1. PERAN PUPUK ORGANIK GRANUL DAN CAIR
BERBAHAN BAKU LIMBAH PASAR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAYURAN DAUN
Yudi Sastro, Indarti P. Lestari dan Suwandi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Email : yudis_bkl2001@yahoo.com
ABSTRAK
Pengkajian ini bertujuan untuk mempelajari peran pupuk organik granul (POG) dan pupuk organik cair (POC)
berbahan baku limbah organik pasar pada pertumbuhan dan hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung. Kegiatan
dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta dan lahan petani di wilayah Jagakarsa,
Jakarta Selatan, mulai April hingga September 2010. Pengujian pupuk melibatkan enam petani sebagai pelaksana atau
kooperator. Perlakuan yang diuji, meliputi 1) pupuk organik granul 5 ton.ha-1
+ pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran
rekomendasi, 2) pupuk organik cair + pupuk NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 3) pupuk NPK 15:15:15 takaran
rekomendasi, dan 4) pupuk dan pemupukan teknologi petani (NPK 15:15:15 setengah takaran rekomendasi + pupuk kandang
ayam 10 ton.ha-1
). Perlakuan diatur menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), masing-masing petani
kooperator sebagai blok ulangan. Peubah pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat hasil panen. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa (1) POG dan POC mampu mengurangi takaran pemberian pupuk NPK pada sawi, selada,
bayam, dan kangkung berkisar 25-50% dari takaran rekomendasi, (2) POG dan POC mampu menggantikan 100% pupuk
kandang ayam pada budidaya bayam dan kangkung dan berpotensi untuk digunakan dalam budidaya selada dan sawi, dan
(3) Peran POG lebih baik dibandingkan POC dalam mendukung pertumbuhan dan hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung.
Kata kunci : pupuk organik, limbah pasar, sayuran
PENDAHULUAN
Limbah organik di perkotaan, diantaranya limbah pasar, berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan pupuk organik. Losada et al. (2001) melaporkan bahwa kandungan nutrien yang
terdapat dalam limbah organik di perkotaan mencapai 100 kilogram per ton berat kering limbah.
Kandungan unsur hara makro, meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, masing-masing berkisar 101-3.771
mg.kg-1
, sedangkan unsur hara mikro Fe, Mn, Cu, dan Zn berkisar 0,2-0,62 mg.kg-1
(Sastro et al.,
2007).
Penelitian penggunaan limbah organik pasar sebagai pupuk kompos telah dilaporkan banyak
peneliti, diantaranya Cooperband (2002); von Berchem (2005); dan Chen et al. (2007). Namun
demikian, tingkat pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan pupuk organik, khususnya di Indonesia,
masih sangat rendah. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya adalah tingginya kadar
air bahan sehingga menyebabkan sulitnya dalam penanganan limbah, serta rendahnya kualitas
kompos yang dihasilkan, baik dari segi kandungan hara maupun penampilan (Zhao et al., 2012; Smidt
et al., 2011; Sastro et al., 2009).
Permasalahan di atas kemungkinan dapat diatasi dengan cara memperbaiki sistem
pengomposan menggunakan sistem pengomposan dipercepat atau melalui proses fermentasi langsung
secara anaerobik menghasilkan pupuk organik cair. Penjaminan kualitas pupuk dapat dilakukan
melalui proses pengkayaan (enrichment), diantaranya menggunakan batuan fosfat, zeolit, arang
sekam, dan inokulum mikroba. Sementara itu, peningkatan penampilan dan nilai estetika pupuk
kompos (padat) dapat dilakukan melalui proses granulasi dan pemeletan.
Namun demikian, hipotesis di atas masih perlu diuji kebenarannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari peran pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah organik pasar yang
telah diperkaya bahan organik, bahan mineral, serta inokulum mikroba dalam mendukung
pertumbuhan serta hasil sawi, selada, bayam, dan kangkung.
2. BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan pegkajian, meliputi persiapan dan analisis bahan hingga pengujian pupuk
dilakukan mulai dari April hingga September 2010. Persiapan dan analisis bahan dilakukan di
Laboratorium Terpadu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, sedangkan pengujian pupuk
pada tanaman dilaksanakan di lahan petani di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Bahan dan Alat
Bahan pengkajian yang digunakan meliputi limbah sayuran yang diambil dari Pasar Minggu,
Jakarta Selatan; pupuk organik granul, pupuk organik cair; kultur Azotobacter vinelandii (106
sel.ml-
1
), Lactobacillus sp. (106
sel.ml-1
), Aspergillus niger (105
cfu); batuan fosfat Ciamis (P-air : 1,2%; P-
sitrat 2%: 4,6%, P-HCl 17,2%); benih sawi caisim (Tosakan, Panah Merah), selada (Grand Rapid,
Panah Merah), bayam (Maestro, Panah Merah), dan kangkung (Bangkok LP-1, Panah Merah). Alat-
alat penelitian, meliputi shaker, autoclave, laminar air flow, erlenmeyer, dan drum plastik volume
120 liter.
Pembuatan Pupuk Organik Granul
Kompos yang telah ditepungkan diperkaya zeolit, arang sekam, dan kapur, masing-masing
sebanyak 5% (b/b). Selanjutnya dilakukan pengkayaan, yakni menggunakan kultur campuran
Azotobacter vinelandii (106
sel.ml-1
), Lactobacillus sp. (106
sel.ml-1
), Aspergillus niger (105
cfu.ml-1
).
Pengkayaan kultur mikroba dilakukan dengan cara menyemprotkan sebanyak 100 ml kultur mikroba
tersebut per kilogram kompos. Selanjutnya campuran bahan digranulasi menggunakan mesin
granulator membentuk pupuk granul dengan diameter rata-rata 3 mm. Pengeringan granul dilakukan
di dalam oven pada suhu 50o
C selama 24 jam.
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Limbah organik pasar (sayur 70% (b/b), buah 20% (b/b), bumbu dan lain-lain 10% (b/b),
dicacah menggunakan mesin pencacah, selanjutnya diperas dan diambil sari patinya. Saripati
diencerkan dengan air (50:50, v/v) dan diperkaya dengan dedak padi dan batuan fosfat, masing-
masing sebanyak 10 g.l-1
campuran bahan. Campuran bahan selanjutnya diinokulasi dengan
Lactobacillus sp. dan difementasi secara anaerobik selama 21 hari. Pupuk organik cair hasil
fermentasi selanjutnya diperkaya menggunakan kultur campuran Azotobacter vinelandii (106
sel.ml-
1
), Lactobacillus sp. (106
sel.ml-1
), Aspergillus niger (105
cfu.ml-1
) sebanyak 100 ml per liter pupuk.
Pengujian Pupuk
Pelaksanaan pengujian pupuk dilakukan dengan melibatkan enam petani sebagai pelaksana
atau kooperator. Perlakuan yang diuji, meliputi 1) pupuk organik granul 5 ton.ha-1
+ pupuk NPK
15:15:15 setengah takaran rekomendasi, 2) pupuk organik cair + pupuk NPK 15:15:15 setengah
takaran rekomendasi, 3) pupuk NPK 15:15:15 takaran rekomendasi, dan 4) pupuk dan pemupukan
teknologi petani (NPK 15:15:15 takaran rekomendasi + pupuk kandang ayam 10 ton.ha-1
.
Masing-masing perlakuan diatur menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL), masing-masing petani kooperator sebagai blok ulangan. Pemberian pupuk organik granul
dilakukan pada saat akan tanam dengan cara menebarkan secara merata pada bedengan. Sebanyak
setengah takaran NPK diaplikasikan pada saat tanam dan sisanya diaplikasikan pada 14 hari setelah
tanam melalui penebaran pada larikan sejajar baris tanam. Pupuk organik cair diaplikasikan setiap tiga
hari dengan cara melarutkan 10 ml pupuk dalam 1 liter air dengan takaran aplikasi satu liter larutan
pupuk per meter persegi pertanaman. Penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore hari, sedangkan
pengendalian hama dilakukan pada saat serangan hama melewati ambang ekonomis.
