1. TAHAPAN
APRESIASI DRAMA
Oleh: Dr. Een Nurhasanah, S.S., M.A.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Singaperbangsa Karawang
2. Appreciation
Istilah Apresiasi berasal dari bahasa Inggris “appreciation”
yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk ini
berasal dari kata kerja “ to appreciate “ yang berarti menghargai,
menilai, mengerti. Dalam bahasa Indonesia berarti
mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud apresiasi
adalah penghargaa, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra yang berbentuk drama, prosa maupun puisi.
3. A.Tahap atau langkah-langkah
pembelajaran apresiasi drama secara umum
a. Tahap mengenal dan menikmati
Pada tahap ini, kita berhadapan dengan suatu karya yang berupa
drama. Kemudian kita mengambil suatu tindakan berupa membaca,
melihat atau menonton, dan mendengarkan suatu drama.
b. Tahap menghargai
Pada tahap ini kita merasakan manfaat atau nilai dari drama yang telah
dinikmati. Manfaat di sini berkaitan dengan kegunaan drama tersebut.
Misalnya memberi kesenangan, hiburan, kepuasan, serta memperluas
wawasan dan pandangan hidup.
4. Lanjutan..
c. Tahap pemahaman
Pada tahap ini kita melakukan tindakan meneliti serta menganalisis
unsur-unsur yang membangun drama, baik unsur intrinsik maupun unsur
ekstrinsiknya. Akhirnya kita menyimpulkan drama tersebut. Apakah drama
tersebut termasuk baik atau tidak, bermanfaat atau tidak bagi masyarakat
sastra?
d. Tahap penghayatan
Pada tahap ini kita membuat analisis lebih lanjut dari tahap
sebelumnya, kemudian membuat interpretasi atau penafsiran terhadap
drama serta menyusun argumen berdasarkan analisis yang telah dilakukan
pada tahap sebelumnya.
e. Tahap aplikasi atau penerapan
Segala nilai, ide, wawasan yang diserap pada tahap-tahap terdahulu
diinternalisasi dengan baik, sehingga masyarakat penikmat sastra dapat
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari.
5. B. Gordon (1960-an)
1. ApresiasiTahap I
Didalam tahap ini, penulis menggunakan prosedur
pembelajaran apresiasi drama menurut Gordon (1960-an):
1) Langkah pertama : Informasi dan konsep awal
a) Masukan Informasi
b) Analogi
c) Upaya Pemfokusan kembali
6. Lanjutan..
2) Langkah kedua : Penciptaan jarak dan pengembangan
konsep:
a) Tahap pengembangan konsep
b) Tahap penggunaan analogi
c) Tahap pengajuan pertanyaan tugas analogi
7. 2. ApresiasiTahap II
1) Struktur Bentuk
a) Tokoh dan Penokohan
Adalah pelukisan tokoh cerita baik keadaan fisiologis (Latar
belakang fisik/ciri-ciri badani) meliputi: jenis kelamin, postur tubuh, warna
kulit, warna rambut, keadaan psikologis (latar belakang kejiwaan) meliputi:
temperamen, Intelegensi, moralitas, pandangan hidup, keadaan sosiologis
(latar belakang kemasyarakatan) meliputi: adat istiadat, hobby,
pendidikan, status sosial dan sebagainya.
b) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang memandu sebuah cerita.
8. Lanjutan..
c) Latar dan Setting
Pertanyaan untuk setting atau latar cerita adalah kapan dan dimana
persitiwa (David Groote, 1997).
d) Perlengkapan
Adalah barang-barang atau benda yang diperlukan atau dibutuhkan
di dalam sebuah pementasan drama.
9. 3. ApresiasiTahap III
1) Tema
Tema ada yang menyebutnya sebagai premis, root idea, thought,
aim, central idea, goal, driving force dan sebagainya.Tema adalah suatu
amanat utama yang disampaikan oleh pengarang atau penulis melalui
karangannya (Gorys Keraf, 1994).
2) Tipe
Genre cerita dalam sebuah drama tersebut.
10. Lanjutan..
3) Nilai
Nilai yang terkandung di dalam Naskah “Jam Dinding yang
Berdetak” adalah nilai sastra, dan nilai sosial. Mengandung nilai sastra dan
sosial karena konflik yang di munculkan sangat indah dan sesuai dengan
kehidupan sosial yang terjadi di dalam masyarakat sesungguhnya.
