KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
Faktor Penyebab Masalah Belajar
1. LK 1. 2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Nama Mahasiswa : DEDI MULYADI, S.Pd.
Asal Institusi : SMP Negeri 1 Cidadap
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang
telahdiidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi
penyebab masalah:
1. Kajian Literatur
● Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
● Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik
masalah.
● Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan
temuandalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
● Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan
sejawatyang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
● Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab
masalah tersebut.
● Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk
menganalisispenyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
● Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman
dalam masalah yang diidentifikasi.
● Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan
pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
● Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
● Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda
menganalisispenyebab masalah secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan
data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah
yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan
yang tepat untukmengatasi masalah tersebut.
2. Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
No
Masalah yang
telah di
identifikasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah
Analisis eksplorasi
penyebab masalah
1 1.1.Rendahnya
keaktifan
siswa dalam
pembelajaran
Kajian Literatur :
Hamalik (Rokhanah, N., Widowati, A., Sutanto, H., E., 2021
hlm. 3173 - 3180) menyatakan, “bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan peserta didik dibedakan menjadi
dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu
memiliki badan sehat, memiliki intelegensi, siap untuk
melakukan kegiatan belajar,memiliki bakat dalam diri,
memiliki pengalaman yang berkaitan dengan belajar.
Sedangkan faktor ekstern yaitu adanya motivasi belajar,
bahan pelajaran yang digunakan menarik dan mudah
dimengerti peserta didik,adanya alat bantu belajar (media
pembelajaran), dan suasana belajar yang nyaman”.
sumber:
Rokhanah, N., Widowati, A., Sutanto, H., E., (2021)
Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD). Edukatif: jurnal ilmu
pendidikan, 3(5), 3174-3175.
Doi:
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.860
Website :
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/860
Setyaningrum, O., (2017, hlm. 63) menyatakan bahwa
eaktifan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain faktor internal dan faktor eksternal faktor
keaktifan belajar yang ada dalam diri individu dan faktor
eksternal berasal dari luar individu. Faktor internal individu
dapat berupa keadaan fisik, intelegensi, minat belajar,
motivasi belajar dan kesiapan belajar saat anak tunanetra
kurang lihat mengikuti pembelajaran. Faktor eksternal berupa
hubungan emosional anak dengan orang tua, interaksi dengan
guru, penggunaan komponen belajar yang menarik minat, dan
interaksi dengan lingkungan sosial.
Website :
https://journal.student.uny.ac.id/index.php/plb/article/viewFil
e/6878/6619
sumber :
Setyaningrum, O., (2017) faktor penyebab rendahnya
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
observasi terhadap
rendahnya keaktifan
siswa dalam
pembelajaran
disebabkan karena :
Guru belum
menerapkan
model
pembelajaran
yang pas dengan
materi
pembelajarannya.
Pembelajaran di
dalam kelas
masih monoton.
Guru belum
merancang pemb
elajaran yang
aktif dan
menyenangkan.
Guru terlalu
sering
menggunakan
metode
ceramah dalam
penyampaian
materi.
Siswa tidak
mendapat
perhatian dari
orang tua oleh
karena orang tua
sibuk bekerja.
3. 1.2.Kemampuan
dasar
matematis
siswa masih
rendah
keaktifan belajar anak Tunanetra kurang lihat (low vision)
kelas 3 sekolah dasar di Slb negeri 1 bantul, 6(1), 63.
Sumber Wawancara:
1. Wawancara dengan kepala sekolah :
Pembelajaran kurang menarik karena keterbatasan alat
peraga.
2. Wawancara dengan guru/teman sejawat :
Guru Kurang menguasai materi pelajaran.
3. Wawancara dengan siswa :
Siswa merasa bosan di dalam kelas karena
pembelajaran kurang variatif.
Siswa Tidak ada motivasi belajar, malu menjadi
orang dominan/tidak percaya diri.
Siswa tidak memahami apa yang di jelaskan oleh
guru.