3. Peubah pengamatan meliputi peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat panen.
Masing-masing peubah pengamatan diukur saat panen pada petak sampling berukuran 100 x 100 cm
sebanyak tiga petak sampling per perlakuan. Berat panen ditimbang sesaat setelah panen. Data hasil
pengamatan diuji menggunakan analisis varian dan dilanjutkan dengan uji DMRT 5% (Gomez dan
Gomez, 1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah dan Pupuk
Karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan, meliputi pH H2O: 5,9; C-organik:
1,47%, N-total: 2,5%; P-tersedia: 93 mg.100g-1
P2O5; K: 9,0 mg.100g-1
K2O; KTK: 25,3 me.100g-1
;
fraksi pasir: 2%, debu 23%, dan liat 75%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa lahan yang
digunakan secara umum memiliki tingkat keseburan sedang serta cukup baik digunakan sebagai lahan
pertanaman sayuran, seperti sawi, selada, bayam, dan kangkung. Aplikasi pupuk organik dan pupuk
kimia secara berimbang diduga akan dapat meningkatkan daya lahan dalam mendukung pertumbuhan
dan hasil komoditas yang diuji.
Kandungan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) pada pupuk organik granul lebih tinggi
dibandingkan pupuk organik cair. Namun demikian, kandungan unsur hara mikro secara umum
hampir sama, kecuali unsur Cu. Selain kandungan hara yang lebih rendah, pH pupuk organik cair
tergolong sangat rendah, namun pada kisaran yang dipersyaratkan untuk pupuk organik cair. Secara
keseluruhan, pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang digunakan dalam pengkajian ini
memenuhi syarat standar yang berlaku.
Tabel 1. Karakteristik kimia pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang digunakan dalam
penelitian.
Perlakuan
Parameter pengukuran
pH C C/N N-Tot P2O5 K2O CaO MgO S Na Cl Fe Mn Cu Zn B Al
POC 3,5 5,8 - 0,1 0,1 0,5 0,2 0,08 0,2 - - 76 5 3 8 2 -
POG 7,6 16,2 10 1,7 0,6 1,2 6,3 0,66 0,5 0,3 12777 1041 5 218 105 6027
Keterangan: POC = pupuk organik cair dan POG = pupuk organik granul.
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Tinggi sawi, selada dan kangkung pada perlakuan pupuk organik granul (POG) dan pupuk
organik cair (POC) lebih rendah dibandingkan pupuk kandang ayam (teknologi petani). Namun
sebaliknya pada bayam, tinggi tanaman pada perlakuan POG dan POC nyata lebih tinggi
dibandingkan pupuk kandang ayam (Pukan). Hal serupa apabila dibandingkan dengan perlakuan
pemupukan NPK takaran rekomendasi tanpa pupuk organik (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap tinggi sawi,
selada, bayam, dan kangkung.
Perlakuan
Rerata tinggi tanaman (cm)
Sawi Selada Bayam Kangkung
Pukan + NPK ½ Takaran
Rekomendasi (Teknologi Petani)
30,75c
25,04b
25,98a
41,28b
POG + NPK ½ Takaran
Rekomendasi
28,69b
19,93a
35,41b
36,52a
POC + NPK ½ Takaran
Rekomendasi
24,08a
17,47a
36,84b
37,00ab
NPK Takaran Rekomendasi 29,42b
20,20a
29,70a
40,22b
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk
kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair).
4. Sementara itu, jumlah daun tanaman pada perlakuan POG dan POC setiap perlakuan pupuk
organik tidak beda nyata dengan Pukan maupun NPK takaran rekomendasi. Tingkat peran POG dan
POC terhadap peubah pertumbuhan sawi, selada, bayam dan kangkung secara umum sebanding
(Tabel 2 dan 3).
