SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
PERAN PUPUK ORGANIK GRANUL DAN CAIR
BERBAHAN BAKU LIMBAH PASAR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAYURAN DAUN
Yudi Sastro, Indarti P. Lestari dan Suwandi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Email : yudis_bkl2001@yahoo.com
ABSTRAK
Pengkajian ini bertujuan untuk mempelajari peran pupuk organik granul (POG) dan pupuk organik cair (POC)
berbahan baku limbah organik pasar pada pertumbuhan dan hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung. Kegiatan
dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta dan lahan petani di wilayah Jagakarsa,
Jakarta Selatan, mulai April hingga September 2010. Pengujian pupuk melibatkan enam petani sebagai pelaksana atau
kooperator. Perlakuan yang diuji, meliputi 1) pupuk organik granul 5 ton.ha-1
+ pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran
rekomendasi, 2) pupuk organik cair + pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 3) pupuk NPK 15:15:15 takaran
rekomendasi, dan 4) pupuk dan pemupukan teknologi petani (NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi + pupuk kandang
ayam 10 ton.ha-1
). Perlakuan diatur menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), masing-masing petani
kooperator sebagai blok ulangan. Peubah pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat hasil panen. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa (1) POG dan POC mampu mengurangi takaran pemberian pupuk NPK pada sawi, selada,
bayam, dan kangkung berkisar 25-50% dari takaran rekomendasi, (2) POG dan POC mampu menggantikan 100% pupuk
kandang ayam pada budidaya bayam dan kangkung dan berpotensi untuk digunakan dalam budidaya selada dan sawi, dan
(3) Peran POG lebih baik dibandingkan POC dalam mendukung pertumbuhan dan hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung.
Kata kunci : pupuk organik, limbah pasar, sayuran
PENDAHULUAN
Limbah organik di perkotaan, diantaranya limbah pasar, berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan pupuk organik. Losada et al. (2001) melaporkan bahwa kandungan nutrien yang
terdapat dalam limbah organik di perkotaan mencapai 100 kilogram per ton berat kering limbah.
Kandungan unsur hara makro, meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, masing-masing berkisar 101-3.771
mg.kg-1
, sedangkan unsur hara mikro Fe, Mn, Cu, dan Zn berkisar 0,2-0,62 mg.kg-1
(Sastro et al.,
2007).
Penelitian penggunaan limbah organik pasar sebagai pupuk kompos telah dilaporkan banyak
peneliti, diantaranya Cooperband (2002); von Berchem (2005); dan Chen et al. (2007). Namun
demikian, tingkat pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan pupuk organik, khususnya di Indonesia,
masih sangat rendah. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya adalah tingginya kadar
air bahan sehingga menyebabkan sulitnya dalam penanganan limbah, serta rendahnya kualitas
kompos yang dihasilkan, baik dari segi kandungan hara maupun penampilan (Zhao et al., 2012; Smidt
et al., 2011; Sastro et al., 2009).
Permasalahan di atas kemungkinan dapat diatasi dengan cara memperbaiki sistem
pengomposan menggunakan sistem pengomposan dipercepat atau melalui proses fermentasi langsung
secara anaerobik menghasilkan pupuk organik cair. Penjaminan kualitas pupuk dapat dilakukan
melalui proses pengkayaan (enrichment), diantaranya menggunakan batuan fosfat, zeolit, arang
sekam, dan inokulum mikroba. Sementara itu, peningkatan penampilan dan nilai estetika pupuk
kompos (padat) dapat dilakukan melalui proses granulasi dan pemeletan.
Namun demikian, hipotesis di atas masih perlu diuji kebenarannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari peran pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah organik pasar yang
telah diperkaya bahan organik, bahan mineral, serta inokulum mikroba dalam mendukung
pertumbuhan serta hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung.
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan pegkajian, meliputi persiapan dan analisis bahan hingga pengujian pupuk
dilakukan mulai dari April hingga September 2010. Persiapan dan analisis bahan dilakukan di
Laboratorium Terpadu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, sedangkan pengujian pupuk
pada tanaman dilaksanakan di lahan petani di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Bahan dan Alat
Bahan pengkajian yang digunakan meliputi limbah sayuran yang diambil dari Pasar Minggu,
Jakarta Selatan; pupuk organik granul, pupuk organik cair; kultur Azotobacter vinelandii (106
sel.ml-
1
), Lactobacillus sp. (106
sel.ml-1
), Aspergillus niger (105
cfu); batuan fosfat Ciamis (P-air : 1,2%; P-
sitrat 2%: 4,6%, P-HCl 17,2%); benih sawi caisim (Tosakan, Panah Merah), selada (Grand Rapid,
Panah Merah), bayam (Maestro, Panah Merah), dan kangkung (Bangkok LP-1, Panah Merah). Alat-
alat penelitian, meliputi shaker, autoclave, laminar air flow, erlenmeyer, dan drum plastik volume
120 liter.
Pembuatan Pupuk Organik Granul
Kompos yang telah ditepungkan diperkaya zeolit, arang sekam, dan kapur, masing-masing
sebanyak 5% (b/b). Selanjutnya dilakukan pengkayaan, yakni menggunakan kultur campuran
Azotobacter vinelandii (106
sel.ml-1
), Lactobacillus sp. (106
sel.ml-1
), Aspergillus niger (105
cfu.ml-1
).
Pengkayaan kultur mikroba dilakukan dengan cara menyemprotkan sebanyak 100 ml kultur mikroba
tersebut per kilogram kompos. Selanjutnya campuran bahan digranulasi menggunakan mesin
granulator membentuk pupuk granul dengan diameter rata-rata 3 mm. Pengeringan granul dilakukan
di dalam oven pada suhu 50o
C selama 24 jam.
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Limbah organik pasar (sayur 70% (b/b), buah 20% (b/b), bumbu dan lain-lain 10% (b/b),
dicacah menggunakan mesin pencacah, selanjutnya diperas dan diambil sari patinya. Saripati
diencerkan dengan air (50:50, v/v) dan diperkaya dengan dedak padi dan batuan fosfat, masing-
masing sebanyak 10 g.l-1
campuran bahan. Campuran bahan selanjutnya diinokulasi dengan
Lactobacillus sp. dan difementasi secara anaerobik selama 21 hari. Pupuk organik cair hasil
fermentasi selanjutnya diperkaya menggunakan kultur campuran Azotobacter vinelandii (106
sel.ml-
1
), Lactobacillus sp. (106
sel.ml-1
), Aspergillus niger (105
cfu.ml-1
) sebanyak 100 ml per liter pupuk.
Pengujian Pupuk
Pelaksanaan pengujian pupuk dilakukan dengan melibatkan enam petani sebagai pelaksana
atau kooperator. Perlakuan yang diuji, meliputi 1) pupuk organik granul 5 ton.ha-1
+ pupuk NPK
15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 2) pupuk organik cair + pupuk NPK 15:15:15 setengah
takaran rekomendasi, 3) pupuk NPK 15:15:15 takaran rekomendasi, dan 4) pupuk dan pemupukan
teknologi petani (NPK 15:15:15 takaran rekomendasi + pupuk kandang ayam 10 ton.ha-1
.
Masing-masing perlakuan diatur menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL), masing-masing petani kooperator sebagai blok ulangan. Pemberian pupuk organik granul
dilakukan pada saat akan tanam dengan cara menebarkan secara merata pada bedengan. Sebanyak
