentang
hal itu sejak aku datang ke Iraq. Benar, aku pernah
bertanya kepada Rasulullah saw dan ia bersabda: Dua
54. 51
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
belas orang sebanyak para ketua (nuqaba) Bani Israil
(Musnad Ahmad 1:398, 406; lihat juga Musnad Abi Ya’la
8:444, 9:222; Al-Thabrani, Mu’jam al-Kabir 10:158;
kata Ahmad Muhammad Syakir “Isnaduhu shahih” dalam
tahqiqnya pada Musnad Ahmad; Al-Suyuthi dalam
Tarikh al-Khulafa 15 menghasankan hadis ini).
Hadis tentang 12 khalifah yang melanjutkan Nabi saw
hanya dapat dijelaskan dalam keyakinan mazhab Syiah.
Rasulullah saw menunjuk pengganti atau pelanjut sebanyak
12 orang. Ulama Ahlussunnah kebingungan untuk
menjelaskan siapa dua belas khalifah itu. Kalau mereka
menghitung Khulafa al-Rasyidin bilangannya hanya
empat orang saja. Jika dimasukkan juga semua khalifah
Umawiyyah dan Abbasiyah, jumlahnya lebih banyak dari
dua belas orang. Ada juga yang menganggap bahwa 12
itu menunjukkan banyak dan tidak menunjukkan bilangan
tertentu.
Dalam kebingungannya, Ibn Hajar al-Asqalani menulis,
“Aku tidak menemukan seorang pun yang mengetahui
secara pasti arti hadis ini” (Fath al-Bari 13:183). Aneh
juga kalau ahli hadis sebesar Ibn Hajar tidak memahami
arti hadis ini, padahal nama-nama dua belas imam
diriwayatkan banyak sekali dalam khazanah Ahlussunnah.
Al-Qanduzi al-Hanafi –“wafat tahun 1294 H, ulama
mazhab Hanafi dari Balkh” (Al-Zarkali, Al-A’lam. Beirut:
Dar al-‘Ilm lil Malayin, 1999)-mengumpulkan hadis-hadis
itu dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah. Salah satu di
antaranya kita kutipkan di sini:
55. 52
Emilia Renita Az
“Seorang Yahudi memanggil Na’tsal untuk datang
menemui Rasulullah saw dan berkata, ‘Wahai Muhammad,
aku memiliki beberapa pertanyaan yang telah lama
kusimpan. Jika engkau menjawabnya, maka aku akan
memeluk Islam dengan pertolonganmu’ Rasulullah saw
bersabda: Wahai Abu Amarah! Engkau dapat menanyakannya
padaku. Ia bertanya: Wahai Muhammad, beritahukan
kepadaku penerusmu karena tidak ada rasul tanpa penerus.
Rasul kami Musa bin Imran as menetapkan Yusya bin
Nun sebagai penerusnya. Rasulullah saw berkata: Penerusku
adalah Ali bin Abi Thalib dan setelahnya adalah kedua cucuku
Hasan dan Husain yang setelah mereka akan ada sembilan
Imam dari keturunan Husain yang datang secara berurutan.
Ia bertanya lagi: Katakan nama-nama mereka, wahai
Muhammad. Rasulullah saw bersabda: Setelah Husain akan
ada putranya Ali, setelah Ali putranya Muhammad, setelah
Muhammad putranya Ja’far, setelah Ja’far putranya Musa,
setelah Musa putranya Ali, setelah Ali putranya Muhammad,
setelah Muhammad putranya Ali, setelah Ali putranya Hasan,
dan setelah Hasan putranya Al-Hujjah Muhammad al-
Mahdi” (Yanabi’ al-Mawaddah Bab 76, 440)
Hadis Al-Safinah
Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan Ahlulbaitku seperti
perahu Nuh. Yang menaikinya selamat dan yang mening-
galkannya tenggelam”
Hadis ini diriwayatkan oleh banyak sahabat, di antara-
nya Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar, Abu Sa’id al-Khudri,
Ibn Abbas, Abdullah bin Zubayr, Anas bin Malik, dengan
56. 53
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
sejumlah thuruq yang sampai kepada mereka (Ahmad bin
Hanbal, Fadhail al-Sahabat 2:785; Ibn Abi Syaibah, Al-
Mushannaf 7:503; Al-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir 3:44-
45, Al-Mu’jam al-Awsath 4:10, 5:306-355, Mu’jam al-
Shaghir 1:193, 2:22; Al-Hakim, Al-Mustadrak 2:343, 3:151;
Abu Nu’aim, Hilyat al-Awliya 4:306; Al-Suyuthi, Tarikh
al-Khulafa 209).
Para ahli hadis menilai hadis ini shahih karena saling
menguatkan satu sama lain. Ibn Hajar berkata: Hadis ini
diriwayatkan oleh banyak jalan, saling memperkuat satu
sama lain (Al-Shawaiq al-Muhriqah 352). Al-Samhudi
berkata, “Wa hadzihi al-thuruq yuqawwi ba’dhuhu ba’dhan”
(Jawahir al-Uqdayn 261).
Catatan
Walhasil, berdasarkan hadis ini dan banyak hadis lainnya
yang tidak dicantumkan di sini, Syiah memilih Ahlulbait
sebagai rujukan mereka. Ahlussunnah memilih untuk
mengikuti Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali mungkin
dengan alasan-alasan tertentu (Saya tidak tahu apakah
ada nash atau tidak untuk itu). Syiah memilih Ahlulbait
karena perintah Allah swt dan petunjuk Rasulullah saw,
karena Al-Quran dan Sunnah.
57. 54
Tuduhan
Hadis “Al-Quran dan Ahlulbaitku” harus ditinggalkan
karena bertentangan dengan hadis “Al-Quran dan
Sunnahku”
Jawaban
Menurut para ulama, bila kita memandang ada dua hadis
yang bertentangan, kita mengatasi persoalan itu dengan
tiga cara: pertama, membandingkan tingkat kesahihan
kedua hadis itu dan memilih yang paling sahih; kedua,
bila kedua-duanya sahih, tinggalkan kedua-duanya; dan
ketiga, gabungkan kedua-duanya dalam makna baru dan
amalkan.
Dalam penelitian kami, seperti yang akan dijelaskan
di bawah, hadis “Al-Quran dan Ahlulbaitku” diakui
keshahihannya oleh para ahli hadis; sedangkan hadis “Al-
Bab 6
HADIS TSAQALAYN (DUA PUSAKA) DHAIF?
58. 55
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Quran dan Sunnahku” disepakati sebagai hadis yang dhaif.
Dengan alasan ini tentu saja kita harus meninggalkan
hadis “Al-Quran dan Sunnahku” dan mengambil hadis
“Al-Quran dan Ahlulbaitku”. Kita ambil solusi pertama.
Tidak mungkin kita mengambil solusi kedua; yakni,
meninggalkan kedua hadis itu.
Kami juga bisa mengambil solusi ketiga: Kami ber-
pegang teguh kepada sunnah Nabi saw yang disampaikan
melalui Ahlulbait. Dan memang itulah yang menjadi dasar
keberagamaan dalam Syiah, yang membedakannya dari
Sunni. Betulkah hadis “Al-Quran dan Ahlulbaitku” lebih
sahih dari “Al-Quran dan Sunnahku” ?
Al-Albani tentang keshahihan hadis al-Tsaqalayn.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani adalah ahli
hadis terbesar di kalangan Ahlussunnah di abad ini. Ia
melakukan penelitian hadis yang sangat intensif dan
meninggalkan kepada kita warisan yang sangat bernilai.
Salah satu di antaranya adalah Silsilah al-Ahadits al-
Shahihah. Dalam kitab itu hanya dikumpulkan hadis-hadis
yang shahih saja, lengkap dengan alasan untuk menolak
orang-orang yang mendhaifkannya.
Dalam kitab Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, 4:355,
hadis nomor 1761, diriwayatkan hadis ini: “Wahai manusia,
sesungguhnya aku telah meninggalkan padamu yang apabila
kamu ambil, kamu tidak akan tersesat: Kitab Allah dan ke-
luargaku Ahlulbaitku” Al-Albani mengutip pendapat ahli
ahli hadis yang mendhaifkannya. Kemudian ia segera
menyusulnya dengan berkata:
59. 56
Emilia Renita Az
“Tetapi hadis ini shahih, karena ada bukti (syahid)
dari hadis Zaid bin Arqam (yang sudah kita baca di
atas). Hadis itu dikeluarkan Muslim 7:122-123; al-Thahawi
dalam Musykil al-Atsar 4:368; Ahmad 4:366-367; Ibn Abi
‘Ashim dalam Al-Sunnah 1550-1551; Al-Thabrani melalui
jalan Yazid bin Hibban al-Tamimi. Kemudian Ahmad
4:371, Thabrani 5040, Al-Thahawi dari jalan Ali bin
Rabi’ah. Ia berkata: Aku ketemu Zaid bin Arqam. Ia
sedang menghadap Al-Mukhtar atau baru keluar darinya.
