4. PENGERTIAN ASWAJA
( Ahlus-Sunnah Wal-jama’ah)
• Aswaja : orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi
Muhammad SAW dan mayoritas sahabat ( Maa Anaa Alaihi
Wa Ashabii ) baik di dalam syariat, akidah dan tasawuf.
• Aswaja : adalah golongan umat islam yang melakukan
semua amaliyahnya dengan berpegang teguh pada
Kitabulloh, As-sunnah dan Atsarus-Sahabat. Golongan lebih
mengutamakan petunjuk Agama dari pada logika.
• Aswaja : ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan
dan diamalkan oleh Rosululloh SAW bersama para
sahabatnya.
5. o Istilah ahlus-sunah wal-jama’ah (Aswaja) tidak dikenal di zaman
Rasulullah maupun khulafa’al-rosyidin, bahkan tidak dikenal pada
zamanya Bani Ummayah ( 41-133 H./611-750 M.)
o Istilah Aswaja mulai di kenal pada zaman Bani Abbasiyah ( 750-1258
M), tepatnya pada pemerintahan Khalifah Abu Ja’far Al -Manshur
(754-775 M), Khalifah Harun Al-Rasyid (785-809 M), dan saat
Khalifah Al-Ma’mun (813-833 M).
o Al-Ma’mun melakukan mihnah (uji akidah) terkait status al-qur’an
sebagai makhluk. Salah satu ulama’ yang terkena mihnah adalah
Imam Ahmad Ibnu Hambal, yang ditangkap disiksa dan dipenjara
selama 15.th karena mengatakan bahwa Al-Qur’an bukan makhluk
tapi wahyu.
6. Istilah Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah semakin populer setelah
munculnya Abu Hasan Al-Asy’ari lahir di Basrah/ Iraq (260-324
H/873-935 M). Dan Abu Manshur Al-Maturidi ( w 333 H/ 944M)
lahir di desa Maturidi Samarqan.
Maka sebelum kelompok-kelompok teologis dalam Islam lahir,
Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah adalah umat Islam itu sendiri.
Namun setelah kelompok-kelompok teologis muncul, Aswaja
berarti para pengikut Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-
Maturidi dalam hal Teologi/Aqidah.
Selanjutnya menganut Madzhab Empat dalam ber-syari’at. Dan
mengikuti manhaj Al-Ghazali dan Al-Baghdati dalam
Tasawuf/Akhlaq.
8. Madzhab Hanafi
• Tokoh : Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit Al-
Kufi
• Lahir di Kufah (80 H/ 699 M) wafat (150 H /767 M).
• Karya Monumental : Fikih Akbar, Musnad Fikih Akbar
• Penyebaran : Merupakan madzhab masa dinasti
Abbasiyyah dan kerajaan Utsmaniyyah. Sekarang
digunakan di Mesir, Turki, Syiria, Lebanon, dll.
• Pengikutnya disebut Hanafiyyah.
9. Madzhab Maliki
• Tokoh : Imam Malik bin Anas bin Malik Al-Madani
• Lahir di Madinah (93 H / 712 M) wafat 798 M.
• Terkenal gandrung dengan ilmu hingga mempunyai
guru tidak kurang 700 orang guru, 300 dari kalangan
Tabi’in. Karena kealimannya mendapat julukan Sayyid
Fuqoha Al-Hijaz.
• Karya : Al-Muwatho’ berisi 100.000 hadits Nabi.
• Penyebaran : Tunisia, Maroko, Aljazair, Kuwait, Afrika.
• Pengikutnya disebut Malikiyyah.
10. Madzhab Syafi’ie
• Tokoh : Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’i
bin Saib Ibnu Abid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Mutholib bin
Manaf. (wafat 820 M).
• Lahir di Gaza-Pelestina pada tahun 150 H/ 767 M,
bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Hanafi. Umur 2
thn oleh ibunya dibawa pulang kampung ke Makkah. Umur 9
thn hafal Qur’an & Kitab Al-Muwatho’.
• Perumus ilmu Ushul Fikih (metodologi hukum Islam).
• Karya : Al-Umm (fikih), Ar-Risalah (ushul fikih).
• Penyebaran : Libia, Mesir, Hampir semua negara di Asia
Tenggara termasuk Indonesia, India, Pakistam, Sunni-Rusia
dan Yaman.
• Pengikutnya disebut Syafi’iyyah.