Kajian Literatur :
Nursaniah, dkk(Suciati, R., D., Hamik, L., D., 2019,
hlm.1163) menyatakan, “Penyebab kemampuan koneksi
matematis siswa rendah pada materi bangun ruang sisi datar
yaitu :
Siswa kurang teliti dalam memahami soal,
Kurang paham mengenai konsep bangun ruang,
Kurang paham mengenai penggunaan rumus,
Tidak memiliki ide dalam memecahkan permasalahan.
Selain itu rendahnya kemampuan koneksi matematis dapat
juga di timbulkan oleh pandangan siswa tersebut pada
pembelajaran matematika”.
Sumber :
Suciati, R., D., Hamik, D., (2019) Koneksi matematis siswa
pada materi kubus dan balok. Prosiding Sosiomedika, 2(1),
1163.
Website :
https://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/article/vie
w/2934/1970
Anggraeni, T., S., Muryaningsih, S., Ernawati. A., (2020,
hlm. 29), menyatakan “ ada beberapa faktor yang
menyebabkan kemampuan dasar matematis rendah
diantaranya :
Faktor internalnya adalah sikap siswa, minat belajar,
motivasi siswa, dan kemampuan penginderaan.
Faktor eksternalnya adalah strategi pembelajaran,
peralatan belajar, lingkungan keluarga, danlingkungan
masyarakat.
Selain itu penyebabnya adalah siswa malas belajar, mudah
bosan, dan susah untuk belajar matematika di rumah.
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
observasi terhadap
kemampuan dasar
matematis siswa
masih rendah
disebabkan karena :
Siswa tidak
memperhatikan
guru.
Siswa kurang
paham mengenai
penggunaan
rumus.
Tidak diberikan
bimbingan secara
khusus untuk
meningkatkan
kemampuan dasar
matematis siswa.
Siswa Kurang
menyukai Mata
Pelajaran
Matematika.
Kemampuan
dasar matematika
siswa rendah.
4. Sumber :
Anggraeni, T., S., Muryaningsih, S., Ernawati, A., (2020),
Analisis faktor penyebab kesulitan belajar matematika di
sekolah dasar. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 1(1).29.
Doi : https://doi.org/10.30595/.v1i1.7929
Link :
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/jrpd/article/view/7
929
Sumber Wawancara :
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah :
Guru sebaiknya menggunakan metode yang lebih
bervariasi dalam mengajar agar siswa tidak bosan.
Pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran
yang sulit yang dihadapi oleh setiap siswa.
2. Wawancara dengan guru matematika :
Kemampuan dasar matematika siswa rendah karena
pembelajaran yang diberikan masih berbasis teacher
center.
Siswa ada yang tidak memperhatikan karena asyik
dengan mainan sendiri.
3. Wawancara dengan siswa :
Siswa menyebutkan pelajaran matematika tidak
menjadi mata pelajaran yang disukai.
Siswa tidak tertarik pada pelajaran matematika.
2 2.1 Masih ada
siswa yang
belum bisa
perkalian
dasar dengan
lancar
Kajian Literatur :
Kusmasari, A., D., Kiswoyo., Sary, M., R., (2021 hlm.104-
117) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar matematika dalam operasi hitung perkalian pada siswa
kelas 3 di SD Negeri Pandeanlamper 04 Semarang terdiri dari
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini berasal
dari diri siswa, meliputi aspek sikap dalam pembelajaran,
aspek minat siswa terhadap pembelajaran, aspek motivasi
siswa dalam pembelajaran, dan aspek kebiasaan siswa saat
belajar. Sedangkan faktor eksternal ini disebabkan oleh faktor
dari luar diri siswa, meliputi aspek perhatian orangtua
terhadap kegiatan belajar siswa, aspek hubungan guru dengan
siswa, aspek kedisiplinan siswa dan guru, aspek media dan
alat penunjang pembelajaran yang tersedia, serta aspek
kondisi sekolah dan ruang kelas.
