SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
27/1/2014

'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88 - VOA-ISLAM.COM

'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88
Sahabat Voa Islam
Dari puluhan orang yang diduga teroris dan ditembak mati, dapat dipastikan banyak diantaranya yang dibunuh tanpa alasan
pasti. Bahkan beberapa catatan menunjukkan, berulangkali Densus 88 menembak mati orang yang tidak bersalah.
Kasus Cililitan mengingatkan kita akan memori tsb. Dua orang yang menurut polisi adalah teroris ditembak mati pada
Selasa (8/5/2010). Namun akhirnya tidak diketahui siapa kedua orang tersebut. Anehnya, sang penembak mati (anggota
Densus 88) sendiri tidak tahu siapa orang itu. Di batu nisan makam korban, namanya tertulis Mr X.
Di Bandung, Densus 88 menangkap seorang tersangka teroris bernama Untung Budi Susanto (43) pada hari Ahad
(12/6/2011) . Saat ditangkap, Untung dalam kondisi sehat. Namun baru sehari dalam masa interogasi, ia
meninggal. Selasa (14/6) jenazahnya diantar kepada keluarganya oleh Densus 88 dalam peti mayat untuk
dikuburkan. Rumahnya dijaga ketat belasan Densus 88 dengan senjata lengkap. Keluarganya diancam Densus 88 agar
tidak melakukan tiga hal; membuka jenazah korban, melaporkan kepada TPM, dan menghubungi media massa.
Di Tanjung Balai, Medan, (24/9/2010) empat orang yang sedang menunaikan shalat Maghrib diberondong peluru Densus
88. Dua diantaranya tewas. Khairul Ghazali yang memimpin shalat itu diinjak-injak di depan keluarganya.
Itu adalah beberapa contoh kasus, masih banyak puluhan kasus sadis dan memilukan lainnya yang dihadapi korban
“pembunuhan berencana” Densus 88. Tidak sekadar membunuh dengan sadis, Densus 88 juga kadang melakukan tindakan
keji dan zalim terhadap jenazah korban, salah satu contoh adalah bola mata salah satu jenazah terduga “Teroris Ciputat”
hilang dicongkel. Menurut Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, tindakan biadab
tersebut merupakan tindakan di bawah kendali aparat Densus 88 dan BNPT yang perlakuannya mirip dengan terduga teror
bom Mapolres Poso, Zainul Arifin, dimana saat itu korban dibawa ke RS Polri dalam keadaan bola mata almarhum masih
lengkap. Tapi begitu dipulangkan ke keluarga almarhum, kondisi jenazah sangat mengerikan. Kedua matanya complong
karena bola matanya hilang dicongkel.
Mirip Pembunuh Bayaran
Siapapun yang menyimak sepak terjang Densus 88 dalam melakukan operasinya, mereka tak ubahnya seperti pembunuh
bayaran. Di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, tidak sulit untuk mencari pembunuh bayaran atau orang yang
bersedia dibayar untuk melenyapkan nyawa seseorang. Mereka umumnya adalah alumni lembaga pemayarakatan (LP)
alias mantan napi. Biasanya setelah ada kata sepakat antara sang penyewa dengan sang pembunuh bayaran, sang
pembunuh bayaran professional akan menggali informasi sebanyak mungkin dari sang penyewa tentang targetnya.
Informasinya menyangkut nama lengkap, alamat hingga kebiasaan sang target sehari-hari. Informasi tersebut dikonfirmasi
melalui observasi langsung selama beberapa hari. Kemudian, sang pembunuh bayaran akan menentukan waktu, lokasi
hingga alat yang digunakan untuk menghabisi dan membunuh korban. Dengan kecermatan seperti itu kemungkinan
melesetnya target justru sangat minim dibanding dengan apa yang dilakukan Densus 88, “pembunuh bayaran” yang satu ini
malah sering meleset dalam mengeksekusi target atau memang mungkin sengaja mencari target secara acak untuk
menyenangkan tuan pembayar.
Berbeda dengan pembunuh bayaran yang menyusun rencana agar eksekusi dapat dilakukan sesingkat mungkin dan saksi
seminim mungkin untuk selanjutnya menentukan tempat persembunyian pasca eksekusi, Densus 88 justru melakukan aksi
dengan sebaliknya, mereka akan menyusun rencana agar eksekusi dapat dilakukan dengan durasi selama mungkin agar
terkesan lebih dramatis dan menegangkan untuk menguatkan asumsi banyak pihak bahwa para terduga teroris itu
melakukan perlawanan saat hendak ditangkap.
Pembunuh bayaran membunuh target dengan sembunyi-sembunyi, Densus 88 justru sangat demonstratif, dilakukan ramerame, bersenjata lengkap, memakai seragam resmi, dan penuh percaya diri karena mendapat legalitas dan justifikasi dari
institusi. Sehingga siapapun masyarakat yang menyaksikan aksi mereka pasti akan memberikan apresiasi dan dukungan
penuh bahwa mereka adalah penumpas teroris. Benar-benar pembunuh bayaran yang paling nyaman beraksi.
http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/01/11/28591/pembunuh-bayaran-berseragam-itu-bernama-densus-88/#sthash.l1905Wek.z0gvFmfC.dpbs

Siapa yang Bayar?

