Dokumen tersebut membahas respon pertumbuhan tanaman kelapa sawit pada media tanam yang menggunakan residu biochar dan pemupukan. Penelitian ini menguji respon pertumbuhan dengan variasi dosis biochar dan taraf pemupukan untuk mengetahui yang terbaik. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, serta berat segar dan kering tanaman.
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
Uji kurang satu pupuk n, p, dan k terhadap pertumbuhan jagung di dutohe agust...NurdinUng
The aim of this study was to determine (1) the effect of N, P, and K fertilizers on the maize growth and (2) the best treatment combinations on the maize growth. The fertilizers method using minus one test in randomized block design pattern with four treatments and three replications. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The results of this research showing that the minus one test of N, P, and K fertilizers has significant effect to plant high on 14 days after planting (DAP), 42 DAP, and 56 DAP, but has not significant effect on 28 DAP. This pattern was the same with leaf color parameters. , for leaf numbers has significant effect on 28 DAP only. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
Uji kurang satu pupuk n, p, dan k terhadap pertumbuhan jagung di dutohe agust...NurdinUng
The aim of this study was to determine (1) the effect of N, P, and K fertilizers on the maize growth and (2) the best treatment combinations on the maize growth. The fertilizers method using minus one test in randomized block design pattern with four treatments and three replications. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The results of this research showing that the minus one test of N, P, and K fertilizers has significant effect to plant high on 14 days after planting (DAP), 42 DAP, and 56 DAP, but has not significant effect on 28 DAP. This pattern was the same with leaf color parameters. , for leaf numbers has significant effect on 28 DAP only. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...NurdinUng
Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
Materi Perkuliahan Semester 6 (enam) dalam Mata Kuliah Pemanfaatan Limbah Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor yang Disampaikan pada Tanggal 23 April 2019 oleh Dr. Asep Nugraha Ardiwinata.
power point ini menjelaskan tentang pertumbuhan tanaman kacang tanah mulai dari tahap pengumbulan bahan-bahan untuk membuat pupuk bokashi, pencampuran pupuk dengan media tanah, pengisian media tanam ke dalam pollybag, dan penanaman tanaman kacang tanah sampai perawatan atau penelitian mulai dari pemberian pupuk hingga mengukur tinggi tanaman dan juga menghitung jumlah daun disetiap perlakuan, dimana setiap perlakuan ada pengulangan dan setiap pengulangan itu ada 3 tanaman.
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...NurdinUng
Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
Materi Perkuliahan Semester 6 (enam) dalam Mata Kuliah Pemanfaatan Limbah Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor yang Disampaikan pada Tanggal 23 April 2019 oleh Dr. Asep Nugraha Ardiwinata.
power point ini menjelaskan tentang pertumbuhan tanaman kacang tanah mulai dari tahap pengumbulan bahan-bahan untuk membuat pupuk bokashi, pencampuran pupuk dengan media tanah, pengisian media tanam ke dalam pollybag, dan penanaman tanaman kacang tanah sampai perawatan atau penelitian mulai dari pemberian pupuk hingga mengukur tinggi tanaman dan juga menghitung jumlah daun disetiap perlakuan, dimana setiap perlakuan ada pengulangan dan setiap pengulangan itu ada 3 tanaman.
1. RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais guineesisJacq)
PADA MEDIA TANAM RESIDU PEMBERIAN BIOCHAR DAN PEMUPUKAN DI
PEMBIBITAN AWAL
2. Benih non sertifikat menyebabkan produktivitas CPO nasional menjadi
rendah sebesar 1,3-1,5 ton/ha/tahun dan produktivitas buah sawit
sebesar 10-12 ton/tahun. Jumlah ini tidaklah sebanding dengan benih
bersertifikat yang produktivitas CPO dapat mencapai 4 ton/ha/tahun dan
produktivitas TBS mencapai 17-20 ton/ha/tahun (PPKS, 2019)
Permintaan kelapa sawit yang meningkat menyebabkan produksi dan
perluasan areal pertanaman kelapa sawit semakin meningkat. Dengan
bertambahnya luas areal pertanaman kelapa sawit tersebut maka
diperlukan pengadaan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas. Dalam
usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi oleh
pengusaha atau petani yang bersangkutan adalah pengadaan bibit. Kualitas
bibit sangat menentukan produksi jenis komoditas ini.
Lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin mengalami
perluasan dimulai dari wilayah Sumatera hingga Papua. Estimasi data dari
statistik perkebunan Indonesia tahun 2019 menyatakan bahwa produksi
kelapa sawit di Indonesia mencapai 51.443.315 ton dengan luas area
14.677.560 ha.
3. Bibit kelapa sawit membutuhkan media tanam yang mempunyai
sifat fisik dan kimia yang baik. Media tanam yang biasa digunakan
dan pembibitan kelapa sawit adalah tanah lapisan atas (top soil)
dengan ketebalan 10-20 cm dari permukaan tanah yang di campur
dengan pasir dan bahan organik, sehingga diperoleh media dengan
kesuburan yang baik. Sekarang ini ketersediaan top soil yang subur
dan potensial semakin berkurang akibat tingginya pemanfaatan
lahan untuk berbagai kepentingan (Armaini et al., 2013).