Sumber :
Kusmasari, A., D., Kiswoyo., Sary, M., R., (2021) Analisis
Kesulitan Belajar Perkalian Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
gentala pendidikan dasar, 6(1), 116.
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
observasi terhadap
siswa yang belum
bisa perkalian dasar
dengan lancar
disebabkan karena :
Siswa tidak ada
motivasi untuk
belajar perkalian.
Siswa tidak
banyak berlatih
bersama teman
atau mandiri,
Siswa Kesulitan
menghapal
perkalian.
Siswa tidak
lancar menulis
5. 2.2. Siswa kurang
fokus pada
saat
pembelajaran
Link :
https://mail.online-
journal.unja.ac.id/gentala/article/view/12560/11238
Wulan, N., D., Damayanti, T., A., Mudzanatun, M., (2023
hal. 725 ) menyatakan bahwa faktor penyebab siswa
mengalami kesulitan belajar dalam memahami perkalian 1
sampai 10.Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
II SD Negeri Pagendisan. Hasil analisis penelitian yang
diperoleh menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami siswa
dalam memahami perkalian 1 sampai 10 yang dominan yaitu
kesulitan dalam menghitung perkalian dan juga kesulitan
dalam menggunakan proses pengerjaan soal perkalian. Faktor
yang menyebabkan kesulitan dalam memahami perkalian
yaitu faktor internal yang meliputi sikap dalam
pembelajaran, minat siswa terhadap pembelajaran, motivasi
siswa dalam pembelajaran, dan siswa tidak lancar menulis
dan membaca. Faktor eksternal yang meliputi aspek media
dan alat penunjang pembelajaran, kurangnya bimbingan dari
orang tua, dan kondisi ruang kelas.
Sumber :
Wulan, N., D., Damayanti, T., A., Mudzanatun., (2023)
Analisis Konsep Perkalian 1 Sampai 10 Siswa Kelas II SD
Negeri Pagendisan Semester Genap Tahun 2022/2023.
Wawasan Pendidikan, 3(2), 725.
Doi : https://doi.org/10.26877/wp.v3i2.16192
Link :
https://journal.upgris.ac.id/index.php/wp/article/view/16192
Sumber Wawancara :
Wawancara dengan Kepala Sekolah :
Disebabkan karena faktor internal dan eksternal siswa.
Tidak adanya penguatan dalam mempelajari perkalian
dengan kesadaran sendiri, malas menghafal.
Wawancara dengan guru mapel matematika :
Siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran
Siswa tidak lancar menulis dan membaca
Wawancara dengan siswa :
Siswa masih bingung tentang konsep dasar
matematika.
Siswa kesulitan menghapal perkalian.
Kajian Literatur:
Rosiyanti, H., Widiyasari, R., Adriansyah, F., A., Istiqomah,
S.,
dan membaca,
Siswa kesulitan
dalam
memahami
konsep perkalian.
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
6. (2020, hal. 157) menyatakan bahwa Akibatnya siswa tidak
fokus dan pembelajaran menjadi kurang bermakna untuk
siswa. Salah satu faktor penyebab itu terjadi karena
rendahnya motivasi belajar matematika siswa. Peneliti
menawarkan sebuah solusi dengan cara memberikan soal
berbentuk pemahaman dan mengemasnya menggunakan
media kuis onlineQuizizz guna melihat adanya perbedaan
pengaruh Quizizz dengan pembelajaran konvensional
terhadap motivasi belajar siswa.
Sumber :
Rosiyanti, H., Widiyasari, R., Adriansyah, F., A., Istiqomah,
S., (2020) Pengaruh Pemberian Soal Pemahaman Berbantuan
Media Quizizz Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP
Labschool FIP UMJ. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
LPPM UMJ, 157.
Link :
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit/article/view/7906
Deswanti, P., A., I., Santoso, B., A., William, N., (2020, hal.