1/3
27/1/2014

'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88 - VOA-ISLAM.COM

Pasca peristiwa penghancuran menara kembar WTC pada 9/11 2001 silam, AS telah membagi dunia menjadi dua bagian;
ikut bersama teroris atau ikut bersama AS untuk menumpas mereka. Negara yang memilih ikut bersama teroris, maka dia
akan mendapat stick (tongkat) dari AS sebagai simbol perlawanan sehingga layak untuk dipukul (diperangi), dan negara
yang memilih bersama AS, maka dia akan mendapatkan carrot (wortel) sebagai simbol dukungan untuk bersama seiring
sejalan melakukan agenda besar yang kemudian dikenal sebagai war on terrorism. Sebagai mitra AS sejak zaman Orde
Baru, tentu saja Indonesia memilih opsi kedua, sebab para kacung AS yang notabene adalah para penguasa negeri ini tak
ingin tuannya marah. Maka sejak saat itu berbagai MoU untuk penanggulangan bahaya terorisme banyak ditandatangani.
Berdasarkan data Human Right Watch tentang couter terorism yang dilakukan AS, pembentukan Densus 88 di Indonesia
pada tahun 2002 (setahun setelah peristiwa 9/11) didanai AS sebesar 16 Juta Dollar. Pada tahun 2001, Polri juga telah
menerima dana untuk penanganan terorisme sebesar 10 Juta Dollar. Dana untuk penanggulangan terorisme yang
dikeluarkan AS tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dana penanggulangan terorisme pada tahun 2007
sebesar 93 Milyar dollar, dan untuk tahun 2008 sebesar 141 Milyar dollar untuk seluruh dunia.
Jadi jelaslah Amerika Serikat adalah pihak pembayar bagi para “pembunuh bayaran” berseragam itu selain tentunya negara
tetangga Australia.
Mengapa Harus Dibunuh?
Prosedur tembak mati di tempat yang dilakukan Densus 88 terhadap para terduga teroris menuai banyak kecaman.
Menurut Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani, apabila memang para terduga teroris itu sudah lama diintai, Densus 88
mestinya punya banyak kesempatan untuk menangkap para terduga teroris itu hidup-hidup dan tidak perlu dibunuh. Selain
itu, Polri juga memiliki alat canggih seperti CCISO (Cyber Crime Investigation Satelit Operation) yang bisa menyadap dan
mendeteksi dimanapun keberadaanya, atau bisa juga menembakkan senjata atau gas pembius untuk membuat terduga
pingsan, dan cara lainnya. Intinya jika ini dilakukan secara profesional tentu tidak perlu ada penembakan mati.
Terlebih penggerebeg-an kadang dilakukan di desa terpencil, dengan lokasi berbukit-bukit, ini memungkinkan terduga
ditangkap hidup-hidup. Jika memang benar para terduga teroris itu dicurigai terlibat aksi terorisme sebagaimana yang
disangkakan Densus 88, tentunya lebih menguntungkan jika ditangkap dalam keadaan hidup karena mereka belum tentu
bersalah.
Sejauh ini sudah sekitar 110 korban yang ditembak mati Densus 88 tanpa proses pengadilan. Justru sebagian besar korban
ditembak dalam kondisi tidak berdaya. Siane Indriani menuturkan hingga saat ini, tak ada prestasi membanggakan yang
ditunjukkan Densus 88 dalam upaya pengungkapan sejumlah kasus terorisme. Aksi tembak mati sesungguhnya hanya
akan menstimulasi tindakan balas dendam dan menumbuhsuburkan teror-teror berikutnya secara berkelanjutan.
Kiat Islam Menanggulangi Terorisme
Sebagai agama dan ideologi yang lengkap dan sempurna, Islam telah memberikan solusi yang jelas dan tegas terhadap
tindakan teror. Tindakan teror, baik secara verbal maupun fisik, sama-sama diharamkan oleh Islam. Nabi menyatakan,
“Siapa saja yang meneror orang Islam demi mendapatkan ridha penguasa, maka dia akan diseret pada Hari Kiamat
bersamanya.” (Lihat, as-Suyuthi, Jami’ al-Masanid wa al-Marasil, VII/44). Teror yang dimaksud di sini bisa berbentuk verbal
maupun fisik. Demikian juga hadits Nabi, “Siapa yang menghunus pedang terhadap seorang Muslim, maka benar-benar
telah menumpahkan darahnya.” (Lihat, as-Syaibani, Syarah as-Sair al-Kabir, I/6). Kedua hadits ini jelas mengharamkan
tindakan teror. Karena itu, tindakan ini dianggap pelanggaran syar’i (muk halafah syar’iyyah), dan merupakan bentuk
krimininal (jarimah).
Dalam Islam, setiap pelanggaran ada sanksinya, sesuai dengan bentuk dan kadarnya. Jika tindakan teror yang
dilakukannya menyebabkan hilangnya nyawa orang banyak, maka menurut mazhab Hanafi, orang tersebut harus dibunuh,
tidak perlu membayar diyat. Namun, menurut Imam as-Syafii, itu belum cukup. Selain harus dibunuh, dia diwajibkan
membayar diyat kepada seluruh keluarga korban. Alasannya, karena nyawa yang dia renggut lebih dari satu. Jika diqishash, maka nyawanya hanya berlaku untuk satu korban, sementara korban yang lain belum mendapat bagian. Karena
itu, dia wajib membayar diyat, agar defisit qishash tersebut bisa ditutup (Lihat, as-Sarakhsi, al-Mabsuth, III/99).
Namun, jika tindakan teror yang dilakukan tidak sampai menyebabkan hilangnya nyawa, tetapi hanya menimbulkan
hilangnya anggota badan, maka Islam menetapkan diyat untuk masing-masing. Dengan ketentuan: (1) Jika anggota badan
http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/01/11/28591/pembunuh-bayaran-berseragam-itu-bernama-densus-88/#sthash.l1905Wek.z0gvFmfC.dpbs
2/3
tersebut hanya mempunyai satu organ, maka jika organ tersebut terluka, wajib dibayar 100 unta; (2) Jika terdiri dari dua
27/1/2014