setengah takaran NPK diaplikasikan pada saat tanam dan sisanya diaplikasikan pada 14 hari setelah
tanam melalui penebaran pada larikan sejajar baris tanam. Pupuk organik cair diaplikasikan setiap tiga
hari dengan cara melarutkan 10 ml pupuk dalam 1 liter air dengan takaran aplikasi satu liter larutan
pupuk per meter persegi pertanaman. Penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore hari, sedangkan
pengendalian hama dilakukan pada saat serangan hama melewati ambang ekonomis.
Peubah pengamatan meliputi peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat panen.
Masing-masing peubah pengamatan diukur saat panen pada petak sampling berukuran 100 x 100 cm
sebanyak tiga petak sampling per perlakuan. Berat panen ditimbang sesaat setelah panen. Data hasil
pengamatan diuji menggunakan analisis varian dan dilanjutkan dengan uji DMRT 5% (Gomez dan
Gomez, 1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah dan Pupuk
Karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan, meliputi pH H2O: 5,9; C-organik:
1,47%, N-total: 2,5%; P-tersedia: 93 mg.100g-1
P2O5; K: 9,0 mg.100g-1
K2O; KTK: 25,3 me.100g-1
;
fraksi pasir: 2%, debu 23%, dan liat 75%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa lahan yang
digunakan secara umum memiliki tingkat keseburan sedang serta cukup baik digunakan sebagai lahan
pertanaman sayuran, seperti sawi, selada, bayam, dan kangkung. Aplikasi pupuk organik dan pupuk
kimia secara berimbang diduga akan dapat meningkatkan daya lahan dalam mendukung pertumbuhan
dan hasil komoditas yang diuji.
Kandungan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) pada pupuk organik granul lebih tinggi
dibandingkan pupuk organik cair. Namun demikian, kandungan unsur hara mikro secara umum
hampir sama, kecuali unsur Cu. Selain kandungan hara yang lebih rendah, pH pupuk organik cair
tergolong sangat rendah, namun pada kisaran yang dipersyaratkan untuk pupuk organik cair. Secara
keseluruhan, pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang digunakan dalam pengkajian ini
memenuhi syarat standar yang berlaku.
Tabel 1. Karakteristik kimia pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang digunakan dalam
penelitian.
Perlakuan
Parameter pengukuran
pH C C/N N-Tot P2O5 K2O CaO MgO S Na Cl Fe Mn Cu Zn B Al
POC 3,5 5,8 - 0,1 0,1 0,5 0,2 0,08 0,2 - - 76 5 3 8 2 -
POG 7,6 16,2 10 1,7 0,6 1,2 6,3 0,66 0,5 0,3 12777 1041 5 218 105 6027
Keterangan: POC = pupuk organik cair dan POG = pupuk organik granul.
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Tinggi sawi, selada dan kangkung pada perlakuan pupuk organik granul (POG) dan pupuk
organik cair (POC) lebih rendah dibandingkan pupuk kandang ayam (teknologi petani). Namun
sebaliknya pada bayam, tinggi tanaman pada perlakuan POG dan POC nyata lebih tinggi
dibandingkan pupuk kandang ayam (Pukan). Hal serupa apabila dibandingkan dengan perlakuan
pemupukan NPK takaran rekomendasi tanpa pupuk organik (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap tinggi sawi,
selada, bayam, dan kangkung.
Perlakuan
Rerata tinggi tanaman (cm)
Sawi Selada Bayam Kangkung
Pukan + NPK ½ Takaran
Rekomendasi (Teknologi Petani)
30,75c
25,04b
25,98a
41,28b
POG + NPK ½ Takaran
Rekomendasi
28,69b
19,93a
35,41b
36,52a
POC + NPK ½ Takaran
Rekomendasi
24,08a
17,47a
36,84b
37,00ab
NPK Takaran Rekomendasi 29,42b
20,20a
29,70a
40,22b
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk
kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair).
Sementara itu, jumlah daun tanaman pada perlakuan POG dan POC setiap perlakuan pupuk
organik tidak beda nyata dengan Pukan maupun NPK takaran rekomendasi. Tingkat peran POG dan
POC terhadap peubah pertumbuhan sawi, selada, bayam dan kangkung secara umum sebanding
(Tabel 2 dan 3).
Tabel 3. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap jumlah daun
sawi, selada, bayam, dan kangkung.
Perlakuan
Rerata jumlah daun
Sawi Selada Bayam Kangkung
Pukan + NPK ½ Takaran Rekomendasi
(Teknologi Petani)
9.91a
19.75b
10.27a 8.87a
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 9.71a
12.16a
10.55a 9.07a
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 8.96a
10.81a
10.29a 8.90a
NPK Takaran Rekomendasi 10.20a
12.59a
10.64a 8.93a
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk
kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair).
Berat panen sawi dan selada pada perlakuan POG dan POC nyata lebih rendah dibandingkan
Pukan, namun berat panen bayam dan kangkung pada perlakuan POG dan POC lebih tiinggi
dibandingkan teknologi petani tersebut. Berat panen sawi dan selada setara NPK rekomendasi,
sedangkan hasil bayam dan kangkung pada perlakuan POG dan POC nyata lebih tinggi dibandingkan
Pukan. Respon POC secara umum lebih rendah dibandingkan POG (Tabel 4).
Berdasarkan hasil yang dipaparkan di atas, dapat diungkapkan empat fakta penting.
Pertama, terdapat variasi pengaruh pupuk organik granul (POG) dan cair (POC) berbahan baku
limbah organik pasar pada keempat jenis tanaman uji. Kedua, efektivitas POG dan POC pada selada
dan sawi lebih rendah dibandingkan pupuk kandang ayam (Pukan), namun pada bayam dan kangkung
efektivitas POG dan POC lebih baik dibandingkan Pukan. Ketiga, efektivitas POG pada sawi selada,
bayam, dan kangkung lebih baik dibandingkan POC. Keempat, berdasarkan berat panen, POG mampu
menggantikan 50% NPK pada sawi, selada dan kangkung dan 25% pada bayam, sedangkan POC
mampu menggantikan 50% NPK pada selada dan kangkung dan sekitar 25% untuk sawi dan bayam.
Tabel 4. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap berat hasil
panen sawi, selada, bayam dan kangkung.
Perlakuan
Rerata berat panen (gram.m2
)
Sawi Selada Bayam Kangkung
Pukan + NPK ½ Takaran Rekomendasi
(Teknologi Petani)
6796.07c
3777.07d
4378.80c
1535.93b
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 5985.93b
2916.27c
5178.10b
1929.77c
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 4499.13a
2661.87bc
4885.20b
1736.41c
NPK Takaran Rekomendasi 5883.73b
2476.27b
6459.60a
1639.91b
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk
kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair).
Pupuk organik granul dan cair mampu menggantikan peran pupuk kandang ayam pada
bayam dan kangkung dan memiliki potensi cukup tinggi pada sawi dan selada (Tabel 5).
Variasi pengaruh POG dan POC pada keempat jenis tanaman uji kemungkinan lebih
disebabkan oleh perbedaan karakteristik fisiologis tanaman. Perbedaan karakteristik fisiologis
tanaman akan menyebabkan perbedaan respon tanaman terhadap jenis sumber hara (Murray dan
Anderson, 2011; Hasan dan Solaiman, 2012; Akintoye dan Olanlyan, 2012; Makinde et al., 2011),
jenis kation dan anion yang tersedia dalam larutan tanah, serta status masing-masing jenis hara pada
larutan tanah (Altintas dan Acikgoz, 2012; Sarwar et al., 2008; Rosen dan Eliason, 2005).
Tabel 5. Persentase berat panen pada masing-masing perlakuan pemupukan dibandingkan perlakuan
pupuk NPK.
Perlakuan
Persentase berat panen dibandingkan perlakuan NPK dan
pupuk kandang ayam
Sawi Selada Bayam Kangkung