20) menyatakan bahwa Saat proses pembelajaran guru masih
menerapkan metode ceramah terkait materi yang ada di buku
(teacher centered) sehingga siswa kurang terlibat aktif.
Kurang terciptanya pembelajaran yang menyenangkan turut
menyebabkan siswa tidak dapat berkonsentrasi dan fokus.
Akibatnya kemampuan siswa dalam memahami materi
pelajaran kurang maksimal.
Sumber :
Deswanti, P., A., I., Santoso, B., A., William, N., (2020)
pengaruh ice breakingterhadap hasil belajar siswa sekolah
dasar pada pembelajaran tematik. Jurnal Riset dan Inovasi
Pendidikan Dasar, 1(1), 20.
Link :
https://jurnal.stkippgritrenggalek.ac.id/index.php/tanggap/arti
cle/view/39/11
Tianingrum, R., Sopiany, N., H., (2017, hal. 445) menyatakan
bahwa Pengaturan jadwal pelajaran ini sangat penting dan
harus diperhatikan. Pelajaran matematika lebih baik dipelajari
pada jam pelajaran awal atau pagi hari, dan hindari penaruhan
jadwal matematika setelah pelajaran olahraga atau pelajaran
yang melelahkan secara fisik.
Sumber :
Tianingrum, R., Sopiany, N., H., (2017) Analisis kemampuan
pemahaman matematis siswa SMP pada materi bangun ruang
sisi datar. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematik, 445.
observasi terhadap
siswa kurang fokus
pada saat
pembelajaran
disebabkan karena :
Rendahnya
motivasi belajar
matematika.
Guru
menerapkan
metode
pembelajaran
ceramah.
Siswa tidak
mendapat
perhatian dari
orang tua;
Keluarga yang
broken home;
Siswa kurang
tidur.
Salah
penempatan
jadwal pelajaran.
7. Link :
http://pmat-unsika.eu5.org/Prosiding/64RisnaTianingrum-
SESIOMADIKA-2017.pdf
Sumber wawancara :
1. Wawancara dengan kepala sekolah :
Guru kurang bervariasi dan metode
pembelajaran.
Guru harus mempersiapkan strategi yang tepat
guna membuat siswa kembali berkonsentrasi.
2. Wawancara dengan waka kurikulum:
Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif.
Jadwal pelajaran matematika pada jam
terakhir/setelah pelajaran olahraga.
3. Wawancara Waka Kesiswaan:
Kondisi kesehatan siswa.
Salah penempatan jam pelajaran.
3 Siswa melalaikan
pekerjaan rumah
Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel:
Rudini, M., Agustina, A., (2021, hal. 172 ) menyatakan
bahwa Faktor penghambat motivasi siswa dalam
mengerjakan tugas rumah (PR) adalah kegiatan pondok yang
padat sehingga menyulitkan siswa dalam membagi waktu
dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan di dalam
sekolah dan juga karena kegiatan ini siswa sering merasa
malas karena kecapean yang di akibatkan kurangnya jam
istirahat dimana kegiatan pondok ini menjadi faktor
penghambat paling umum menurut siswa selain itu media
pembelajaran di sekolah yang minim juga sangat berpengaruh
bagi keaktifan siswa karena menjadi sumber belajar, tidak
adanya reward dan punishman, siswa cenderung bosan
dengan metode ceramah yang lebih banyak digunakan guru
dan siswa kurang percaya diri di dalam kelas saat berinteraksi
dengan guru saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
Kemudian Faktor penghambat motivasi siswa dalam
mengerjakan tugas rumah adalah kegiatan pondok yang padat
sehingga menyulitkan siswa dalam membagi waktu dengan
mengerjakan tugas rumah.
Sumber :
Moh. Rudini, M., Agustina, A., (2021) Analisis Motivasi
Siswa dalam Mengerjakan Tugas Rumah Di SMA Al-
Mannan Tolitoli. Jurnal Cendekia. Jurnal Pendidikan
Matematika, 5(1), 172.
