Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAWSafira Safitri
1. Haji Wada’ atau Haji Wida (Haji perpisahan) adalah ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W sebelum akhirnya ia wafat. haji ini terjadi pada tahun ke 10 H.
2. Rombongan jamaah calon haji yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah itu berjumlah kurang lebih 114.000 orang. Berangkat dari Madinah menuju Makkah pada tanggal 25 Zulqaidah dan sampai di Makkah Al Mukarramah pada tanggal 4 Zulhijjah selama perjalanan kurang lebih 9 hari Sesampai di Makkah Rasulullah terus menuju Ka’bah mecium Hajar Aswad, kemudian tawaf 7 kali keliling Ka'bah. Setelah itu Beliau shalat sunat di maqam Ibrahim, mencium kembali hajar aswad sebelum meninggalkan Ka’bah kemudian Sa'I
3.PesanRasulullah SAW saatKhutbah
Setiap manusia secara pribadi bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Keselamatan jiwa dan harta benda menjadi syarat penting dalam membangun kemakmuran dan ketentraman dunia.
Amanah dan kepercayaan baik moral ataupun material harus dijaga dan dipelihara.
Riba dalam berbagai macam bentuknya yang berakibat pemerasan terhadap kaum yang lemah dilenyapkan.
Penegasan tentang hak-hak wanita serta hakdan kewajiban suami istri.
Penegasan bahwa seorang muslim dengan lainnya adalah bersaudara karena itu harus saling bantu membantu.
Penghapusan perbedaan (diskriminasi) yang ditimbulkan oleh perbedaan bangsa,
4.Tanda Wafat Nabi Sebagai Peringan Musibah
Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat:
Ditaklukkannya Kota Mekah,
Masuk Islamnya tokoh-tokoh Bani Tsaqif di Thaif
Kedatangan delegasi dan utusan negara-negara non-Islam menuju Madinah untuk memeluk Islam
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAWSafira Safitri
1. Haji Wada’ atau Haji Wida (Haji perpisahan) adalah ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W sebelum akhirnya ia wafat. haji ini terjadi pada tahun ke 10 H.
2. Rombongan jamaah calon haji yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah itu berjumlah kurang lebih 114.000 orang. Berangkat dari Madinah menuju Makkah pada tanggal 25 Zulqaidah dan sampai di Makkah Al Mukarramah pada tanggal 4 Zulhijjah selama perjalanan kurang lebih 9 hari Sesampai di Makkah Rasulullah terus menuju Ka’bah mecium Hajar Aswad, kemudian tawaf 7 kali keliling Ka'bah. Setelah itu Beliau shalat sunat di maqam Ibrahim, mencium kembali hajar aswad sebelum meninggalkan Ka’bah kemudian Sa'I
3.PesanRasulullah SAW saatKhutbah
Setiap manusia secara pribadi bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Keselamatan jiwa dan harta benda menjadi syarat penting dalam membangun kemakmuran dan ketentraman dunia.
Amanah dan kepercayaan baik moral ataupun material harus dijaga dan dipelihara.
Riba dalam berbagai macam bentuknya yang berakibat pemerasan terhadap kaum yang lemah dilenyapkan.
Penegasan tentang hak-hak wanita serta hakdan kewajiban suami istri.
Penegasan bahwa seorang muslim dengan lainnya adalah bersaudara karena itu harus saling bantu membantu.
Penghapusan perbedaan (diskriminasi) yang ditimbulkan oleh perbedaan bangsa,
4.Tanda Wafat Nabi Sebagai Peringan Musibah
Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat:
Ditaklukkannya Kota Mekah,
Masuk Islamnya tokoh-tokoh Bani Tsaqif di Thaif
Kedatangan delegasi dan utusan negara-negara non-Islam menuju Madinah untuk memeluk Islam
Yuk Ngaji ! - Belajar dari Perjalanan Hidup Khulafaur Rasyidin
Setelah Nabi Muhammad wafat, umat Islam mengalami masa kekhalifahan. Para periode awal kekhalifahan ini, ada empat sahabat nabi yang dipilih sebagai khalifah, keempat khalifah ini dikenal dengan nama Khulafaur Rasyidin.