'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88 - VOA-ISLAM.COM

organ, dan yang terluka hanya salah satu, seperti telinga sebelah kiri, maka wajib dibayar 50 unta; (3) Jika terdiri dari
sepuluh bagian, seperti jari, maka setiap jari wajib dibayar 10 unta. Diyat ini berlaku, jika organ tersebut hilang. Namun, jika
hanya terluka, dan luka tersebut luka dalam, maka diyat yang harus dibayar adalah sepertiga (Lihat, al-Maliki, Nidzam
al-‘Uqubat).
Demikian juga terkait dengan harta yang dirusak, dan kehormatan wanita yang direnggut, semuanya ada balasannya.
Semuanya ini telah dirinci dan dibahas oleh para fuqaha, dan banyak kita temukan rinciannya di dalam kitab-kitab fiqih
mereka. Inilah ketentuan Islam terkait dengan teror yang mengakibatkan hilangnya nyawa, harta dan kehormatan, dilihat
dari aspek tindakan kriminalnya. Dalam Islam, negara (Khilafah) akan mengontrol dan menghukum mereka dengan
menerapkan hukum-hukum peradilan yang terkait.
Semuanya ini dilakukan berdasarkan bukti, dan tidak boleh ada sanksi apapun yang dijatuhkan kepada mereka hanya
karena “diduga”. Sebab, prinsip pengadilan dalam Islam adalah, al-ashl bara’tu ad-dzimmah(asas praduga tidak bersalah).
Islam membolehkan dilakukannya penangkapan, jika ada indikasi kuat yang mengarah kepada pelaku, agar bisa ditanya.
Meski begitu, dengan tegas Islam mengharamkan penyiksaan, teror dan sejenisnya terhadap orang yang diduga atau
dituduh sebagai pelaku. Islam mengharamkan aktivitas spionase terhadap mereka, termasuk menyadap telpon, email dan
sebagainya.
Namun, larangan spionase tersebut dikecualikan terhadap Ahl Raib. Meski boleh jadi mereka adalah Muslim, tetapi karena
keterkaitan mereka dengan orang Kafir Harbi fi’lan, dan kebolehan untuk memata-matainya, maka hal yang sama juga
berlaku terhadap Ahl Raib ini. Meski demikian, kebolehan tersebut dibatasi dengan dua syarat: Pertama, jika Departemen
Perang dan Keamanan Dalam Negeri menyatakan, bahwa hasil pengawasannya membuktikan mereka terlibat dengan
negara kafir harbi fi’lan. Kedua, hasil pengawasan tersebut kemudian diserahkan kepada Qadhi Hisbah, dan Qadhi Hisbah
menyatakan bahwa aktivitas mereka bisa membahayakan Islam dan kaum Muslim. Jika dua syarat ini terpenuhi, maka
negara melalui Departemen Keamanan Dalam Negeri bisa memata-matai mereka. Namun, jika dua syarat tersebut tidak
terpenuhi, tidak boleh.
Dengan cara seperti itu, negara akan bisa menyelesaikan masalah terorisme dari akar-akarnya. Solusi yang dibangun
berdasarkan fakta kejahatan yang memang benar-benar telah dilakukan oleh pelakunya, bukan sekedar dugaan, apalagi
rekayasa demi kepentingan politik penguasa komprador dan majikannya. Jadi bisa dihitung berapa sanksi yang akan Allah
timpakan kepada para “pembunuh bayaran” berseragam itu? Wallahu a’lam.
*Penggiat Perubahan Berbasis Islamic Ideology, Penulis Buku “A Big Change; Catatan Kecil untuk Sebuah
Perubahan Besar”
Oleh Agus Suryana*
email: agus.nasrul.suryana@gmail.com

http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/01/11/28591/pembunuh-bayaran-berseragam-itu-bernama-densus-88/#sthash.l1905Wek.z0gvFmfC.dpbs