Aku bertanya: Apakah kamu mendengar Rasulullah sw
bersabda-Aku tinggalkan bagi kalian dua pusaka-Kitab Allah
dan keluargaku? Zaid menjawab: Betul! Sanad-sanadnya
shahih, rijalnya juga shahih”
Kemudian Al-Albani melakukan takhrij tentang
hadis ini dalam berbagai thariq –jalannya. Ia memperkuat
hadis al-Tsaqalayn yang ditelitinya dengan syawahid dan
mutabi’at, sebagaimana yang lazim dilakukan oleh ahli
hadis. Ia bercerita:
“Setelah melakukan takhrij hadis ini untuk waktu
yang lama ada orang yang menulis surat kepada saya
supaya hijrah dari Damaskus ke Amman; kemudian saya
bepergian ke Al-Imarat al-Arabiah pada permulaan tahun
1402 H. Di Qathar saya bertemu dengan para profesor
dan para doktor yang baik. Saya diberi hadiah sebuah
risalah yang dicetak; risalah itu mendha’ifkan hadis ini (al-
tsaqalayn). Setelah membacanya, jelaslah bagi saya bahwa
penulis itu memerlukan kemampuan untuk meneliti hadis
ini, karena dua alasan:
60. 57
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
“Pertama, penulis itu melakukan takhrij hanya
berdasarkan sumber-sumber yang beredar dan tercetak.
Karena itu, ia mengalami kekurangan bahan yang sangat
untuk melakukan penelitian hadis. Ia tidak bisa mengakses
banyak thuruq dan sanad yang shahih dan hasan. Lebih-
lebih kalau dia memperhatikan juga al-syawahid dan al-
mutabi’at, sebagaimana yang bisa disaksikan oleh siapa
pun pada takhrij yang aku lakukan di sini.
Kedua, penulis itu juga tidak memperhatikan pendapat
orang-orang yang menshahihkan hadis dari kalangan
ulama. Ia juga tidak memperhatikan qaidah mereka yang
mereka sebutkan dalam mushthalah hadits; yaitu, hadis
dhaif menjadi kuat karena banyak jalannya. Akhirnya,
ia jatuh pada kesalahan fatal –mendhaifkan hadis yang
shahih.…
Inilah kelalaian yang menimpa banyak orang yang
hanya mengikut setiap buku yang membahasnya dan tidak
berusaha melakukan penelitian sendiri. Kepada Allah saja
kita memohon pertolongan” (Al-Albani, Silsilah Al-Ahadits
al-Shahihah 4:355, ketika membahas hadis 1761).
Kedha’ifan hadis ‘Al-Quran dan Sunnahku’.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku
tinggalkan bagi kamu dua perkara, yang kamu tidak akan
sesat kalau kamu berpegangkepada keduanya: Kitab Allah dan
Sunnah Nabinya”. Hadis ini atau yang semakna dengan
ini tidak pernah diriwayatkan oleh Al-Syaikhan – yakni
Al-Bukhari dan Muslim, juga tidak oleh satu pun dari
Al-Shihah al-Sittah (Enam Kitab Hadis yang Shahih);
61. 58
Emilia Renita Az
tidak juga oleh penulis musnad, seperti Musnad Ahmad
bin Hanbal. Hadis ini diriwayatkan hanya dalam Al-
Muwatha’, Mustadrak, Sunan Al-Baihaqi, Sirah Ibn Al-
Hisyam, Riwayat Ibn Abd al-Barr, riwayat Qadhi al-Iyadh.
Dari mereka kemudian Al-Suyuthi dan Al-Muttaqi al-
Hindi mengutip hadis itu. Marilah kita perhatikan hadis-
hadis itu:
Riwayat Malik. Malik meriwayatkan hadis ini dalam
al-Muwatha’ tanpa sanad sama sekali. Ia hanya berkata:
Telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Aku tinggalkan bagi kamu dua perkara, yang kamu tidak
akan sesat kalau kamu berpegangkepada keduanya: Kitab
Allah dan Sunnah Nabinya” Siapa pun yang belajar hadis
akan mengatakan bahwa hadis semacam ini lemah sekali.
Hilang saja satu mata rantai dalam periwayatan hadis,
sudah dh’iflah hadis itu. Di sini semua mata rantai hadis
hilang!
Ibn Hazm memberikan komentar tentang Al-
Muwatha’: “Aku hitung hadis-hadis yang termuat dalam
Al-Muwatha’. Aku dapatkan lima ratus lebih hadis
musnad, tiga ratus lebih mursal, dan tujuh puluh lebih
hadis yang Nalik sendiri meninggalkannya dan tidak
mengamalkannya. Di dalamnya banyak sekali hadis yang
dilemahkan oleh para ulama” (Al-Suyuthi, Tanwir al-
Hawalik-Syarh Muwatha’ Malik, 1:9)
Riwayat Al-Hakim. Dalam Al-Mustadrak, Al-Hakim
meriwayatkan hadis ini dari Ibn Abbas melalui Ismail
bin Abi Uways. Ismail–keponakan Anas bin Malik-dijarh
62. 59
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
(dikecam) oleh para ahli jarh. Muawiyyah bin Shalih
melaporkan komentar Ibn Ma’in tentang Ismail bin Abi
Uways: “Ia dan ayahnya suka mencuri-curi hadis. Ia sering
berbohong dalam periwayatan, kacau hafalannya, dan tidak
bernilai sama sekali.”
Al-Nasai sangat mencelanya dan bahkan tidak mau
meriwayatkan darinya. Ini tentunya karena ia mengetahui
cacat dan cela yang ada padanya yang tidak diketahui
orang lain. Juga seluruh ulama sepakat bahwa ia lemah.
Dar-Quthni berkata: Saya tidak akan memakainya
untuk meriwayatkan hadis shahih. Ibn Hazm: Ia suka
memalsukan hadis (Lihat Ibn Hajar, Tahdzib al-Tahdzib,
1:271)
Al-Hakim meriwayatkan juga hadis ini dari Abu
Hurairah. Dalam sanadnya ada perawi yang sangat lemah,
Shalih bin Musa al-Thalhi al-Kufi. Menurut Ibn Ma’in:
Ia tidak berharga sedikit pun dan hadisnya tidak pantas
ditulis. Imam al-Bukhari berkata: Ia adalah orang yang
banyak membawa hadis munkar dari Suhail bin Abi
Shalih. Abu Nu’aim berkata: Hadisnya harus dibuang dan
ia meriwayatkan hadis-hadis munkar” (Tahdzib al-Tahdzib
4:354).
Hadis Sunan al-Baihaqi. Dalam Sunannya, al-Baihaqi
meriwayatkan hadis ini dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah
melalui Ibnu Abi Uwais dan Shalih bin Musa. Kedua
orang ini-seperti yang sudah Anda lihat pada hadis Al-
Hakim-dipandang sangat lemah oleh para ahli hadis.
63. 60
Emilia Renita Az
Hadis ini dalam Sirah ibn Hisyam. Seperti dalam Al-
Muwatha’ Ibn Hisyam meriwayatkan hadis ini tanpa sanad
sama sekali. Ia meriwayatkan hadis ini ketika mengutip
khotbah Rasulullah saw pada haji Wada’. Ia mengutipnya
dari Ibn Ishaq. Para ahli hadis telah menilai Ibn Ishaq
sebagai mudallis dan pembohong (Lihat Ibn Sayyid al-Nas,
mukadimah Uyun al-Atsar).
Riwayat Ibn Abd al-Barr. Hadis ‘Al-Quran dan
Sunnahku’ yang diriwayatkan dalam kitab Ibn Abd al-
Barr, Al-Tamhid, dengan dua sanad. Salah satunya sama
dengan sanad Al-Hakim. Yang lainnya dilaporkan oleh
rangkaian perawi hadis yang sangat sangat lemah. Salah
seorang di antara nya adalah Katsir bin Abdillah. Menurut
Imam Ahmad: Jangan sekali-kali kamu meriwayatkan
hadis darinya. Ibn Ma’in berkata: Ia orang yang dha’if. Al-
Darimi dan Ibn Ma’in juga berkata: Ia orang yang dhaif
dalam periwayatan hadis (Lihat Tahdzib al-Tahdzib pada
entri “Katsir bin Abdillah”).