Khulafaur Rasyidin adalah para khalifah yang arif bijaksana. Mereka adalah empat sahabat Rasulullah yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim.
Keempat khalifah tersebut adalah Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib Radhiayyahuanhum.
Mereka berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah menegakkan ajarah tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam.
Zainab binti khuzaimah Mata Kuliah Kecerdasan Ketahanmalangan (Adversity Que...nur hidayah
Sayyidah Zainab binti Khuzaimah. Beliau adalah istri nabi yang ke-5. Dia dinikahi Nabi setelah Hafshoh binti Umar bin Khattab. Ada hal menarik dari kisah Zainab sebelum beliau dipinang oleh Nabi Muhammad SAW. Zainab, seorang perempuan santun nan baik, adalah janda dari Ubaidah bin Harist, salah seorang pejuang di perang Badar yang terkenal.
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMuhammad Idris
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Muhammad Idris
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
kemampuan bahasa arab +
kemampuan berbahasa arab +
kemampuan berbicara bahasa arab +
tes kemampuan bahasa arab +
kemampuan menulis bahasa arab +
skripsi kemampuan bahasa arab +
kemampuan membaca bahasa arab +
hubungan kemampuan bahasa arab terhadap penghafalan al qur'an +
kemampuan dalam bahasa arab +
kemampuan menerjemahkan bahasa arab
kemampuan bahasa arab +
kemampuan berbahasa arab +
kemampuan berbicara bahasa arab +
tes kemampuan bahasa arab +
kemampuan menulis bahasa arab +
skripsi kemampuan bahasa arab +
kemampuan membaca bahasa arab +
hubungan kemampuan bahasa arab terhadap penghafalan al qur'an +
kemampuan dalam bahasa arab +
kemampuan menerjemahkan bahasa arab
indikator kemampuan berbicara bahasa arab
skripsi kemampuan bahasa arab
1. BIOGRAFI SAHABAT
Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha (wafat 59 H)
A. Ummu Salamah adalah seorang Ummul-Mukminin yang berkepribadian kuat, cantik, dan
menawan, serta memiliki semangat jihad dan kesabaran dalam menghadapi cobaan, lebih-lebih
setelah berpisah dengan suami dan anak-anaknya. Berkat kematangan berpikir dan ketepatan dalam
mengambil keputusan, dia mendaparkan kedudukan mulia di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wassalam.
Di dalam sirah Ummahatul Mukminin dijelaskan tentang banyaknya sikap mulia dan peristiwa
penting darinya yang dapat diteladani kaum muslimin, baik sikapnya sebagai istri yang selalu
menjaga kehormatan keluarga maupun sebagai pejuang di jalan Allah.
Nama sebenarnya Ummu Salamah adalah Hindun binti Suhail, dikenal dengan narna Ummu
Salamah. Beliau dibesarkan di lingkungan bangsawan dari Suku Quraisy. Ayahnya bernama Suhail
bin Mughirah bin Makhzurn. Di kalangan kaumnya, Suhail dikenal sebagai seorang dermawan
sehingga dijuluki Dzadur-Rakib (penjamu para musafir) karena dia selalu menjamu setiap orang yang
menyertainya dalam perjalanan. Dia adalah pemimpin kaumnya, terkaya, dan terbesar wibawanya.
Ibu dari Ummu Salamah bernama Atikah binti Amir bin Rabi'ah bin Malik bin Jazimah bin Alqamah al-
Kananiyah yang berasal dari Bani Faras. Demikianlah, Hindun dibesarkan di dalam lingkungan
bangsawan yang dihormati dan disegani. Kecantikannya meluluhkan setiap orang yang melihatnya
dan kebaikan pribadinya telah tertanam sejak kecil.
