Tuli mendadak adalah penurunan pendengaran sensorineural tiba-tiba sebesar 30 dB atau lebih pada setidaknya tiga frekuensi secara berturut-turut yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 hari. Penyebabnya meliputi infeksi, trauma, gangguan vaskular, otologi, toksik, neoplastik, dan penyakit lainnya. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan audiometri murni dan uji pendengaran. Peng
Tinitus atau telinga berdenging adalah gejala yang ditandai dengan persepsi bunyi tanpa adanya rangsangan suara eksternal. Gejala ini umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem pendengaran dalam telinga akibat berbagai faktor seperti bising, infeksi, atau kelainan sistem saraf. Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan penunjang seperti audiometri untuk mengetahui penyebab dan tatalaksananya yang meliputi
Kanker laring adalah keganasan yang terjadi pada laring yang umumnya berupa sel skuamosa, dengan faktor risiko utama merokok dan minum alkohol. Gejalanya meliputi suara serak, sesak napas, dan gangguan menelan. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, laringoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan radiologi seperti CT-Scan. Penatalaksanaannya meliputi radioterapi, bedah, dan kemoterapi sesuai den
Tuli mendadak adalah penurunan pendengaran sensorineural tiba-tiba sebesar 30 dB atau lebih pada setidaknya tiga frekuensi secara berturut-turut yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 hari. Penyebabnya meliputi infeksi, trauma, gangguan vaskular, otologi, toksik, neoplastik, dan penyakit lainnya. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan audiometri murni dan uji pendengaran. Peng
Tinitus atau telinga berdenging adalah gejala yang ditandai dengan persepsi bunyi tanpa adanya rangsangan suara eksternal. Gejala ini umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem pendengaran dalam telinga akibat berbagai faktor seperti bising, infeksi, atau kelainan sistem saraf. Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan penunjang seperti audiometri untuk mengetahui penyebab dan tatalaksananya yang meliputi
Kanker laring adalah keganasan yang terjadi pada laring yang umumnya berupa sel skuamosa, dengan faktor risiko utama merokok dan minum alkohol. Gejalanya meliputi suara serak, sesak napas, dan gangguan menelan. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, laringoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan radiologi seperti CT-Scan. Penatalaksanaannya meliputi radioterapi, bedah, dan kemoterapi sesuai den
Dokumen tersebut membahas tentang impaksi serumen, yaitu gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga. Dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang, serta penatalaksanaan impaksi serumen. Dokumen juga membahas konsep dasar asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan tersebut, meliputi pengkajian, diagnosa
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar penyakit impaksi serumen, yang disebabkan oleh penumpukan serumen di liang telinga yang menyebabkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran. Dokumen ini juga membahas gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan dari penyakit tersebut.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar penatalaksanaan klien dengan gangguan telinga seperti penumpukan serumen, furunkel, dan otitis eksterna yang dapat menyebabkan nyeri, gangguan pendengaran, atau hambatan interaksi sosial.
Penyakit Meniere merupakan gangguan telinga dalam yang ditandai dengan episode vertigo berulang disertai gangguan pendengaran dan tinnitus. Gejala klasiknya adalah trias vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran pada nada rendah secara unilateral. Patofisiologinya disebabkan oleh akumulasi cairan (hydrops endolimf) di telinga dalam yang menyebabkan kerusakan sel-sel rambut sensoris. Diagnosa didasarkan pada anamnesa
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural serta tanda-tandanya, tes diagnostik pendengaran, dan penatalaksanaannya yang meliputi membersihkan telinga, pemberian antibiotika, dan tindakan operasi."
Dokumen tersebut membahas kasus seorang laki-laki 35 tahun yang bekerja di pabrik dan mengeluhkan tuli sejak 6 bulan terakhir disertai dengan mendengung. Diberikan pertanyaan terkait anatomi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan gangguan pendengaran akibat kebisingan lingkungan kerja.
Laporan ini membahas tentang kasus Ny. H yang mengalami gejala vertigo. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan vertigo. Termasuk di dalamnya adalah pengkajian awal terhadap aktivitas, sirkulasi, dan integritas ego pasien oleh perawat.