Riwayat Qadhi Iyadh. Hadis ‘Al-Quran dan
Sunnahku’ diriwayatkan Qadhi Iyadh dengan sanad yang
dipenuhi orang-orang dha’if. Di situ ada Syuaib bin
Ibrahim, yang disebut oleh Ibn Adiy sebagai “orang yang
tidak dikenal” (Lisan al-Mizan 3:145); Aban bin Ishaq
al-Asadi, yang menurut Al-Azdi “hadisnya harus dibuang
(Tahdzib al-Tahdzib 1:81); Shalih bin Muhammad al-
Ahmashi, yang “tidak ada seorang ulama pun pernah
meriwayatkan hadis darinya kecuali al-Turmudzi, yang
meriwayatkan hadisnya satu kali saja, dan menganggap
64. 61
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
riwayatnya gharib” (Tahdzib al-Tahdzib 1:358); dan paling
parah dari semuanya di situ ada Sayf bin Umar yang
menurut Al-Hakim adalah “orang zindiq dan gugur dalam
periwayatan” (Inilah sumber yang meriwayatkan bahwa Syiah
dibikin oleh Abdullah bin Saba, lihat Bagian V: Fitnah-fitnah
terhadap Syiah)
Adapun riwayat Al-Suyuthi dalam Al-Jami’ al-
Shaghir dikutip dari Al-Hakim yang sudah kita ketahui
kelemahannya. Riwayat al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz
al-‘Ummal juga mengikuti riwyat-riwayat terdahulu, yang
sudah kita ketahui kedhaifannya.
65. 62
Tuduhan
Hadis Ghadir Khum semuanya dhaif dan hanya diriwayat-
kan, dan bahkan dibuat-buat oleh orang Syiah.
Jawaban
Banyak sekali hadis tentang Ghadir Khum dalam kitab-
kitab Ahlussunnah. Al-Amini telah mengumpulkan semua
hadis Ghadir Khum dan mengulasnya dalam 11 jilid
kitabnya yang ensiklopedis –Al-Ghadir. Dari semua hadis
Ghadir Khum ini kita dapat menyimpulkan peristiwa
Ghadir Khum sebagai berikut:
Hari itu tanggal 18 Dzulhijjah. Nabi Muhammad saw
pulang dari haji terakhirnya. Lebih dari seratus ribu orang
sahabat menyertai perjalanannya yang suci. Tiba-tiba Sang
Nabi saw menyuruh seluruh kafilah berhenti, di sebuah
mataair yang dinaungi dengan beberapa pohon besar.
Bab 7
HADIS GHADIR KHUM DHA’IF?
66. 63
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Oase itu bernama Khum. Beliau menyuruh kafilah yang
terlambat untuk mempercepat gerakannya; rombongan
yang sudah berada di depan diperintahkan balik lagi.
Rasulullah saw berhenti di situ karena baru saja Jibril
datang menyampaikan ayat QS 5:67:
Wahai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan Allah
kepadamu. Jika tidak Kausampaikan maka engkau belum me-
nyampaikan risalahNya. Allah akan melindungi kamu dari
manusia. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk
kepada orang-orang kafir.
Beliau menyuruh orang membersihkan tempat di
bawah pepohonan itu. Kemudian azan dikumandangkan.
Di tengah sengatan matahari yang terik, ratusan ribu umat
manusia rukuk dan sujud di belakang Rasulullah saw.
Bagi puluhan ribu orang, itulah salat berjamaah terakhir
bersama sang Utusan.
Usai salat Nabi saw menyampaikan khotbahnya:
Tampaknya, waktu semakin mendekat saat aku akan
dipanggil Allah swt. Aku akan memenuhi panggilan itu.
Aku akan tinggalkan dua hal yang berharga dan jika kalian
67. 64
Emilia Renita Az
setia kepadanya, kalian tidak akan tersesat sepeninggalku.
Dua hal itu adalah Kitab Allah dan Ahlulbaitku. Keduanya
tidak akan berpisah sampai mereka bertemu denganku di
telaga.
Nabi saw melanjutkan: “Apakah aku lebih berhak atas
orang beriman daripada diri mereka sendiri?”. Orang-
orang berseru dan menjawab:” Benar, yaa Rasul Allah
saw..”. kemudian Nabi saw mengangkat lengan Ali as
dan berseru: ”Barang siapa yang mengangkat aku sebagai
pemimpinnya (maulahu), maka ‘Ali adalah pemimpinnya
(maulahu) juga. Ya Allah, cintailah mereka yang mencintai
dia dan musuhi mereka yang memusuhi dia” Para sahabat
berbondong-bondong mengucapkan selamat kepada Imam
Ali. Umar bin Khathab menyalami Ali sambil berkata:
Selamat, wahai putra Abi Thalib, engkau telah menjadi
mawla mukmin dan mukminat.
Karena luar biasa banyaknya sumber-sumber
Ahlussunnah tentang hadis ini, kita tidak mungkin
mencantumkannya di sini. Cukuplah kita perlihatkan di
sini beberapa Kitab Tafsir Ahlussunnah yang memuat
hadis Ghadir Khum sebagai penjelasan untuk Al-Maidah
67:
• Al-Alusi, Ruh al-Ma’ani 2:348
• Al-Fakhr al-Razi, 12:50
• Al-Suyuthi, Al-Durr al-Mantsur 2:298
• Al-Syawkani, Fath al-Qadir 2:60
• Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul 115
• Sayyid Rasyid Ridha, Al-Manar 6:463
68. 65
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
• Sayyid Shiddiq Hasan Khan, Fath al-Bayan fi
Maqashid al-Quran 3:63
Komentar Ahli Hadis
Hadis Ghadir Khum, Hadis Mutawatir. Menurut Ibn
Hajar Al-Asqalani, hadis ini diriwayatkan oleh Al-
Turmudzi dan al-Nasai dengan jalan-jalan yang
sangat banyak, katsir al-thuruq jiddan. Ibn ‘Uqdah
telah mengumpulkan hadis-hadis itu dalam satu kitab.
Kebanyakan sanadnya sahih dan hasan (Fath al-Bari
7:74, Kitab Fadhail al-Shahabah, bab Manaqib Ali bin
Abi Thalib. Lihat juga bukunya Tahdzib al-Tahdzib 4:204,
nomor 5561 tarjamah Ali bin Abi Thalib). Kitab yang
ditunjuk oleh Ibn Hajar adalah Ibn ‘Uqdah, Hadis al-
Wilayah, yang meriwayatkan sekitar 105 rangkain sanad
(thariq). Ibn Hajar banyak mengutip hadis dari kitab
ini. Keberadaan kitab ini disaksikan bukan hanya oleh
Al-Asqalani, tetapi juga oleh ulama besar lainnya seperti
antara lain, Ibn Taimiyyah dalam Minhaj al-Sunnah, Al-
Kanzi al-Syafi’I dalam Kifayat al-Thalib, Al-Qanduzi al-
Syafi’i dalam Yanabi’ al-Mawaddah sampai kepada peneliti
hadis mutakhir Syaikh Albani dalam Silsilah al-Ahadits
al-Shahihah 4:343.
Selain Hadis al-Wilayah¸Ibn Hajar juga menunjuk
Kitab al-Wilayah. Di situ Muhammad Jarir al-Thabari
mengumpulkan hadis-hadis Ghadir Khum melalui 75
rangkaian sanad. Ibn Hajar menulis, “Ibn Jarir al-Thabari
menulis kitab yang di dalamnya banyak banyak sekali
69. 66
Emilia Renita Az
hadis Ghadir Khum dan ia menshahihkannya.” (Tahdzib
al-Tahdzib 4:204 5561) Al-Thabari, penulis tafsir ini,
mengumpulkan hadis Ghadir Khum melalui 75 jalan. Kata
Ibn Katsir, Al-Thabari mengumpulkan hadis-hadis itu
dalam dua jilid yang tebal (Tarikh Ibn Katsir Al-Bidayah
wa al-Nihayah 11:158 kejadian tahun 10).
Al-Dzahabi berkata ketika menjelaskan riwayat hidup
Ibn Jarir al-Thabari, “Ketika sampai kepadanya kritikan
Abu Dawud tentang hadis Ghadir Khum, ia segera
menulis kitab tentang Keutamaan Sahabat (Al-Fadhail).
Ia menyatakan keshahihan hadis itu. Aku berkata: Aku
melihat satu jilid buku Ibn Jarir yang memuat rangkaian
sanad hadis (Ghadir Khum). Aku terpesona luar biasa
denagn banyaknya rangkaian sanad itu” (Tadzkirat al-
Huffazh 2:713, nomor 728). Dalam bukunya yang
lain Al-Dzahabi menulis, “Ketika kritik Abu Bakar
bin Abu Dawud sampai kepadanya ia segera menulis
Kitab Al-Fadhail. Ia memulainya dengan keutamaan
Abu Bakar dan Umar, kemudian ia berbicara tentang
shahihnya hadis Ghadir Khum beserta alasan-alasan
untuk menshahihkannya. Tetapi ia belum menyelesaikan
kitabnya.” (Siyar A’lam al-Nubala 14:274) Anehnya,
beberapa lembar setelah itu, Al-Dzahabi menulis, “Ia
mengumpulkan hadis Ghadir Khum dalam empat jilid.