B. Pernikahan dan Perjuangannya
Banyak pemuda Mekah yang ingin mempersunting Hindun, dan yang berhasil menikahinya
adalah Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, seorang penunggang
kuda terkenal dari pahlawan-pahlawan suku Bani Quraisy yang gagah berani. Ibunya bernama
Barrah binti Abdul-Muththalib bin Hasyim, bibi Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Abdullah adalah
saudara sesusuan Nabi dari Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Mereka hidup bahagia, dan rumah tangga
mereka diliputi kerukunan dan kesejahteraan.
Tidak lama setelah itu, dakwah Islam menarik hati mereka sehingga mereka memeluk Islam dan
menjadi orang-oramg pertama yang masuk Islam. Begitu pula dengan Hindun, dia tergolong orang-
orang yang pertama masuk Islam, dan bersama suaminya memulai perjuangan dalam hidup mereka.
Orang-orang Quraisy selalu mengganggu dan menyiksa kaum muslimin agar mereka
meninggalkan agama Islam dan kembali ke agama nenek moyang mereka. Melihat kondisi seperti itu,
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mengizinkan mereka untuk hijrah ke Habasyah, sehingga
mereka disebut sebagai kaum muhajirin yang pertama. Mereka menetap di Habasyah, dan di sana
Hindun melahirkan anak-anaknya: Zainab, Salamah, Umar, dan Durrah.
Setelah beberapa lama, mereka berniat kembali ke Mekah, terutama setelah mendengar keislaman
dua tokoh penting Quraisy, Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul-Muththalib. Akan tetapi,
ternyata penyiksaan masih terus berlangsung, bahkan bertambah dahsyat. Untuk menjaga
kehormatan diri dan keluarganya, Abu Salamah meminta perlindungan dari Abu Thalib (paman Nabi)
dari siksaan kaumnya, yaitu Bani Makhzum, dan Abu Thalib menyatakan perlindungannya.
C. Cobaan Datang
Karena orang-orang Quraisy masih saja menyiksa kaum muslimin, akhirnya Allah membuka
hati penduduk Madinah untuk menerima Islam. Kemudian Rasulullah mengizinkan kaum muslimin
untuk hijrah ke sana, baik secara kelompok maupun perseorangan. Abu Salamah, istri, dan anaknya
(Salamah) hijrah ke sana. Di tengah perjalanan mereka dihadang oleh kaum Bani Makhzum
(kaumnya Ummu Salamah) yang kemudian merampas serta menyandera Ummu Salamah. Keluarga
Abu Salamah (Bani Asad) ikut campur tangan dan mereka menolak menyerahkan Salamah, bahkan
si anak dirampas dan dijauhkan dari ibunya. Sedangkan Bani Makhzum menculik Ummu Salamah
2. dan dipenjara. Adapun Abu Salamah dibiarkan ke Yatsrib dengan hati penuh kesedihan karena harus
berpisah dengan istri dan anaknya.
Keadaan demikian berjalan kurang lebih setahun lamanya. Ummu Salamah terus-menerus
menangis karena kecewa atas perbuatan kaumnya, sehingga akhirnya ada seorang laki-laki dari
kaumnya yang merasa iba dan membiarkan Ummu Salamah menyusul suaminya di Madinah.
Adapun Bani Asad menyerahkan kembali putranya, Salamah, kepadanya. Akan tetapi, banyak
rintangan yang harus dia hadapi, dan berkat keimanan dan keinginan yang kuat, dia mampu
mengatasi semua itu dan tiba di Madinah.