Doi :
https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i1.496
Link :
https://j-cup.org/index.php/cendekia/article/view/496/299
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
observasi terhadap
siswa melalaikan
pekerjaan rumah
disebabkan karena :
Siswa terlalu
banyak bermain
handphone
(kecanduan HP)
Siswa tinggal di
pondok
pesantren.
Siswa tidak
tinggal sama
orangtua.
Orang tua yang
tidak
memperhatikan
dan
membimbing
anak dalam
mengerjakan PR.
8. Ariani, P., A., G., Papuke, S., S., Apriana, R., (2022, hlm. 1)
menyatakan bahwa Kecanduan internet pada remaja dapat
memberikan dampak negatif seperti perilaku obsesif
kompulsif, depresi, kecemasan, sikap bermusuhan dan
sensitif terhadap masalah interpersonal, gangguan
psikosomatis, kurang berinteraksi dengan teman di dunia
nyata, kelelahan, gangguan tidur serta prestasi akademik yang
menurun dan dapat meningkatkan resiko kenalakan remaja.
Sumber :
Ariani, P., A., G., Papuke, S., S., Apriana, R., (2022) deteksi
dini kecanduan internet pada remaja smp di kota Gorontalo.
Jambura Journal, 4(2), 1.
Link : file:///C:/Users/SYEQILLA/Downloads/13617-35457-
1-PB.pdf
Sumber Wawancara:
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah:
Siswa terlalu sering memegang HP.
Tidak ada perhatian dari orang tua.
2. Wawancara dengan Guru :
Kondisi kesehatan siswa.
Kelelahan dalam beraktivitas.
3. Wawancara dengan Siswa :
Siswa berada di pondok pesantren.
Siswa tidak memahami soal yang diberikan guru.
4 Guru belum
mengoptimalkan
model
pembelajaran
yang inovatif
sesuai dengan
karakteristik
materi
Kajian Literatur :
Hiasa, F., Agustina, E., (2020, hal. 22 ) menyatakan bahwa
Selain faktor kurangnya pengetahuan mendalam dan teknik
pelaksanaan, Faktor yang menyebabkan rendahnya
pengetahuan mengenai model-model pembelajaran inovatif
adalah kurangnya pengetahuan tentang referensi.
Sumber:
Hiasa, F., Agustina, E., (2020) Pelatihan model-model
pembelajaran inovatif untuk guru di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 7 Kota Bengkulu. Jurnal Anugerah, 2(1) 22.
Doi :
https://doi.org/10.31629/anugerah.v2i1.1597
Link :
https://ojs.umrah.ac.id/index.php/anugerah/article/view/1597/
974
Susilawati, E., Ayubi, A., S., M., (2022, hlm. 191)
menyatakan bahwa Guru masih terfokus pada penyampaian
materi, tidak pada membangun budaya belajar yang asyik dan
menyenangkan. Hasil penelitian lainnya yang dilaksanakan di
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
observasi terhadap
Guru belum
mengoptimalkan
model pembelajaran
yang inovatif sesuai
dengan karakteristik
materi
disebabkan karena :
Guru kurang
pengetahuan
untuk merancang
pembelajaran
yang inovatif.
Guru belum
begitu paham
mengimplementa
sikan model
pembelajaran
inovatif sesuai
9. Indonesia, menunjukkan bahwa belum optimalnya
kompetensi pedagogik guru berdampak pada kurangnya
kemampuan guru dalam mengembangkan skenario
pembelajaran berbasis literasi dan keterampilan guru dalam
menggunakan media pembelajaran online.
Sumber :
Susilawati, E., Ayubi, A., S., M., (2022) Model Pembelajaran
Inovatif dengan Memanfaatkan TV Edukasi Innovative
Learning Models That Utilize TV Edukasi. Jurnal pendidikan
dan kebudayaan, 7(2), 191.