Tabel 3. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap jumlah daun
sawi, selada, bayam, dan kangkung.
Perlakuan
Rerata jumlah daun
Sawi Selada Bayam Kangkung
Pukan + NPK ½ Takaran Rekomendasi
(Teknologi Petani)
9.91a
19.75b
10.27a 8.87a
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 9.71a
12.16a
10.55a 9.07a
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 8.96a
10.81a
10.29a 8.90a
NPK Takaran Rekomendasi 10.20a
12.59a
10.64a 8.93a
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk
kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair).
Berat panen sawi dan selada pada perlakuan POG dan POC nyata lebih rendah dibandingkan
Pukan, namun berat panen bayam dan kangkung pada perlakuan POG dan POC lebih tiinggi
dibandingkan teknologi petani tersebut. Berat panen sawi dan selada setara NPK rekomendasi,
sedangkan hasil bayam dan kangkung pada perlakuan POG dan POC nyata lebih tinggi dibandingkan
Pukan. Respon POC secara umum lebih rendah dibandingkan POG (Tabel 4).
Berdasarkan hasil yang dipaparkan di atas, dapat diungkapkan empat fakta penting.
Pertama, terdapat variasi pengaruh pupuk organik granul (POG) dan cair (POC) berbahan baku
limbah organik pasar pada keempat jenis tanaman uji. Kedua, efektivitas POG dan POC pada selada
dan sawi lebih rendah dibandingkan pupuk kandang ayam (Pukan), namun pada bayam dan kangkung
efektivitas POG dan POC lebih baik dibandingkan Pukan. Ketiga, efektivitas POG pada sawi selada,
bayam, dan kangkung lebih baik dibandingkan POC. Keempat, berdasarkan berat panen, POG mampu
menggantikan 50% NPK pada sawi, selada dan kangkung dan 25% pada bayam, sedangkan POC
mampu menggantikan 50% NPK pada selada dan kangkung dan sekitar 25% untuk sawi dan bayam.
Tabel 4. Pengaruh pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah pasar terhadap berat hasil
panen sawi, selada, bayam dan kangkung.
Perlakuan
Rerata berat panen (gram.m2
)
Sawi Selada Bayam Kangkung
Pukan + NPK ½ Takaran Rekomendasi
(Teknologi Petani)
6796.07c
3777.07d
4378.80c
1535.93b
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 5985.93b
2916.27c
5178.10b
1929.77c
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 4499.13a
2661.87bc
4885.20b
1736.41c
NPK Takaran Rekomendasi 5883.73b
2476.27b
6459.60a
1639.91b
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, Pukan (pupuk
kandang ayam), POG: (pupuk organik granul), POC ( pupuk organik cair).
Pupuk organik granul dan cair mampu menggantikan peran pupuk kandang ayam pada
bayam dan kangkung dan memiliki potensi cukup tinggi pada sawi dan selada (Tabel 5).
Variasi pengaruh POG dan POC pada keempat jenis tanaman uji kemungkinan lebih
disebabkan oleh perbedaan karakteristik fisiologis tanaman. Perbedaan karakteristik fisiologis
tanaman akan menyebabkan perbedaan respon tanaman terhadap jenis sumber hara (Murray dan
Anderson, 2011; Hasan dan Solaiman, 2012; Akintoye dan Olanlyan, 2012; Makinde et al., 2011),
jenis kation dan anion yang tersedia dalam larutan tanah, serta status masing-masing jenis hara pada
larutan tanah (Altintas dan Acikgoz, 2012; Sarwar et al., 2008; Rosen dan Eliason, 2005).
5. Tabel 5. Persentase berat panen pada masing-masing perlakuan pemupukan dibandingkan perlakuan
pupuk NPK.
