Teks ini membahas tentang kasus pembatalan pernikahan selebriti Asmirandah dan Jonas Rivanno yang baru menikah selama 3 bulan. Teks ini mengingatkan bahwa pernikahan bukanlah permainan dan seharusnya pasangan sudah menetapkan agama sebagai kriteria utama sebelum menikah. Mempermainkan pernikahan sama dengan mempermainkan ajaran agama dan mengecewakan keluarga besar yang hadir dalam pernikahan.
'Pembunuh bayaran' berseragam itu bernama densus 88
Jangan permainkan pernikahan
1. 1/2/2014
[117] Jangan Permainkan Pernikahan
Jangan Permainkan Pernikahan
Thursday, 30 January 2014 07:12
Akhir-akhir ini masyarakat membicarakan mengenai kasus pembatalan pernikahan oleh pasangan selebriti Asmirandah-Jonas
Rivanno. Kok bisa pernikahan dibatalkan? Inilah yang menjadi tanda tanya. Seolah-olah pernikahan hanya menjadi obyek
mainan. Bagaimana tidak, pasangan tersebut baru menikah 17 Oktober lalu.
Faktor agama Jonas agaknya menjadi pengganjal, setelah menikah cara Islam tapi memungkiri pasca pernikahannya. Ini
menjadi bahan renungan bagi kalangan Muslimah khususnya, agar cermat dan hati-hati mencari pasangan. Jangan begitu
mudahnya menerima seseorang yang meski berkomitmen akan berislam, ternyata kamuflase semata. Agama sebagai
penyaring utama disepelekan.
Seharusnya, sebelum menikah sudah menetapkan agama sebagai kriteria pertama dalam memilih pasangan. Bukan sekadar
agama dalam KTP, apalagi dianut secara paksa menjelang akad. Agama yang dimaksud adalah pemahaman yang sudah
melekat, mendarah daging dan menjadi pedoman dalam hidupnya sehari-hari. Terlebih memilih suami bagi Muslimah, agama
wajib dinomorsatukan.
Pasalnya, menikah mengandung tanggung jawab besar. Memilih pasangan hidup juga merupakan kunci yang harus benarbenar diperhatikan. Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan petunjuk tentang cara memilih pasangan hidup yang tepat
dan islami.
Memang, di era globalisasi saat ini, datangnya jodoh terkadang tidak terduga. Beda agama, lintas bangsa bahkan antarbenua.
Banyak teman yang menemukan jodohnya di dunia maya, dengan orang berlatar belakang sangat berbeda dalam bahasa,
budaya, suku bangsa dan terkadang agama.
Ini akan menjadi masalah di kemudian hari, saat biduk rumah tangga sudah mulai berjalan. Ya, pasangan yang menikah satu
agama, satu suku, satu budaya dan satu bahasa saja terkadang banyak menemukan ketidakharmonisan, apalagi jika
berlatarbelakang sangat berbeda.
Karena itu, jangan buru-buru menikah jika memang belum mantab dengan calon sesuai petunjuk Allah SWT. Jangan seperti
kalangan artis yang begitu gampangnya kawin-cerai, seolah pernikahan adalah permainan. Mempermainkan pernikahan berarti
mempermainkan Sang Pencipta. Ini karena hal-hal berikut:
1. Pernikahan adalah janji atau akad yang terikrarkan atas nama Allah SWT. Ini momen sakral yang sangat suci, sumpah atas
nama ilahi. Jangan pernah bermain-main dengan nama tuhan. Saat ikrar pernikahan, sebuah ikatan yang kuat (mitsaqan
galizha) telah terjadi. Seharusnya yang dilakukan adalah mempertahankan ikatan ini, bukan dengan mudahnya mengurai
kembali.
2. Pernikahan dituntun oleh agama Islam sebagai pedoman hidup. Pernyataan sah saat akad nikah, berarti bahwa akad itu telah
sejalan dengan tuntunan agama. Jadi, jangan bermain-main dengan tuntunan agama. Ini artinya menyepelekan agama.
3. Pernikahan dicatat dalam lembar dokumen negara. Pernikahan melibatkan pejabat pemerintahan dalam pelaksanaannya.
Mempermainkan aturan negara dan pejabat pemerintahan tentu tidak terpuji. Pernikahan harus dijaga dan dipertahankan, tidak
boleh sembarangan dirusak dan dihancurkan.
4. Pernikahan disaksikan keluarga besar, kerabat dan masyarakat luas. Acara resepsi pun terkadang digelar mewah demi
menghimpun doa restu. Semua berharap pernikahan ini langgeng. Menghancurkan pernikahan itu berarti memupus harapan
para undangan akan doa-doa yang telah dipanjatkan.
Demikianlah, jika bermain-main dengan pernikahan, berarti telah mempermainkan Sang Pencipta, agama dan kerabat.(kholda)
http://mediaumat.com/muslimah/5173-117-jangan-permainkan-pernikahan-.html
1/1