1. LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
No.
Masalah yang
telah
diidentifikasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah
Analisis eksplorasi
penyebab masalah
1 Rendahnya
Motivasi belajar
siswa rendah
(PEDAGOGIK)
KAJIAN LITERATUR:
1. Rendahnya motivasi belajar siswa karena rendahnya disiplin belajar, sikap belajar siswa
yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, tingkat aktivitas siswa yang kurang,
dan tingkat kepuasan belajar yang rendah. (Rike Kurnia Sari/2021)
2. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: cita-cita atau aspirasi siswa, kondisi jasmani
dan rohani siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru
membelajarkan siswa (Sudaryono, 2012).
WAWANCARA :
1. Sumarno, S.Pd
Penyebab motivasi belajar rendah:
a) Sudah 2 tahun belajar dirumah karena pandemi, sehingga ketika masuk sekolah
anak-anak masih merasa malas belajar.
b) Guru kurang variatif saat mengajar
c) kurang perhatian dari orang tua
d) siswa belum mempunyai cita-cita
Setelah dilakukan
analisis terhadap kajian
literatur dan
wawancara, penyebab
rendahnya motivasi
belajar siswa yang
rendah adalah :
1. Rendahnya disiplin
Belajar
2. Materi yang
dipelajari susah,
3. Siswa tidak
menyukai cara
pengajaran guru,
2. 2. Farida Nur Afifah, S.Pd
Penyebab Motivasi belajar rendah:
Karena anak bersal dari keluarga brokenhome dan dirumah tidak ada yang
mendampingi belajar.
Selain itu anak merasa tidak pintar atau kurang percaya diri
3. Ristiya Krisnawati, M.Pd
Peserta didik masih memiliki motivasi belajar rendah disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah materi yang dipelajari susah, siswa tidak menyukai cara
pengajaran guru, siswa tidak menyukai mata pelajaran tertentu bahkan kondisi
lingkungan keluarga yang kurang mendukung
4. siswa tidak
menyukai mata
pelajaran tertentu
5. kondisi lingkungan
keluarga yang
kurang mendukung
2 Peserta didik sulit
memahami apa
yang mereka baca
KAJIAN LITERATUR:
1. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, mengenai faktor-faktor prediktor yang
mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman dilihat dari aspek kompetensi
linguistik, maka terbentuk empat faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca
pemahaman pada siswa kesulitan membaca pemahaman yaitu: (1) faktor kosakata,
(2) faktor makna kata, (3) faktor gramatikal, (4) faktor pembeda kalimat.
(Eviani Damastuti: 2015)
2. Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan membaca. Umunya,
kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan
yang dibacanyadan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor– faktor itu antara lain :
Setelah dilakukan
analisis terhadap kajian
literatur dan
wawancara, penyebab
Peserta didik sulit
memahami apa yang
mereka baca yaitu:
a. tingkat intelegensi
b. kemampuan
berbahasa
3. a. tingkat intelegensi
b. kemampuan berbahasa
c. sikap dan minat
d. keadaan bacaan
e. kebiasaan membaca
f. pengetahuan tentang cara membaca
g. latar belakang sosial, ekonomi dan budaya.
h. emosi
widyasari :2019
https://www.academia.edu/40972450/Meningkatkan_kemampuan_
memahami_bacaan_melalui_ pelatihan_aspek_pemahaman_bacaan
WAWANCARA
1. SUMARNO, S.Pd
Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak masih rendah yaitu Karena
tidak terbiasa membaca atau literasi kurang, serta kurang memahami kosakata.
2. Siti Nikmah, S.Pd
Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak karena belajarnya kurang fokus
atau kurang konsentrasi.
3. Ristiya Krisnawati, M.Pd
Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak masih rendah Bisa karena
mereka belum bisa membaca, sehingga sulit bagi anak yang mengalami permasalahan
c. sikap dan minat
d. keadaan bacaan
e. kebiasaan membaca
f. pengetahuan tentang
cara membaca
g. latar belakang sosial,
ekonomi dan
budaya.
h. emosi siswa
4. keterlambatan membaca ini untuk memahami apa yang mereka baca, kurang pemahaman
kosakata, kebiasaan anak yang belum terbiasa membaca serta minat terhadap bahan
bacaan.