4. Biochar berkontribusi terhadap pembenahan sifat fisika
dan kimia tanah seperti retensi hara yaitu N, P, K, Ca, Mg,
KTK dan retensi air tanah. Meningkatnya nilai KTK tanah
dengan penambahan biochar akan meminimalkan resiko
pencucian kation seperti K+ dan NH4+. Biochar juga
mempengaruhi peningkatan retensi air tanah akibat
penambahan pembenahan organik ini mempunyai
hubungan kuat dengan menurunnya jumlah pori makro
tanah.
BIOCHAR
Dosis biochar yang diberikan ke dalam tanah menjadi aspek penting, Biederman dan Harpole (2013)
menyatakan peningkatan dosis biochar hingga > 0,5% dari volume tanah dapat meningkatkan produksi
biomassa permukaan tanah, sedangkan Liu et al. (2013) menyebutkan bahwa dosis biochar < 30 t ha-1
dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
5. Penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman tahunan dibutuhkan juga data
serapan hara. Dierolf et al. (2000) menyampaikan bahwa total serapan hara N, P, K,
Ca, Mg dan S tanaman kelapa sawit masing-masing adalah 190, 26, 257, 43, 60, dan
30 kg/ha. Pengurasan hara tanah terjadi pada tanah yang dipupuk lebih rendah
dibandingkan serapan hara atau kebutuhan tanaman (SUKRISTIYONUBOWO et al.,
2015).
PEMUPUKAN
6. 1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan kelapa sawit (Elais guanansis
Jacq) pada media tanam residu biochar.
2. Untuk mengetahui respon pertumbuhan kelapa sawit (Elais guanansis
Jacq) pada media tanam residu pemupukan.
3. Untuk mengetahui respon pertumbuhan kelapa sawit (Elais guanansis
Jacq) terhadap interaksi media tanam residu biochar dan pemupukan.
1.3 Hipotesis Penelitian
1. Ada respon pertumbuhan kelapa sawit (Elais guanansis Jacq)
pada media tanam residu biochar.
2. Ada respon pertumbuhan kelapa sawit (Elais guanansis Jacq)
pada media tanam residu pemupukan.
3. Ada respon pertumbuhan kelapa sawit (Elais guanansis Jacq)
terhadap interaksi media tanam residu biochar dan
pemupukan.
7. 1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan
penelitian di program studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Methodist Indonesia.
8. Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan Di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Methodist
Indonesia Jl. Harmonika Baru pasar II, Tanjung Sari Medan, Kelurahan Selayang II
Kecamatan Medan Selayang Kota Madya Medan dengan ketinggian tempat ± 30 meter dpl
mulai pada bulan Januari 2023 sampai dengan Maret 2023
BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit varietas
DxP Simalungun, residu biochar batang kelapa sawit,residu pemupukan dan air.
Alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, penggaris, jangka sorong, pisau,
handsprayer, alat tulis, buku,timbangan analitik dan papan sampel serta alat-alat
lainya.
9. RANCANGAN
PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan perlakuan sebelumnya yang terdiri dari
Faktor kedua pemupukan (P) terdiri dua taraf yaitu :
P0 : Tanpa pemupukan (Kontrol)
P1 : Pemupukan sesuai rekomendasi PPKS
Faktor pertama residu biochar (B) terdiri 5 taraf yaitu
B0 : Tanpa biochar (kontrol)
B1 : biochar 1%
B2 : biochar 2%
B3 : biochar 3%
B4 : biochar 4%
10. Jumlah kombinasi perlakuan adalah 5 x 2 = 10 kombinasi
B0P0 B0P1
B1P0 B1P1
B2P0 B2P1
B3P0 B3P1
B4P0 B4P1
Jumlah Ulangan (blok) : 3 ulangan
Jumlah plot penelitian : 30 plot
Jumlah tanaman per plot : 3 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 90 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 2 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 60 tanaman
Jarak antar tanaman : 20 cm x 20 cm
Jarak antar plot : 50 cm
11. METODE ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan menggunakan model linear Rancangan Acak
kelompok Faktorial sebagai berikut :
Yijk= μ + αi + Bj + Pk + (BP)jk + €ijk
Dimana:
Yijk = Data pengamatan pada blok ke-i, faktor B (Biochar) pada taraf ke-j dan
Faktor P (Pemupukan) Pada pada taraf ke-k
μ = Efek nilai tengah
αi = Efek dari blok ke-i
Bj = Efek dari perlakuan faktor B/ Biochar pada taraf ke-j
Pk = Efek dari faktor P/Pemupukan dan taraf ke-k
(BP)jk = Efek interaksi faktor B/ Biochar pada taraf ke-j dan faktor
P/Pemupukan pada taraf ke-k
€ijk = Efek error pada blok ke-i, faktor /Biochar pada taraf-j dan faktor
P/Pemupukan pada Taraf ke-k
Terhadap faktor yang berpengaruh nyata atau sangat nyata pada uji sidik
ragam selanjutnya dilakukan uji beda rataan dengan menggunakan
Duncan pada taraf 5%.