dibandingkan NPK
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 101,7 117,8 80,2 117,7
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 76,5 107,5 75,6 105,9
dibandingkan pupuk kandang ayam
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 88,1 77,2 118,3 125,6
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 66,2 70,5 111,6 113,1
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, POG (pupuk
organik granul), dan POC ( pupuk organik cair).
Sementara itu, perbedaan efektivitas POG dan POC disebabkan oleh perbedaan jumlah
nutrien yang dipasok pada masing-masing pupuk. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kandungan hara
makro dan mikro yang terkandung dalam POG lebih tinggi dibandingkan POC. Status hara tersebut
secara langsung akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan serapan hara oleh tanaman (Jamala et
al., 2011; Olaniyi et al., 2009; Reid, 2002) dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
aktivitas mikroba fungsional yang berperan dalam meregulasi ketersediaan hara dalam tanah (Ramirez
et al., 2012; Ogbonna et al., 2012; Srivastava, 2010, Araujo et al., 2009). Hal Demikian akan
berimplikasi pada peningkatan efisiensi pemupukan NPK sebagaimana diuraikan pada fakta keempat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pupuk organik granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran
pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam.
Sementara itu, pupuk organik cair (POC) mampu mengurangi takaran pemberian NPK sebanyak
50% pada selada dan kangkung dan 25% pada sawi dan bayam.
2. Pupuk organik granul dan cair mampu menggantikan pupuk kandang ayam pada budidaya bayam
dan kangkung dan berpotensi tinggi untuk digunakan dalam budidaya selada dan sawi. Perlakuan
pengkayaan yang lebih disesuaikan dengan karakteristik tanaman diduga akan dapat meningkatkan
efektivitas POG dan POC, khususnya pada bayam dan kangkung.
3. Peran POG lebih baik dibandingkan POC dalam mendukung pertumbuhan dan hasil sawi, selada,
bayam, dan kangkung. Peran POC tersebut dapat ditingkatkan melalui perbaikan pengkayaan atau
melalui peningkatan takaran dan intensitas aplikasi.
Saran
• Pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah organik pasar berpotensi untuk
dikembangkan sebagai pupuk organik yang memiliki efektivitas yang sebanding dengan pupuk
organik yang telah umum digunakan petani, khususnya pupuk kandang ayam. Namun demikian,
nilai keharaan, penampilan, dan efektivitas pupuk tersebut masih perlu ditingkatkan lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Akintoye, H.A. and A.B. Olaniyan. 2012. Yield of sweet corn in response to fertilizer sources. Glo.
Adv. Res. J. Agric. Sci. 1(5): 110-116.
Altintas, S. and F. E. Acikgoz. 2012. The effects of mineral and liquid organic fertilizers on some
nutritional characteristics of bell pepper. African Journal of Biotechnology 11 (24): 6470-6475.
Araújo, A.S.F., L. F.C. Leite, V. B. Santos, and R.F.V. Carneiro. 2009. Soil Microbial Activity in
Conventional and Organic Agricultural Systems. Sustainability 1: 268-276.
Cooperband, L. 2002. The art and science of composting „resource for farmers and compost
producers”http://www.cias.wisc.edu/pdf/artofcompost.pdf. 24 September.
Chen, J., J. Wu, and W. Huang. 2007. Effect of compost on the availability of nitrogen and
phosphorus in strongly acidic soils. http://www. Agnet.org/library/list/subcat/E.htm. 1 Januari.
Ekelund, L., and K. Nystrom. 2007. Composting of Municipal Waste in South Africa. Upsala
Universitet. ISSN: 1650-8319, UPTEC STS06 012.
Hasan, M. R. and A.H.M. Solaiman. 2012. Efficacy of organic and organic fertilizer on the growth
of Brassica oleracea L. (Cabbage). Intl J Agri Crop Sci. Vol., 4 (3):128-138.
Jamala, G.Y., P. G. Boni, P. Abraham, and and A. M. Musa. 2011. Soil status and yield response of
different varieties of okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) grown at Mubi floodplain,
North Eastern, Nigeria. J.of Agric. Bio. and Sust. Development Vol. 3(7), pp. 120 -125.
Losada, H., R. Bennett, J. Vieyra, R. Soriano, J. Cortes and S. Billing. 2001. Recycling of Organic
Wastes in East of Mexico City by Agriculture and Livestock Production System.
http://www.ias.inu.edu/proceedings/icibs/icmfa/losada.
Murray, R. and R. G. Anderson. 2012. Organic Fertilizers and Composts For Vegetable Transplant
Production. Floriculture Research Report 17-04. University of Kentucky.
Ogbonna, D.N., N. O. Isirimah, and E. Princewill3. 2012. Effect of organic waste compost and
microbial activity on the growth of maize in the utisoils in Port Harcourt, Nigeria. African
Journal of Biotechnology Vol. 11(62):12546-12554.
Olaniyi, J.O, E. M. Ogunbiyi and D. D. Alagbe. 2009. Effects of organo-mineral fertilizers on growth,
yield and mineral nutrients uptake in cucumber. Journal of Animal & Plant Sciences, 2009. Vol.
5( 1): 437 – 442.
Ramirez, K.S., J. M. Craine, and N. Fierer. 2012. Consistent effects of nitrogen amendments on soil
microbial communities and processes across biomes. Global Change Biology, doi:
10.1111/j.1365-2486.2012.02639.x.
Reid, J. B. 2002. Yield response to nutrient supply across a wide range of conditions. “Model
derivation” Field Crops Research 77 : 161–171
Sarwar, G., H. Schmeisky, N. Hussain, S. Muhammad, M. Ibrahim, and E. Safdar. 2008.
Improvement of soil physical and chemical properties with compost application in rice-wheat
cropping system. Pak. J. Bot., 40(1): 275-282.
Sastro, Y., S. Amina, dan Syafrudin. 2006. Peran drainase dan inokulasi mikroba terhadap laju
pengomposan dan kualitas kompos sampah sayuran. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Usaha Agribisnis Industrial Pedesaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Tengah. Palu.
Smidt, E. J. Tintner, K. Bohm, and E. Binner. 2011. Transformation of biogenic waste materials
through anaerobic digestion and subsequent composting of residues-a case study. Dynamic
Soils-Dynamic Plant 5 (2):63-69.
Srivastava, P. K.. 2009. Microbial activity and nutrient status ino oak and pine oriented Forest Soil
of Mid Altitude Central Himalaya. Geneconserve vol. 9: 1-11
Von Bercham, S., Fernandez, and P. Harjati. Prospek sampah. Jurnal Dinamika Periurban vol II.
November 2005.
Zhao, S., X. Liu, and L. Duo. 2012. Physical and chemical characterization of municipal solid waste
compost in different particle size fractions. Pol. J. Environ. Stud 21 (2): 509-511.
HASIL DISKUSI
Tanya : Pupuk Organik Granul memiliki N rendah, kenapa? Apakah tidak ada cara untuk
meningkatkan kandungan N?
Jawab : Kandungan N rendah karena komposnya tinggi. Makanya diberi acetobacter, aspergillus
dan lactobacillus sebagai dekomposer untuk percepat penyerapan N
Tanya : POG dan cair menggunakan dekomposer apa?
Jawab : Acetobacter,aspergillus dan lactobacillus
Tanya : Biaya produksi sangat tinggi untuk POG, bagaimana?
Jawab : Biaya produksi POG memang tinggi jika produksi dalam skala kecil mencapai Rp 2300/kg
tetapi bila diproduksi dalam skala besar hanya sebesar 400/kg

