SlideShare a Scribd company logo
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Otitis media superatif kronika (OMSK) atau otitis media perforata (OMP) adalah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer
atau kental, bening atau berupa nanah. (Soepadi, Arsyad, E., 1998)
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering
terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
B. Klasifikasi
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai
tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak
terdapat kolesteatom.
2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi
terletak pada margina atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma
dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul
pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna (Buchman. 2003).
C. Anatomi Fisiologi Telinga

Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah
syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu:
telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.
1. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala
kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada
lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar
2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat
di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit
tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam
kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding
medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.
Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga
tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi
oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak
tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval
mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba
eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan
telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka
akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap
atau

menelan.

Tuba

berfungsi

sebagai

drainase

untuk

sekresi

dan

menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga
kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan
lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung
organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini
distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea
berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna
mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan
perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak
melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus,
akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti.
(Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002)
D. Etiologi
Faktor penyebab penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Patogen tersering yang diisolasi dari telinga pasien dengan OMSK adalah P.
aeruginosa dan S. aureus. Bakteri anaerob juga sering ditemukan dalam
penelitian. Jamur biasanya jarang muncul kecuali bila terdapat super infeksi
pada liang telinga.
c. Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total
2. Perforasi membran timpani yang menetap
3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya
pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini
dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulasi (timpano-sklerosis).
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh(Buchman,2003).
E. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala OMSK menurut Soepadi, Arsyad E, 1998 yaitu :
1.

Perforasi pada marginal atau pada titik atau sentral yaitu perforasi yang terletak
di pers flaksida pada membran timpany.

2.

Abses / fistel netro-aurikuler (belakang telinga)

3.

Polip atau jaringan granulasi di MAE yang berasal dari dalam telinga tengah.

4.

Adanya sekret berbentuk nanah dan berbau khas.

Manifestasi klinis menurut Adam dkk antara lain:
1. Perforasi pada marginal atau pada atik.
2. Abses atau kiste retroaurikuler (belakang telinga)
3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang verasal dari dalam telinga
tengah.
4. Terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum).
5. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom)
6. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.
Tanda dan gejala yang didapatkan saat pengkajian adalah
1. Gangguan pendengaran/pekak.
2. Bila ada keluhan gangguan pendengaran
3. Suara berdenging/berdengung (tinitus)
4. Rasa pusing yang berputar (vertigo).
5. Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.
6. Keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga
berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan
neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak
kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada
kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis,
penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan
tinitus.
7. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
8. Keluar cairan dari telinga (otore): sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi
telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari
teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila
bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila
cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor
serebrospinal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen : Terlihat bayangan kolesteatoma pada rongga mastoid
2. CT Scan : Diskontinuitas osikula
3. Uji Fistula positif
4. Darah Lengkap: terjadi peningkatan jumlah leukosit(Soepadi, Arsyad E, 1998).
G. Penatalaksanaan
1. Prinsip Terapi OMSK tipe Benigna
Ialah dengan konservatif atau medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus
menerus, maka diberi obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3 – 5
hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
Bila sekret sudah kering tetapi perforasi masih ada, setelah diobservasi
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu,
mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan
tensilektomi.
2. Prinsip Terapi OMSK tipe Maligna
Ialah pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler,
maka

insisi

abses

sebaiknya

dilakukan

tersendiri

sebelum

dilakukan

mastoidektomi.
3. Jenis Pembedahan Pada OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
a. Mastoidektomi Sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang pada pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan
ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang
dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
b. Mastiodektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom
yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga
luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga
daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi nin adalah
untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intra
kranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.Kerugian operasi ini ialah pasien
tidak diperbolehkan renang seumur hidup, pasien harus kontrol teratur,
pendengaran berkurang sekali. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang
tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal / plasti yang lebar,
sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi yaitu
meatus luar liang telinga menjadi lebar.
c. Mastiodektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan
dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah, untuk
membuang

semua

jaringan

patologik

dari

rongga

mastoid

dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada
membran timpani. Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya
infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang
menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang
dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran
timpani.
e. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan
pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan
penyakit

serta

rekonstruksi

memperbaiki

membran

pendengaran.

timpani

juga

Pada

dilakukan

operasi

ini,

rekonstruksi

selain
tulang

pendengaran (timpanoplasti tipe II, II, IV, V sebelum rekonstruksi dikerjakan
lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang, operasi
ini terpaksa dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 –12 bulan
f.