3 Hubungan
komunikasi antar
guru dan orang tua
peserta didik
terkait
pembelajaran
masih kurang
(Membangun
relasi/hubungan)
KAJIAN LITERASI
1. Menjadi kreatif dapat diperoleh melalui proses belajar. Munculnya kreativitas dapat
dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya adalah faktor komunikasi antara keluarga,
dalam hal ini adalah orang tua, dan sekolah terutama guru. Adanya sikap saling
mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang
tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna
pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai
keberhasilan dalam belajar. (Anis Pusitaningtyas: 2016)
2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi yang dilakukan antara orang tua
dan guru antara lain yaitu kurangnya kemampuan orang tua dalam menggunakan media
sosial, signal yang kurang memadai dan waktu yang kurang dalam berkomunikasi .(Nadha
Luthfiyah Firdaus : 2022)
https://digilib.uinsby.ac.id /51809/2/Nadha%20Luthfiyah%20Firdaus_D97217063.pdf.
WAWANCARA
1. Sumarno, S.Pd
Penyebab Kurangnya hubungan komunikasi guru dan wali murid Karena guru tidak
mempunyai buku penghubung antara orang tua dan guru, selanjutnya kurang hidupnya
group WA kelas.
Setelah dilakukan
analisis terhadap kajian
literatur dan
wawancara, penyebab
hubungan komunikasi
antar guru dan orang
tua peserta didik terkait
pembelajaran masih
kurang adalah :
1. Perbedaan pola pikir
yang dianut orang tua
dengan guru
2. Tidak semua orang
tua "standby" di rumah,
seperti contohnya di
lingkunga SD saya
banyak orang tua yang
merantau, sehingga
anak ditinggal dirumah
hanya dengan kakek/
nenek yang sudah
"sepuh" dan beliau
hanya menganut sistim
5. 2. Siti Nikmah, S.Pd.SD
Penyebab Kurangnya hubungan komunikasi guru dan wali murid dikarenakan kurang
maksimalnyha pemanfaatan buku penghubung dan Grup WA guru dan walimurid untuk
berkomunikasi
3. Ristiya Krisnawati, M.Pd
1. Perbedaan pola pikir yang dianut orang tua dengan guru
2. Tidak semua orang tua "standby" di rumah, seperti contohnya di lingkunga SD saya
banyak orang tua yang merantau, sehingga anak ditinggal dirumah hanya dengan
kakek/ nenek yang sudah "sepuh" dan beliau hanya menganut sistim "pasrah bongkoan"
saja kepda guru.
3. Tidak semua orang tua memiliki HP yang memudahkan guru untuk berkomunikasi
"pasrah bongkoan" saja
kepda guru.
3. Tidak semua orang
tua memiliki HP yang
memudahkan guru
untuk berkomunikasi
4. Kurang Optimalnya
penggunaan Buku
Penghubung sebagai
sarana komunikasi
dengan wali murid
4 Penggunaan model
pembelajaran
inovatif yang masih
belum maksimal
KAJIAN LITERATUR
1. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran diantaranya adalah
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP ) guru kurang memahami langkah- langkah
pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model pembelajaran. (Indah Fajar Friani,
Sulaiman, Mislinawati: 2017)
2. Menurut pengamatan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas guru yang menggunakan
model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung
menggunakan model konvensional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini
disebabkan kurangnya penguasaan tenaga pendidik terhadap model-model pembelajaran
Setelah dilakukan
analisis terhadap kajian
literatur dan
wawancara, penyebab
Penggunaan model
pembelajaran inovatif
yang masih belum
maksimal adalah :
6. yang ada padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan profesionalguru. (AD WIDYATAMA : 2014)
http://eprints.ums.ac.id/32621/2/04.%20BAB%20I.pdf
WAWANCARA :
1. Sumarno, S.Pd
Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yakni pengetahuan guru masih
kurang, guru malas untuk merubah diriny dan enggan keluar dari zona nyaman.
