Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Ummu Sulaim, Pelindung Nabi di Medan Perang.docx
1. Ummu Sulaim, Pelindung Nabi di Medan Perang
Sekarang kita bersama wanita mulia yang pintar, cerdas, penuh keikhlasan, jernih pikiran,
pemurah, dan pemberani. Dia-lah wanita penerima Islam secara langsung sejak pertama kali
mendengar Al-Qur'an dan ajaran Rasulullah. Dia-lah wanita yang melindungi Nabi di medan
perang.
Dia-lah wanita yang penuh kekhusyu'an dan kesabaran, juga mulia. Ia juga telah banyak hafal
hadits Nabi. Kiprahnya dalam perjuangan Islam tidak akan terlupakan. Ia wanita yang sangat
dihormati. Nabi pun pernah melihatnya berada dalam surga.
Dia-lah Ummu Sulaim, wanita muslimah yang disebut oleh Abu Nu'aim sebagai "Wanita yang
taat kepada Allah dan Rasulullah, turut mengangkat senjata di beberapa medan laga."
Perkenalan
Mari sejenak berkenalan dengan Ummu Sulaim. Beliau adalah Ummu Sulaim binti Malhan bin
Khalid bin Zaid bin Hiram bin Jundub Al-Anshariyah. Ibu dari Anas seorang pelayan Rasulullah.
Ummu Sulaim adalah nama panggilannya, dari sebutan anaknya yang bernama Sulaim.
Sedangkan nama aslinya, terdapat beberapa versi; Sahlah, Ramilah, Rumaishah, Malikah,
Ghumaisha', atau Rumaisha'.
Awal Mulanya
Ketika cahaya Islam mulai merambah Tanah Arab, Ummu Sulaim termasuk di antara wanita
yang tidak ingin menunda-nunda waktu untuk masuk Islam. Ia langsung mencintai Islam dengan
segenap jiwa raganya.
Ketika itu, suaminya yang bernama Malik bin Nadhr-ayahnya Anas-sedang bepergian. Ketika
pulang dan mendapati istrinya masuk Islam, ia marah besar dan meminta istrinya untuk
kembali ke agama nenek moyang mereka. Namun Ummu Sulaim tetap dalam pendiriannya. Ia
sudah terlanjur mencintai Islam dan merasakan lezatnya hidup dalam naungan Islam.
Tanah yang Subur itu Telah Menumbuhkan Pohon dengan Izin Tuhan
Ummu Sulaim kemudian mengajari anaknya-Anas bin Malik-mengucapkan dua kalimat sahadat.
Anas menurut dan mengucapkan, "La laaha lllallaah, Muhammadur Rasulullaah." Mengetahui
hal itu, Malik-ayah Anas-marah dan berkata kepada istrinya, "Jangan kau rusak putraku."
Ummu Sulaim menjawab, "Aku tidak merusaknya."
2. Ketika Ummu Sulaim semakin lantang mengajari anaknya mengucapkan dua kalimat sahadat,
Malik keluar rumah dengan marah. Di luar rumah, Malik bertemu dengan musuhnya, lalu
keduanya berkelahi, hingga Malik terbunuh. Mengetahui kematian suaminya, Ummu Sulaim
menghadapinya dengan tabah. Ia berjanji tidak akan menyapih Anas hingga Anas sendiri yang
tidak lagi mau menyusu. la juga berjanji tidak akan menikah lagi sampai Anas merestuinya.Dari
rumah inilah, kemudian keluar tokoh penyebar hadits Nabi saw. yang tidak lain adalah Anas bin
Malik. Sungguh, pahala besar baginyadan bagi ibunya yang telah mendidiknya dengan iman dan
takwa sejakia masih kecil.Saat Kebahagiaan 7ibaMeskipun Anas tumbuh sebagai anak yatim,
namun ibunya-Ummu
Sulaim-adalah wanita muslimah yang sangat matang, sehingga Anastidak pernah merasakan
penderitaan layaknya anak yatim.Ummu Sulaim mengajarinya mengucapkan dua kalimat
sahadat, menanamkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, meskipun Anas sendiri belum
pernah bertemu dengan Rasulullah. Hal itu membuat Anas sangat ingin bertemu Rasulullah.
Bahkan jika sudah besar nanti ia bertekad akan pergi ke Makkah untuk menemui Rasulullah.
Ketika itu, Rasulullah dan kaum muslimin di Makkah sedang menghadapi siksaan para tokoh
kafir Quraisy yang semakin hari semakin memusuhi Islam dan kaum muslimin. Khawatir kaum
muslimin tidak tahan dengan cobaan yang semakin berat, Nabi mengizinkan mereka hijrah ke
Madinah.Tidak lama setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah, Allah mengizinkan Rasul-Nya
hijrah ke Madinah. "Nabi sedang dalam perjalanan menuju Madinah." Berita inilah yang
kemudian menyebar di Madinah. Kaum muslimin, termasuk juga Anas, sangat bahagia
mendengar berita itu. Setiap hari mereka menunggu kedatangan Nabi di pinggiran kota
Madinah. Ketika sampai sore hari Nabi tidak juga muncul, mereka pun pulang dengan hati sedih.
Suasana seperti ini pun tengah berlangsung beberapa hari. Akhirnya, sampai juga Nabi di kota
Madinah. Kaum muslimin pun menyambut dengan sangat gembira. Jalan-jalan Madinah
dipenuhi dengan kaum muslimin, tidak ketinggalan juga anak-anak dan orangtua, baik laki-laki
maupun perempuan. Mereka ingin merayakan kemenangan ini, sekaligus ingin bertemu dengan
manusia terbaik ciptaan Allah, yang selama ini mereka rindukan. Bahkan, jika seluruh hari raya
di dunia ini dijadikan satu, maka kegembiraannya tidak bisa menandingi kegembiraaan kaum
muslimin ketika menyambut kedatangan Nabi mereka saat itu. Semoga shalawat dan salam
tercurah kepada Nabi Muhammad saw.[]
sumber: Mahmud Al-Mishri. 2006. 35 Sirah Shahabiyah (35 Sahabat Wanita Rasulullah saw.
Jakarta: Al-I'tishom