Aku baru melihat setengahnya saja. Aku sangat takjub
dengan keluasan (banyak) riwayatnya dan aku meyakini
dengan pasti tentang peristiwa itu” (Siyar A’lam al-Nubala
14:277). Jadi, Ibn Jarir menulis empat jilid buku tentang
70. 67
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Ghadir Khum dan itu dikatakannya belum selesai.
Al-Qadhi Abu Hanifah al-Nu’man menceritakan
sebabnya Ibn Jarir menulis buku itu. Abu Dawud
mendhaifkan hadis itu dengan alasan bahwa Imam Ali
waktu itu tidak ikut haji bersama Rasulullah saw, karena
ia diutus ke Yaman. “Al-Thabari sangat keheranan akan
kebodohan orang yang berkata seperti itu. Ia pun kemudian
berhujah dengan riwayat yang kuat tentang kedatangan
Ali dari Yaman dan bergabung dengan Rasulullah saw di
Mekah. Al-Thabari mengemukakan banyak hujah untuk
menolak pendapat yang menentang dan menyimpang itu.
Pendapat itu tidak pernah dikemukakan oleh ahli hadis.
Mereka sudah menegaskan kesahihan dan kekokohan
hadis itu” (Syarh al-Akhbar 1:130-136).
Al-Munawi ketika menerangkan hadis “Man kuntu
mawlah fa Aliyyun mawlah” dalam Al-Jami’ al-Shaghir
berkata: Al-Haitsami berkata: Rijal Ahmad semuanya
terpercaya. Pada tempat lain ia berkata: Rijalnya rijal yang
shahih. Al-Mushannif berkata: Hadis mutawatir (Faidh al-
Qadir 6:218). Ali Al-Qari berkata: Walhasil, sesungguhnya
hadis Ghadir ini shahih dan tidak diragukan lagi. Bahkan
sebagian huffazh menghitungnya sebagai hadis mutawatir.
Karena dalam riwayat Ahmad saja terdapat 30 sahabat
Nabi saw yang mendengar hadis itu.” (Mirqat al-Mafatih
10:464, di bawah hadis 6091). Ibn Syahin menyebutkan
sekitar 100 orang sahabat. Ia berkata: Hadis ini kokoh
(tsabit). Aku tidak melihat cacatnya sedikit pun. Hanya
Alilah yang memperoleh keutamaan ini. Tidak seorang
71. 68
Emilia Renita Az
pun yang menandinginya.” (Syarh Madzahib Ahl al-Sunnah
103, penjelasan hadis 87).
Terakhir kita kutipkan komentar dari Abul Khayr
Syamsuddin Muhammad Al-Jazari Al-Syafii (wafat 833H)
dari ulama hadis terdahulu dan Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani, ahli hadis mutakhir. Al-Hafizh
al-Jazari menyebutkan kemutawatiran hadis ini dalam
kitabnya Asna al-Mathalib fi Manaqib ‘Ali bin Abi Thalib,
48, ketika ia berkata:”dalam riwayat ini hadis itu hasan
dan dalam banyak riwayat, hadis ini shahih, mutawatir
dari Amiril Mukminin, Ali bin Abi Thalib dan mutawatir
juga dari Nabi saw; diriwayatkan oleh kelompok yang
sangat banyak sehingga tidak perlu diperhatikan orang-orang
yang berusaha mendhaifkan hadis ini di kalangan orang-
orang yang tidak memiliki pengetahuan ilmu hadis” (Asna
al-Mathalib 48).
Setelah melakukan takhrij dan mengulas hadis Ghadir
Khum berikut sywahid dan mutabi’atnya, Al-Albani
mengkritik orang yang mendhaifkan hadis ini. Salah
seorang di antaranya Ibn Taymiyyah. Ia menulis: “Aku
melihat Syaikh Ibn Taimiyyah mendhaifkan bagian awal
dari hadis ini dan menganggap bagian akhirnya dusta!
Menurut pendapatku, ini pendapat yang ekstrem yang
timbul karena ketergesa-gesaannya dalam mendhaifkan
hadis sebelum mengumpulkan semua thariqnya dan
melakukan penelitian yang mendalam terhadapnya” (Silsilah
Al-Ahadits al-Shahihah 4:343).
72. 69
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Catatan
Karena hadis Ghadir Khum ini bukan hanya shahih tetapi
juga mutawatir, hadis ini mencapai posisi qathi’y al-wurud.
Menurut para ulama, menolak hadis yang seperti ini berarti
kufur. Seperti disebutkan di atas, Ibn Taimiyah termasuk
yang mendustakan hadis ini. Ibn Hazm al-Andalusi
menolak kesahihan hadis ini (Al-Fishal fi al-Milal wa al-
Ahwa wa al-Nihal 4:148). Sebelum mereka, Fakhruddin
al-Razi menulis, “Kami tidak menerima kesahihan hadis
ini…(pertama) karena Al-Bukhari, Muslim, Al-Waqidi,
Ibn Ishaq, Abu Dawud, Abu Hatim dan para imam ahli
hadis lainnya mencela hadis ini…dan (kedua) karena Ali
tidak beserta Nabi saw waktu itu. Ia sedang berada di
Yaman.” (Nihayat al-‘Uqul pembahasan tentang imamah,
lembar 326). Sesudah mereka, pada abad kita sekarang ini,
Mushthafa al-Siba’i menulis, “Hadis Ghadir Khum yang
telah menjadi tonggak mazhab-mazhab Syiah semuanya
dan fundamen utama yang di atasnya didirikan semua
pemikiran mereka…menurut Ahlussunnah adalah hadis
yang dusta dan tidak ada dasarnya, karena Syiah ekstrem
menggunakannya untuk membenarkan serangan mereka
dan kejahatan mereka terhadap sahabat Rasul saw” (Al-
Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islami 132).
Dari ucapan Al-Siba’i ini tampak bahwa fanatisme
mazhablah yang menyebabkan mereka bersikukuh untuk
menolak hadis Ghadir Khum. Betapa pun banyak jalannya
dan betapa pun shahih para periwayat hadisnya. Abu Ishaq
al-Huwaini al-Atsari yang mentahqiq kitab Khashaish Amir
73. 70
Emilia Renita Az
al-Mu’minin, susunan Al-Nasai, dalam hamisy untuk hadis
# 85 menulis, “Peringatan: Hadis-man kuntu mawlah fa
hadza ‘Aliyyun mawlah-hadis sahih seperti yang Anda
ketahui. Pendapat Ibn Taimiyyah bahwa hadis ini bohong
semata menyalahi semua kaidah hadis. Lalu Ustadz
Muhammad Khalil al-Harras mengikuti Ibn Taimiyyah
dan mengatakan dalam ta’liqnya pada Al-Tawhid dari Ibn
Khuzaimah dengan perkataan yang begitu pasti, “Hadis ini
tidak sahih dan tampaknya dibuat-buat oleh orang Syi’ah”.
Wallah al-Musta’ân!
74. 71
Tuduhan
Syiah mengkafirkan semua sahabat Nabi saw, padahal
mereka adalah generasi terbaik dalam Islam. Para sahabat
semuanya baik dan tidak pernah berbuat salah.
Jawaban
Syiah tidak pernah mengkafirkan semua sahabat Nabi
saw, seperti kaum Khawarij. Tetapi Syiah juga tidak
memaksumkan semua sahabat Nabi saw seperti
Ahlussunnah. Syiah mengambil jalan tengah; yakni,
melihat sahabat dengan kritis. Sahabat itu berbeda-beda
dalam kualitas pengetahuan, keimanan, dan akhlak. Ada
di antara sahabat yang memiliki pengetahuan Islam yang
sempurna dan terjaga dari dosa dan kesalahan. Ada juga
di antara sahabat yang kurang pengetahuan, baru masuk
Bab 9
SYIAH MENGKAFIRKAN SEMUA SAHABAT
NABI SAW
75. 72
Emilia Renita Az
Islam saja dan iman belum masuk ke dalam hatinya, atau
berbuat dosa.
