3. Kenapa harus melakukan sampling?
Populasi
Sampel
Sampling
• Populasi terlalu besar
• Keterbasan biaya, waktu, dan
tenaga (faktor ekonomis)
• Bersifat dekstruktif
• Memerlukan ketelitian tinggi
4. Pengertian Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56).
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel
yang representatif. (Margono, 2004)
Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berkaitan
dengan cara-cara pengambilan sampel.
Sampling dalam analisis farmasi adalah penarikan bahan dalam porsi kecil,
mewakili komposisi seluruh bahan obat atau bahan kimia yang akan dianalisis.
5. Tahapan Pengambilan
Sampel (Sampling)
• Mendefinisikan populasi yang
akan diamati
• Menentukan kerangka sampel
dan kumpulan semua peristiwa
yang mungkin
• Menentukan teknik atau
metode sampling yang tepat
• Melakukan pengambilan sampel
(pengumpulan data)
• Melakukan pemeriksaan ulang
pada proses sampling
6. Teknik Pengambilan Sampel
Ada 2 teknik utama dalam pengambilan sampel
(sampling) dalam analisis bahan obat dan kimia,
yakni:
1. Probability sampling (acak), untuk sampel
homogen. Misal: larutan.
2. Non-probability sampling (representatif), untuk
sampel tidak homogen, diambil pada beberapa
bagian (misal pada atas, tengah, dan bawah) baru
dicampur hingga homogen
7. Teknik Pengambilan Sampel
Sampling
Probability
Sampling
1.1. Simple Random Samping
2.2. Systematic Random Sampling
3.3. Stratified Random Sampling
4.4. Cluster Sampling
5.5. Multi Stage Sampling
Non-Probability
Sampling
1. Purposive Sampling
1.2. Accidental Sampling
2.3. Quota Sampling
3.4. Snowball Sampling
4.5. Sampel Jenuh
8. Simple Random Samping
• Pengambilan sampel secara acak sederhana
• Undian: dengan pengembalian atau tanpa
pengembalian
• Contoh:
• Sebuah industri farmasi ingin melakukan pengujian
mutu dari 500 botol sirup parasetamol. Bagian QC
akan mengambil 10 sampel melalui undian.
• Seorang peneliti ingin melakukan pengamatan pada
100 pengunjung puskesmas. Dia hanya mengambil
30 sampel. Peneliti akan membuat undian untuk
mendapat 30 sampel.
9. Systematic Random Sampling
• Pengambilan sampel secara acak sistematik
• Menggunakan interval tertentu
• Contoh:
• Suatu industri farmasi melakukan pencetakan obat dengan mesin. Bagian QC melakukan
pengujian mutu dengan mengambil sampel dengan interval tertentu, misal tablet di menit ke-
15, ke-30, ke-45, ke-60 dst.
• Pengambilan sampel pada setiap orang ke-10 yang datang ke puskesmas (ke-10, ke-20, ke-30
dst.)
Sampel 1 Sampel 2
10. Stratified Random Sampling
• Pengambilan sampel acak berstrata
• Berdasarkan tingkatan tertentu
• Dibagi ke dalam kelompok dengan karakteristik
serupa → dipilih acak individualnya
• Contoh:
Peneliti ingin mengetahui tanggapan siswa SMP
di Banjarmasin terhadap bahaya penggunaan
narkoba. Misalkan kelas 1 ada 1200 siswa, kelas
2 ada 800 siswa, dan kelas 3 ada 600 siswa.
Peneliti memerlukan 250 sampel.
1. Menentukan persentase yang akan diambil
tiap tingkatan
2. Hitung besaran sampelnya
3. Pilih secara acak tiap tingkatan
11. Cluster Sampling
• Pengambilan sampel secara
berkelompok
• Berdasarkan area atau
kelompok tertentu
• Contoh:
• Kepuasan pasien terhadap
pelayanan di rumah sakit
(rawat inap, IGD, rawat
jalan)
12. Multi Stage Sampling
• Teknik pengambilan sampling bertingkat
• Kombinasi dari stratified sampling dan cluster sampling
• Contoh:
• Peneliti ingin mengamati tingkat pengetahuan masyarakat
tentang antibiotik di salah satu RT di Banjarmasin. Peneliti
memilih dulu kecamatannya dengan metode acak sederhana,
lalu memilih kelurahan dari kecamatan yang terpilih dengan
cara sama, hingga akhirnya memilih RT.
13. Purposive Sampling
• Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi:
– Kriteria inklusi → yang diinginkan peneliti
– Kriteria eksklusi → kriteria khusus → calon responden dikeluarkan dari kelompok
penelitian.