Timpanoplasti

dengan

pendekatan

ganda

(Combined

Approach

Tympanoplasty)
Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK
tipe maligna atau benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan
operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
tanpa melakukan teknik mastiodektomi radikal. Membersihkan kolesteatom
dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui 2 jalan (combined
Approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior(Mansjoer. 2007).
H. Komplikasi
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut:
1. Komplikasi di telinga tengah
a. Perforasi persisten
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi di telinga dalam
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf
3. Komplikasi di ekstrasdural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hidrosefalus otitis
I.

Pengkajian
1. Anamnesa
Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak –
anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu
kedatangan, Orang yang dapat dihubungi.
2. Keluhan Utama
Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja
keluhan yang ia rasakan.
a. Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri
serta hilangnya pendengaran.Data harus disertai pernyataan mengenai mulai
serangan, lamanya, tingakt nyerinya.Rasa nyeri timbul karena adanya
tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada
membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga
tengah.Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah
mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran
berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti
tentang cara pencegahannya.
b. Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan.Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna
dan media.Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran
timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat

ke

abu-abuan.Terletak

pada

membran

atau

terlihat

batas-

batasnya.Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan
otoskop.Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan
dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat
perlu dipakai kaca pembesar.Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih,
termasuk para perawat.
3. Riwayat Kesehatan Dulu
menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini
sebelumnya
5. Riwayat penyakit sekarang
tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
6. Pengkajian pola Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
1) Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
2) Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan
trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO),
antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson.
3) Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui
gaya hidup klien
b. Pola Nutrisi – Metabolik
1) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam )
2) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
3) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
4) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayursayuran yang mengandung vitamin antioksidant
c. Pola Eliminasi
1) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
2) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
3) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d. Pola Aktivitas – Latihan
1) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam
beraktivitas

sehubungan

dengan

luas

lapang

pandangnya

yang

berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang
dideritanya.
2) Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah pendengarannya.
3) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e. Pola Istirahat - Tidur
1) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
2) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada telinganya
3) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
f.

Pola Kognitif - Persepsi
1) Kaji status mental klien
2) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
sesuatu
3) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
4) Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya adalah steril.
5) Penglihatan

:

Baik,

biasanya

klien

yang

mengalami

gangguan

pendengaran, tidak berpengaruh terhadap penglihatannya.
6) Kaji apakah klien mengalami vertigo
7) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair.
Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan
sakit kepala.
g. Pola Persepsi Dan Konsep Diri
1) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
2) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
3) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h. Pola Peran Hubungan
1) Tanyakan apa pekerjaan pasien
2) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
3) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
i.

Pola Seksualitas/Reproduksi
1) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
2) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
3) Tanyakan

apakah

klien

mengalami

kesulitan/perubahan

dalam

pemenuhan kebutuhan seks
j.

Pola Koping-Toleransi Stres
1) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
2) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat
untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan
orang-orang terdekat.

k. Pola Keyakinan-Nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang
yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
7. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
2. Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
3. Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
4. Kaji kemungkinan tuli
5. Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan
system.
J. Diagnosa
1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kehilangan pendengaran
2. Perubahan sensori/persepsi berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga
tengah atau kerusakan syaraf pendengaran
3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,
nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar
setelah operasi
K. Perencaan Keperawatan
No Tujuan
1

Gangguan

Intervensi
1. Dapatkan apa metode

Rasional
1. Dengan mengetahui

komunikasi

komunikasi yang dinginkan

metode komunikasi

berkurang / hilang

dan catat pada rencana

yang diinginkan oleh

dengan kriteria:

perawatan metode yang

klien maka metode

1. Klien akan

digunakan oleh staf dan

yang akan

memakai alat

klien, seperti : Tulisan,

digunakan dapat

bantu dengar

Berbicara dan Bahasa

disesuaikan dengan

(jika sesuai).

isyarat.