Doi :
https://doi.org/10.24832/jpnk.v7i2.3063
Link :
http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/vi
ew/3063
Sumber Wawancara:
1.Wawancara dengan Kepala Sekolah:
Terbatasnya pemahaman guru dalam menerapkan
pembelajaran yang inovatif
Guru Kurang memahami metode pembelajaran
Inovatif
2.Wawancara dengan Guru :
Kurikulum yang di gunakan di sekolah
kurikulum 2013
Guru kurang memiliki waktu untuk merancang
pembelajaran yang inovatif
guru nyaman dengan keadaannya, dengan metode
konvensional dimana guru hanya ceramah.
3. Wawancara dengan Waka Kurikulum :
Guru belum mengetahui cara
mengimlementasikan model yang sesuai dengan
materi yang di ajarkan.
dengan materi
yang diajarkan.
Guru belum
begitu memahami
betul model
pembelajaran
inovatif karena di
sekolah kami
masih
menggunakan
kurikulum 2013.
Guru lebih
nyaman dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
ceramah.
5 Guru belum
memahami soal
HOTS yang tepat
Sumber Literatur :
Utaril, W., M., N., Widiadal, K., I., Nisal, K., (2022, hlm.)
menyatakan bahwa Kesulitan-kesulitan guru yang dialami
guru baik pada soal HOTS dan pembeljaran PPKn akan
diketahui melalui besaran presentase yang diperoleh dari hasil
angket yang telah diisi oleh guru, HOTS (Higher Order
Thingking Skils) adalah kemampuan berpikir yang
menerapkan pengolahan dalam mengingat, menyatakan
kembali, atau merujuk sesuatu hal, Penggunaan soal berbasis
HOTS dapat membantu siswa meningkatkan salah satu
kebiasaan berpikir kritisnya.
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
observasi terhadap
Guru belum
memahami soal
HOTS yang tepat
disebabkan karena :
Guru kurang bisa
membagi waktu.
Guru hanya
terfokus
10. Sumber :
Utaril, W., M., N., Widiadal, K., I., Nisal, K., (2022).
Kesulitan Guru dalam Menyusun Soal HOTS Pada Mata
Pelajaran PPKn Kelas Tinggi di SDN Gugus V Cakranegara.
Jurnal ilmiah profesi pendidikan, 7(4b),
Doi :
https://doi.org/10.29303/jipp.v7i4b.1004
Website : file:///C:/Users/SYEQILLA/Downloads/1004-
Article%20Text-4317-1-10-20221129.pdf
Sinta, A., U., Roebyanto, G., Nuraini, S., L., N., (2022, hlm.
45) menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi guru dalam
menyusun soal evaluasi berbasis HOTS yang meliputi guru
kesulitan dalam mengatasi kemampuan siswa yang berbeda-
beda, guru kurang bisa membagi waktu, guru kesulitan dalam
menyesuaikan indikator, dan guru kesulitan dalam
menyampaikan stimulus.
Sumber :
Sinta, A., U., Roebyanto, G., Nuraini, S., L., N., (2022)
Analisis Kesulitan Guru dalam Menyusun Soal Evaluasi
Berbasis Hots Pada Pembelajaran Matematika di SDN
Torongrejo 2. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan
Pengelolaan Pendidikan, 2(1), 45.
Doi :
https://doi.org/10.17977/um065v2i12022p45-53
Link :
http://journal3.um.ac.id/index.php/fip/article/view/2111
Sumber Wawancara :
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah :
Guru belum memahami dengan baik
penerapan konsep literasi numerasi soal
HOTS.
Guru kurang paham tentang aspek kognitif
pada level HOTS.
Guru kurang bisa membagi waktu
2. Wawancara dengan guru :
Guru masih kesulitan merancang pembelajaran
yang berorientasi pada HOTS.
Guru tidak membiasakan memberikan soal-
soal HOTS di dalam kegiatan belajar.