• Contoh Purposive Sampling:
Penelitian tentang uji klinis obat tradisional yang dapat membantu menurunkan kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II
• Kriteria Inklusi
– Penderita Diabetes Melitus tipe II
– Usia 18-59 tahun
– Bisa membaca dan menulis
• Kriteria eksklusi:
– Penderita Diabetes Melitus dengan gangguan ginjal.
– Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.
14. Accidental Sampling
• Tanpa sengaja (accidental), kebetulan ditemui
• Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit langka
yang sampelnya sulit didapatkan.
• Contoh :
• Penelitian tentang penyakit Steven Johnson Syndrom
15. Quota Sampling
• Jumlah sampel = jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti.
• Kelebihan: praktis
• Kekurangannya: bias penelitian cukup tinggi
• Biasanya pada penelitian dengan jumlah sampel terbatas.
• Contoh:
– Penelitian pada pasien lupus atau penderita penyakit tertentu. Dalam
suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut
dijadikan sampel secara keseluruhan.
16. Snowball Sampling
• Berdasarkan wawancara atau korespondensi.
• Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus
hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.
• Cocok untuk penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan
membutuhkan privasi tingkat tinggi
• Contoh: Pasien penderita HIV
20. Bias/Eror/Kesalahan
Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara
hasil pengukuran dengan nilai aktual
Besar, jelas, dan jarang
terjadi
Kesalahan Sistematis
Kesalahan Random (Acak)
Jenis Kesalahan dalam
penelitian
Kesalahan Gross
(kasat mata)
Kecil, sering terjadi, sedikit
variasi
Secara sistematis
21. Penentuan ukuran sampel
Tergantung tujuan penelitiannya dan hipotesis
Metode penentuan ukuran
sampel
Tanpa rumus
(Teori Thomas Bayers)
N minimum 30
Dengan rumus
22. Penentuan ukuran sampel
• Penentuan ukuran sampel pada
umumnya sebagai berikut:
– Jumlah sampel = 30-500
– Jika terdapat sub sampel maka minimum
30 per sub sampel
– Penelitian sederhana dapat memiliki 10-20
elemen sampel
– Penelitian multivariat (10 kali lebih
banyak)
23. Sampling Sediaan Farmasi
• Sediaan-sediaan parenteral
– Sudah homogen → langsung dilakukan analisis 2 unit sediaan secara duplikat
• Tablet dan Bentuk sediaan sejenis
– Pengujian unit individual :
1. Kisaran nilai dalam unit-unit terpisah besar
2. Diperlukan suatu keberagaman unit.
– Pengambilan sample komposit : jika homogenitas dan keberagaman unit bukanlah
sesuatu yang penting
• Sediaan-sediaan yang lain
– Sediaan-sediaan seperti gel, lotion,
dan suspensi dicampur dahulu
secara homogen sebelum dianalisis.
24. Preservasi Sampel
• Tujuan: untuk melindungi sampel dari kontaminasi luar selama
proses penyimpanan.
• Sampel hanya representatif untuk jangka waktu tertentu
sebelum persiapan sampel atau analisis dimulai.
• Batas penyimpanan maksimum sangat tergantung pada
karakteristik matriks sampel, sifat parameter uji, dan teknik
pengawetan sampel.
25. Preservasi Sampel
Aturan umum untuk penanganan sampel adalah sebagai berikut:
• Gunakan jenis wadah yang sesuai
• Dinginkan
• Jika diperlukan bisa menggunakan pengawet yang sesuai.
26. Preparasi Sampel
Tujuan :
• Memisahkan senyawa analit dari
matriksnya
• Memekatkan sampel untuk
meningkatkan konsentrasi
• Mengubah menjadi senyawa lain agar
dapat dianalisis dengan instrumen
tertentu
27. Preparasi Sampel
Prosedur Tujuan Alat
Disintegrasi,
penggilingan
Pengurangan ukuran
partikel/homogenisasi
• Diamond mortar (sampel keras)
• Ball mill (sampel lunak)
• Nitrogen cair
Pengeringan Mengeringkan sampel • Oven
• Vakum desikator (freeze drying)
Leaching (ekstraksi,
pelarutan)
Melepaskan senyawa dari matriks • Senyawa logam yang larut dari tanah: air, asam
encer, larutan buffer, larutan berair dari zat
pengomplek logam
• Senyawa organik dari matriks tak larut dengan
Soxhlet atau refluks
Derivatisasi
konsentrasi
Mengubah bentuk senyawa agar bisa
dianalisis
Direaksikan dengan reagen tertentu
Penyaringan Menghilangkan pengotor Dengan kertas saring