kemampuan dan

2. Menerima pesan

2. Kaji kemampuan untuk

melalui metoda

menerima pesan secara

pilihan (misal :

verbal.

komunikasi

a. Jika ia dapat mendegar

keterbatasan klien.
2. Pesan yang ingin
disampaikan oleh
perawat kepada

tulisan, bahasa

pada satu telinga, berbicara

klien dapat diterima

lambang,

dengan perlahan dan

dengan baik oleh

berbicara dengan

dengan jelas langsung ke

klien.

jelas pada telinga

telinga yang baik (hal ini

yang baik.

lebih baik daripada

komunikasi dua arah

berbicara dengan

anatara perawat

keras).Tempatkan klien

dengan klien dapat

dengan telinga yang baik

berjalan dnegan baik

berhadapan dengan

dan klien dapat

pintu.Dekati klien dari sisi

menerima pesan

telinga yang baik.

perawat secara

b. Jika klien dapat membaca
ucapan : Lihat langsung
pada klien dan bicaralah
lambat dan jelas.Hindari
berdiri di depan cahaya
karena dapat menyebabkan
klien tidak dapat membaca
bibi anda. Perkecil distraksi

3. Memungkinkan

tepat.
yang dapat menghambat
konsentrasi
klien.Minimalkan
percakapan jika klien
kelelahan atau gunakan
komunikasi tertulis.
c. Tegaskan komunikasi
penting dengan
menuliskannya.
d. Jika ia hanya mampu
bahasa isyarat, sediakan
penerjemah. Alamatkan
semua komunikasi pada
klien, tidak kepada
penerjemah. Jadi seolaholah perawat sendiri yang
langsung berbicara kepada
klien dnegan mengabaikan
keberadaan penerjemah.
3. Gunakan faktor-faktor yang
meningkatkan pendengaran
dan pemahaman.
a.

Bicara dengan jelas,
menghadap individu.

b.

Ulangi jika klien tidak
memahami seluruh isi
pembicaraan.

c.

Gunakan rabaan dan
isyarat untuk
meningkatkan
komunikasi.

d.

Validasi pemahaman
individu dengan
mengajukan
pertanyaan yang
memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.
2.

Persepsi / sensoris

1. Ajarkan klien untuk

1. Keefektifan alat

baik, dengan kriteria

menggunakan dan merawat

pendengaran

Klien akan

alat pendengaran secara

tergantung pada tipe

mengalami

tepat.

gangguan/ketulian,

peningkatan

pemakaian serta

persepsi/sensoris

perawatannya yang

pendengaran samapi

tepat.

pada tingkat
fungsional.

2. Instruksikan klien untuk

2. Apabila penyebab

menggunakan teknik-teknik

pokok ketulian tidak

yang aman sehingga dapat

progresif, maka

mencegah terjadinya

pendengaran yang

ketulian lebih jauh.

tersisa sensitif
terhadap trauma dan
infeksi sehingga
harus dilindungi.

3. Observasi tanda-tanda awal

3. Diagnosa dini

kehilangan pendengaran

terhadap keadaan

yang lanjut.

telinga atau
terhadap masalahmasalah
pendengaran rusak
secara permanen.
4. Penghentian terapi

4. Instruksikan klien untuk

antibiotika sebelum

menghabiskan seluruh

waktunya dapat

dosis antibiotik yang

menyebabkan

diresepkan (baik itu

organisme sisa

antibiotik sistemik maupun

berkembang biak

lokal).

sehingga infeksi
akan berlanjut.

3.

Rasa cemas klien

1. Jujur kepada klien ketika

1. Menunjukkan

akan

mendiskusikan mengenai

kepada klien bahwa

berkurang/hilangden

kemungkinan kemajuan

dia dapat

gan kriteria

dari fungsi pendengarannya

berkomunikasi
1. Klien mampu

untuk mempertahankan

dengan efektif tanpa

mengungkapkan

harapan klien dalam

menggunakan alat

ketakutan/kekuati

berkomunikasi.

khusus, sehingga

rannya.

dapat mengurangi

2. Respon klien
tampak
tersenyum.

rasa cemasnya.
2. Berikan informasi mengenai

2. Harapan-harapan

kelompok yang juga pernah

yang tidak realistik

mengalami gangguan

tiak dapat

seperti yang dialami klien

mengurangi

untuk memberikan

kecemasan, justru

dukungan kepada klien.

malah menimbulkan
ketidak percayaan
klien terhadap
perawat.