2. Wulan Setiyana, S.Pd
Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yang masih belum maksimal
dikarenakan Guru belum paham serta belum menemukan model strategi dan metode
pembelajaran yg sesuai di kelas
3. Ristiya Krisnawati, M.Pd
Kebanyakan guru yang sudah sepuh telah merasa di zona nyaman dan enggan untuk
melakukan perubahan-perubahan untuk melakukan pembaharuan dalam model, strategi
dan metode pembelajaran.
Sedangkan guru yang muda terkadang terkendala waktu dan jaringan jika hendak
mengoptimalkan pembelajaran yang berbasis model, strategi dan metode pembelajaran
kekinian menurut perkembangan zaman.
1. Kurangnya
penguasaan tenaga
pendidik terhadap
model-model
pembelajaran yang
ada
2. Guru yang telah
merasa di zona
nyaman dan enggan
untuk melakukan
perubahan-
perubahan
3. Terkendala waktu
dan jaringan
5 Pembelajaran di
kelas masih belum
berbasis HOTS
KAJIAN LITERATUR : Setelah dilakukan
analisis terhadap kajian
7. (Higher Order
Thinking Skill)
1. Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai pengetahuan guru Sekolah Dasar tentang
higher order thinking skill dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan guru tentang makna higher order thinking skill masih rendah. Tidak semua
guru mengetahui level kognitif HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta memaknai
HOTSsecara beragam yakni sebagai keterampilan, instrumen penilaian dan proses
pembelajaran. Selain itu, pengetahuan guru tentang implementasi pembelajaran matematika
yang berorientasi higher order thinking skill juga masih rendah. Pada tahap perencanaan
pembelajaran, guru belum dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat HOTS,
walau telah mengetahui model atau metode pembelajaran yang relevan untuk diterapkan
dalam mendorong pengembangan HOTS siswa. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru
masih minim dalam melakukan hal-hal yang memfasiltasi peningkatan HOTS siswa. Pada
tahap evaluasi, kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian HOTS masih
rendah. (Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Agung Wicaksono, Mufidah: 2020)
https://www.researchgate.net/publication/347821490_
2. Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 tidak membatasi penggunaan tingkatan
taksonomi, hal ini dapat dilihat dari siswa yang dapat membangun Higher Order Thinking
Skills (HOTS) dengan berbagai kategori pengetahuan. Tetapi pada prakteknya masih
mengalami permasalahan. Banyak lembaga pendidikan terutama pada tingkat Sekolah
Dasar (SD) yang masih menggunakan model pembelajaran sederhana sehingga siswa hanya
dituntut untuk menghafal. Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa tidak dibangun
dengan baik sehingga hampir semua materi yang diberikan oleh guru hanya
literatur dan
wawancara, penyebab
Pembelajaran di kelas
masih belum berbasis
HOTS (Higher Order
Thinking Skill) :
1. Paradikma lama
siswa hanya di
suruh menghafal
bukan berlatih
untuk kemampuan
menalar
2. Kemampuan Guru
sdalam menyususn
pembelajaran
berbasis HOTS
masih Rendah
8. diterima siswa tanpa adanya tindakan kritis saat pembelajaran. Lusi, Nelly widyawati,
Levilia : 2020)
https://pgsd.persadakhatulistiwa.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Lusi.pdf
WAWANCARA :
1. SUMARNO, S.Pd
Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill)
karena guru masih mengajar dengan paradikma lama siswa hanya di suruh menghafal
bukan berlatih untuk kemampuan menalar. Selain itu dikarenakan pengetahuan guru
dan murid yang kurang.
2. Bastiyah, S.Pd
Karena anak belum begitu memahami materi dan belum siap mengerjakan Soal -soal
yang HOTS
3. Ristiya Krisnawati, M.Pd
Karena kurikulum kita diakui atau tidak, masih selalu mengedepankan kemampuan
kognitif. anak dikatakan cerdas apabila matematika 100, IPA 100, dan nilai pelajaran
eksak lainnya sempurna. Maka tak jarang guru di sekolah berlomba-lomba mencetak
generasi yang mampu menghasilkan nilai sempurna untuk mapel-mapel yang sering
dilombakan, dengan mengabaiakan KBM yang mengedepankan kemampuan berpikir
kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil
keputusan bagi siswa. Banyak masih berfokus pada hafalan saja atau menggunakan
9. pola Low Order Thinking Skill (LOTS) yang membuat siswa selalu berada zona
nyaman tanpa adanya tantangan.