Menurut Ibn Abd al-Barr, “Telah ditetapkan dengan
teguh tentang ‘adalah semua sahabat” (Muqaddimah Al-
Isti’ab). IbnHajar al-Asqalani berkata, “Sepakat semua
Ahlussunnah bahwa semua sahabat itu memiliki sifat
‘adalah (adul). Tidak menentang hal demikian kecuali
orang-orang yang menyimpang dan ahli bid’ah” (Al-
Ishabah fi Tamyiz al-Shabah 1:17-22). Menganggap semua
sahabat itu ‘udul berarti tidak memasukkan mereka dalam
timbangan kritis. Ibn al-Atsir berkata, “Sahabat harus
diperlakukan sama dengan para perawi hadis lainnya
kecuali dalam satu hal; yakni, tidak boleh dikenakan jarh
dan ta’dil. Karena mereka semuanya udul. Tidak boleh
dijarh (dikritik)” (Ibn Al-Atsir, Usud al-Ghabah 1:3).
Al-Razi, yang mendapat gelar Imam al-Jarh wa al-
Ta’dil, menjelaskan ‘adalah sahabat sebagai berikut:
“Adapun para sahabat Nabi saw adalah orang-orang
yang menyaksikan wahyu dan turunnya, mengetahui
tafsir dan takwilnya, yang dipilih Allah untuk menyertai
Nabinya, menolongnya, menegakkan agamanya, dan
menampakkan kebenarannya. Allah meridai mereka
sebagai sahabatnya dan menjadikan mereka sumber ilmu
dan teladan. Mereka menghafal dari Nabi saw apa yang
disampaikannya dari Allah swt-apa yang disunatkan,
disyariatkan, ditetapkan sebagai hukum, dianjurkan,
diperintahkan, dilarang, diperingatkan dan diajarkan
Nabi saw. Mereka menjaganya, meyakininya, kemudian
76. 73
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
memahaminya dalam agama dan mengetahui perintah
Allah, larangannya, maksudnya dengan disaksikan
langsung oleh Rasulullah saw. Dari Nabi saw mereka
menyaksikan tafsir Al-Kitab dan takwilnya. Mereka
mengambil dari Nabi saw dan menarik kesimpulan
daripadanya. Maka Allah pun memuliakan mereka dengan
anugrahNya dan meninggikannya dalam posisi teladan.
Karena itu Allah menafikan (menghilangkan) dari mereka
keraguan, kebohongan, kesalahan, kekeliruan, kebimbangan,
kesombongan, dan kecaman. Allah menyebut mereka ‘adul
al-ummah…Mereka menjadi umat yang paling adil, imam-
imam petunjuk, hujah agama, dan teladan (pengamalan) Al-
Kitab dan Sunnah” (Abdur Rahman bin Abi Hatim al-
Razi, Taqdimah al-Ma’rifah li Kitab al-Jarh wa al-Ta’dil
7-9).
Menurut orang Syiah, menganggap semua sahabat
‘udul bertentangan dengan:
1. Al-Qur’an
2. Sunnah Nabi saw
3. Akal Sehat
4. Fakta sejarah
‘Adalah semua sahabat bertentangan dengan Al-Quran.
Bagaimana Al-Quran menilai sahabat Nabi saw dapat
disimpulkan dari beberapa hal berikut:
Al-Quran melarang kita untuk menyamakan semua
sahabat Nabi saw pada tingkat yang sama. Al-Quran
menegaskan, “Tidak sama di antara kamu orang yang
77. 74
Emilia Renita Az
menginfakkan hartanya sebelum Kemenangan (Al-Fath)
dan berperang. Mereka lebih agung derajatnya dari
orang-orang yang menginfakkan hartanya sesudah itu
dan berperang. Allah menjanjikan kepada masing-masing
mereka (balasan) yang lebih baik dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan (Al-Hadid 10). Artinya, tidak
boleh kita menyamakan sahabat yang masuk Islam sebelum
Al-Fath seperti Imam Ali dengan sahabat yang masuk
Islam sesudah kemenangan Mekah seperti Muawiyyah.
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang
tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan
orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta
mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang
berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang
duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah
menjanjikan pahala yang baik dan Allah melebihkan
orang-orang jihad atas orang-orang yang duduk dengan
pahala yang besar (Al-Nisa 95). Walhasil, kita tidak boleh
memandang sama para sahabat yang berjuang dengan para
sahabat yang hanya “duduk-duduk” saja.
Di dalam Al-Quran ada banyak ayat yang mengecam
sahabat-sahabat Nabi saw. Sebuah surat turun khusus
untuk membongkar dan mengecam para sahabat Nabi saw.
Kita menyebutnya Surat al-Tawbah. Ibnu Abbas menyebut
surat ini dengan Al-Fadhihah (artinya yang membongkar
kesalahan atau keburukan), karena “tidak henti-hentinya
turun wa minhum: sehingga kami mengira tidak akan
tersisa di antara kami yang tidak disebut di dalamnya”.
78. 75
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Ibnu ‘Umar menyebut surat ini Al-Muqasyqisyah-yang
menyapu habis. “Di zaman Nabi saw, surat al-Baraah ini
kami sebut surat Al-Mu’abbirah-yang mengungkapkan,
karena surat ini membeberkan rahasia orang banyak,”
kata Muhamad bin Ishaq. Ibn ‘Umayr menyebutnya Al-
Munaqqirah, membongkar kesalahan (Al-Suyuthi, Tafsir
al-Durr al-Mantsur 119-121).
Seorang demi seorang sahabat Nabi saw dikecam
al-Qur’an karena kesalahannya. Ada yang berat ikut
berperang bersama Nabi (Al-Tawbah 38). Ada yang
berdalih takut tergoda perempuan Romawi yang cantik
dan jatuh pada fitnah (Al Tawbah 49). Ada yang berat
karena jarak yang terlalu jauh (Al Tawbah 42). Ada yang
mencela Nabi dalam pembagian zakat (Al Tawbah 58).
Surat Al-Tawbah terutama sekali mengecam orang-orang
yang tidak mau berjihad dengan berbagai alasan yang
dibuat-buat.
Dalam perang Uhud, sebagian pasukan muslim tidak
patuh kepada perintah Rasul saw, sehingga kekacauan
kaum Muslim makin menjadi-jadi, setelah serbuan
pasukan berkuda Khalid bin Walid. Kebanyakan dari
pasukan Muslim lari meninggalkan Nabi saw, ditengah-
tengah musuh yang penuh dendam kesumat, yang
bersemangat menuntut balas kematian keluarga mereka
di Badr. Pasukan Muslim itu lari tunggang langgang,
mendaki bukit tak menghiraukan apapun. Padahal Nabi
saw, menyeru mereka berulang-ulang agar mereka kembali,
sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur’an:
79. 76
Emilia Renita Az
“Ketika kamu lari tunggang langgang, tiada menoleh
kepada seorangpun, sedang Rasul memanggilmu dari
belakang (supaya kamu kembali bersamanya). Karena itu
Allah menimpakan kepadamu kesedihan atas kesedihanmu”
(Surat Ali Imran QS3:153)
Hanya sekelompok kecil, yaitu sekitar 14 orang saja
yang masih tetap tinggal bersama nabi saw. Pembawa panji
mereka adalah Ali bin Abi Thalib. Orang pertama yang
memegang bendera kaum Muslim adalah Mush’ab bin
‘Umair. Namun setelah gugur sebagai syahid, ‘Ali-lah yang
kemudian menggantikannya, dan ia tetap menyandangnya
sampai saat peperangan berakhir (Tarikh Ibn Atsir dan
lainnya)
Sekelompok besar dari pasukan kaum Muslim,
termasuk di dalamnya, Utsman bin Affan dan lain-lainnya,
telah lari dari medan perang dan tinggal di desa Ahwa
selama tiga hari. Kemudian, ketika mereka menghadap
Nabi saw setelah itu, beliau bersabda: “Sungguh kalian
telah berbuat keterlaluan”
Last but not least, simaklah Surat al Jumu’ah (QS
62:11). Ayat ini menceritakan banyaknya para sahabat yang
meninggalkan Rasulullah saw ketika berkhotbah Jum’at
karena ada orang yang berjualan di luar masjid: “Dan
apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka
bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu
sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang disisi Allah
adalah lebih baik dari pada permainan dan peniagaan” dan
Allah sebaik-baiknya pemberi rizki” Menurut Jabir, semuanya
80. 77
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
pergi “kecuali dua belas orang lelaki saja” (Shahih al-
Bukhari hadis 1953; Muslim 6:150) Bandingkanlah mereka
dengan kita sekarang ini? Mereka sedang mengikuti
khuthbah Jumah. Yang berkhotbah bukan manusia biasa
tapi Sayyidul Anam. Hanya karena ada perdagangan
dan hiburan mereka meninggalkan masjid, mengabaikan
khathib, dan berbondong-bondong mendatangi tempat
hiburan. Mungkinkah kita melakukannya sekarang,
sekiranya Rasulullah saw berkhotbah di depan kita?
‘Adalah semua sahabat bertentangan dengan Sunnah.