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Teks tersebut membahas tentang askep pada pasien tinnitus. Secara ringkas, teks tersebut menjelaskan tentang konsep penyakit tinnitus termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, diagnosis, pencegahan, dan pengobatan tinnitus. Selanjutnya juga membahas konsep askep meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan tidur, ansietas, dan meningkatkan penget
Proses keperawatan mencakup pengkajian berbagai aspek kesehatan pasien seperti aktivitas istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan dan cairan, higiene, neurosensori, nyeri dan kenyamanan, pernafasan, keamanan, dan integritas ego. Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosis keperawatan dapat meliputi risiko infeksi, perubahan perfusi serebral, trauma, nyeri, hambatan mobilitas, dan ansietas. Rencana intervens
Ensefalitis adalah infeksi sistem saraf pusat yang disebabkan virus atau mikroorganisme lain. Virus masuk tubuh melalui kulit, saluran nafas atau saluran pencernaan lalu menyebar ke seluruh tubuh dan sistem saraf. Gejala umum ensefalitis adalah demam, sakit kepala, muntah, gangguan kesadaran hingga kejang. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan cairan serebrospinal dan EEG. Pengobatan ber
Anatomy of the head and neck is a compact organization of the elements of nerves, blood vessels, epithelial, and musculoskeletal which are functionally integrated and continuous. One is our Ear
Gangguan pendengaran dan gangguan keseimbangan sering terjadi pada lansia akibat proses degeneratif. Gangguan pendengaran pada lansia umumnya berupa tuli sensorineural yang disebabkan oleh presbikusis. Sedangkan gangguan keseimbangan pada lansia diantaranya BPPV, penyakit Meniere, dan stroke batang otak. Diagnosis dan tatalaksananya dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
Otitis media (OM) adalah peradangan di telinga tengah yang disebabkan oleh infeksi bakteri. OM dibedakan menjadi akut dan kronis. OM akut ditandai dengan nyeri telinga dan demam yang berlangsung kurang dari 3 minggu, sementara OM kronis berlangsung lebih lama dengan keluarnya cairan dari telinga. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan telinga dan kultur cairan, sementara pengobatannya meliputi
Dokumen tersebut membahas tentang impaksi serumen, yaitu gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga. Dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang, serta penatalaksanaan impaksi serumen. Dokumen juga membahas konsep dasar asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan tersebut, meliputi pengkajian, diagnosa
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar penyakit impaksi serumen, yang disebabkan oleh penumpukan serumen di liang telinga yang menyebabkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran. Dokumen ini juga membahas gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan dari penyakit tersebut.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar penatalaksanaan klien dengan gangguan telinga seperti penumpukan serumen, furunkel, dan otitis eksterna yang dapat menyebabkan nyeri, gangguan pendengaran, atau hambatan interaksi sosial.
Penyakit Meniere merupakan gangguan telinga dalam yang ditandai dengan episode vertigo berulang disertai gangguan pendengaran dan tinnitus. Gejala klasiknya adalah trias vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran pada nada rendah secara unilateral. Patofisiologinya disebabkan oleh akumulasi cairan (hydrops endolimf) di telinga dalam yang menyebabkan kerusakan sel-sel rambut sensoris. Diagnosa didasarkan pada anamnesa
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural serta tanda-tandanya, tes diagnostik pendengaran, dan penatalaksanaannya yang meliputi membersihkan telinga, pemberian antibiotika, dan tindakan operasi."
Dokumen tersebut membahas kasus seorang laki-laki 35 tahun yang bekerja di pabrik dan mengeluhkan tuli sejak 6 bulan terakhir disertai dengan mendengung. Diberikan pertanyaan terkait anatomi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan gangguan pendengaran akibat kebisingan lingkungan kerja.
Laporan ini membahas tentang kasus Ny. H yang mengalami gejala vertigo. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan vertigo. Termasuk di dalamnya adalah pengkajian awal terhadap aktivitas, sirkulasi, dan integritas ego pasien oleh perawat.