3/3

More Related Content

What's hot

Qishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarahQishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarahANishie_
 
Konsep jenayah
Konsep jenayahKonsep jenayah
Konsep jenayahshahirah44
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafAZA Zulfi
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatswirawan
 
Pembinaan Narapidana Terorisme
Pembinaan Narapidana TerorismePembinaan Narapidana Terorisme
Pembinaan Narapidana TerorismeFreelancer
 
Densus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPI
Densus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPIDensus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPI
Densus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPIlspiuinbdg
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMuhammad Idris
 
Pengantar kajian hadits
Pengantar kajian haditsPengantar kajian hadits
Pengantar kajian haditsArdi Muluk
 

What's hot (9)

Qishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarahQishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarah
 
Konsep jenayah
Konsep jenayahKonsep jenayah
Konsep jenayah
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyat
 
Pembinaan Narapidana Terorisme
Pembinaan Narapidana TerorismePembinaan Narapidana Terorisme
Pembinaan Narapidana Terorisme
 
Densus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPI
Densus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPIDensus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPI
Densus 88, Pahlawan atau Teroris? - Dauroh Islamiyah LSPI
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
 
Pengantar kajian hadits
Pengantar kajian haditsPengantar kajian hadits
Pengantar kajian hadits
 
Jenayah
JenayahJenayah
Jenayah
 

Viewers also liked

S. Erik Toth - Print & Web Design
S. Erik Toth - Print & Web DesignS. Erik Toth - Print & Web Design
S. Erik Toth - Print & Web DesignSe Toth Design
 
devolucion colectiva_05
devolucion colectiva_05devolucion colectiva_05
devolucion colectiva_05tapante1
 
Art299Spring12Week12AfricanDiaspora
Art299Spring12Week12AfricanDiasporaArt299Spring12Week12AfricanDiaspora
Art299Spring12Week12AfricanDiasporaJennifer Burns
 
Aplicaciones empresarialesdos
Aplicaciones empresarialesdosAplicaciones empresarialesdos
Aplicaciones empresarialesdoshacker 1999
 
Zoetjes x 21
Zoetjes x 21Zoetjes x 21
Zoetjes x 21Dipsiie
 
Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...
Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...
Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...Logicités
 
Fossil Stencils by Cutting Edge Stencils
Fossil Stencils by Cutting Edge StencilsFossil Stencils by Cutting Edge Stencils
Fossil Stencils by Cutting Edge StencilsCutting Edge Stencils
 
Workshop ii vl teachers(presentation deck)
Workshop ii  vl teachers(presentation deck)Workshop ii  vl teachers(presentation deck)
Workshop ii vl teachers(presentation deck)mmcdowell13
 
Romeria del rocío
Romeria del rocíoRomeria del rocío
Romeria del rocíoJ. Lorea
 

Viewers also liked (15)

Eat more, weigh less 11
Eat more, weigh less 11Eat more, weigh less 11
Eat more, weigh less 11
 
S. Erik Toth - Print & Web Design
S. Erik Toth - Print & Web DesignS. Erik Toth - Print & Web Design
S. Erik Toth - Print & Web Design
 
devolucion colectiva_05
devolucion colectiva_05devolucion colectiva_05
devolucion colectiva_05
 
Pesentacion De Redes
Pesentacion De RedesPesentacion De Redes
Pesentacion De Redes
 
Week 4 valk
Week 4   valkWeek 4   valk
Week 4 valk
 
Art299Spring12Week12AfricanDiaspora
Art299Spring12Week12AfricanDiasporaArt299Spring12Week12AfricanDiaspora
Art299Spring12Week12AfricanDiaspora
 
Aplicaciones empresarialesdos
Aplicaciones empresarialesdosAplicaciones empresarialesdos
Aplicaciones empresarialesdos
 
Zoetjes x 21
Zoetjes x 21Zoetjes x 21
Zoetjes x 21
 
Sevillanas
SevillanasSevillanas
Sevillanas
 
Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...
Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...
Conférence hec transports sitl 2014- click & collect - consigne - logistique ...
 
8
8 8
8
 
Fossil Stencils by Cutting Edge Stencils
Fossil Stencils by Cutting Edge StencilsFossil Stencils by Cutting Edge Stencils
Fossil Stencils by Cutting Edge Stencils
 
Workshop ii vl teachers(presentation deck)
Workshop ii  vl teachers(presentation deck)Workshop ii  vl teachers(presentation deck)
Workshop ii vl teachers(presentation deck)
 
Romeria del rocío
Romeria del rocíoRomeria del rocío
Romeria del rocío
 
Winterclothes
WinterclothesWinterclothes
Winterclothes
 

More from Rizky Faisal

Celana pendek sampah
Celana pendek sampahCelana pendek sampah
Celana pendek sampahRizky Faisal
 