4) Fungsi
Di dalam Naskah “Jam Dinding yang Berdetak” terkandung
beberapa fungsi yaitu fungsi eksperensial, fungsi informatif, fungsi
penyadaran, dan fungsi rekreatif.
11. C. Apresiasi sastra dapat dibagi menjadi
beberapa tingkatan, yaitu:
a. Tingkat menggemari, yang ditandai adanya rasa tertarik dan ingin
membaca buku cipta sastra;
b. Tingkat menikmati yaitu mulai dapat menikmati cipta sasta karena
tumbuhnya pengertian;
c. Tingkat merespons atau memberikan reaksi, mulai adanya keinginan
untuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra; dan
d. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan kritik, terutama
cipta sastra.
12. D. Sejarah Drama
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani “draw” yang
berarti melakukan atau berbuat sesuatu. Drama sebagai cermin
pantulan hidup kita sendiri. Drama tidak hanya merupakan
pencerminan atau pantulan lingkungan hidup, tetapi juga
menolong kita untuk mengatasi masalahnya, untuk
mengembangkannya dengan baik dengan imajinasi dan
pengetian mengenai hidup itu sendiri.
(Nurhasanah, 2,)
13. E. Prinsip-prinsip pembelajaran apresiasi sastra yang
perlu diperhatikan sebagai berikut:
(1) pembelajaran sastra dapat meningkatkan kepekaan rasa terhadap
budaya bangsa, khususnya bidang keseniaan;
(2) pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan keterampilan
pengajaran karya estetis melalui bahasa;
(3) pembelajaran sastra bukan merupakan pengajaran sejarah sastra,
aliran, dan teori tentang sastra;
(4) pembelajaran sastra merupakan pembelajaran untuk memahami nilai
kemanusiaan dari karya- karya tersebut.
14. PENGAJARAN APRESIASI DRAMA DI
SEKOLAH
melalui sastra, guru dapat mengembangkan siswa dalam hal keseimbangan antara
spiritual, emosional, etika, estetika, logika dan kinestika, pengembangan kecakapan
hidup, belajar sepanjang hayat, serta pendidikan kemenyeluruhan dan kemitraan
(Wahyudi, 2008: 171).
15. Tujuan apresiasi drama dijabarkan ke dalam
kompetensi mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis sastra.
(1) Kemampuan mendengarkan (menyimak) sastra meliputi kemampuan
mendengarkan, memahami dan mengapresiasi ragam karya sastra drama
baik karya asli maupun saduran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
(2) Kemampuan berbicara sastra meliputi kemampuan membahas dan
mendiskusikan ragam karya sastra sesuai isi dan konteks lingkungan dan
budaya.
(3) Kemampuan membaca sastra meliputi kemampuan membaca dan
memahami berbagai jenis dan ragam karya sastra serta mampu melakukan
apresiasi secara tepat.
(4) kemampuan menulis sastra meliputi kemampuan mengekspresikan karya
sastra yang diminati dalam bentuk sastra tulis yang kreatif berdasarkan
ragam yang sudah dibaca.
16. PEMBENTUKAN KARAKER MELALUI
APRESIASI DRAMA
Pendidikan nasional kita juga mengandung ruh pendidikan berkarakter.
Dalam UU RI No. 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
(1) ayat (2) disebutkan bahwa, Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan UUD RITahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
zaman.
17. Kegiatan apresiasi sastra dapat membentuk pengalaman seseorang
berkenaan dengan sastra sehingga menimbulkan perubahan dan
penguatan tingkah laku orang itu. Dengan kegiatan ini seseorang
mengalami belajar apresiasi. Dalam proses kegiatan apresiasi sastra
berupa memperhatikan, meminati, bersikap, membiasakan diri, dan
menerampilkan diri berkenaan dengan sastra dengan tujuan mengenal,
memahami, dan menikmati nilai yang terkandung dalam sastra sehingga
hasilnya terjadi perubahan/penguatan pada tingkah laku seseorang
terhadap nilai yang tinggi yang terkandung dalam karya sastra.
18. Proses apresiasi sastra melibatkan tiga
unsur inti, yaitu:
■ Aspek kognitif;
■ Aspek emotif;
■ Aspek evaluatif.