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Teks tersebut membahas tentang askep pada pasien tinnitus. Secara ringkas, teks tersebut menjelaskan tentang konsep penyakit tinnitus termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, diagnosis, pencegahan, dan pengobatan tinnitus. Selanjutnya juga membahas konsep askep meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan tidur, ansietas, dan meningkatkan penget
Proses keperawatan mencakup pengkajian berbagai aspek kesehatan pasien seperti aktivitas istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan dan cairan, higiene, neurosensori, nyeri dan kenyamanan, pernafasan, keamanan, dan integritas ego. Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosis keperawatan dapat meliputi risiko infeksi, perubahan perfusi serebral, trauma, nyeri, hambatan mobilitas, dan ansietas. Rencana intervens
Ensefalitis adalah infeksi sistem saraf pusat yang disebabkan virus atau mikroorganisme lain. Virus masuk tubuh melalui kulit, saluran nafas atau saluran pencernaan lalu menyebar ke seluruh tubuh dan sistem saraf. Gejala umum ensefalitis adalah demam, sakit kepala, muntah, gangguan kesadaran hingga kejang. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan cairan serebrospinal dan EEG. Pengobatan ber
Anatomy of the head and neck is a compact organization of the elements of nerves, blood vessels, epithelial, and musculoskeletal which are functionally integrated and continuous. One is our Ear
Gangguan pendengaran dan gangguan keseimbangan sering terjadi pada lansia akibat proses degeneratif. Gangguan pendengaran pada lansia umumnya berupa tuli sensorineural yang disebabkan oleh presbikusis. Sedangkan gangguan keseimbangan pada lansia diantaranya BPPV, penyakit Meniere, dan stroke batang otak. Diagnosis dan tatalaksananya dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
Otitis media (OM) adalah peradangan di telinga tengah yang disebabkan oleh infeksi bakteri. OM dibedakan menjadi akut dan kronis. OM akut ditandai dengan nyeri telinga dan demam yang berlangsung kurang dari 3 minggu, sementara OM kronis berlangsung lebih lama dengan keluarnya cairan dari telinga. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan telinga dan kultur cairan, sementara pengobatannya meliputi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga.
2. Gejala yang dirasakan antara lain pendengaran berkurang, nyeri di telinga, dan vertigo.
3. Penatalaksanaannya meliputi membersihkan serumen menumpuk dengan kapas atau alat khusus, serta mengomplitasi program terapi.
Sistem pendengaran terdiri dari tiga bagian utama yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Gangguan pendengaran dapat terjadi karena masalah pada salah satu atau lebih bagian tersebut dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, trauma, atau genetik. Diagnosis dan penanganannya memerlukan pemeriksaan klinis dan audiologis yang tepat.
Penyakit Meniere adalah gangguan saluran setengah bundar dan labirin telinga dalam yang disebabkan oleh overproduksi endolimfe. Penyakit ini ditandai dengan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis, dan penatalaksanaannya meliputi terapi medis, simtomatik, hingga pembedahan labirinektomi untuk kasus berat.
1. Asuhan keperawatan pada pasien tetanus meliputi pencegahan kejang dan trauma, pemeliharaan fungsi pernafasan yang efektif, serta peningkatan pengetahuan pasien tentang kondisi dan penatalaksanaannya.
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri atau jamur. Gejala utamanya nyeri telinga dan keluarnya cairan. Penatalaksanaannya meliputi antiseptik, antibiotik topikal atau oral, tergantung berat ringannya. Komplikasinya dapat berupa perikondritis, selulitis, atau otitis eksterna berat.
Dokumen ini membahas kasus seorang pasien laki-laki yang mengalami penurunan pendengaran akibat paparan bising di tempat kerja. Pemeriksaan menemukan tuli sensorineural koklea pada frekuensi 3000-6000 Hz dengan adanya notch pada 4000 Hz. Diagnosis yang ditegakkan adalah ketulian akibat bising yang bersifat permanen dan tidak dapat diobati.
1. Bagian KSM Ilmu Kesehatan THT-KL
RS Imanuel – FK UK Maranatha
Bandug
2019
TINITUS
2. ANAMNESIS
• Identitas ( nama,usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan )
• Keluhan utama sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar
• Sejak kapan?
• Lokasinya ? Unilateral atau bilateral ?
• Sifatnya apakah mendenging atau mendesis atau menderu atau berdetak
ataungemuruh atau seperti riak air
• Lamanya?
• Apakah menetap atau hilang timbul ?
• Apakah menganggu ?
• Bertambah berat pada waktu siang atau malam hari ?
3. • Apakah ada vertigo?
• Apakah pernah cedera kepala ?
