MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Juwairiyah.docx
1. Juwairiyah binti Al-Harits ra, Wanita Paling Berkah bagi Kaumnya
#kisahinspiratif
Kali ini kita akan menjumpai Ummul Mukminin Juwairiyah binti Al-Harits, semoga Allah
meridainya, yang ditakdirkan Allah meraih kebahagiaan dunia akhirat, dan menjadi kunci
kebaikan bagi kaumnya.
Adalah kisah putri seorang penjual susu pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab
ra. Ketika ia merasa selalu diawasi oleh Allah Swt, maka ia menjadi penyebab utama munculnya
kebaikan bagi umat.
Saat itu, Khalifah Umar ra membuat undang-undang yang melarang penipuan dalam hal
menjual susu yang dicampur dengan air. Lalu ada seorang ibu yang berprofesi sebagai penjual
susu ingin mencampur susu dengan air agar keuntungannya lebih besar. Namun anak
perempuannya yang beriman -Juwairiyah- mengingatkannya bahwa amirul mukminin Umar
telah membuat undang-undang yang melarang hal itu.
Mendengar teguran putrinya, sang ibu berkata, "Apakah Amirul Mukminin melihat kita saat
mencampurnya?" Putrinya menjawab dengan hati penuh keimanan kepada Allah, "Walaupun
Amirul Mukminin tidak melihat kita, tapi bukankah Tuhan Amirul Mukminin tetap melihat kita."
Umar, yang saat itu mendengar percakapan mereka dari luar kediaman mereka, langsung pergi
dan mengumpulkan seluruh anak laki-lakinya seraya berkata, "Hendaknya seorang di antara
kalian ada yang pergi ke rumah wanita itu dan menikahinya. Aku sangat berharap, Allah akan
mengeluarkan dari rahimnya seorang keturunan yang akan mempersatukan kekuatan umat
Islam."
Firasat Umar benar-benar terjadi. Wanita itu (Juwairiyah) dinikahi oleh putranya yang bernama
'Ashim. Dari keduanya lahirlah seorang anak perempuan yang mereka beri nama Laila dan
dikenal dengan panggilan Ummu 'Ashim. Laila dipersunting oleh Abdul 'Aziz bin Marwan. Dari
pasangan inilah lahir seorang Khalifah yang saleh yaitu Umar bin Abdul 'Aziz yang membawa
umat Islam kepada setiap kebaikan. Itulah hasil yang dipetik dari muraqabah (merasa selalu
diawasi oleh Allah 'Azza wa Jalla).
Sebagaiman kita tahu dalam tarikh bagaimana pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul 'Aziz,
selama masa pemerintahannya Umar berusaha keras untuk mengembalikan semua harta yang
didapatkan dengan cara yang tidak benar (zalim) kepada setiap orang yang berhak
menerimanya. Setiap hari, petugasnya berkeliling di setiap sudut kota dan berteriak, "Mana
orang-orang yang punya utang? Mana pemuda-pemuda yang ingin menikah? Mana anak-anak
2. yatim? Mana orang-orang miskin?" Semua orang yang disebutnya itu akan mendapatkan
tunjangan sehingga kebutuhannya tercukupi.
Meskipun telah berlaku adil dan sangat zuhud, tetapi Khalifah Umar bin Abdul 'Aziz selalu
bermunajat kepada Allah dengan lirih, "Ya Allah, sesungguhnya Umar tidak pantas
mendapatkan kasih sayang-Mu, tapi kasih sayang-Mu lebih pantas mendapatkan segalanya dari
Umar." Itulah Umar bin Abdul 'Aziz, pemimpin besar yang adil.
Pada suatu hari, ia keluar dari rumahnya dengan menyamar bersama pembantu setianya,
Muzahim, menuju jalan-jalan utama yang cukup jauh. Ia bertanya kepada para musafir yang
melewati jalan itu untuk menggali informasi tentang keadaan negeri mereka. Umar bertanya,
"Bagaimana keadaan masyarakaat di negerimu saat engkau tinggalkan mereka?" Sang musafir
menjawab, "Apakah engkau mau informasi secara umum atau informasi tentang kasus
tertentu?" Umar berkata lagi, "Informasi yang umum saja." Orang itu berkata, "Saat
meninggalkan negeriku, keadaan orang yang zalim bertekuk lutut, sedangkan orang yang
dizalimi ditolong, semua rakyat sejahtera dan orang-orang miskin dibantu..."
Khalifah Umar bin Abdul 'Aziz tak kuasa menahan tangisnya karena haru lalu ia berkata kepada
Muzahin, "Demi Allah, andai keadaan semua negeri sama seperti negeri orang ini, maka itu
lebih membahagiakanku daripada mendapatkan dunia dab seisinya."
Demikianlah sosok pemimpin yang mengayomi rakyat dan sungguh-sungguh mengurusi
kepentingan rakyat. Semua itu adalah hasil yang dipetik dari sifat muraqabah yang dimiliki oleh
neneknya dahulu, yang merupakan anak perempuan seorang penjual susu. Yaitu Juwairiyah
binti Al-Harits ra.
Wallahu a'lam bish-shawwab.[]