11. Madzhab Hambali
• Tokoh : Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal Az-
Zahili Asy-Syaibani
• Lahir di Baghdad-Irak 164 H/ 780 M. Mengembara ke
Syam, Hijaz, serta Yaman. Wafat tahun 241 H/ 855 M.
• Murid dari Imam Syafi’i yg paling alim.
• Karya : Al-Musnad (40.000 hadist).
• Imam Ahmad Bin Hambal mempunyai banyak murid yang
kemudian hari menjadi masyhur, seperti Imam Bukhori
dan Imam Muslim, Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim Al-
Jauziyyah (dua tokoh terakhir sering diaku-aku sebagai
ulama Wahabi).
• Penyebaran : Jazirah Arab, Palestina, Syiria, Irak.
• Pengikutnya disebut Hanabilah.
12. Dalam menentukan hukum fiqih
Madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah
bersumber kepada empat sumber pokok
Qur’an
SUMBER DALIL
ASWAJA
Hadist
Ijma’
Qiyas
13. Yang disebut Ijma’ ialah
kesepakatan para Ulama’
Atas suatu hukum
setelah wafatnya Nabi SAW.
Rasulullah SAW adalah yang paling
berhak menjelaskan dan menafsirkan
Al-Qur’an, maka Hadist/As-Sunnah
menduduki tempat kedua.
Sumber utama dan pertama dalam pengambilan hukum.
ْيِقَّتُمْلِل ًىدُه ِهْيِف َْبي َرَال ُبَتِكلْا َكِلذ
َن
- 1 -
Qur’an
• Qiyas menurut bahasanya
berarti mengukur.
• Yang disebut Qiyas ialah:
Menyamakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain
dalam hukum, karena
adanya sebab yang antara
keduanya.
• Rukun Qiyas ada 4 :
1. Al-Ashlu,
2. Al-Far’u,
3. Al-Hukmu
4. As-Sabab.
- 4 -
qiyas
14. Pengamalan Aswaja An-Nahdiyyah
• Pengamalan Aqidah Aswaja dalam keseharian secara sederhana
sebagaimana telah dirumuskan dalam Mabadi Khairul Ummah
NU yang dirumuskan pada Munas NU di Lampung tahun 1992
As-Shidqu
• Mabadi khairah ummah adalah gerakan
pembentukan identitas dan karakter warga NU,
melalui penanam nilai-nilai yang dapat dijadikan
prinsip-prinsip dasar (Mabadi) untuk menjadi
umat terbaik (Khaira Ummah).
• Terdiri dari lima butir yaitu :
Al-Amanah
Wal-Wafa Bil-’Ahdi
At-Ta’awun
Al-’Adalah
Al-Istiqomah
15. 1. As-Shidqu: kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan
keterbukaan. Kebalikannya adalah bohong, yaitu ketidak
samaan antara sikap, ucapan dan perbuatannya dengan yang
tersimpan di dalam hatinya.
2. Al-Amanah Wal-Wafa Bil-’Ahdi : berasal dari dua istilah Al-
Amanah memiliki pengertian yang lebih umum meliputi semua
beban yang harus dilaksanakan, baik dalam perjanjian atau
tidak, sedangkan Al Wafa bil Ahdi hanya berkaitan dengan
sesuatu yang terdapat perjanjian.
3. Al-’Adalah : bersikap adil dan memberikan hak dan kewajiban
secara proporsional. Bersikap adil dalam menempatkan sesuatu
pada tempatnya,berpihak pada kebenaran, menyalahkan yang
salah dan membenarkan yang benar.
Aswaja
An-Nahdliyyah
16. 4. At-Taawun: tolong menolong setia kawan dan gotong royong
dalam dalam kebaikan dan ketaqwaan. Ini merupakan sendi
kehidupan bermasyarakat.
5. Al-Istiqomah: keajegan, kesinambungan dan berkelanjutan.
• Keajegan adalah tetap dan tidak bergeser dari jalur sesuai
dengan yang ditentukan oleh Allah SWT dan Rasulnya serta
tutunan yang diberikan oleh As Salafus Sholih.
• Kesinambugan artinya keterkaitan antara satu kegiatan
dengan kegiatan yang lain dan antara periode satu dengan
periode yang lain, sehingga semuanya merupakan satu
kesatuan yg tadak terpisahkan dan saling menopang.
• Keberlanjutan adalah proses pelaksanaan secara terus
menerus dan tidak mengalami kemandegan.
16
Aswaja
An-Nahdliyyah