Perlakuan
Persentase berat panen dibandingkan perlakuan NPK dan
pupuk kandang ayam
Sawi Selada Bayam Kangkung
dibandingkan NPK
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 101,7 117,8 80,2 117,7
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 76,5 107,5 75,6 105,9
dibandingkan pupuk kandang ayam
POG + NPK ½ Takaran Rekomendasi 88,1 77,2 118,3 125,6
POC + NPK ½ Takaran Rekomendasi 66,2 70,5 111,6 113,1
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama sekolom tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%, POG (pupuk
organik granul), dan POC ( pupuk organik cair).
Sementara itu, perbedaan efektivitas POG dan POC disebabkan oleh perbedaan jumlah
nutrien yang dipasok pada masing-masing pupuk. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kandungan hara
makro dan mikro yang terkandung dalam POG lebih tinggi dibandingkan POC. Status hara tersebut
secara langsung akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan serapan hara oleh tanaman (Jamala et
al., 2011; Olaniyi et al., 2009; Reid, 2002) dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
aktivitas mikroba fungsional yang berperan dalam meregulasi ketersediaan hara dalam tanah (Ramirez
et al., 2012; Ogbonna et al., 2012; Srivastava, 2010, Araujo et al., 2009). Hal Demikian akan
berimplikasi pada peningkatan efisiensi pemupukan NPK sebagaimana diuraikan pada fakta keempat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pupuk organik granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran
pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam.
Sementara itu, pupuk organik cair (POC) mampu mengurangi takaran pemberian NPK sebanyak
50% pada selada dan kangkung dan 25% pada sawi dan bayam.
2. Pupuk organik granul dan cair mampu menggantikan pupuk kandang ayam pada budidaya bayam
dan kangkung dan berpotensi tinggi untuk digunakan dalam budidaya selada dan sawi. Perlakuan
pengkayaan yang lebih disesuaikan dengan karakteristik tanaman diduga akan dapat meningkatkan
efektivitas POG dan POC, khususnya pada bayam dan kangkung.
3. Peran POG lebih baik dibandingkan POC dalam mendukung pertumbuhan dan hasil sawi, selada,
bayam, dan kangkung. Peran POC tersebut dapat ditingkatkan melalui perbaikan pengkayaan atau
melalui peningkatan takaran dan intensitas aplikasi.
Saran
• Pupuk organik granul dan cair berbahan baku limbah organik pasar berpotensi untuk
dikembangkan sebagai pupuk organik yang memiliki efektivitas yang sebanding dengan pupuk
organik yang telah umum digunakan petani, khususnya pupuk kandang ayam. Namun demikian,
nilai keharaan, penampilan, dan efektivitas pupuk tersebut masih perlu ditingkatkan lebih baik
lagi.
6. DAFTAR PUSTAKA
Akintoye, H.A. and A.B. Olaniyan. 2012. Yield of sweet corn in response to fertilizer sources. Glo.
Adv. Res. J. Agric. Sci. 1(5): 110-116.
Altintas, S. and F. E. Acikgoz. 2012. The effects of mineral and liquid organic fertilizers on some
nutritional characteristics of bell pepper. African Journal of Biotechnology 11 (24): 6470-6475.
Araújo, A.S.F., L. F.C. Leite, V. B. Santos, and R.F.V. Carneiro. 2009. Soil Microbial Activity in
Conventional and Organic Agricultural Systems. Sustainability 1: 268-276.
Cooperband, L. 2002. The art and science of composting „resource for farmers and compost
producers”http://www.cias.wisc.edu/pdf/artofcompost.pdf. 24 September.
Chen, J., J. Wu, and W. Huang. 2007. Effect of compost on the availability of nitrogen and
phosphorus in strongly acidic soils. http://www. Agnet.org/library/list/subcat/E.htm. 1 Januari.
Ekelund, L., and K. Nystrom. 2007. Composting of Municipal Waste in South Africa. Upsala
Universitet. ISSN: 1650-8319, UPTEC STS06 012.