More Related Content

What's hot

Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
fahmiganteng
 
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Ariefman Fajar
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
fahmiganteng
 
Komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah
Komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buahKomposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah
Komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah
Dian Kartika Dewi
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
Aris Sam
 

What's hot (20)

Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
Tugas akhir
Tugas akhirTugas akhir
Tugas akhir
 
74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Makalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dariMakalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dari
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
 
Laporan praktikum bioteknologi pembuatan pupuk kompos
Laporan praktikum bioteknologi pembuatan pupuk komposLaporan praktikum bioteknologi pembuatan pupuk kompos
Laporan praktikum bioteknologi pembuatan pupuk kompos
 
Komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah
Komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buahKomposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah
Komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah
 
1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
 
Makalah kesuburan tanah “kompos”
Makalah kesuburan tanah “kompos”Makalah kesuburan tanah “kompos”
Makalah kesuburan tanah “kompos”
 
Presentasi kompos
Presentasi komposPresentasi kompos
Presentasi kompos
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
Pengolahan sampah pasar tradisional menjadi kompos
Pengolahan sampah pasar tradisional menjadi komposPengolahan sampah pasar tradisional menjadi kompos
Pengolahan sampah pasar tradisional menjadi kompos
 
04buah
04buah04buah
04buah
 
839 1799-1-sm
839 1799-1-sm839 1799-1-sm
839 1799-1-sm
 

Similar to Bptpjakarta

Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinci
BBPP_Batu
 
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
NurdinUng
 
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaranJenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Rahma Rizky
 

Similar to Bptpjakarta (20)