3. Berikan informasi mengenai

3. Memungkinkan klien

sumber-sumber dan alat-lat

untuk memilih

yang tersedia yang dapat

metode komunikasi

membantu klien.

yang paling tepat
untuk kehidupannya
sehari-hari
disesuaikan dnegan
tingkat
keterampilannya
sehingga dapat
mengurangi rasa
cemas dan
frustasinya.

4. Anjurkan keluarga untuk

4. Dukungan dari

selalu memberika

bebarapa orang

dukungan kepada klien

yang memiliki
pengalaman yang
sama akan sangat
membantu klien.

5. Anjurkan klien untuk tetap

5. Agar klien

berkomunikasi dengan

menyadari sumber-

menggunakan metode

sumber apa saja
berkomunikasi yang lain

yang ada
disekitarnya yang
dapat mendukung
dia untuk
berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Adam S, George, L., 1994, ..—– Buku Ajar THT, EGC, Jakarta.

Arhs, H. A. 2001. Intratemporal and Intracranial Complications of Otitis Media In; Head and
Neck Otolaringology Volume 2..3 th Ed.Bailey,B.J.et al (Eds).New York::Lippincott
Willims and Wilkins Pp:1760-2

Buchman, C. A. et al. 2003. Infection of The Ear.In:Essencial Otolaryngology Head and
Head Surgery .8th Ed.Lee,K.J (Eds) New York:Mc-Graw Hill Pp:484-6

Mills, R. P. 1997. Management of Chronic Suppurative Ototis Media. In:scott-browns
Otolaryngology.6th Ed.Booth,J.B(Eds). Oxford:Butterworth-Heinemann.Pp:3/10/1-8

Gody, D. Thone, R., 1991, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, EGC, Jakarta.

Soepardi, Arsyad, E., 1998, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorokan, FKUI,
Jakarta.

Tucker, Martin, S., 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, EGC, Jakarta.

More Related Content

What's hot

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)
pjj_kemenkes
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)Riedha Poenya
 
Otitis media akut
Otitis  media  akutOtitis  media  akut
Otitis media akut
Semiani Satsuki
 
CBD OMSK Maligna
CBD OMSK MalignaCBD OMSK Maligna
CBD OMSK Maligna
CoassTHT
 
Ompa
OmpaOmpa
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
Sri Handawati
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutmarcellakemala
 
Lp askep otitis media kronik
Lp askep otitis media kronikLp askep otitis media kronik
Lp askep otitis media kronik
Yabniel Lit Jingga
 
Otitis media akuta
Otitis media akutaOtitis media akuta
Otitis media akuta
ade wahyuni
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
Thary's Phyup
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 
Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSK
Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSKAsuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSK
Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSK
Ady Hidayatullah
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
Semiani Satsuki
 
Askep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringAskep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma Laring
Sri Nala
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep Retinoblastoma
Sri Nala
 

What's hot (20)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peradangan Pada Telinga (Otitis Media)
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)
 
Otitis media akut
Otitis  media  akutOtitis  media  akut
Otitis media akut
 
CBD OMSK Maligna
CBD OMSK MalignaCBD OMSK Maligna
CBD OMSK Maligna
 
Mastoiditis
MastoiditisMastoiditis
Mastoiditis
 
Ompa
OmpaOmpa
Ompa
 
Makalah oma
Makalah omaMakalah oma
Makalah oma
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Lp askep otitis media kronik
Lp askep otitis media kronikLp askep otitis media kronik
Lp askep otitis media kronik
 
Otitis media akuta
Otitis media akutaOtitis media akuta
Otitis media akuta
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Mastoiditis
MastoiditisMastoiditis
Mastoiditis
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 
Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSK
Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSKAsuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSK
Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori OMSK
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Askep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringAskep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma Laring
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep Retinoblastoma
 

Similar to OMSK

otitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptxotitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptx
MuhammadFikiFauzan
 
BIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdf
BIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdfBIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdf
BIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdf
AnggiraGheaSakina
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus melym3ly22
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelOperator Warnet Vast Raha
 
Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)
Viviantika Nurifda K
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
fikri asyura
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelOperator Warnet Vast Raha
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
university of muhammadiyah malang
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
Kharima SD
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
ZulAme
 
Sap omsk
Sap omskSap omsk
Sap omskRahmi Sari
 
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Vella Asbanu
 
Tutor 22 M1B19.pptx
Tutor 22 M1B19.pptxTutor 22 M1B19.pptx
Tutor 22 M1B19.pptx
TasyaSunandar
 
Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)
Nathan Wijaya
 
OMA OMSK
OMA OMSKOMA OMSK
Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kitaebiy_cutez
 

Similar to OMSK (20)

otitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptxotitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptx
 
BIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdf
BIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdfBIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdf
BIOLOGI KELOMPOK 3 INDRA PENDENGARAN.pdf
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
Anatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telingaAnatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telinga
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
 
Sap omsk
Sap omskSap omsk
Sap omsk
 
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
 
indera penciuman
indera penciumanindera penciuman
indera penciuman
 
Tutor 22 M1B19.pptx
Tutor 22 M1B19.pptxTutor 22 M1B19.pptx
Tutor 22 M1B19.pptx
 
Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)
 
OMA OMSK
OMA OMSKOMA OMSK
OMA OMSK
 
Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 

Recently uploaded

Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 

Recently uploaded (20)

Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 

OMSK

  • 1. BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Otitis media superatif kronika (OMSK) atau otitis media perforata (OMP) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. (Soepadi, Arsyad, E., 1998) Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998). B. Klasifikasi OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman) Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom. 2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya) OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada margina atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna (Buchman. 2003). C. Anatomi Fisiologi Telinga Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu: telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam. 1. Telinga Luar Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala
  • 2. kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. 2. Telinga Tengah Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. 3. Telinga Dalam Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung
  • 3. organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. (Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002) D. Etiologi Faktor penyebab penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain : 1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat : a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang. b. Patogen tersering yang diisolasi dari telinga pasien dengan OMSK adalah P. aeruginosa dan S. aureus. Bakteri anaerob juga sering ditemukan dalam penelitian. Jamur biasanya jarang muncul kecuali bila terdapat super infeksi pada liang telinga. c. Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total 2. Perforasi membran timpani yang menetap 3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah. 4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi (timpano-sklerosis). 5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid. 6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh(Buchman,2003). E. Tanda dan gejala Tanda dan gejala OMSK menurut Soepadi, Arsyad E, 1998 yaitu : 1. Perforasi pada marginal atau pada titik atau sentral yaitu perforasi yang terletak di pers flaksida pada membran timpany. 2. Abses / fistel netro-aurikuler (belakang telinga) 3. Polip atau jaringan granulasi di MAE yang berasal dari dalam telinga tengah. 4. Adanya sekret berbentuk nanah dan berbau khas. Manifestasi klinis menurut Adam dkk antara lain:
  • 4. 1. Perforasi pada marginal atau pada atik. 2. Abses atau kiste retroaurikuler (belakang telinga) 3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang verasal dari dalam telinga tengah. 4. Terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum). 5. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom) 6. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid. Tanda dan gejala yang didapatkan saat pengkajian adalah 1. Gangguan pendengaran/pekak. 2. Bila ada keluhan gangguan pendengaran 3. Suara berdenging/berdengung (tinitus) 4. Rasa pusing yang berputar (vertigo). 5. Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh. 6. Keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus. 7. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia) 8. Keluar cairan dari telinga (otore): sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal. F. Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen : Terlihat bayangan kolesteatoma pada rongga mastoid 2. CT Scan : Diskontinuitas osikula 3. Uji Fistula positif 4. Darah Lengkap: terjadi peningkatan jumlah leukosit(Soepadi, Arsyad E, 1998). G. Penatalaksanaan 1. Prinsip Terapi OMSK tipe Benigna Ialah dengan konservatif atau medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberi obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3 – 5
  • 5. hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Bila sekret sudah kering tetapi perforasi masih ada, setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tensilektomi. 2. Prinsip Terapi OMSK tipe Maligna Ialah pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan mastoidektomi. 3. Jenis Pembedahan Pada OMSK Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain : a. Mastoidektomi Sederhana. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang pada pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. b. Mastiodektomi Radikal. Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi nin adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intra kranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan renang seumur hidup, pasien harus kontrol teratur, pendengaran berkurang sekali. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal / plasti yang lebar,
  • 6. sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar. c. Mastiodektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy) Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah, untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. d. Miringoplasti Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. e. Timpanoplasti Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta rekonstruksi memperbaiki membran pendengaran. timpani juga Pada dilakukan operasi ini, rekonstruksi selain tulang pendengaran (timpanoplasti tipe II, II, IV, V sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang, operasi ini terpaksa dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 –12 bulan f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty) Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastiodektomi radikal. Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui 2 jalan (combined Approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior(Mansjoer. 2007).
  • 7. H. Komplikasi Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut: 1. Komplikasi di telinga tengah a. Perforasi persisten b. Erosi tulang pendengaran c. Paralisis nervus fasial 2. Komplikasi di telinga dalam a. Fistel labirin b. Labirinitis supuratif c. Tuli saraf 3. Komplikasi di ekstrasdural a. Abses ekstradural b. Trombosis sinus lateralis c. Petrositis 4. Komplikasi ke susunan saraf pusat a. Meningitis b. Abses otak c. Hidrosefalus otitis I. Pengkajian 1. Anamnesa Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi. 2. Keluhan Utama Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan. a. Data Subyektif : Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran.Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya.Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah.Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya. b. Data Obyektif :
  • 8. Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan.Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan.Terletak pada membran atau terlihat batas- batasnya.Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar.Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat. 3. Riwayat Kesehatan Dulu menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya. 4. Riwayat kesehatan keluarga menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya 5. Riwayat penyakit sekarang tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini. 6. Pengkajian pola Fungsional Gordon a. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan 1) Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien. 2) Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson. 3) Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien b. Pola Nutrisi – Metabolik 1) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam ) 2) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi 3) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan 4) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayursayuran yang mengandung vitamin antioksidant