Di bawah ini diturunkan pernyataan Nabi saw berkenaan
dengan para sahabatnya. Sebelumnya, marilah kita
perhatikan pernyataan Tuhan tentang kebanyakan sahabat
Nabi saw: Mereka bersumpah dengan nama Allah bahwa
mereka tidak mengucapkan sesuatu pun (yang buruk), padahal
sebenarnya mereka telah mengucapkan fitnah, dan mereka
mengatakannya setelah mereka memeluk Islam, dan mereka
merencanakan maksud jahat yangtidak dapat mereka lakukan.
Dendam mereka ini adalah balasan mereka atas karunia
yang telah Allah serta RasulNya berikan kepada mereka!
Jika mereka bertaubat itulah yang terbaik buat mereka; tetapi
jika mereka berpaling, Allah akan menyiksa mereka dengan
siksaan yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan mereka
tidak mempunyai penolong di muka bumi ini (Al-Tawbah
74). “Sebagian besar di antara mereka adalah orang-orang
fasik” (Al-Hadid 16)
Diriwayatkan dari Al-Musayyab bahwa dia bertemu
dengan Al-Barra bin Azib dan berkata kepadanya: Semoga
81. 78
Emilia Renita Az
engkau hidup sejahtera. Engkau beruntung karena menjadi
sahabat Nabi saw dan berbaiat kepadanya di bawah pohon
(Al-Hudaybiyah). Mengenai hal ini, Al-Barra berkata:
Wahai keponakanku, engkau tidak tahu bahwa kami telah
mengubah-ubah agama sepeninggalnya (Shahih al-Bukhari
5:488).
Nabi saw bersabda, “Aku adalah pendahulu kalian di
telaga Al-Kawtsar. Dan barangsiapa melewatinya, ia akan
minum air dari telaga itu. Kemudian akan datang kepadaku
orang-orang yang aku kenal dan mereka mengenaliku.
Tetapi sebuah penghalang akan diletakkan di antara aku
dan mereka. Aku akan berkata, Mereka sahabat-sahabatku.
Kemudian dikatakan kepadaku: Engkau tidak tahu mereka
telah mengubah-ubah agama sepeninggalmu. Aku berkata:
Jauhkanlah, jauhkanlah orang-orang yang berpaling dari
agamanya sesudahku (Shahih al-Bukhari 8:585). Masih
dalam Shahih al-Bukhari, diriwayatkan ketika Rasulullah
saw mengatakan, “Tuhanku, mereka itu sahabat-sahabatku”,
dikatakan kepada beliau: kamu tidak tahu bahwa mereka
tidak henti-hentinya murtad meninggalkan agama mereka
–lam yazâlu murtaddîn ‘alâ a’qâbihim (Shahih al-Bukhari,
Kitab al-Riqaq, hadis 6161; lihat juga Muslim 17:94).
“Sepeninggalmu, mereka murtad dari agama semurtad-
murtadnya. Tidak selamat kecuali, sekelompok kecil saja”
(Shahih al-Bukhari, Kitab al-Riqaq 6215).
Adalah sahabat bertentangan dengan fakta sejarah.
Di bawah ini ada sebagian kecil dari perilaku para sahabat
82. 79
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
yang menentang Nabi saw baik pada waktu beliau hidup
maupun sesudah beliau wafat.
Penentangan sahabat pada waktu Rasulullah saw
masih hidup. Usai perang Badar, Nabi Muhammad saw
memerintahkan untuk membebaskan tawanan-tawanan
perang sebagai tebusan dalam membayar fidyah, tetapi
para sahabat ini tidak melakukannya;
• Pada perang Tabuk, Nabi Muhammad saw meme-
rintahkan mereka menyembelih unta untuk me-
nyelamatkan nyawa mereka, tetapi beberapa sahabat
menentangnya.
• Pada peristiwa Perjanjian Hudaybiyah, Nabi bermaksud
berdamai dnegan orang-orang Mekah, tetapi sahabat-
sahabat yang sama menentangnya. Bahkan mereka
meragukan kenabian Nabi Muhammad saw.
• Pada perang Hunayn, mereka menuduh Nabi
Muhammad saw tidak adil dalam membagi-bagikan
harta pampasan perang.
• Ketika Usamah bin Zaid diangkat Nabi Muhammad
saw menjadi pemimpin pasukan perang Islam,
sahabat-sahabat ini tidak menaati Nabi dengan tdiak
mengikutinya.
• Pada hari Kamis yang sangat tragis, Nabi saw ingin
mengungkapkan keinginannya akan tetapi sahabat-
sahabat yang sama pula ini pun menuduh Nabi tengah
meracau dan ia mencegah Nabi mengungkapkan
keinginannya (Ontologi Islam, 348-349)
83. 80
Emilia Renita Az
Penentangan sahabat pasca Rasulullah saw. Siapa
pun yang belajar sejarah tahu bahwa bukan saja ada saling
mengecam di antara para sahabat, bahkan ada konflik
yang menyebabkan jatuhnya banyak korban. Aisyah,
Thalhah, Zubayr dan sahabat-sahabat yang satu aliran
dengan mereka memerangi Imam Ali as. Sebelumnya,
mereka berkomplot untuk membunuh Utsman. Dengan
begitu, mereka menentang wasiat Nabi saw pada khotbah
terakhirnya, “Janganlah kalian kafir setelah aku tiada dan
saling membunuh. Wajib bagi setiap yang hadir untuk
menyampaikan pesanku ini kepada orang-orang yang tidak
hadir “ (Shahih al-Bukhari 7:458, hadis 5688).
Muawiyah, yang digambarkan oleh penulis Ahlussunnah
sebagai penulis wahyu, disifatkan oleh Hasan al-Bashri
sebagai berikut:
Muawiyah memiliki empat cacat dan salah satunya saja
adalah pembangkangan yang sangat keras: (1) penunjukan
seorang pengacau masyarakat tanpa musyawarah dengan
orang banyak padahal di situ ada sahabat yang memiliki
keutamaan di atas mereka; (2) pengangkatan anaknya
sebagai penggantinya, padahalanaknya itu seorang
pemabuk, peminum, orang yang suka mengenakan sutra
dan suka bermain-main dengan anjing dan kera; (3)
pengakuan bahwa Ziyad adalah anaknya, padahal Nabi
saw bersabda, “Anak itu dinisbahkan kepada ayahnya yang
menikah resmi dengan ibunya, dan orang yang berzinah
haris dirajam; (4) pembunuhan yang dilakukannya terhadap
Hujur dan para sahabatnya. Terkutuklah dia berkali-kali
84. 81
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
yang membunuh Hujur dan sahabatnya (Tarikh Ibn Atsir
3:242; Tarikh ibn Katsir 8:130; Abul A’la al-Mawdudi, Al-
Khilafah wal Mulk 165-166)
Abu Sofyan, ayah Muawiyah, adalah juga salah
seorang sahabat Nabi saw. Ketika Utsman berkuasa,
sebagai keluarga khalifah ia memberi nasihat, “Peganglah
kekuasaan erat-erat seperti kamu memegang bola. Demi
yang namanya dijadikan sumpah Abu Sofyan, aku tidak
percaya ada surga, neraka, perhitungan, atau siksaan.”
Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, ia datang menemui
Ali: “Telah berkuasa sekarang keluarga Quraisy yang paling
rendah. Demi Allah, untuk melawan dia aku akan penuhi
pasukanku dengan kuda dan prajurit”. Ali as berkata
kepadanya: “Tidak henti-hentinya engkau memusuhi
Islam dan keluarganya. Tetapi tindakanmu itu tidak akan
merusak Islam dan ahlinya sedikit pun” (Al-Isti’ab, hamisy
Al-Ishabah 2:245).
Terakhir, di antara para sahabat Nabi saw ada Khalid
al-Walid, yang membunuh Malik bin Nuwairah siang
hari dan menikahi istrinya malam hari. Ada Marwanbin
Hakam dan ayahnya yang diusir Rasulullah saw dari
Madinah kemudian kembali dan menjadi sekertaris negara
di zaman Utsman bin Affan. Ada ‘Amr bin Ash yang
membunuh Muhammad bin Abu Bakar, memasukkannya
ke dalam perut bangkai dan membakarnya. Ada yang lain-
lain yang tidak mungkin disebutkan nama-namanya satu
persatu (Yang tertarik untuk mempelajari perilaku sahabat
lebih lanjut dapat merujuk kepada Dr Muhammad Zain
85. 82
Emilia Renita Az
yang menulis disertasi dengan judul Dekonstruksi Sakralitas
Sahabat Nabi).
