2. KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN MELADA DAN
LADA SAMBUNG
Karakterisitik pertumbuhan lada sambung diamati pada perkebunan lada sambung
seluas 0,5 ha dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m, yang ditanam pada pohon panjatan
kapuk. Pemeliharaan meliputi pengendalian gulma menggunakan mesin babat dan
dibokor setiap 3 bulan. Pada tahun pertama dilakukan aplikasi pupuk kandang
sebanyak 5 liter per tanaman. Setelah berumur 1 tahun dilakukan pemupukan NPK
(15:15:15) dengan dosis 200g/tanaman/tahun. Pemupukan dilakukan 2 kali setahun,
yaitu pada bulan Maret dan Oktober.
Perlakuan
Hasil pengamatan umur 18 bulan, dibandingkan lada non-sambung, lada
sambung menunjukkan indeks kehijauan daun yang lebih besar, diameter batang
yang lebih besar, diameter cabang plagiotrop yang lebih besar, jumlah cabang
ortotrop yang lebih banyak, dan jumlah cabang plagiotrop yang lebih banyak, dan
15,6% tanaman sudah berbunga.
3. ALIH TEKNOLOGI BUDIDAYA LADA ORGANIK SEBAGAI PAGAR HIDUP
KEPADA MASYARAKAT DESA KEBONAGUNG, SIDOHARJO, WONOGIRI
Perlakuan yang dicobakan meliputi: (A) lama perendaman: 6 (A1), 7 (A2), dan 8 (A3)
hari (berdasarkan hasil penelitian pen-dahuluan dengan menggunakan jenis lada yang di-
peroleh dari Serang Kabupaten Banten diperoleh hasil perendaman terbaik selama 7 hari
sehingga dicoba hari sebelum dan sesudahnya), dan (B) cara pengeringan: sinar matahari
(B1) dan alat pengering suhu 40-65oC (B2). Sebagai pembanding digunakan contoh lada
putih hasil pengolahan oleh petani yang berdekatan letaknya dengan lokasi penelitian
dengan pengeringan menggunakan sinar matahari. Para-meter yang diamati adalah warna
dengan chroma-meter, kadar minyak dengan metode distilasi,
Mutu lada yang dihasilkan telah memenuhi syarat mutu lada putih dari IPC, kecuali
kadar lada enteng yang lebih tinggi karena kinerja alat sortasi belum optimal, yaitu
memiliki warna putih dan kecerahan yang baik, kadar minyak 2,3-3,1% (lebih tinggi dari
standar ISO/R 959), kadar air 10,4-12,3% (lebih rendah dari standar IPC WP-1), kadar
lada enteng 0,40-0,58% (lebih rendah dibanding IPC WP-1), nilai TPC 5,71x102-
1,43x103 CFU/g (lebih baik dibanding standar IPC), jamur/kapang 1,3x103 CFU/g,
4. Karakteristik Morfologi Lada Perdu (Piper nigrumL.)Varietas Natar 1 Dan
Natar 2 Toleran Cekaman Naungan
Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (RPT) dengan dua faktor :
Faktor I(Petak Utama) : Tingkat naungan (N) dengan 4 taraf,yaitu :N0: naungan 0
% (kontrol), N1:naungan 25 % (intensitas cahaya 75%), N2: naungan 50%
(intensitas cahaya 50%), N3: naungan 75 % (intensitas cahaya 25%), Faktor II
(Anak Petak): Varietas lada perdu, V0: Natar 1, V1 : Natar 2
Perlakuan berbagai taraf cekaman naungan berpengaruh nyata dalam
meningkaatkan peubah amatan pertambahan tinggi tanaman yaitu N2 (50%), jumlah
daun dan perhitungan klorofil a. Taraf naungan terbaik yaitu N1 (25%) dan
Perlakuan 2 varietas lada perdu berpengaruh nyata dalam meningkatkan peubah
amatan jumlah cabang, diameter batang, total luas daun, klorofil b, total klorofil,
bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar.V1
(Natar 1) menunjukan varietas terbaik serta Interaksi antara cekaman naungan dan 2
varietas lada perdu berpengaruh nyata dalam meningkatkan peubah amatan jumlah
daun dan diameter batang.
5. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUKSI LADA
DI PROVINSI LAMPUNG
Penelitian ini menggunakan data Survei Rumah Tangga Usaha Perkebunan tahun 2014 yang
dipublikasikan oleh BPS. Data yang diambil meliputi data jumlah penggunaan input, jumlah
produksi, harga input, harga output dan data sosial ekonomi petani. Penelitian ini mengguna-
kan jenis data cross section tahun 2014. Selain itu, data-data pendukung pada penelitian ini
diperoleh melalui literature review artikel jurnal penelitian terdahulu.
faktor produksi memiliki koefisien yang positif sesuai dengan asumsi yang berlaku pada fungsi
produksi Cobb Douglas. Variabel yang memiliki nilai elastisitas yang paling besar adalah
variabel luas areal lahan. Potensi ini dapat dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan
produktivitas lada di Provinsi Lampung melalui upaya peningkatan lahan (ekstensifikasi).
Selain itu, peningkatan produktivitas lada juga dapat dilakukan melalui berbagai macam
program yang didukung oleh kolaborasi multisektoral dari berbagai macam Stakeholder. Hal
ini bertujuan untuk memfasilitasi petani lada untuk mengakses segala input usahatani yang
dibutuhkan.
6. PERTUMBUHAN BIBIT LADA (Piper nigrum L.) PADA MEDIA PEMBIBITAN DAN
WAKTU APLIKASI PUPUK NPK
Perlakuan aplikasi pupuk NPK yang digunakan yaitu pupuk NPK (16:16:16) dengan
dosis 1 g/polybag. Pengaplikasian pupuk yaitu 2 MSPT (P1), 4 MSPT (P2), 6 MSPT
(P3), dan 8 MSPT (P4).
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu: (1) Media pembibitan yang
paling baik pada pertumbuhan bibit setek tanaman lada adalah pasir kali + kompos pada
jumlah daun 4, 8, 12 MSPT, bobot segar dan bobot kering tunas; (2) Waktu aplikasi
pupuk NPK pada pertumbuhan setek tanaman lada tidak berbeda terhadap semua
variabel pengamatan; dan (3) Terjadi interaksi antara media pembibitan dan waktu
aplikasi pupuk NPK pada pertumbuhan setek lada. Media pasir kali + arang sekam
bersifat linier seiring penambahan waktu aplikasi pupuk NPK 1 MSPT dan
meningkatkan jumlah akar total 2,0 helai akar. Media pasir kali + arang sekam +
kompos pada waktu aplikasi pupuk NPK optimum 5,2 MSPT menghasilkan jumlah akar
terbanyak yaitu 18,92 helai akar. Disarankan pada penelitian berikutnya melakukan
menganalisis kandungan hara N, P, dan K pada media tanam kompos dan arang sekam.
7. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN KONSENTRASI
PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERTUMBUHAN
SETEK LADA (Piper nigrum L)
Bahan tanaman berupa setek yang memiliki dua daun yang diperoleh dari tanaman lada
varietas Natar berumur lebih kurang 3 tahun. Media tanam berupa tanah top soil, pasir dan
Tricho-kompos dengan perbandingan 1:1:1 v/v. Trichokompos adalah kompos yang diberi
Trichoderma harzianum, dengan bahan utama berupa daun Gamal dan EM-4
Faktor pertama adalah aplikasi 3 macam pupuk anorganik berupa Urea (N), SP-36 (P), dan KCl (K) yang
terdiri atas 4 taraf yaitu: NPK 1+0+0 (hanya diberi urea); 1+1+1 (urea, SP-36 dan KCl masing-masing
1kali dosis), 2+1+1 (dosis urea 2 kali, SP-36 dan KCl 1 kali) dan 2+1+2 (dosis urea dan KCl 2 kali, SP-36
1 kali).
Faktor kedua dari penelitian ini adalah aplikasi POC (Merek dagang: HP Fertilizer) dengan konsentrasi
yaitu: 0,00% (kontrol), 0,05%, 0,10% dan 0,15%. POC dilarutkan ke dalam air dan diaplikasikan sekali
dalam 2 minggu dengan cara penyemprotan melalui daun.
Penggunaan pupuk anorganik NPK (1+0+0) atau urea 1,6 g/tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan bibit lada pada semua parameter yang diamati yaitu waktu munculnya tunas (34,33 hari setelah
tanam), jumlah tunas, panjang sulur (19,17 cm), jumlah daun (3,44 helai), luas daun (51,65 cm2) dan volume akar
(21,33 ml)
Penggunaan Pupuk organik cair konsentrasi 0,10% memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman
lada yaitu panjang sulur (19,17 cm), jumlah daun (3,05 helai), luas daun (46,83 cm2) dan volume akar (21,33 ml).
Terdapat interaksi antara pupuk anorganik NPK (1+0+0) urea 1,6 g/ tanaman dengan pupuk organik cair pada
konsentrasi 0,10% terhadap parameter panjang sulur yaitu 19,17 c
Hasil