  • 9. c. Pola Eliminasi 1) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya 2) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi 3) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi. d. Pola Aktivitas – Latihan 1) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang dideritanya. 2) Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah pendengarannya. 3) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas. e. Pola Istirahat - Tidur 1) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien 2) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada telinganya 3) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak? f. Pola Kognitif - Persepsi 1) Kaji status mental klien 2) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu 3) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien 4) Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. 5) Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak berpengaruh terhadap penglihatannya. 6) Kaji apakah klien mengalami vertigo 7) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala. g. Pola Persepsi Dan Konsep Diri 1) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
  • 10. 2) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut 3) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya h. Pola Peran Hubungan 1) Tanyakan apa pekerjaan pasien 2) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. 3) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien i. Pola Seksualitas/Reproduksi 1) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya 2) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause 3) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks j. Pola Koping-Toleransi Stres 1) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri ) 2) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat. k. Pola Keyakinan-Nilai Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif. 7. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan 2. Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal 3. Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher 4. Kaji kemungkinan tuli 5. Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system. J. Diagnosa 1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kehilangan pendengaran 2. Perubahan sensori/persepsi berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan syaraf pendengaran
  • 11. 3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi K. Perencaan Keperawatan No Tujuan 1 Gangguan Intervensi 1. Dapatkan apa metode Rasional 1. Dengan mengetahui komunikasi komunikasi yang dinginkan metode komunikasi berkurang / hilang dan catat pada rencana yang diinginkan oleh dengan kriteria: perawatan metode yang klien maka metode 1. Klien akan digunakan oleh staf dan yang akan memakai alat klien, seperti : Tulisan, digunakan dapat bantu dengar Berbicara dan Bahasa disesuaikan dengan (jika sesuai). isyarat. kemampuan dan 2. Menerima pesan 2. Kaji kemampuan untuk melalui metoda menerima pesan secara pilihan (misal : verbal. komunikasi a. Jika ia dapat mendegar keterbatasan klien. 2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada tulisan, bahasa pada satu telinga, berbicara klien dapat diterima lambang, dengan perlahan dan dengan baik oleh berbicara dengan dengan jelas langsung ke klien. jelas pada telinga telinga yang baik (hal ini yang baik. lebih baik daripada komunikasi dua arah berbicara dengan anatara perawat keras).Tempatkan klien dengan klien dapat dengan telinga yang baik berjalan dnegan baik berhadapan dengan dan klien dapat pintu.Dekati klien dari sisi menerima pesan telinga yang baik. perawat secara b. Jika klien dapat membaca ucapan : Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda. Perkecil distraksi 3. Memungkinkan tepat.
  • 12. yang dapat menghambat konsentrasi klien.Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis. c. Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya. d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolaholah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah. 3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman. a. Bicara dengan jelas, menghadap individu. b. Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan. c. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi. d. Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
  • 13. lebih dari ya dan tidak. 2. Persepsi / sensoris 1. Ajarkan klien untuk 1. Keefektifan alat baik, dengan kriteria menggunakan dan merawat pendengaran Klien akan alat pendengaran secara tergantung pada tipe mengalami tepat. gangguan/ketulian, peningkatan pemakaian serta persepsi/sensoris perawatannya yang pendengaran samapi tepat. pada tingkat fungsional. 2. Instruksikan klien untuk 2. Apabila penyebab menggunakan teknik-teknik pokok ketulian tidak yang aman sehingga dapat progresif, maka mencegah terjadinya pendengaran yang ketulian lebih jauh. tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi. 3. Observasi tanda-tanda awal 3. Diagnosa dini kehilangan pendengaran terhadap keadaan yang lanjut. telinga atau terhadap masalahmasalah pendengaran rusak secara permanen. 4. Penghentian terapi 4. Instruksikan klien untuk antibiotika sebelum menghabiskan seluruh waktunya dapat dosis antibiotik yang menyebabkan diresepkan (baik itu organisme sisa antibiotik sistemik maupun berkembang biak lokal). sehingga infeksi akan berlanjut. 3. Rasa cemas klien 1. Jujur kepada klien ketika 1. Menunjukkan akan mendiskusikan mengenai kepada klien bahwa berkurang/hilangden kemungkinan kemajuan dia dapat gan kriteria dari fungsi pendengarannya berkomunikasi
  • 14. 1. Klien mampu untuk mempertahankan dengan efektif tanpa mengungkapkan harapan klien dalam menggunakan alat ketakutan/kekuati berkomunikasi. khusus, sehingga rannya. dapat mengurangi 2. Respon klien tampak tersenyum. rasa cemasnya. 2. Berikan informasi mengenai 2. Harapan-harapan kelompok yang juga pernah yang tidak realistik mengalami gangguan tiak dapat seperti yang dialami klien mengurangi untuk memberikan kecemasan, justru dukungan kepada klien. malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. 3. Berikan informasi mengenai 3. Memungkinkan klien sumber-sumber dan alat-lat untuk memilih yang tersedia yang dapat metode komunikasi membantu klien. yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya. 4. Anjurkan keluarga untuk 4. Dukungan dari selalu memberika bebarapa orang dukungan kepada klien yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien. 5. Anjurkan klien untuk tetap 5. Agar klien berkomunikasi dengan menyadari sumber- menggunakan metode sumber apa saja
  • 15. berkomunikasi yang lain yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi. DAFTAR PUSTAKA
  • 16. Adam S, George, L., 1994, ..—– Buku Ajar THT, EGC, Jakarta. Arhs, H. A. 2001. Intratemporal and Intracranial Complications of Otitis Media In; Head and Neck Otolaringology Volume 2..3 th Ed.Bailey,B.J.et al (Eds).New York::Lippincott Willims and Wilkins Pp:1760-2 Buchman, C. A. et al. 2003. Infection of The Ear.In:Essencial Otolaryngology Head and Head Surgery .8th Ed.Lee,K.J (Eds) New York:Mc-Graw Hill Pp:484-6 Mills, R. P. 1997. Management of Chronic Suppurative Ototis Media. In:scott-browns Otolaryngology.6th Ed.Booth,J.B(Eds). Oxford:Butterworth-Heinemann.Pp:3/10/1-8 Gody, D. Thone, R., 1991, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, EGC, Jakarta. Soepardi, Arsyad, E., 1998, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorokan, FKUI, Jakarta. Tucker, Martin, S., 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, EGC, Jakarta.