Demokrasi sistem gagal
Demokrasi  sistem gagalDemokrasi  sistem gagal
Demokrasi sistem gagalRizky Faisal
 
Apa yang kita dapat dari demokrasi
Apa yang kita dapat dari demokrasi Apa yang kita dapat dari demokrasi
Apa yang kita dapat dari demokrasi Rizky Faisal
 
Pro kontra kebijakan jkn oleh bpjs
Pro kontra kebijakan jkn oleh bpjsPro kontra kebijakan jkn oleh bpjs
Pro kontra kebijakan jkn oleh bpjsRizky Faisal
 
Skema jalur aktivitas kalam upi
Skema jalur aktivitas kalam upiSkema jalur aktivitas kalam upi
Skema jalur aktivitas kalam upiRizky Faisal
 
Hatta rajasa antek kapitalis?
Hatta rajasa antek kapitalis?Hatta rajasa antek kapitalis?
Hatta rajasa antek kapitalis?Rizky Faisal
 
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatIndonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatRizky Faisal
 
Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...
Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...
Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...Rizky Faisal
 
Jangan permainkan pernikahan
Jangan permainkan pernikahanJangan permainkan pernikahan
Jangan permainkan pernikahanRizky Faisal
 
‘Political games’ penjajah
‘Political games’ penjajah‘Political games’ penjajah
‘Political games’ penjajahRizky Faisal
 
Identitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPI
Identitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPIIdentitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPI
Identitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPIRizky Faisal
 
Catatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-ku
Catatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-kuCatatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-ku
Catatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-kuRizky Faisal
 
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatanMemoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatanRizky Faisal
 
Bagaimana media massa menggiring opini publik (2)
Bagaimana media massa menggiring opini publik  (2)Bagaimana media massa menggiring opini publik  (2)
Bagaimana media massa menggiring opini publik (2)Rizky Faisal
 
Bagaimana media massa menggiring opini publik (1)
Bagaimana media massa menggiring opini publik  (1)Bagaimana media massa menggiring opini publik  (1)
Bagaimana media massa menggiring opini publik (1)Rizky Faisal
 
Mahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capresMahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capresRizky Faisal
 
Trend dunia tahun 2014
Trend dunia tahun 2014Trend dunia tahun 2014
Trend dunia tahun 2014Rizky Faisal
 
Doa untuk orang yang sakit
Doa untuk orang yang sakitDoa untuk orang yang sakit
Doa untuk orang yang sakitRizky Faisal
 

More from Rizky Faisal (20)

Celana pendek sampah
Celana pendek sampahCelana pendek sampah
Celana pendek sampah
 
Demokrasi sistem gagal
Demokrasi  sistem gagalDemokrasi  sistem gagal
Demokrasi sistem gagal
 
Apa yang kita dapat dari demokrasi
Apa yang kita dapat dari demokrasi Apa yang kita dapat dari demokrasi
Apa yang kita dapat dari demokrasi
 
Pro kontra kebijakan jkn oleh bpjs
Pro kontra kebijakan jkn oleh bpjsPro kontra kebijakan jkn oleh bpjs
Pro kontra kebijakan jkn oleh bpjs
 
Target kalam 2014
Target kalam 2014Target kalam 2014
Target kalam 2014
 
Skema jalur aktivitas kalam upi
Skema jalur aktivitas kalam upiSkema jalur aktivitas kalam upi
Skema jalur aktivitas kalam upi
 
Hatta rajasa antek kapitalis?
Hatta rajasa antek kapitalis?Hatta rajasa antek kapitalis?
Hatta rajasa antek kapitalis?
 
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatIndonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
 
Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...
Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...
Hijrah pengusaha muslim, berjuang mengorbankan harta dan jiwa menuju ridha al...
 
Jangan permainkan pernikahan
Jangan permainkan pernikahanJangan permainkan pernikahan
Jangan permainkan pernikahan
 
‘Political games’ penjajah
‘Political games’ penjajah‘Political games’ penjajah
‘Political games’ penjajah
 
Fanatik!
Fanatik!Fanatik!
Fanatik!
 
Identitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPI
Identitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPIIdentitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPI
Identitas Pemuda yang Hilang - KALAM UPI
 
Catatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-ku
Catatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-kuCatatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-ku
Catatan Haura_ Sepotong Cerita tentang Hijrah-ku
 
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatanMemoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatan
 
Bagaimana media massa menggiring opini publik (2)
Bagaimana media massa menggiring opini publik  (2)Bagaimana media massa menggiring opini publik  (2)
Bagaimana media massa menggiring opini publik (2)
 
Bagaimana media massa menggiring opini publik (1)
Bagaimana media massa menggiring opini publik  (1)Bagaimana media massa menggiring opini publik  (1)
Bagaimana media massa menggiring opini publik (1)
 
Mahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capresMahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capres
 
Trend dunia tahun 2014
Trend dunia tahun 2014Trend dunia tahun 2014
Trend dunia tahun 2014
 
Doa untuk orang yang sakit
Doa untuk orang yang sakitDoa untuk orang yang sakit
Doa untuk orang yang sakit
 