Bokashi ' (1).ppt
Bokashi ' (1).pptBokashi ' (1).ppt
Bokashi ' (1).ppt
 
Jack Bean (Canavalia ensiformis L)
Jack Bean (Canavalia ensiformis L)Jack Bean (Canavalia ensiformis L)
Jack Bean (Canavalia ensiformis L)
 
Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinci
 
penelitian_jakaba_selada_merah2023nov.pptx
penelitian_jakaba_selada_merah2023nov.pptxpenelitian_jakaba_selada_merah2023nov.pptx
penelitian_jakaba_selada_merah2023nov.pptx
 
Seminar Biologi - Pengaruh Tipe Pupuk pada Pertumbuhan Amaranthus caudatus
Seminar Biologi - Pengaruh Tipe Pupuk pada Pertumbuhan Amaranthus caudatusSeminar Biologi - Pengaruh Tipe Pupuk pada Pertumbuhan Amaranthus caudatus
Seminar Biologi - Pengaruh Tipe Pupuk pada Pertumbuhan Amaranthus caudatus
 
6563 15871-1-pb
6563 15871-1-pb6563 15871-1-pb
6563 15871-1-pb
 
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
 
Artkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahuArtkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahu
 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
 
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
 
TUGAS METOPEL Fajrul Citra Muharry 71230724009.pptx
TUGAS METOPEL Fajrul Citra Muharry 71230724009.pptxTUGAS METOPEL Fajrul Citra Muharry 71230724009.pptx
TUGAS METOPEL Fajrul Citra Muharry 71230724009.pptx
 
Teknologi pengolahan pupuk organik sesuai standar mutu Permentan 70/2011
Teknologi pengolahan pupuk organik sesuai standar mutu Permentan 70/2011Teknologi pengolahan pupuk organik sesuai standar mutu Permentan 70/2011
Teknologi pengolahan pupuk organik sesuai standar mutu Permentan 70/2011
 
PUPUK ORGANIK..ppt
PUPUK ORGANIK..pptPUPUK ORGANIK..ppt
PUPUK ORGANIK..ppt
 
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdfPemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
 
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptxPOWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaranJenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
 
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
 
Cairan Hayati Bioboost Solusi Dunia Pertanian 085769500805
Cairan Hayati Bioboost Solusi Dunia Pertanian 085769500805Cairan Hayati Bioboost Solusi Dunia Pertanian 085769500805
Cairan Hayati Bioboost Solusi Dunia Pertanian 085769500805
 