3. Wawancara dengan Waka kesiswaan :
Siswa belum terlatih menyelesaikan soal-soal HOTS
mengajarkan
materi tanpa
mendalami
konsep HOTS
dan
mengajarkannya
pada siswa.
Guru belum
benar-benar
mengajarkan
materi HOTS
khususnya di
bidangnya.
Guru belum
menggunakan
bahar ajar yang
tepat.
Siswa jarang
sekali berlatih
soal-soal HOTS.
11. 6 Guru masih
belum
mengoptimalkan
pemanfaatan
teknologi
informasi (TIK)
dalam
pembelajaran
Sumber Literatur :
Lestari, S., (2015, hlm. 121) menyatakan bahwa Kendala
pemanfaatan TIK oleh guru adalah: tidak adanya akses, tidak
adaanya sarana TIK, pembelajaran tidak mengintegrasikan
TIK, guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak
adanya kemauan guru untuk memanfaatkan TIK.
Sumber :
Lestari, S., (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan tik oleh guru. Jurnal teknologi pendidikan, 3(2),
121.
Doi :
https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v3n2.p121--134
Link :
https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkwa
ngsan/article/view/29/28
Chaeruman (Rivalina, R., 2014, hlm. 169) menyatakan,
“beberapa hambatan yang pada umumnya dihadapi dalam
pemanfaatan TIK untuk kepentingan pembelajaran adalah:
(1)penolakan untuk melakukan perubahan (resistancyto
change) khususnya dari policy maker sekolah danguru; (2)
kesiapan SDM (literasi TIK dan kompetensiguru); (3)
ketersediaan fasilitas TIK; (4) ketersediaan bahan belajar
berbasis aneka sumber; (5) keberlangsungan (sustainability).
Kesulitan yang dihadapi guru untuk pemanfaatan TIK adalah
aspekteknis mencakup kepemilikan komputer, baik
olehsekolah maupun pribadi guru, daya listrik yang bias
digunakan, ketersediaan proyektor, sampai padaserangan
virus yang mengancam efektivitas kegiatanpembelajaran
menggunakan koneksi internet, kendalawaktu dalam
penyiapan bahan belajar ataukemampuan bahasa Inggris guru
untuk memahami program perangkat lunak)”.
Sumber :
Rivalina, R., (2014) Kompetensi teknologi informasi dan
komunikasi guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
Jurnal Tekknologi, 18(2), 169.
DOI: https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.121
Link :
https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnaltekno
dik/article/view/121
Sumber Wawancara :
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah :
Guru belum pernah mengajar menggunakan
aplikasi TIK sebagai pendukung pembelajaran.
Berdasarkan hasil
kajian literatur,
wawancara dan
pengamatan
observasi terhadap
Guru masih belum
mengoptimalkan
pemanfaatan
teknologi informasi
(TIK) dalam
pembelajaran
disebabkan karena :
Guru Kurang
Pelatihan
teknologi
informasi dalam
pembelajaran
matematika.
Pemahaman guru
terhadap
penerapan TIK di
dalam
pembelajaran
masih terbatas.
Sarana Prasarana
disekolah kami
tidak ada,
contohnya
infokus tidak ada
( rusak ).
Kurangnya
pelatihan TIK
yang didapat
guru.
12. Tidak adanya akses, tidak adaanya sarana TIK
2. Wawancara dengan guru ahli TIK :
Guru jarang menggunakan teknologi informasi
seperti PPT interaktif.
Guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK,
dan tidak adanya kemauan.
Lampiran :
Dokumentasi Wawancara
Gambar 1. wawancara dengan Kepala Sekolah ( Neneng Solihat, S.Pd, M.S.i )
Gambar 2. Wawancara dengan teman sejawat/Guru ( Guru Mapel Matematika )
13. Gambar 3. Wawancara denga teman sejawat/guru ( Waka Kurikulum)
Gambar 4. Wawancara denga teman sejawat/guru ( Waka Kesiswaan)