• Apakah minum obat ototoksik?
• Apakah ada gangguan kesimbangan ?
• Apakah ada otore ?
• Apakah sering terpapar kebisingan?
• Apakah ada riwayat infeksi telinga dan operasi telinga?
• Apakah ada kehilangan pendengaran?
• Riwayat Berobat : sudahkah berobat ke dokter atau mengkonsumsi obat untuk
mengatasi keluhan?
• Riwayat kebiasaaan : merokok ? Kopi ?
4. PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum
Kesadaran
Kesan sakit
• Tanda – tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
• Kepala :
Mata: Konjungtiva? Sklera? Nistagmus?
Hidung : bentuk, ukuran, mukosa, sekret , septum,
concha?
Mulut: Bibir? Mukosa? Lidah letak sentral? Uvula?
Tonsil?
8. DIAGNOSIS
• Anamnesis
• kualitas dan kuantitas tinitus, lokasi, sifat apakah mendenging, mendesis,
menderu, berdetak, gemuruh atau seperti rak air . Lama serangan tinitus, bila
berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan
keadaan patologik. Bila berlangsung dalam 5 menit merupakan keadaan
patologik. Tinitus subjektif unilateral disertai gangguan pendengaran perlu
dicurigai kemungkinan tumor neuroma akustik atau trauma kepala. Bila tinitus
bilateral kemungkinan terjadi pada intoksikasi obat yang bersifat ototoksik
seperti aspirin, trauma bising, dan penyakit sistemik lain.
9. CONT..
Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri
kemungkinannya disaraf pusat. Kualitas tinitus, bila tinitus bernada
tinggi biasanya kelainannya pada daerah basal koklea, saraf
pendengar perifer dan sentral. Tinitus bernada rendah seperti
gemuruh ombak khas untuk kelainan koklea seperti hidrops
endolimfa.
11. PENATALAKSANAAN
• Psikologik dengan memberikan konsuktasi psikologik untuk meyakinkan pasien
bahwa penyakitnya tidak membahayakan, mengajarkan relaksasi setaip hari
• Elektrofisiologik yaitu memberi stimulus eletroakustik dengan intensitas suara
yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus
masker
• Terapi medikamentosa sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan
sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.
• Tindakan bedah dilakukan pada tumor akustik neuroma
12. PROGNOSIS
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
13. DEFINISI
Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengarkan bunyi tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Keluhan ini dapat
berupa bunyi mendengung, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang
lain.
14. KLASIFIKASI
• Tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau
dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus obyektif bersifat vibritorik, berasal
dari transmisi vibrasi sistem vaskuler atau kardoivaskuler di sekitar telinga.
• Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini
sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses
iritatif atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut
getar koklea sampai pusat saraf pendengar.
15. ETIOLOGI
1. kelainan vaskula rbaik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskularklonus otot palatum atau tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam : tumor saraf kedelapan.
4. Gangguan kokhlea : trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit
Meniere’s, tuli saraf mendadak
5. Ototoksisitas : aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit
sistemik seperti anemia
16. PATOFISIOLOGI
• Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan
perasaan adanya bunyi, namun implus yang ada buka n berasal dari bunyi
eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber implus
abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
• Implus abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus
dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti
bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus
atau hilang timbul terdengar.
17. CONT..
• Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena
gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa
bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa
berdenyut (tinitus pulsasi).
• Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada
sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis,
dan lain-lain
18. CONT..
• Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan
pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus
jugulare. Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler.
Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan
aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus
objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernafas
membran timpani bergerak dan terrjadi tinitus. Kejang klonus
muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot
palatum dapat menimbulkan tinitus objektif.
19. CONT..
• Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor
karotis (carotid-body tumour), maka suara aliran darah akan
mengakibatkan tinitus juga. Pada tuli sensorineural, biasanya
timbul tinitus subjektif nada tinggi (sekitar 4000 Hz). Pada
intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomysin, dehidro-
streptomysin, garamysin, digitalis, kanamysin, dapat terjadi
tinitus nada tinggi, terus menerus atau hilang timbul.
20. CONT..
• Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada
rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Ganguan ini disertai
dengan tuli sensorineural dan vertigo.
• Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat
gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau
saat hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya
sudah kembali normal.