Hidroponik
HidroponikHidroponik
Hidroponik
 

Bptpjakarta

  • 1. PERAN PUPUK ORGANIK GRANUL DAN CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAYURAN DAUN Yudi Sastro, Indarti P. Lestari dan Suwandi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Email : yudis_bkl2001@yahoo.com ABSTRAK Pengkajian ini bertujuan untuk mempelajari peran pupuk organik granul (POG) dan pupuk organik cair (POC) berbahan baku limbah organik pasar pada pertumbuhan dan hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung. Kegiatan dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta dan lahan petani di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan, mulai April hingga September 2010. Pengujian pupuk melibatkan enam petani sebagai pelaksana atau kooperator. Perlakuan yang diuji, meliputi 1) pupuk organik granul 5 ton.ha-1 + pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 2) pupuk organik cair + pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 3) pupuk NPK 15:15:15 takaran rekomendasi, dan 4) pupuk dan pemupukan teknologi petani (NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi + pupuk kandang ayam 10 ton.ha-1 ). Perlakuan diatur menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), masing-masing petani kooperator sebagai blok ulangan. Peubah pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat hasil panen. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa (1) POG dan POC mampu mengurangi takaran pemberian pupuk NPK pada sawi, selada, bayam, dan kangkung berkisar 25-50% dari takaran rekomendasi, (2) POG dan POC mampu menggantikan 100% pupuk kandang ayam pada budidaya bayam dan kangkung dan berpotensi untuk digunakan dalam budidaya selada dan sawi, dan (3) Peran POG lebih baik dibandingkan POC dalam mendukung pertumbuhan dan hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung. Kata kunci : pupuk organik, limbah pasar, sayuran PENDAHULUAN Limbah organik di perkotaan, diantaranya limbah pasar, berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik. Losada et al. (2001) melaporkan bahwa kandungan nutrien yang terdapat dalam limbah organik di perkotaan mencapai 100 kilogram per ton berat kering limbah. Kandungan unsur hara makro, meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, masing-masing berkisar 101-3.771 mg.kg-1 , sedangkan unsur hara mikro Fe, Mn, Cu, dan Zn berkisar 0,2-0,62 mg.kg-1 (Sastro et al., 2007). Penelitian penggunaan limbah organik pasar sebagai pupuk kompos telah dilaporkan banyak peneliti, diantaranya Cooperband (2002); von Berchem (2005); dan Chen et al. (2007). Namun demikian, tingkat pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan pupuk organik, khususnya di Indonesia, masih sangat rendah. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya adalah tingginya kadar air bahan sehingga menyebabkan sulitnya dalam penanganan limbah, serta rendahnya kualitas kompos yang dihasilkan, baik dari segi kandungan hara maupun penampilan (Zhao et al., 2012; Smidt et al., 2011; Sastro et al., 2009). Permasalahan di atas kemungkinan dapat diatasi dengan cara memperbaiki sistem pengomposan menggunakan sistem pengomposan dipercepat atau melalui proses fermentasi langsung secara anaerobik menghasilkan pupuk organik cair. Penjaminan kualitas pupuk dapat dilakukan melalui proses pengkayaan (enrichment), diantaranya menggunakan batuan fosfat, zeolit, arang sekam, dan inokulum mikroba. Sementara itu, peningkatan penampilan dan nilai estetika pupuk kompos (padat) dapat dilakukan melalui proses granulasi dan pemeletan. Namun demikian, hipotesis di atas masih perlu diuji kebenarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peran pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah organik pasar yang telah diperkaya bahan organik, bahan mineral, serta inokulum mikroba dalam mendukung pertumbuhan serta hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung.
  • 2. BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Pelaksanaan pegkajian, meliputi persiapan dan analisis bahan hingga pengujian pupuk dilakukan mulai dari April hingga September 2010. Persiapan dan analisis bahan dilakukan di Laboratorium Terpadu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, sedangkan pengujian pupuk pada tanaman dilaksanakan di lahan petani di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bahan dan Alat Bahan pengkajian yang digunakan meliputi limbah sayuran yang diambil dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan; pupuk organik granul, pupuk organik cair; kultur Azotobacter vinelandii (106 sel.ml- 1 ), Lactobacillus sp. (106 sel.ml-1 ), Aspergillus niger (105 cfu); batuan fosfat Ciamis (P-air : 1,2%; P- sitrat 2%: 4,6%, P-HCl 17,2%); benih sawi caisim (Tosakan, Panah Merah), selada (Grand Rapid, Panah Merah), bayam (Maestro, Panah Merah), dan kangkung (Bangkok LP-1, Panah Merah). Alat- alat penelitian, meliputi shaker, autoclave, laminar air flow, erlenmeyer, dan drum plastik volume 120 liter. Pembuatan Pupuk Organik Granul Kompos yang telah ditepungkan diperkaya zeolit, arang sekam, dan kapur, masing-masing sebanyak 5% (b/b). Selanjutnya dilakukan pengkayaan, yakni menggunakan kultur campuran Azotobacter vinelandii (106 sel.ml-1 ), Lactobacillus sp. (106 sel.ml-1 ), Aspergillus niger (105 cfu.ml-1 ). Pengkayaan kultur mikroba dilakukan dengan cara menyemprotkan sebanyak 100 ml kultur mikroba tersebut per kilogram kompos. Selanjutnya campuran bahan digranulasi menggunakan mesin granulator membentuk pupuk granul dengan diameter rata-rata 3 mm. Pengeringan granul dilakukan di dalam oven pada suhu 50o C selama 24 jam. Pembuatan Pupuk Organik Cair Limbah organik pasar (sayur 70% (b/b), buah 20% (b/b), bumbu dan lain-lain 10% (b/b), dicacah menggunakan mesin pencacah, selanjutnya diperas dan diambil sari patinya. Saripati diencerkan dengan air (50:50, v/v) dan diperkaya dengan dedak padi dan batuan fosfat, masing- masing sebanyak 10 g.l-1 campuran bahan. Campuran bahan selanjutnya diinokulasi dengan Lactobacillus sp. dan difementasi secara anaerobik selama 21 hari. Pupuk organik cair hasil fermentasi selanjutnya diperkaya menggunakan kultur campuran Azotobacter vinelandii (106 sel.ml- 1 ), Lactobacillus sp. (106 sel.ml-1 ), Aspergillus niger (105 cfu.ml-1 ) sebanyak 100 ml per liter pupuk. Pengujian Pupuk Pelaksanaan pengujian pupuk dilakukan dengan melibatkan enam petani sebagai pelaksana atau kooperator. Perlakuan yang diuji, meliputi 1) pupuk organik granul 5 ton.ha-1 + pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 2) pupuk organik cair + pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 3) pupuk NPK 15:15:15 takaran rekomendasi, dan 4) pupuk dan pemupukan teknologi petani (NPK 15:15:15 takaran rekomendasi + pupuk kandang ayam 10 ton.ha-1 . Masing-masing perlakuan diatur menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), masing-masing petani kooperator sebagai blok ulangan. Pemberian pupuk organik granul dilakukan pada saat akan tanam dengan cara menebarkan secara merata pada bedengan. Sebanyak setengah takaran NPK diaplikasikan pada saat tanam dan sisanya diaplikasikan pada 14 hari setelah tanam melalui penebaran pada larikan sejajar baris tanam. Pupuk organik cair diaplikasikan setiap tiga hari dengan cara melarutkan 10 ml pupuk dalam 1 liter air dengan takaran aplikasi satu liter larutan pupuk per meter persegi pertanaman. Penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore hari, sedangkan pengendalian hama dilakukan pada saat serangan hama melewati ambang ekonomis.