6 Guru masih belum
mengoptimalkan
pemanfaatan
teknologi informasi
(TIK) dalam
pembelajaran
KAJIAN LITERASI :
1. Problematika yang dihadapi guru dalam menguasai TIK pada pembelajaran:
a) kemampuan dasar guru dalam bidang TIK yang memang masih rendah.
b) ketersediaan fasilitas TIK yang masih belum memadahi.
c) Sekolah tidak mengharuskan guru menggunakan TIK dalam proses pembelajaran.
Sehingga guru kurang terangsang untuk lebih mengembangkan diri.
d) Keterbatasan waktu yang digunakan untuk mempersiapkan media TIK di dalam
pembelajaran.
e) Anggapan guru yang menganggap bahwa materi yang ada dibuku sudah cukup untuk
mengajarkan siswa dengan baik sehingga tidak diperlukan media TIK.
f) Kenyamanan guru dalam menggunakan metode belajar konvensional, yang dianggap
lebih mudah dan tidak menyulitkan.
g) Tidak adanya kegiatan pelatihan-pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam bidang TIK(Tanti Nurhayati: 2016)
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6024/1/093911069.pdf
2. Pada pemanfaatannya, fasilias komputer/laptop/jaringan internet ini seringkali tidak
termaksimalkan, sejauh ini masih banyak guru yang belum memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Guru masih cenderung menggunakan cara-cara
Setelah dilakukan
analisis terhadap kajian
literatur dan
wawancara, penyebab
Guru masih belum
mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi
informasi (TIK) dalam
pembelajaran adalah :
a) kemampuan dasar
guru dalam bidang
TIK yang memang
masih rendah.
b) ketersediaan
fasilitas TIK yang
masih belum
memadahi.
c) Sekolah tidak
mengharuskan
10. tradisional dalam pembelajaran, atau yang sering disebut dengan pembelajaran berpusat
pada guru. Guru aktif sementara peserta didik menjadi pendengar pasif di dalam kelas.
(Kukuh Andri Aka : 2017)
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1228808&val=11388&title=
Pemanfaatan%20Teknologi%20Informasi%20dan%20Komunikasi%20TIK%20Sebagai
%20Wujud%20Inovasi%20Sumber%20Belajar%20di%20Sekolah%20Dasar
WAWANCARA :
1. Sumarno, S.Pd
Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran karena Guru Kurang menguasai IT, kurang paham media apa saja yang
perlu disiapkan, jaringan internet atau wifi yang belum memadai
2. Farida Nur Afifah, S.Pd
Terbatas Waktu dan kerepotan, Karena guru harus menyiapkan perangkatnya sendiri
dari bawa leptop, oloran, lcd , salon dan buku materi
3. Ristiya Krisnawati, M.Pd
Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran karena Terkadang terkendala waktu dan jaringan jika hendak
mengoptimalkan pembelajaran yang berbasis model, strategi dan metode pembelajaran
kekinian menurut perkembangan zaman.
guru menggunakan
TIK dalam proses
pembelajaran.
Sehingga guru
kurang terangsang
untuk lebih
mengembangkan
diri.
d) Keterbatasan
waktu yang
digunakan untuk
mempersiapkan
media TIK di
dalam
pembelajaran.
e) Anggapan guru
yang menganggap
bahwa materi yang
ada dibuku sudah
cukup untuk
mengajarkan siswa
11. dengan baik
sehingga tidak
diperlukan media
TIK.
f) Kenyamanan guru
dalam
menggunakan
metode belajar
konvensional, yang
dianggap lebih
mudah dan tidak
menyulitkan.
g) Tidak adanya
kegiatan pelatihan-
pelatihan bagi guru
untuk
meningkatkan
kemampuan guru
dalam bidang TIK