D. Pesan Abu Salamah untuk Istrinya
Dalam membela Islam, peran Abu Salamah sangat besar. Dia dikenal berani dalam
berperang. Rasulullah menghargainya dengan mengangkatnya sebagai wakil Rasulullah di Madinah
ketika beliau pergi memimpin pasukan dalam perang Dzil Asyirah pada tahun kedua hijriah. Abu
Salamah ikut dalam Perang Badar dan Uhud. Ketika dalam perang Uhud, Abu Salamah mengalami
luka yang cukup parah dan nyaris meninggal, namun beberapa saat kemudian dia sembuh.
Setelah Perang Uhud, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mencrima berita bahwa Bani
Asad hendak menyerang kaum muslimin di Madinah. Sebelum mereka menyerang, Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam. berinisiatif mendahului mereka. Dalam misi ini, beliau menunjuk Abu
Salamah untuk memimpin pasukan yang berjumlah seratus lima puluh orang dan di dalamnya
terdapat Saad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah bin Jarrah, Amir bin Jarrah, dan yang lainnya. Pasukan
diarahkan ke Bukit Quthn, tempat mata air Bani Asad. Kemenangan gemilang diraih oleh pasukan
Abu Salamah, dan mereka kembali ke Madinah dengan membawa banyak harta rampasan perang.
Di Madinah, luka-luka Abu Salamah karnbuh sehingga dia harus beristirahat beberapa waktu. Ketika
sakit, Rasulullah selalu menjenguk dan mendoakannya.
Ummu Salamah selalu mendampingi suaminya yang sedang dalam keadaan sakit sehingga
dia merawat dan menjaganya siang dan malam. Suatu hari, demam Abu Salamah menghebat,
kemudian Ummu Salamah berkata kepada suaminya, "Aku mendapat benita bahwa seorang
perempuan yang ditinggal mati suaminya, kemudian suaminya masuk surga, istrinya pun akan masuk
surga, jika setelah itu istrinya tidak menikah lagi, dan Allah akan mengumpulkan mereka nanti di
surga. Demikian pula jika si istri yang meninggal, dan suaminya tidak menikah lagi sepeninggalnya.
Untuk itu, mari kita berjanji bahwa engkau tidak akan menikah lagi sepeninggalku, dan aku berjanji
untukmu untuk tidak menikah lagi sepeninggalmu." Abu Salamah berkata, "Maukah engkau menaati
perintahku?" Dia menjawab, "Adapun saya bermusyawarah hanya untuk taat." Abu Salamah berkata,
"Seandainya aku mati, maka menikahlah." Lalu dia berdoa kepada Allah "Ya Allah, kurniakanlah
kepada Ummu Salamah sesudahku seseorang yang lebih baik dariku, yang tidak akan
menyengsarakan dan menyakitinya."
Pada detik-detik akhir hidupnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. selalu berada di
samping Abu Salamah dan senantiasa memohon kesembuhannya kepada Allah. Akan tetapi, Allah
berkehendak lain. Beberapa saat kemudian maut datang menjemput. Rasulullah menutupkan kedua
mata Abu Salamah dengan tangannya yang mulia dan bertakbir sembilan kali. Di antara yang hadir
ada yang berkata, "Ya Rasulullah, apakah engkau sedang dalam keadaan lupa?" Beliau menjawab,
"Aku sama sekali tidak dalam keadaan lupa, sekalipun bertakbir untuknya seribu kali, dia berhak atas
takbir itu." Kemudian beliau menoleh kepada Ummu Salamah dan bersabda, "Barang siapa yang
ditimpa suatu musibah, maka ucapkanlah sebagaimana yang telah dperintahkan oleh Allah,
'Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nyalah kita akan dikembalikan. Ya Allah, karuniakanlah
bagiku dalam musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya, maka Allah akan
melaksanakannya untuknya."
Setelah itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. berdo'a: "Ya Allah, berilah ketabahan atas
kesedihannya, hiburlah dia dari musibah yang menimpanya, dan berilah pengganti yang lebih baik
untuknya."