Catatan
Secara akal sehat dan ilmiah, pandangan bahwa semua
anggota komunitas memiliki kecerdasan yang sama,
berkahlak baik, berlaku jujur, pendeknya terpelihara dari
kesalahan dan dosa, sangat sulit diterima. Secara statistik,
sebaran nilai pada satu populasi selalu berbentuk kurva
bel. Yang paling baik selalu sedikit. Begitu pula yang
paling buruk selalu sedikit. Sekiranya semua sahabat itu
baik, tidak mungkin terjadi tragedi-tragedi sejarah yang
memilukan.
Lebih tidak masuk akal lagi ialah keyakinan bahwa
sahabat-sahabat itu harus dijadikan teladan, tidak soal
sahabat yang mana. Ketika kelompok sahabat Aisyah
memerangi kelompok sahabat Ali, tidak mungkin kita
memilih dua-duanya. Tidak mungkin kedua-duanya
benar atau kedua-duanya salah. Mesti ada kriteria yang
membedakan yang benar dari yang salah. Paling tidak,
kriteria itu adalah akal sehat kita.
86. 83
Tuduhan
Orang Syiah kafir karena mereka melaknat sahabat
Jawaban
Syiah tidak melaknat siapa pun kecuali yang dilaknat Allah
dan RasulNya. Baik dalam Al-Quran maupun Sunnah
ada orang-orang yang dilaknat Allah dan RasulNya.
Jika kita berakhlak dengan akhlak Al-Quran, jika kita
meniru Rasulullh saw sebagai teladan kita, kita pun harus
melaknat siapa pun yang dilaknat dalam Al-Quran dan
Sunnah.
Orang-orang yang dilaknat dalam Al-Quran.
Di bawah ini adalah daftar orang-orang yang dilaknat
Allah dalam Al-Quran:
Bab 9
SYIAH MELAKNAT SAHABAT
87. 84
Emilia Renita Az
• Iblis: Sesungguhnya laknatku atasmu sampai hari
pembalasan (Shad 78)
• Kaum kafir: Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang
kafir dan mempersiapkan bagi mereka api yang bernyala
(Al-Ahzab 64)
• Orang Yahudi dan Nashrani yang menentang Rasul
mereka: Dilaknatlah orang-orang kafir dari Bani Israil
dengan lidah Dawud dan Isa anak Maryam (Al-Maidah
78)
• Para pendusta atau tukang fitnah: Yang kelima
sesungguhnya laknat Allah atasnya jika ia termasuk
pendusta (Al-Nur 7)
• Orang-orang zalim: Ketahuilah laknat Allah bagi orang-
orangyang zalim (Hud 18)
• Orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya:
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan
RasulNya, Allah melaknat mereka di dunia dan di
akhirat (Al-Ahzab 57)
• Orang-orang yang menyakiti orang-orang beriman:
Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukmin dan
mukminat bukan karena dosa mereka (Al-Ahzab 58)
• Orang-orang yang menuduh perempuan baik-baik:
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh perempuan
yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina),
mereka dilaknat di dunia dan di akhirat (Al-Nur 23)
• Orang yang membunuh yang tidak bersalah:
Barangsiapa yang membunuh mukmin dengan sengaja,
maka balasannya ialah jahanam; kekal di dalamnya
88. 85
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta
menyediakan azab yang besar baginya (Al-Nisa 93)
• Orang-orang munafik: Allah mengancam orang-orang
munafik –laki-laki dan perempuan-dan orang-orang
kafir dengan neraka Jahanam, kekal mereka di dalamnya.
Cukuplah neraka itu bagi mereka dan Allah melaknat
mereka dan bagi mereka azab yang kekal (Al-Tawbah
68)
• Orang-orang yang berbuat kerusakan dan memutus-
kan persaudaraan: Maka apakah kiranya jika
kamu berkuasa,kamu akan berbuat kerusakan dan
memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka
itulah orang-orang yang dilaknat Allah, ditulikan
pendengaran mereka dan dibutakan penglihatan
mereka (Muhammad 22-23)
Siapa saja yang termasuk ke dalam kategori di atas –
sahabat atau bukan sahabat-harus kita laknat sebagaimana
Allah melaknatnya. Bolehkah kita melaknat Yazid yang
menyakiti hati Nabi saw dengan membunuh cucunya
dan berbuat kerusakan di bumi? Bolehkah kita melaknat
sahabat-sahabat yang menyakiti Sayyidah Fathimah, karena
menyakitinya sama dengan menyakiti Rasulullah saw?
Orang-orang yang dilaknat dalam Sunnah Rasulullah
saw.
Rasulullah saw memberikan contoh dua macam
melaknat: (1) melaknat secara umum terhadap orang-orang
yang mempunyai sifat-sifat tertentu; dalam kelompok
89. 86
Emilia Renita Az
ini ada sekitar 300 hadis (Lihat entri “al-la’n” dalam
ensiklopedi hadis Mawsu’at Athraf al-Hadits al-Nabawi,
6:594-606) dan (2) melaknat secara khusus nama-nama
tertentu, seperti yang beliau ucapkan dalam salah satu
doa qunutnya. Di bawah ini diberikan beberapa contoh
sahabat-sahabat yang dilaknat Nabi saw:
Dalam menjelaskan Al-Isra 60 “Dan kami tidak
menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan kepadamu,
melainkan sebagai ujian bagi manusia (dan begitu pula)
pohon kayu terkutuk dalam Al-Quran…” para mufasirin
menjelaskan bahwa al-syajarah al-mal’unah atau pohon
yang terkutuk adalah anak-cucu Marwan yang tampak
dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera. Mereka
mengerubungi mimbar Rasulullah saw. Setelah mimpi itu
Rasulullah saw tidak pernah lagi tersenyum sampai akhir
hayatnya (Al-Tafsir al-Kabir 20:237; Al-Jami’ li Ahkam al-
Quran 10:281-286; Ruh al-Ma’ani 15:105).
Aisyah pernah berkata kepada Marwan: Aku bersaksi
bahwa Rasulullah saw melaknat ayahmu dan kamu ketika
masih berada di sulbinya. Al-Hakam pernah diasingkan
Nabi saw ke daerah di dekat Thaif dan dilarang masuk ke
Madinah. Ketika Rasulullah saw wafat, Utsman memohon
agar Abu Bakar mengembalikan dia, tetapi Abu Bakar
menolaknya. Kembali Utsman memohon Umar untuk
memasukkannya ke Madinah, tetapi Umar menolaknya.
Ketika Utsman menjadi khalifah, ia menyambutnya dengan
segala kemuliaan dan kehormatan. Utsman memberinya
hadiah 1000 dirham dan mengangkat anaknya sebagai
90. 87
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
orang kepercayaannya (Al-Fakh al-Razi menggunakan
hadis Aisyah ini untuk menjadi dalil bahwa syajarah
mal’unah itu adalah Marwan dan keturunannya (Lihat
Al-Mustadrak ala al-Shahihayn, 4:481; al-Durr al-Mantsur
4:191; Siyar A’lam al-Nubala 2:80).
Dari al-Barra bin ‘Azib: Muncullah Abu Sufyan dan
bersamanya Muawiyah. Rasululah saw bersabda: Ya Allah
laknatlah yang mengikuti dan yang diikuti. Ya Allah, aku
serahkan kepadamu al-Uqay’as (si terbelakang). Anak Al-
Barra bertanya kepada bapaknya: Siapa al-Uqay’as? Al-
Barra menjawab: Muawiyah (Al-Nihayah fi Gharaib al-
hadits wa al-Atsar 4:87-88; Waq’at Shiffin 217)
Catatan
Dengan merujuk kepada sabda Nabi saw “Fathimah
belahan nyawaku, siapa yang menyakiti Fathimah, dia
menyakitiku; siapa yang membuat murka Fathimah, ia
membuat aku murka” (Shahih al-Bukhari 5, hadis 61 dan
111; Shahih Muslim 4: 1904-1905), dan menurut Al-
Quran Allah melaknat orang yang menyakiti Rasulullah
saw, maka Syiah melaknat orang-orang yang menyakiti
Fathimah as.
92. 89
Tuduhan
Orang Syiah musyrik karena mempercayai kesucian para
Imam mereka.
Jawaban
Ishmah adalah keterpeliharaan dari dosa dan kesalahan.
Dari segi makna, ishmah sama dengan ‘adalah. Jika
Ahlussunnah menerapkan ‘ishmah kepada semua sahabat
Nabi saw, Syiah hanya menertapkan ‘ishmah kepada empat
belas manusia suci-yakni Rasuullah saw, Fathimah, Ali,
Al-Hasan, Al-Husayn dan sembilan orang Imam dari ke-
turunan al-Husayn. Mereka itu secara keseluruhan disebut
Ahlulbait.