'Pembunuh bayaran' berseragam itu bernama densus 88

  • 1. 27/1/2014 'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88 - VOA-ISLAM.COM 'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88 Sahabat Voa Islam Dari puluhan orang yang diduga teroris dan ditembak mati, dapat dipastikan banyak diantaranya yang dibunuh tanpa alasan pasti. Bahkan beberapa catatan menunjukkan, berulangkali Densus 88 menembak mati orang yang tidak bersalah. Kasus Cililitan mengingatkan kita akan memori tsb. Dua orang yang menurut polisi adalah teroris ditembak mati pada Selasa (8/5/2010). Namun akhirnya tidak diketahui siapa kedua orang tersebut. Anehnya, sang penembak mati (anggota Densus 88) sendiri tidak tahu siapa orang itu. Di batu nisan makam korban, namanya tertulis Mr X. Di Bandung, Densus 88 menangkap seorang tersangka teroris bernama Untung Budi Susanto (43) pada hari Ahad (12/6/2011) . Saat ditangkap, Untung dalam kondisi sehat. Namun baru sehari dalam masa interogasi, ia meninggal. Selasa (14/6) jenazahnya diantar kepada keluarganya oleh Densus 88 dalam peti mayat untuk dikuburkan. Rumahnya dijaga ketat belasan Densus 88 dengan senjata lengkap. Keluarganya diancam Densus 88 agar tidak melakukan tiga hal; membuka jenazah korban, melaporkan kepada TPM, dan menghubungi media massa. Di Tanjung Balai, Medan, (24/9/2010) empat orang yang sedang menunaikan shalat Maghrib diberondong peluru Densus 88. Dua diantaranya tewas. Khairul Ghazali yang memimpin shalat itu diinjak-injak di depan keluarganya. Itu adalah beberapa contoh kasus, masih banyak puluhan kasus sadis dan memilukan lainnya yang dihadapi korban “pembunuhan berencana” Densus 88. Tidak sekadar membunuh dengan sadis, Densus 88 juga kadang melakukan tindakan keji dan zalim terhadap jenazah korban, salah satu contoh adalah bola mata salah satu jenazah terduga “Teroris Ciputat” hilang dicongkel. Menurut Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, tindakan biadab tersebut merupakan tindakan di bawah kendali aparat Densus 88 dan BNPT yang perlakuannya mirip dengan terduga teror bom Mapolres Poso, Zainul Arifin, dimana saat itu korban dibawa ke RS Polri dalam keadaan bola mata almarhum masih lengkap. Tapi begitu dipulangkan ke keluarga almarhum, kondisi jenazah sangat mengerikan. Kedua matanya complong karena bola matanya hilang dicongkel. Mirip Pembunuh Bayaran Siapapun yang menyimak sepak terjang Densus 88 dalam melakukan operasinya, mereka tak ubahnya seperti pembunuh bayaran. Di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, tidak sulit untuk mencari pembunuh bayaran atau orang yang bersedia dibayar untuk melenyapkan nyawa seseorang. Mereka umumnya adalah alumni lembaga pemayarakatan (LP) alias mantan napi. Biasanya setelah ada kata sepakat antara sang penyewa dengan sang pembunuh bayaran, sang pembunuh bayaran professional akan menggali informasi sebanyak mungkin dari sang penyewa tentang targetnya. Informasinya menyangkut nama lengkap, alamat hingga kebiasaan sang target sehari-hari. Informasi tersebut dikonfirmasi melalui observasi langsung selama beberapa hari. Kemudian, sang pembunuh bayaran akan menentukan waktu, lokasi hingga alat yang digunakan untuk menghabisi dan membunuh korban. Dengan kecermatan seperti itu kemungkinan melesetnya target justru sangat minim dibanding dengan apa yang dilakukan Densus 88, “pembunuh bayaran” yang satu ini malah sering meleset dalam mengeksekusi target atau memang mungkin sengaja mencari target secara acak untuk menyenangkan tuan pembayar. Berbeda dengan pembunuh bayaran yang menyusun rencana agar eksekusi dapat dilakukan sesingkat mungkin dan saksi seminim mungkin untuk selanjutnya menentukan tempat persembunyian pasca eksekusi, Densus 88 justru melakukan aksi dengan sebaliknya, mereka akan menyusun rencana agar eksekusi dapat dilakukan dengan durasi selama mungkin agar terkesan lebih dramatis dan menegangkan untuk menguatkan asumsi banyak pihak bahwa para terduga teroris itu melakukan perlawanan saat hendak ditangkap. Pembunuh bayaran membunuh target dengan sembunyi-sembunyi, Densus 88 justru sangat demonstratif, dilakukan ramerame, bersenjata lengkap, memakai seragam resmi, dan penuh percaya diri karena mendapat legalitas dan justifikasi dari institusi. Sehingga siapapun masyarakat yang menyaksikan aksi mereka pasti akan memberikan apresiasi dan dukungan penuh bahwa mereka adalah penumpas teroris. Benar-benar pembunuh bayaran yang paling nyaman beraksi. http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/01/11/28591/pembunuh-bayaran-berseragam-itu-bernama-densus-88/#sthash.l1905Wek.z0gvFmfC.dpbs Siapa yang Bayar? 1/3