Abu Salamah wafat setelah berjuang menegakkan Islam, dan dia telah memperoleh kedudukan yang
mulia di sisi Rasulullah. Sepeninggal Abu Salamah, Ummu Salarnah diliputi rasa sedih. Dia menjadi
janda dan ibu bagi anak-anak yatim.
3. Setelah wafatnya Abu Salarnah, para pemuka dari kalangan sahabat bersegera meminang Ummu
Salamah. Hal ini mereka lakukan sebagai tanda penghormatan terhadapat suaminya dan untuk
melindungi diri Ummu Salamah. Maka Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab
meminangnya, tetapi Ummu Salamah menolaknya.
Pada saat dirundung kesedihan atas suami yang benar-benar dicintainya serta belum mendapatkan
orang yang lebih baik darinya, ia didatangi oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dengan
maksud menghiburnya dan meringankan apa yang dialaminya. Rasulullah berkata kepadanya,
"Mintalah kepada Allah agar Dia memberimu pahala pada musibahmu serta menggantikan untukmu
(suami) yang lebih baik." Ummu Salamah bertanya, "Siapa yang lebih baik dari Abu Salamah, wahai
Rasulullah?"
E. Di Rumah Rasulullah.
Rasulullah mulai memikirkan perkara Ummu Salamah, seorang mukminah mujahidah yang
memiliki kesabaran, dan Ummu Salamah pun telah menolak lamaran dua sahabatnya, Abu Bakar
dan Umar. Rasulullah pun berpikir dengan penuh pertimbangan dan kasih sayang untuk tidak
membiarkannya larut dalam kesedihan dan kesendirian.
Dalam keadaan seperti itu Rasulullah mengutus Hathib bin Abi Balta'ah menemui Ummu
Salarnah dengan maksud meminangnya untuk beliau. Maka oleh Ummu Salamah diterimanya
pinangan tersebut. Bagaimana mungkin baginya untuk tidak menerima pinangan dari orang yang
lebih baik dari Abu Salamah, bahkan lebih baik dan semua orang di dunia.
Dengan perkawinan tersebut maka Ummu Salamah termasuk kalangan Ummahatul-
Mukminin, dan oleh Rasulullah ia ditempatkan di kamar Zainab binti Khuzaimah yang digelari Ummul-
Masakiin (ibu bagi orang-orang miskin) sampai Ummu Salamah meninggal dunia.
Hal itu diceritakan oleh Ummu Salamah kepada kami. Ia berkata, "Aku dipersunting oleh Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam., lalu aku dipindahkan dan ditempatkan di rumah Zainab (ummul-
masakiin)."
Beberapa keistimewaan yang dimiliki Ummu Salamah adalah ketajaman logika, kematangan berpikir,
dan keputusan yang benar atas banyak perkara. Karena itu, ia memiliki kedudukan yang agung di sisi
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., seperti interaksinya dengan para Ummahatul-Mukminin
yang merupakan interaksi yang diliputi rasa kasih sayang dan kelemahlembutan.
F. Kedudukannya yang Agung
Di antara perkara yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi di sisi Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam adalah apa yang diceritakan Urwah bin Zubair "Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wassalam. menyuruh Ummu Salamah melaksanakan shalat shubuh di Mekah pada hari
penyembelihan (qurban) - padahal saat itu merupakan hari (giliran)nya. Oleh sebab itu, Rasulullah
merasa senang atas kesetujuannya."
Begitu juga hadits Ummi Kulsum binti Uqbah yang dimasukkan oleh Ibnu Sa'ad dalam (kitab)
Thabaqat-nya. Ummi Kultsum berkata, "Tatkala Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. menikahi Ummu
Salamah, belau berkata kepadanya, 'Sesungguhnya aku menghadiahkan untuk Raja Najasyi
sejumlah bejana berisikan minyak wangi dan selimut. Akan tetapi, aku bermimpi bahwa Raja Najasyi
itu telah meninggal dunia, kemudian hadiah yang kuberikan kepadanya dikembalikan kepadaku.