Di antara dalil-dalil tentang ishmah para Imam
dicantumkan di bawah ini:
Bab 10
ISHMAH PARA IMAM
93. 90
Emilia Renita Az
• Ayat al-Tathhir. Silakan rujuk Bab 1: Ajaran Syiah
tidak berdasarkan Al-Quran. Ayat ini dengan
jelas mensucikan Ahlulbait sesuci-sucinya. Dalam
berbagai hadis ditunjukkan dengan jelas siapa yang
dimaksud dengan Ahlulbait itu. Dalam hadis juga
disebutkan bahwa Asl-Quran dan Ahlul Bait tidak
akan berpisah. Keduanya adalah dua pusaka yang
kalau kita berpegang teguh kepadanya kita selamat.
Ini adalah jaminan Tuhan bahwa yang kita ikuti itu
terpelihara dari segala kekeliruan dan kesalahan.
• Ayat Ulil Amr. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amr
di antara kamu?” (Al-Nisa 59).
Ali bertanya kepada Rasulullah saw ketika turun
ayat ini: Ya Nabi Allah, siapakah mereka itu? Nabi saw
bersabda: Engkau yang pertama.
Dari Mujahid: (wa ulil amr minkum) Ali bin Abi
Thalib ditunjuk menjadi ulil amr setelah Muhammad saw
dalam hidupnya, ketika Rasulullah saw mengangkatnya
sebagai penggantinya di Madinah. Allah memerintahkan
hamba-hambaNya untuk mentaatinya dan tidak menentang-
nya
Dari Abu Bashir, dari Abu Ja’far: Ia bertanya tentang
firman Allah “, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil
Amr di antara kamu?”, ia menjawab: turun berkenaan
dengan Ali bin Abi Thalib. Aku bertanya lagi: Mengapa
Allah tidak menyebut Ali dan Ahlibaitnya dalam
kitabNya. Abu Ja’far berkata: katakan kepada mereka,
94. 91
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
sesungguhnya Allah menurunkan kepada RasulNya salat
dan tidak menyebutnya tiga atau empat sampai Rasulullah
saw menafsirkannya. Dia turunkan ayat Haji dan tidak
menyebutkan tawaf tujuh kali sampai Rasulullah saw
menafsirkannya. Dia menurunkan ayat “ taatilah Allah
dan taatilah Rasul dan Ulil Amr di antara kamu?” maka
turunlah ayat ini berkenaan dengan Ali, Al-Hasan dan
al-Husayn. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Aku
wasiatkan kamu dengan Kitab Allah dan Ahlulbaitku.
Aku telah bermohon kepada Allah agar keduanya tidak
berpisah sampai menemui aku di telaga al-Hawdh. Allah
memenuhi doaku (Al-Hakim al-Haskani, Syawahid al-
Tanzil liqawa’id al-Tafdhil, 1:148-150).
Apa hubungannya antara Ulil Amr dengan kemaksum-
an? Al-Fakhr al-Razi menulis, “Sesungguhnya Allah swt
memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amri dengan sangat
tegas (‘ala sabil al-jazmi) dalam ayat ini. Barang siapa
yang diperintahkan Allah swt untuk ditaati dengan sangat
pasti, tidak bisa tidak ia harus maksum atau terpelihara
dari segala kesalahan dan dosa. Jika ia tidak maksum
dari kesalahan, kita bisa memperkirakan bahwa ia akan
mungkin memerintahkan yang salah. Dengan begitu
salahlah yang memerintahkan. …Sudah terbukti, bahwa
Allah swt memerintahkan kita untuk mentaati Ulil Amr
secara sangat tegas karena itu terbuktilah bahwa semua
orang yang wajib ditaati berdasarkan perintah Allah swt
yang tegas wajib terpelihara dari segala kesalahan. Dengan
begitu bisa kita tetapkan dengan pasti bahwa Ulil Amri
95. 92
Emilia Renita Az
yang disebutkan dalam ayat ini tidak bisa tidak harus
maksum” (Al-Tafsir Al-Kabir,10:144)
96. 93
Tuduhan
Orang Syiah mempunyai aqidah yang berbeda dengan
kaum muslimin yang lain, karena kepercayaannya pada
Imamah. Mereka menganggap Imamah bagian dari
Aqidah tanpa dasar dari Al-Quran dan Sunnah.
Jawaban
Memang benar, Syiah memasukkan Imamah sebagai bagian
dari Aqidah, bukan furu’. Tetapi bila kita memperhatikan
ayat-ayat berikut ini dan hadis-hadis di dalam kitab-
kitab Ahlussunnah, kita akan mendapat kesan bahwa di
kalangan Ahlussunnah pun Imamah itu termasuk aqidah:
Ayat Al-Quran tentang Imamah
Menurut Al-Quran, manusia dapat dikelompokkan
berdasarkan imamnya dan akan dipanggil pada hari kiamat
Bab 11
IMAMAH
97. 94
Emilia Renita Az
berdasarkan imamnya. Ada imam yang memberikan
petunjuk dan ada imam yang memimpin kekafiran.
Perhatikan ayat-ayat berikut ini:
Al-Isra 17:71-72
Pada suatu hari ketika Kami memanggil manusia
berdasarkan Imam mereka
Al-Tawbah 9:12
Jika mereka memutuskan perjanjian mereka setelah
mengikatkannya serta melampaui batas dalam agama, maka
perangilah para imam kekafiran. Mereka itu orang-orang
yang janjinya tidak bisa dipegang; mudah-mudahan mereka
berhenti
Al-Baqarah 2:124
98. 95
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Dan ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat dan ia menyempurnakannya, Tuhan berfirman:
Aku jadikan kamu Imam bagi manusia. Ibrahim berkata:
Dan dari keturunanku? Tuhan berfirman: PerjanjianKu
tidak meliputi orang-orang zalim
Al-Anbiya 21:73
Kami jadikan mereka para Imam yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka
melakukan kebaikan, menegakkan salat, mengeluarkan zakat
dan beribadat kepada Kami.
Yang tidak mengenal Imam mati jahiliah
Banyak sekali hadis dari kalangan Ahlisunnah dan sangat
masyhur yang meriwayatkan Nabi saw bersabda (dengan
redaksi yang berubah-ubah sedikit): “Barangsiapa yang
mati dan tidak ada imam baginya, atau tidak mengenal
imam zamannya, ia mati jahiliah” Mati jahiliah berarti
mati tidak dalam keadaan Islam. Dengan demikian,
orang yang tidak mempunyai Imam atau tidak mengenal
imam zamannya, ia dipisahkan dari kaum muslimin yang
berimam. Walhasil, Imamah bagian dari aqidah juga.
99. 96
Tuduhan
Orang Syiah lebih mengutamakan Ali daripada Rasulullah
saw
Jawaban
Syiah tidak mengutamakan Ali di atas Rasulullah saw
sama sekali.
Orang Syiah menggelari Imam Ali sebagai “dia yang
merajut sandal Rasulullah saw”. Merajut sandalnya saja
sudah menjadi kehormatan yang besar bagi Imam Ali
dan bagi semua pengikutnya. Tetapi orang Syiah percaya
bahwa Imam Ali mempunyai kelebihan dari sahabat-
sahabat Nabi saw yang lain. Di bawah ini dicantumkan
keutamaan Imam Ali di atas sahabat yang lain:
Bab 12
MENGKULTUSKAN ALI
100. 97
Arbaun Syubhat Hawla Al-Syiah
Banyaknya hadis tentang keutamaan Ali.
Menurut Imam Syafi’i, “Musuh-musuh Imam Ali me-
nyembunyikan keutammannya karena kebencian
mereka kepadanya. Para pengikutnya menyembunyikan
keutamaanya karena ketakutan mereka. Tetapi sekarang ini
kita menemukan keutamaan Imam Ali terkumpul dalam
buku yang tebal”
Banyaknya ayat yang turun tentang Ali.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah
Allah menurunkan ayat yang di dalamnya ada “hai
orang-orang yang beriman” kecuali Ali ketuanya dan
penghulunya” (Al-Ishbahani, Al-Nur al-Musyta’il min Kitab
“Ma nuzila fi al-Quran fi Ali” 26)
Kecintaan kepada Ali menjadi pembeda antara mukmin
dan munafik.
Rasulullah saw bersabda kepada Ali: Tidak mencintaimu
kecuali mukmin dan tidakmembencimu kecuali munafik.
(Musnad Ahmad, 1:84, 95, 128; Shahih Muslim 1:41; Al-
Taj al-Jami’ li al-Ushul 3:335; Shahih al-Turmudzi 2;301;
Sunan al-Nasai 2:271; Tarikh al-Khulafa 170)
Pujian sahabat-sahabat tentang Ali
“Kalau tidak ada Ali, celakalah Umar,” kata Umar bin
Khathab (Kanz al-Ummal 1:154; Faidh al-Qadir 3:356;
Mustadrak al-Hakim 1:457; Al-Isti’ab hamisy Al-Ishabah
3:39).