  • 3. Peubah pengamatan meliputi peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat panen. Masing-masing peubah pengamatan diukur saat panen pada petak sampling berukuran 100 x 100 cm sebanyak tiga petak sampling per perlakuan. Berat panen ditimbang sesaat setelah panen. Data hasil pengamatan diuji menggunakan analisis varian dan dilanjutkan dengan uji DMRT 5% (Gomez dan Gomez, 1984). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah dan Pupuk Karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan, meliputi pH H2O: 5,9; C-organik: 1,47%, N-total: 2,5%; P-tersedia: 93 mg.100g-1 P2O5; K: 9,0 mg.100g-1 K2O; KTK: 25,3 me.100g-1 ; fraksi pasir: 2%, debu 23%, dan liat 75%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa lahan yang digunakan secara umum memiliki tingkat keseburan sedang serta cukup baik digunakan sebagai lahan pertanaman sayuran, seperti sawi, selada, bayam, dan kangkung. Aplikasi pupuk organik dan pupuk kimia secara berimbang diduga akan dapat meningkatkan daya lahan dalam mendukung pertumbuhan dan hasil komoditas yang diuji. Kandungan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) pada pupuk organik granul lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair. Namun demikian, kandungan unsur hara mikro secara umum hampir sama, kecuali unsur Cu. Selain kandungan hara yang lebih rendah, pH pupuk organik cair tergolong sangat rendah, namun pada kisaran yang dipersyaratkan untuk pupuk organik cair. Secara keseluruhan, pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang digunakan dalam pengkajian ini memenuhi syarat standar yang berlaku. Tabel 1. Karakteristik kimia pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian. Perlakuan Parameter pengukuran pH C C/N N-Tot P2O5 K2O CaO MgO S Na Cl Fe Mn Cu Zn B Al POC 3,5 5,8 - 0,1 0,1 0,5 0,2 0,08 0,2 - - 76 5 3 8 2 - POG 7,6 16,2 10 1,7 0,6 1,2 6,3 0,66 0,5 0,3 12777 1041 5 218 105 6027 Keterangan: POC = pupuk organik cair dan POG = pupuk organik granul. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tinggi sawi, selada dan kangkung pada perlakuan pupuk organik granul (POG) dan pupuk organik cair (POC) lebih rendah dibandingkan pupuk kandang ayam (teknologi petani). Namun sebaliknya pada bayam, tinggi tanaman pada perlakuan POG dan POC nyata lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang ayam (Pukan). Hal serupa apabila dibandingkan dengan perlakuan pemupukan NPK takaran rekomendasi tanpa pupuk organik (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap tinggi sawi, selada, bayam, dan kangkung. Perlakuan Rerata tinggi tanaman (cm) Sawi Selada Bayam Kangkung Pukan + NPK ½ Takaran Rekomendasi (Teknologi Petani) 30,75c 25,04b 25,98a 41,28b POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 28,69b 19,93a 35,41b 36,52a POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 24,08a 17,47a 36,84b 37,00ab NPK Takaran Rekomendasi 29,42b 20,20a 29,70a 40,22b Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair).
  • 4. Sementara itu, jumlah daun tanaman pada perlakuan POG dan POC setiap perlakuan pupuk organik tidak beda nyata dengan Pukan maupun NPK takaran rekomendasi. Tingkat peran POG dan POC terhadap peubah pertumbuhan sawi, selada, bayam dan kangkung secara umum sebanding (Tabel 2 dan 3). Tabel 3. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap jumlah daun sawi, selada, bayam, dan kangkung. Perlakuan Rerata jumlah daun Sawi Selada Bayam Kangkung Pukan + NPK ½ Takaran Rekomendasi (Teknologi Petani) 9.91a 19.75b 10.27a 8.87a POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 9.71a 12.16a 10.55a 9.07a POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 8.96a 10.81a 10.29a 8.90a NPK Takaran Rekomendasi 10.20a 12.59a 10.64a 8.93a Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair). Berat panen sawi dan selada pada perlakuan POG dan POC nyata lebih rendah dibandingkan Pukan, namun berat panen bayam dan kangkung pada perlakuan POG dan POC lebih tiinggi dibandingkan teknologi petani tersebut. Berat panen sawi dan selada setara NPK rekomendasi, sedangkan hasil bayam dan kangkung pada perlakuan POG dan POC nyata lebih tinggi dibandingkan Pukan. Respon POC secara umum lebih rendah dibandingkan POG (Tabel 4). Berdasarkan hasil yang dipaparkan di atas, dapat diungkapkan empat fakta penting. Pertama, terdapat variasi pengaruh pupuk organik granul (POG) dan cair (POC) berbahan baku limbah organik pasar pada keempat jenis tanaman uji. Kedua, efektivitas POG dan POC pada selada dan sawi lebih rendah dibandingkan pupuk kandang ayam (Pukan), namun pada bayam dan kangkung efektivitas POG dan POC lebih baik dibandingkan Pukan. Ketiga, efektivitas POG pada sawi selada, bayam, dan kangkung lebih baik dibandingkan POC. Keempat, berdasarkan berat panen, POG mampu menggantikan 50% NPK pada sawi, selada dan kangkung dan 25% pada bayam, sedangkan POC mampu menggantikan 50% NPK pada selada dan kangkung dan sekitar 25% untuk sawi dan bayam. Tabel 4. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap berat hasil panen sawi, selada, bayam dan kangkung. Perlakuan Rerata berat panen (gram.m2 ) Sawi Selada Bayam Kangkung Pukan + NPK ½ Takaran Rekomendasi (Teknologi Petani) 6796.07c 3777.07d 4378.80c 1535.93b POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 5985.93b 2916.27c 5178.10b 1929.77c POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 4499.13a 2661.87bc 4885.20b 1736.41c NPK Takaran Rekomendasi 5883.73b 2476.27b 6459.60a 1639.91b Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair). Pupuk organik granul dan cair mampu menggantikan peran pupuk kandang ayam pada bayam dan kangkung dan memiliki potensi cukup tinggi pada sawi dan selada (Tabel 5). Variasi pengaruh POG dan POC pada keempat jenis tanaman uji kemungkinan lebih disebabkan oleh perbedaan karakteristik fisiologis tanaman. Perbedaan karakteristik fisiologis tanaman akan menyebabkan perbedaan respon tanaman terhadap jenis sumber hara (Murray dan Anderson, 2011; Hasan dan Solaiman, 2012; Akintoye dan Olanlyan, 2012; Makinde et al., 2011), jenis kation dan anion yang tersedia dalam larutan tanah, serta status masing-masing jenis hara pada larutan tanah (Altintas dan Acikgoz, 2012; Sarwar et al., 2008; Rosen dan Eliason, 2005).