Karena dikembalikan kepadaku, maka barang tersebut menjadi milikkü."
Sebagaimana yang dikatakan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam., Raja Najasyi meninggal
dunia, dan hadiah tersebut dikembalikan kepadanya. Lalu beliau memberikan kepada setiap istrinya
masing-masing satu uqiyah (1/2 liter Mesir) dan beliau memberi (sisa) keseluruhannya serta selimut
kepada Ummu Salamah.
Setelah Ummu Salamah menjadi istrinya, Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam.
memasukkannya dalam kalangan ahlul-bait. Di antara riwayat tentang masalah tersebut adalah
bahwasanya pernah pada suatu hari Rasulullah berada di sisi Ummu Salamah, dan anak perempuan
Ummu Salamah ada di sana. Rasulullah kemudian didatangi anak perempuannya, Fathimah
4. azZahra, disertai kedua anaknya, Hasan dan Husain r.a., lalu Rasullah memeluk Fathimah dan
berkata, "Semoga rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah pada kalian wahai ahlul-bait. Sesungguhnya
Dia Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia."
Lalu menangislah Ummu Salamah. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menanyakan
tentang penyebab tangisnya itu. Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, engkau mengistimewakan mereka
sedangkan aku dan anak perempuanku engkau tinggalkan. Beliau bersabda, "Sesungguhnya engkau
dan anak perempuanmu termasuk keluargaku."
Anak perempuan Ummu Salamah, Zainab, tumbuh dalam peliharaan Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam. ia termasuk di antara wanita yang memiliki ilmu yang luas pada masanya.
Sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mempersunting Ummu Salamah, wahyu pernah
turun kepada Rasulullah di kamar Aisyah, yang dengan hal itu Aisyah membanggakannya pada istri-
stri beliau yang lain. Maka setelah Rasulullah menikahi Ummu Salamah, wahyu turun kepadanya
ketika beliau berada di kamar Ummu Salamah.
G. Beberapa Sikap Cemerlang pada Masa Hidup Ummu Salamah.
Di antara sikap agungnya adalah apa yang ditunjukkannya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wassalam. pada hari (perjanjian) Hudaibiyah. Pada waktu itu ia menyertai Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam. dalam perjalanannya menuju Mekah dengan tujuan menunaikan umrah, tetapi
orang-orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki Mekah, dan terjadilah Perjanjian
Hudaibiyah antara kedua belah pihak. Akan tetapi, sebagian besar kaum muslimin merasa dikhianati
dan merasa bahwa orang-orang musyrik menyianyiakan sejumlah hak-hak kaum muslimin. Di antara
mayoritas yang menaruh dendam itu adalah Umar bin al-Khaththab, yang berkata kepada Rasulullah
dalam percakapannya dengan beliau, "Atas perkara apa kita serahkan nyawa di dalam agama kita?"
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menjawab, "Saya adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Aku
tidak akan menyalahi perintah-Nya, dan Dia tidak akan menyianyiakanku." Akan tetapi, tanda-tanda
bahaya semakin memuncak setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menyuruh kaum
muslimin melaksanakan penyembelihan hewan qurban kemudian bercukur, tetapi tidak seorang pun
dari mereka melaksanakannya. Beliau mengulang seruannya tiga kali tanpa ada sambutan. Beliau
menemui istrinya, Ummu Salamah, dan menceritakan kepadanya tentang sikap kaum muslimin.
Ummu Salamah berkata, "Wahai Nabi Allah, apakah engkau menginginkan perintah Allah ini
dilaksanakan oleh kaum muslimin? Keluarlah engkau, kemudian janganlah mengajak bicara sepatah
kata seorang pun dari mereka sampai engkau menyembelih qurbanmu serta memanggil tukang cukur
yang mencukurmu."