  • 2. 27/1/2014 'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88 - VOA-ISLAM.COM Pasca peristiwa penghancuran menara kembar WTC pada 9/11 2001 silam, AS telah membagi dunia menjadi dua bagian; ikut bersama teroris atau ikut bersama AS untuk menumpas mereka. Negara yang memilih ikut bersama teroris, maka dia akan mendapat stick (tongkat) dari AS sebagai simbol perlawanan sehingga layak untuk dipukul (diperangi), dan negara yang memilih bersama AS, maka dia akan mendapatkan carrot (wortel) sebagai simbol dukungan untuk bersama seiring sejalan melakukan agenda besar yang kemudian dikenal sebagai war on terrorism. Sebagai mitra AS sejak zaman Orde Baru, tentu saja Indonesia memilih opsi kedua, sebab para kacung AS yang notabene adalah para penguasa negeri ini tak ingin tuannya marah. Maka sejak saat itu berbagai MoU untuk penanggulangan bahaya terorisme banyak ditandatangani. Berdasarkan data Human Right Watch tentang couter terorism yang dilakukan AS, pembentukan Densus 88 di Indonesia pada tahun 2002 (setahun setelah peristiwa 9/11) didanai AS sebesar 16 Juta Dollar. Pada tahun 2001, Polri juga telah menerima dana untuk penanganan terorisme sebesar 10 Juta Dollar. Dana untuk penanggulangan terorisme yang dikeluarkan AS tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dana penanggulangan terorisme pada tahun 2007 sebesar 93 Milyar dollar, dan untuk tahun 2008 sebesar 141 Milyar dollar untuk seluruh dunia. Jadi jelaslah Amerika Serikat adalah pihak pembayar bagi para “pembunuh bayaran” berseragam itu selain tentunya negara tetangga Australia. Mengapa Harus Dibunuh? Prosedur tembak mati di tempat yang dilakukan Densus 88 terhadap para terduga teroris menuai banyak kecaman. Menurut Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani, apabila memang para terduga teroris itu sudah lama diintai, Densus 88 mestinya punya banyak kesempatan untuk menangkap para terduga teroris itu hidup-hidup dan tidak perlu dibunuh. Selain itu, Polri juga memiliki alat canggih seperti CCISO (Cyber Crime Investigation Satelit Operation) yang bisa menyadap dan mendeteksi dimanapun keberadaanya, atau bisa juga menembakkan senjata atau gas pembius untuk membuat terduga pingsan, dan cara lainnya. Intinya jika ini dilakukan secara profesional tentu tidak perlu ada penembakan mati. Terlebih penggerebeg-an kadang dilakukan di desa terpencil, dengan lokasi berbukit-bukit, ini memungkinkan terduga ditangkap hidup-hidup. Jika memang benar para terduga teroris itu dicurigai terlibat aksi terorisme sebagaimana yang disangkakan Densus 88, tentunya lebih menguntungkan jika ditangkap dalam keadaan hidup karena mereka belum tentu bersalah. Sejauh ini sudah sekitar 110 korban yang ditembak mati Densus 88 tanpa proses pengadilan. Justru sebagian besar korban ditembak dalam kondisi tidak berdaya. Siane Indriani menuturkan hingga saat ini, tak ada prestasi membanggakan yang ditunjukkan Densus 88 dalam upaya pengungkapan sejumlah kasus terorisme. Aksi tembak mati sesungguhnya hanya akan menstimulasi tindakan balas dendam dan menumbuhsuburkan teror-teror berikutnya secara berkelanjutan. Kiat Islam Menanggulangi Terorisme Sebagai agama dan ideologi yang lengkap dan sempurna, Islam telah memberikan solusi yang jelas dan tegas terhadap tindakan teror. Tindakan teror, baik secara verbal maupun fisik, sama-sama diharamkan oleh Islam. Nabi menyatakan, “Siapa saja yang meneror orang Islam demi mendapatkan ridha penguasa, maka dia akan diseret pada Hari Kiamat bersamanya.” (Lihat, as-Suyuthi, Jami’ al-Masanid wa al-Marasil, VII/44). Teror yang dimaksud di sini bisa berbentuk verbal maupun fisik. Demikian juga hadits Nabi, “Siapa yang menghunus pedang terhadap seorang Muslim, maka benar-benar telah menumpahkan darahnya.” (Lihat, as-Syaibani, Syarah as-Sair al-Kabir, I/6). Kedua hadits ini jelas mengharamkan tindakan teror. Karena itu, tindakan ini dianggap pelanggaran syar’i (muk halafah syar’iyyah), dan merupakan bentuk krimininal (jarimah). Dalam Islam, setiap