Hasan, M. R. and A.H.M. Solaiman. 2012. Efficacy of organic and organic fertilizer on the growth
of Brassica oleracea L. (Cabbage). Intl J Agri Crop Sci. Vol., 4 (3):128-138.
Jamala, G.Y., P. G. Boni, P. Abraham, and and A. M. Musa. 2011. Soil status and yield response of
different varieties of okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) grown at Mubi floodplain,
North Eastern, Nigeria. J.of Agric. Bio. and Sust. Development Vol. 3(7), pp. 120 -125.
Losada, H., R. Bennett, J. Vieyra, R. Soriano, J. Cortes and S. Billing. 2001. Recycling of Organic
Wastes in East of Mexico City by Agriculture and Livestock Production System.
http://www.ias.inu.edu/proceedings/icibs/icmfa/losada.
Murray, R. and R. G. Anderson. 2012. Organic Fertilizers and Composts For Vegetable Transplant
Production. Floriculture Research Report 17-04. University of Kentucky.
Ogbonna, D.N., N. O. Isirimah, and E. Princewill3. 2012. Effect of organic waste compost and
microbial activity on the growth of maize in the utisoils in Port Harcourt, Nigeria. African
Journal of Biotechnology Vol. 11(62):12546-12554.
Olaniyi, J.O, E. M. Ogunbiyi and D. D. Alagbe. 2009. Effects of organo-mineral fertilizers on growth,
yield and mineral nutrients uptake in cucumber. Journal of Animal & Plant Sciences, 2009. Vol.
5( 1): 437 – 442.
Ramirez, K.S., J. M. Craine, and N. Fierer. 2012. Consistent effects of nitrogen amendments on soil
microbial communities and processes across biomes. Global Change Biology, doi:
10.1111/j.1365-2486.2012.02639.x.
Reid, J. B. 2002. Yield response to nutrient supply across a wide range of conditions. “Model
derivation” Field Crops Research 77 : 161–171
Sarwar, G., H. Schmeisky, N. Hussain, S. Muhammad, M. Ibrahim, and E. Safdar. 2008.
Improvement of soil physical and chemical properties with compost application in rice-wheat
cropping system. Pak. J. Bot., 40(1): 275-282.
Sastro, Y., S. Amina, dan Syafrudin. 2006. Peran drainase dan inokulasi mikroba terhadap laju
pengomposan dan kualitas kompos sampah sayuran. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Usaha Agribisnis Industrial Pedesaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Tengah. Palu.
Smidt, E. J. Tintner, K. Bohm, and E. Binner. 2011. Transformation of biogenic waste materials
through anaerobic digestion and subsequent composting of residues-a case study. Dynamic
Soils-Dynamic Plant 5 (2):63-69.
Srivastava, P. K.. 2009. Microbial activity and nutrient status ino oak and pine oriented Forest Soil
of Mid Altitude Central Himalaya. Geneconserve vol. 9: 1-11
Von Bercham, S., Fernandez, and P. Harjati. Prospek sampah. Jurnal Dinamika Periurban vol II.
November 2005.
Zhao, S., X. Liu, and L. Duo. 2012. Physical and chemical characterization of municipal solid waste
compost in different particle size fractions. Pol. J. Environ. Stud 21 (2): 509-511.
7. HASIL DISKUSI
Tanya : Pupuk Organik Granul memiliki N rendah, kenapa? Apakah tidak ada cara untuk
meningkatkan kandungan N?
Jawab : Kandungan N rendah karena komposnya tinggi. Makanya diberi acetobacter, aspergillus
dan lactobacillus sebagai dekomposer untuk percepat penyerapan N
Tanya : POG dan cair menggunakan dekomposer apa?
Jawab : Acetobacter,aspergillus dan lactobacillus
Tanya : Biaya produksi sangat tinggi untuk POG, bagaimana?
Jawab : Biaya produksi POG memang tinggi jika produksi dalam skala kecil mencapai Rp 2300/kg
tetapi bila diproduksi dalam skala besar hanya sebesar 400/kg