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. kagum atas pendapatnya dan bangkit mengerjakan
sebagaimana yang diusulkan Ummu Salamah. Tatkala kaum muslimin melihat Rasulullah
mengerjakan hal itu tanpa berkata kepada mereka, mereka bangkit dan menyembelih serta sebagian
dari mereka mulai mencukur kepala sebagian yang lain tanpa ada perasaan keluh kesah dan
penyesalan atas tindakan Rasulullah yang mendahului mereka.
Ummu Salamah telah menyertai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. di banyak
peperangan, yaitu peperangan Khaibar, Pembebasan Mekah, pengepungan Tha'if, peperangan
Hawazin, Tsaqif kemudian ikut bersama beliau di Haji Wada'.
Kita tidak melupakan sikapnya terhadap Umar bin al-Khaththab, tatkala Urnar datang
kepadanya dan mengajak bicara tentang perkara keperluan Ummahatul-Mukminin kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam. serta kekasaran mereka terhadap Rasulullah. Maka ia berkata, "Engkau
ini aneh, wahai anak al-Khaththab. Engkau telah ikut campur di setiap perkara sehingga ingin
mencampuri urusan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. beserta istri-istrinya?"
Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. meninggal dunia ia senantiasa mengenang
beliau dan sangat berduka cita atas kewafatannya. Beliau senantiasa banyak melakukan puasa dan
beribadah, tidak kikir pada ilmu, serta meriwayatkan hadits yang berasal dan Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam.
5. Telah diriwayatkannya sekian banyak hadits shahih yang bersumber dari Rasulullah dan
suaminya, Abu Salamah, serta dari Fathimah az-Zahraa Sedangkan orang yang meriwayatkan
darinya banyak sekali, di antara mereka adalah anak-anaknya dan para pemuka dan sahabat serta
ahli hadits.
Di antara beberapa sikapnya yang nyata adalah pada hari pembebasan kota Mekah. Waktu
itu Nabi keluar dari Madinah bersarna bala tentaranya dengan kehebatan dan jumlah yang belum
pernah disaksikan oleh bangsa Arab, sehingga orang-orang musyrik Quraisy merasa takut, dan
mereka keluar dari rumah dengan rnaksud menemui Rasulullah untuk bertobat dan menyatakan
keislaman mereka.
Termasuk dari mereka, Abu Sufyan bin al-Harts bin Abdul-Muththalib (anak paman
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.) dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah (anak bibi
[dari ayah] Rasulullah, saudara Ummu Salamah sebapak). Ketika mereka berdua meminta izin masuk
menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., beliau enggan memberi izin masuk bagi keduanya
disebabkan penyiksaan mereka yang keras terhadap kaurn muslimin menjelang beliau hijrah dari
Mekah.
Maka berkatalah Ummu Salamah kepada Rasulullah dengan perasaan iba terhadap
keluarganya sendiri dan juga keluarga Rasulullah, "Wahai Rasulullah, mereka berdua adalah anak
parnanmu dan anak bibirnu (dan ayah) serta iparmu." Rasulullah menjawab, "Tidak ada keperluan
bagiku dengan mereka berdua. Adapun anak parnanku, aku telah diperlakukan olehnya dengan tidak
baik. Adapun anak bibiku (dari ayah) serta iparku telah berkata di Mekah dengan apa yang ia
katakan."
Pernyataan itu telah sampai kepada Abu Sufyan, anak paman Rasulullah. Maka ia berkata,
"Demi Allah, ia harus mengizinkanku atau aku mengambil anak ini dengan kedua tanganku -pada
saat itu ia bersama anaknya, Ja'far- kemudian karni harus berkelana di dunia sehingga mati
kehausan dan kelaparan."
Lalu Ummu Salamah memberitahukan perkataan Abu Sufyan tersebut kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam. dengan kembali memohon rasa belas kasih. Akhirnya hati beliau
menjadi luluh, lalu mengizinkan keduanya masuk. Maka masuklah keduanya dan menyatakan
keislaman serta bertobat di hadapan Rasulullah.