pelanggaran ada sanksinya, sesuai dengan bentuk dan kadarnya. Jika tindakan teror yang dilakukannya menyebabkan hilangnya nyawa orang banyak, maka menurut mazhab Hanafi, orang tersebut harus dibunuh, tidak perlu membayar diyat. Namun, menurut Imam as-Syafii, itu belum cukup. Selain harus dibunuh, dia diwajibkan membayar diyat kepada seluruh keluarga korban. Alasannya, karena nyawa yang dia renggut lebih dari satu. Jika diqishash, maka nyawanya hanya berlaku untuk satu korban, sementara korban yang lain belum mendapat bagian. Karena itu, dia wajib membayar diyat, agar defisit qishash tersebut bisa ditutup (Lihat, as-Sarakhsi, al-Mabsuth, III/99). Namun, jika tindakan teror yang dilakukan tidak sampai menyebabkan hilangnya nyawa, tetapi hanya menimbulkan hilangnya anggota badan, maka Islam menetapkan diyat untuk masing-masing. Dengan ketentuan: (1) Jika anggota badan http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/01/11/28591/pembunuh-bayaran-berseragam-itu-bernama-densus-88/#sthash.l1905Wek.z0gvFmfC.dpbs 2/3 tersebut hanya mempunyai satu organ, maka jika organ tersebut terluka, wajib dibayar 100 unta; (2) Jika terdiri dari dua
  • 3. 27/1/2014 'Pembunuh Bayaran' Berseragam Itu Bernama Densus 88 - VOA-ISLAM.COM organ, dan yang terluka hanya salah satu, seperti telinga sebelah kiri, maka wajib dibayar 50 unta; (3) Jika terdiri dari sepuluh bagian, seperti jari, maka setiap jari wajib dibayar 10 unta. Diyat ini berlaku, jika organ tersebut hilang. Namun, jika hanya terluka, dan luka tersebut luka dalam, maka diyat yang harus dibayar adalah sepertiga (Lihat, al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat). Demikian juga terkait dengan harta yang dirusak, dan kehormatan wanita yang direnggut, semuanya ada balasannya. Semuanya ini telah dirinci dan dibahas oleh para fuqaha, dan banyak kita temukan rinciannya di dalam kitab-kitab fiqih mereka. Inilah ketentuan Islam terkait dengan teror yang mengakibatkan hilangnya nyawa, harta dan kehormatan, dilihat dari aspek tindakan kriminalnya. Dalam Islam, negara (Khilafah) akan mengontrol dan menghukum mereka dengan menerapkan hukum-hukum peradilan yang terkait. Semuanya ini dilakukan berdasarkan bukti, dan tidak boleh ada sanksi apapun yang dijatuhkan kepada mereka hanya karena “diduga”. Sebab, prinsip pengadilan dalam Islam adalah, al-ashl bara’tu ad-dzimmah(asas praduga tidak bersalah). Islam membolehkan dilakukannya penangkapan, jika ada indikasi kuat yang mengarah kepada pelaku, agar bisa ditanya. Meski begitu, dengan tegas Islam mengharamkan penyiksaan, teror dan sejenisnya terhadap orang yang diduga atau dituduh sebagai pelaku. Islam mengharamkan aktivitas spionase terhadap mereka, termasuk menyadap telpon, email dan sebagainya. Namun, larangan spionase tersebut dikecualikan terhadap Ahl Raib. Meski boleh jadi mereka adalah Muslim, tetapi karena keterkaitan mereka dengan orang Kafir Harbi fi’lan, dan kebolehan untuk memata-matainya, maka hal yang sama juga berlaku terhadap Ahl Raib ini. Meski demikian, kebolehan tersebut dibatasi dengan dua syarat: Pertama, jika Departemen Perang dan Keamanan Dalam Negeri menyatakan, bahwa hasil pengawasannya membuktikan mereka terlibat dengan negara kafir harbi fi’lan. Kedua, hasil pengawasan tersebut kemudian diserahkan kepada Qadhi Hisbah, dan Qadhi Hisbah menyatakan bahwa aktivitas mereka bisa membahayakan Islam dan kaum Muslim. Jika dua syarat ini terpenuhi, maka negara melalui Departemen Keamanan Dalam Negeri bisa memata-matai mereka. Namun, jika dua syarat tersebut tidak terpenuhi, tidak boleh. Dengan cara seperti itu, negara akan bisa menyelesaikan masalah terorisme dari akar-akarnya. Solusi yang dibangun berdasarkan fakta kejahatan yang memang benar-benar telah dilakukan oleh pelakunya, bukan sekedar dugaan, apalagi rekayasa demi kepentingan politik penguasa komprador dan majikannya. Jadi bisa dihitung berapa sanksi yang akan Allah timpakan kepada para “pembunuh bayaran” berseragam itu? Wallahu a’lam. *Penggiat Perubahan Berbasis Islamic Ideology, Penulis Buku “A Big Change; Catatan Kecil untuk Sebuah Perubahan Besar” Oleh Agus Suryana* email: agus.nasrul.suryana@gmail.com http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/01/11/28591/pembunuh-bayaran-berseragam-itu-bernama-densus-88/#sthash.l1905Wek.z0gvFmfC.dpbs 3/3