Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Iyas Adz-Dzaki, Simbol Kecerdasan (1).docx
1. Iyas bin Mu’awiyah Adz-Dzaki, Simbol Kecerdasan
Dzaki artinya cerdas. Iyas bin Mu’awiyah ra. dijuluki Adz-Dzaki karena saking cerdasnya. Iyas
lahir pada tahun 46 H di daerah Yamamah Najed. Kemudian beliau berpindah ke Bashrah
beserta seluruh keluarganya. Di sanalah beliau tumbuh berkembang dan belajar. Beliau rajin
mendatangi ulama untuk menimba ilmu. Beliau juga paling senang berdiskusi tentang ilmu
yang bermanfaat.
Kecerdasannya telah nampak sejak kecil. Meskipun masih kecil, orang-orang sering
membicarakan kehebatan dan kepandaiannya. Beliau juga seorang yang berani
mengemukakan pendapat, meluruskan pendapat orang lain yang kurang tepat dan
menyanggah pendapat orang lain yang salah, meskipun berhadapan dengan orang yang
dewasa.
Ketika beliau masih kecil pernah ikut belajar ilmu hisab (semacam ilmu matematika) di sekolah
dengan pengajar orang Yahudi ahli dzimmah. Teman beliau juga banyak yang Yahudi.
Suatu hari guru Yahudi tersebut berkata kepada teman-teman Iyas, “Tidakkah kalian heran
dengan kaum muslimin? Mereka bilang di surga bisa makan, tetapi tidak akan buang air besar,
mana mungkin?”
Iyas bertanya balik, “Pak, apakah semua yang dimakan di dunia ini keluar menjadi kotoran?”
“Jelas tidak,” jawab sang guru.
“Lalu kemana perginya yang tidak keluar itu?” tanya Iyas.
Guru Yahudi menjawab, “Terserap oleh tubuh.”
Iyas pun berkata, “Lalu dengan alasan apa kalian mengingkari? Jika makanan yang kita
makan di dunia saja sebagian hilang diserap tubuh, maka tak mustahil di surga semuanya
diserap tubuh.”
Guru Yahudi langsung diam seribu bahasa. Namun kemudian dia berdoa, “Semoga kamu
mati sebelum dewasa.” namun doa guru Yahudi itu tidak terkabul. Iyas wafat saat berusia 76
tahun.
Kecerdasan Iyas bin Mu’awiyah ra. sangat luar biasa. Banyak orang tua yang berguru kepada
beliau. Saat beliau remaja juga menjadi pemimpin bagi orang-orang yang sudah tua dan
berilmu.
2. Pada suatu hari, saat Abdul Malik bin Marwan mengunjungi Bashrah sebelum menjadi
khalifah, dia melihat Iyas yang masih remaja menjadi pemimpin, sementara di belakangnya
ada empat orang penghafal Al-Qur’an yang sudah berjenggot panjang dan berpakaian resmi.
Abdul Malik berkata, “Celaka orang-orang berjenggot ini, tidak adakah orang tua lain yang
bisa memimpin, sampai anak sekecil ini dijadikan pemimpin mereka?” lalu dia menoleh
kepada Iyas dan bertanya, “Berapa usiamu wahai anak muda?”
Iyas menjawab, “Usiaku, wahai Amir -semoga Allah Swt memanjangkan usia Anda- sama
dengan usia Usamah bin Zaid saat diangkat oleh Rasulullah Saw sebagai panglima pasukan
yang di dalamnya ada Abu Bakar dan Umar.”
Abdul Malik berkata, “Kemarilah anak muda, semoga Allah memberkatimu.”
Dalam kesempatan yang lain. Orang-orang keluar untuk mencari hilal Ramadan dengan
dipimpin langsung oleh sahabat utama Anas bin Malik Al-Anshari ra. yang sudah berusia senja
yaitu hampir 100 tahun. Orang-orang tidak menemukan hilal di langit. Kemudian Anas bin
Malik ra. Berkata, “Aku telah melihat hilal, itu dia!”
Saat itu Iyas memperhatikan Anas, ternyata ada sehelai rambut panjang yang berada di
alisnya menjulur ke pelupuk matanya. Iyas kemudian meminta izin kepada Anas untuk
merapikan rambut yang menjulur tersebut. Iyas lalu berkata, “Apakah Anda masih melihat hilal
itu sekarang, wahai sahabat Rasulullah Saw.?”
Anas ra. menjawab, “Tidak, aku tidak melihatnya. Aku tidak melihatnya.”
Berita tentang kecerdasan Iyas sampai ke berbagai penjuru negeri. Banyak orang yang
datang kepada beliau untuk belajar, ada pula yang ingin berdebat saja. Diantaranya ada
Duhqan, semacam jabatan lurah di kalangan Persia dahulu, yang datang ke majelisnya dan
bertanya, “Wahai Abu Wa’ilah, bagaimana pendapatmu tentang minuman yang
memabukkan?”
“Haram,” jawab Iyas.
“Dari sisi mana dikatakan haram, padahal ia tak lebih dari kurma dan air yang diolah, dan
keduanya sama-sama halal?” tanya sang Duhqan.
Iyas menjawab, “Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Duhqan, atau masih ada yang
hendak kau katakan?”
“Sudah, silakan bicara,” jawab Duhqan.
3. Iyas berkata, “Seandainya kuambil air dan kusiramkan ke mukamu, apakah engkau akan
merasa sakit?”
“Tidak,” kata Duhqan.
“Jika kuambil segenggam pasir dan kulempar kepadamu, apakah terasa sakit?”
“Tidak.”
“Sekarang jika aku mengambil segenggam semen dan kulempar kepadamu, apakah terasa
sakit?”
“Tidak.”
“Jika kuambil pasir, lalu kucampur dengan segenggam semen, lalu aku tuangkan air di
atasnya dan kuaduk, lalu kujemur hingga kering, kemudian kupukulkan ke kepalamu, apakah
engkau merasa sakit?” tanya Iyas.
“Benar, bahkan bisa membunuhku,” jawab Duhqan.
Iyas berkata, “Begitu juga dengan khamr. Di saat kau kumpulkan bagian-bagiannya, lalu kau
olah menjadi minuman yang memabukkan, maka dia menjadi haram.”
Masya Allah tabarakallah. demikian lah cerita singkat tentang kecerdasan Iyas bin Mu’awiyah
ra. dan dijuluki Adz-Dzaki.[]
Bahan bacaan:
Abu Umar Abdillah. 2018. Masa Kecil Para Ulama. Cetakan ketiga. Wafa Press. Klaten