H. Sikapnya terhadap Fitnah
Ummu Salamah selalu berada di rumahnya, senantiasa ikhlas beribadah kepada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala dan menjaga Sunnah suaminya tercinta pada masa (khilafah) Abu Bakar ash-
Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab.
Pada masa khilafah Utsman bin Affan ia melihat kegoncangan situasi serta perpecahan kaum
muslimin di seputar khalifah. Bahaya fitnah sernakin memuncak di langit kaum muslirnin. Maka ia
pergi menernui Utsman dan menasihatinya supaya tetap berpegang teguh pada petunjuk Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam. serta petunjuk Abu Bakar dan Umar bin al-Khaththab, tidak
menyimpang dan petunjuk tersebut selama-lamanya.
Apa yang dikhawatirkan Ummu Salamah terjadi juga, yaitu peristiwa terbunuhnya Utsman
yang saat itu tengah membaca Al-Qur'an dan angin fitnah tengah bertiup kencang terhadap kaurn
muslimin. Pada saat itu Aisyah telah membulatkan tekad untuk keluar menuju Bashrah disertai
Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin al-'Awwam dengan tujuan mernobilisasi massa untuk melawan
Ali bin Abi Thalib. Maka Ummu Salamah mengirim surat yang memiliki sastra indah kepada Aisyah.
Dari Ummu Salamah, Istri Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam., untuk Aisyah Ummul-Mu' minin.
Sesungguhnya aku memuji Allah yang tidak ada ilah (Tuhan) melainkan Dia. Amma ba'du.
6. Engkau sungguh telah merobek pembatas antara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dan
umatnya yang merupakan hijab yang telah ditetapkan keharamannya. Sungguh Al-Qur'an telah
memberimu kemuliaan, maka jangan engkau lepaskan.
Dan Allah telah menahan suaramu, maka janganlah engkau mengeluarkannya Serta Allah
telah tegaskan bagi umat ini seandainya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mengetahui bahwa
kaum wanita memiliki kewajiban jihad (berperang) niscaya beliau berpesan kepadamu untuk
menjaganya.
Tidakkah engkau tahu bahwasanya beliau melarangmu melampaui batas dalam agama,
karena sesungguhnya tiang agama tidak bisa kokoh dengan campur tangan wanita apabila tiang itu
telah miring, dan tidak bisa diperbaiki oleh wanita apabila telah hancur.
Jihad wanita adalah tunduk kepada segala ketentuan, mengasuh anak, dan mencurahkan
kasih sayangnya.
Ummu Salamah berada di pihak Ali bin Abi Thalib karena beliau menggikuti kesepakatan
kaum muslimin atas terpilihnya beliau sebagai khalifah mereka. Karena itu, Ummu Salamah
mengirim/mengutus anaknya, Umar, untuk ikut berperang dalan barisan Ali.
I. Saat Wafatnya
Pada tahun ke-59 hijriah, usia Ummu Salamah telah mencapai 84 tahun. Usia tua dan pikun
merambah di pertambahan umurnya. Allah ta'ala mengangkat rohnya yang suci naik ke atas menuju
hadirat-Nya. Ia meninggal dunia setelah hidup dengan aktivitas yang dipenuhi oleh pengorbanan,
jihad, dan kesabaran di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya.
Beliau dishalatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu dan dikuburkan di al-Baqi' di
samping kuburan Ummahatul-Mukminin lainnya.
Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Ummu Salamah. dan semoga Allah
memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Sumber: Buku Dzaujatur-Rasulullah , Karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa'abu, Riyadh
Ulama Ahlus Sunnah dari Zaman ke Zaman - Kompilasi Ulang dari www.ahlulhadiits.wordpress.com
Online melalui www.alquran-sunnah.com