  • 5. Tabel 5. Persentase berat panen pada masing-masing perlakuan pemupukan dibandingkan perlakuan pupuk NPK. Perlakuan Persentase berat panen dibandingkan perlakuan NPK dan pupuk kandang ayam Sawi Selada Bayam Kangkung dibandingkan NPK POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 101,7 117,8 80,2 117,7 POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 76,5 107,5 75,6 105,9 dibandingkan pupuk kandang ayam POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 88,1 77,2 118,3 125,6 POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 66,2 70,5 111,6 113,1 Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, POG (pupuk organik granul), dan POC ( pupuk organik cair). Sementara itu, perbedaan efektivitas POG dan POC disebabkan oleh perbedaan jumlah nutrien yang dipasok pada masing-masing pupuk. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kandungan hara makro dan mikro yang terkandung dalam POG lebih tinggi dibandingkan POC. Status hara tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan serapan hara oleh tanaman (Jamala et al., 2011; Olaniyi et al., 2009; Reid, 2002) dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap aktivitas mikroba fungsional yang berperan dalam meregulasi ketersediaan hara dalam tanah (Ramirez et al., 2012; Ogbonna et al., 2012; Srivastava, 2010, Araujo et al., 2009). Hal Demikian akan berimplikasi pada peningkatan efisiensi pemupukan NPK sebagaimana diuraikan pada fakta keempat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pupuk organik granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam. Sementara itu, pupuk organik cair (POC) mampu mengurangi takaran pemberian NPK sebanyak 50% pada selada dan kangkung dan 25% pada sawi dan bayam. 2. Pupuk organik granul dan cair mampu menggantikan pupuk kandang ayam pada budidaya bayam dan kangkung dan berpotensi tinggi untuk digunakan dalam budidaya selada dan sawi. Perlakuan pengkayaan yang lebih disesuaikan dengan karakteristik tanaman diduga akan dapat meningkatkan efektivitas POG dan POC, khususnya pada bayam dan kangkung. 3. Peran POG lebih baik dibandingkan POC dalam mendukung pertumbuhan dan hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung. Peran POC tersebut dapat ditingkatkan melalui perbaikan pengkayaan atau melalui peningkatan takaran dan intensitas aplikasi. Saran • Pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah organik pasar berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk organik yang memiliki efektivitas yang sebanding dengan pupuk organik yang telah umum digunakan petani, khususnya pupuk kandang ayam. Namun demikian, nilai keharaan, penampilan, dan efektivitas pupuk tersebut masih perlu ditingkatkan lebih baik lagi.
  • 6. DAFTAR PUSTAKA Akintoye, H.A. and A.B. Olaniyan. 2012. Yield of sweet corn in response to fertilizer sources. Glo. Adv. Res. J. Agric. Sci. 1(5): 110-116. Altintas, S. and F. E. Acikgoz. 2012. The effects of mineral and liquid organic fertilizers on some nutritional characteristics of bell pepper. African Journal of Biotechnology 11 (24): 6470-6475. Araújo, A.S.F., L. F.C. Leite, V. B. Santos, and R.F.V. Carneiro. 2009. Soil Microbial Activity in Conventional and Organic Agricultural Systems. Sustainability 1: 268-276. Cooperband, L. 2002. The art and science of composting „resource for farmers and compost producers”http://www.cias.wisc.edu/pdf/artofcompost.pdf. 24 September. Chen, J., J. Wu, and W. Huang. 2007. Effect of compost on the availability of nitrogen and phosphorus in strongly acidic soils. http://www. Agnet.org/library/list/subcat/E.htm. 1 Januari. Ekelund, L., and K. Nystrom. 2007. Composting of Municipal Waste in South Africa. Upsala Universitet. ISSN: 1650-8319, UPTEC STS06 012. Hasan, M. R. and A.H.M. Solaiman. 2012. Efficacy of organic and organic fertilizer on the growth of Brassica oleracea L. (Cabbage). Intl J Agri Crop Sci. Vol., 4 (3):128-138. Jamala, G.Y., P. G. Boni, P. Abraham, and and A. M. Musa. 2011. Soil status and yield response of different varieties of okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) grown at Mubi floodplain, North Eastern, Nigeria. J.of Agric. Bio. and Sust. Development Vol. 3(7), pp. 120 -125. Losada, H., R. Bennett, J. Vieyra, R. Soriano, J. Cortes and S. Billing. 2001. Recycling of Organic Wastes in East of Mexico City by Agriculture and Livestock Production System. http://www.ias.inu.edu/proceedings/icibs/icmfa/losada. Murray, R. and R. G. Anderson. 2012. Organic Fertilizers and Composts For Vegetable Transplant Production. Floriculture Research Report 17-04. University of Kentucky. Ogbonna, D.N., N. O. Isirimah, and E. Princewill3. 2012. Effect of organic waste compost and microbial activity on the growth of maize in the utisoils in Port Harcourt, Nigeria. African Journal of Biotechnology Vol. 11(62):12546-12554. Olaniyi, J.O, E. M. Ogunbiyi and D. D. Alagbe. 2009. Effects of organo-mineral fertilizers on growth, yield and mineral nutrients uptake in cucumber. Journal of Animal & Plant Sciences, 2009. Vol. 5( 1): 437 – 442. Ramirez, K.S., J. M. Craine, and N. Fierer. 2012. Consistent effects of nitrogen amendments on soil microbial communities and processes across biomes. Global Change Biology, doi: 10.1111/j.1365-2486.2012.02639.x. Reid, J. B. 2002. Yield response to nutrient supply across a wide range of conditions. “Model derivation” Field Crops Research 77 : 161–171 Sarwar, G., H. Schmeisky, N. Hussain, S. Muhammad, M. Ibrahim, and E. Safdar. 2008. Improvement of soil physical and chemical properties with compost application in rice-wheat cropping system. Pak. J. Bot., 40(1): 275-282. Sastro, Y., S. Amina, dan Syafrudin. 2006. Peran drainase dan inokulasi mikroba terhadap laju pengomposan dan kualitas kompos sampah sayuran. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Agribisnis Industrial Pedesaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Palu. Smidt, E. J. Tintner, K. Bohm, and E. Binner. 2011. Transformation of biogenic waste materials through anaerobic digestion and subsequent composting of residues-a case study. Dynamic Soils-Dynamic Plant 5 (2):63-69. Srivastava, P. K.. 2009. Microbial activity and nutrient status ino oak and pine oriented Forest Soil of Mid Altitude Central Himalaya. Geneconserve vol. 9: 1-11 Von Bercham, S., Fernandez, and P. Harjati. Prospek sampah. Jurnal Dinamika Periurban vol II. November 2005. Zhao, S., X. Liu, and L. Duo. 2012. Physical and chemical characterization of municipal solid waste compost in different particle size fractions. Pol. J. Environ. Stud 21 (2): 509-511.
  • 7. HASIL DISKUSI Tanya : Pupuk Organik Granul memiliki N rendah, kenapa? Apakah tidak ada cara untuk meningkatkan kandungan N? Jawab : Kandungan N rendah karena komposnya tinggi. Makanya diberi acetobacter, aspergillus dan lactobacillus sebagai dekomposer untuk percepat penyerapan N Tanya : POG dan cair menggunakan dekomposer apa? Jawab : Acetobacter,aspergillus dan lactobacillus Tanya : Biaya produksi sangat tinggi untuk POG, bagaimana? Jawab : Biaya produksi POG memang tinggi jika produksi dalam skala kecil mencapai Rp 2300/kg tetapi bila diproduksi dalam skala besar hanya sebesar 400/kg