Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah -Darma Aswita- - Copy-1.pdf
1. NAMA : DARMA ASWITA
NO.UK : 201698319955
BIDANG STUDI : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KELAS : 005
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
No.
Masalah yang telah
diidentifikasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
1 Rendahnya motivasi
belajar siswa kelas VI
Kajian literatur :
1. Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri
seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan
sesuatu guna mencapai tujuan (Emda, 2018)
2. Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi belajar intrinsik melibatkan motivasi internal dalam
melakukan sesuatu demi minat sendiri. Sedangkan motivasi belajar
ekstrinsik melibatkan motivasi yang berasal dari luar diri siswa, dengan
kata lain bahwa kemauan untuk belajar siswa sangat tergantung pada
kondisi di luar dirinya (Mustanto,dkk, 2021)
3. Rendahnya motivasi belajar siswa dapat disebabkan oleh tiga faktor
yaitu keluarga (orang tua dan ekonomi), guru (gaya mengajar dan
metode), dan lingkungan ( pergaulan sekolah dan masyarakat )
(Sururudin dan Prihatini, 2018)
Berdasarkan hasil explorasi,
ditemukan hasil analisis sebagai
berikut :
1. Guru belum memahami karakter
siswa
2. Guru belum dapat menyusun
kegiatan pembelajaran yang
menarik untuk memotivasi siswa
dalam pembelajaran
3. Guru belum menjalin komunikasi
yang baik dengan siswa dan orang
tua
4. Guru belum melibatkan siswa
untuk aktif dalam pembelajaran
2. Sumber:
Emda, A.(2018). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran. Lantanida Journal, 5(2), 172-182. https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/lantanida/article/view/2838/2064
Mustanto.D.,Makkasau.A.,Syahrani.(2021).Peningkatan Motivasi Belajar
Ekstrinsik Peserta Didik Melalui Saintifik Berbasis STEAM Di SD.
Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,Volume 4(1). Hal. 556-575
e-ISSN: 2798 https://ojs.unm.ac.id
Sururuddin.M.,Prihatini.N.(2018).Analisis Berbagai Faktor Penyebab
Rendahnya motivasi Belajar Siswa kelas IV SDN 3 Tebaban. Jurnal
DIDAKTIIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar. Vol. IV, No. 1. Hal
56-61
https://ejournal.hamzanwadi.ac.id/index.php/didika/article/view/1198
Hasil Wawancara:
1. Kepala Sekolah (Irawati, S.Pd,M.M.Pd)
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kepala sekolah
mengatakan:
1) Beberapa siswa belum memiliki motivasi belajar yang tinggi
disebabkan karena guru belum maksimal dalam menyusun
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristk siswa
2) Penggunaan metode ceramah yang kurang menarik bagi siswa dan
kurangnya ice breaking yang dilakukan guru
3. 2. Guru (Masniwarti, S.Pd)
Hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa:
1) Siswa belum aktif dalam kegiatan pembelajaran, saat ditanya
banyak yang diam serta guru cenderung membimbing siswa yang
aktif
2) Guru kurang menggunakan media pembelajaran yang menarik
minat siswa
2 Kemampuan siswa
dalam memahami dan
menganalisis isi
bacaan masih rendah
Kajian literatur :
1. Masalah mendasar rendahnya minat dan kemampuan membaca
pemahaman siswa berhubungan dengan ketersediaan buku, faktor
situasional dan pola asuh orang tua. Tidak semua siswa mendapatkan
buku yang berkualitas dan sesuai dengan usia.Selain itu, faktor ekonomi
dan rendahnya kesadaran orang tua untuk menyediakan buku dirumah,
menyebabkan siswa tidak mendapatkan buku yang dibutuhkan. Selain
itu, ada beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya minat siswa
untuk membaca buku diantaranya seperti sistem pembelajaran yang
berjalan selama ini belum mampu memicu siswa agar memiliki minat
Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
masalah, kemampuan siswa dalam
memahami bacaan masih rendah karena:
1. Kurangnya tersedianya bahan bacaan
yang menarik dan beragam
mengakibatkan minat baca siswa
rendah
2. Pembiasaan membaca yang kurang
rutin diterapkan oleh guru
4. baca dikarenakan pembelajaran yang monoton dan berpusat kepada
guru. (Anjani, S, Dantes, N, Artawan G. 2019)
2. Faktor penyebab kesulitan membaca pemahaman pada siswa yaitu
minat dan aktivitas dalam kegiatan , dan perbedaaan kemampuan yang
dimiliki siswa, sarana dan prasarana yang dimilki siswa dan lingkungan
sekolah dan keluarga (Ambarita dkk, 2021)
3. Faktor yang menyebabkan siswa sulit memahai isi bacaan, antara lain;
karena bahan bacaan yang digunakan tidak menarik, bahasa terlalu sulit.
Selain itu, pengamatan penulis di lapangan, pembelajaran yang
dilakukan oleh guru kurang menyenangkan karena guru secara rutin,
hanya menggunakan teknik / metode pembelajaran yang menggunakan
potensi berpikir pada diri siswa yaitu pemberian tugas pada siswa untuk
membaca dan menjawab soal-soal yang yang ada dalam materi pokok
pelajaran, sesuai dengan teks bacaan yang ada pada halaman yang
ditunjuk secara berurutan. Cara tersebut membuat siswa menjadi bosan
dan tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam pembelajaran, sehingga
hasil yang di capai menjadi tidak maksimal (Zulela,M.S, 2017).
Sumber:
Ambarita, RS, Wulan, NS, Wahyuddin, D. (2021). Analisis Kemampuan
Membaca Pemahaman pada Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan. Vol 3(5) hal 2336-2344
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/836
3. Kurangnya motivasi dan bimbingan
guru saat siswa membaca dan
menganalisis isi bacaan
5. Anjani, S, Dantes, N, Artawan G. 2019. Pengaruh implementasi gerakan
literasi sekolah terhadap minat baca dan kemampuan membaca
pemahaman siswa kelas V SD GUgus II Kutu Utara. Pendas! : Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia. Vol 3(2) 74-83 https://ejournal-
pasca.undiksha.ac.id/index.php/jurnal_pendas/article/view/2869
Zulela, MS. (2021). Strategi Guru Meningkatkan Pemahaman Bacaan
Melalui Pendekatan SAVI pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Dasar. Vol 8(1) hal 159-168
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpd/article/view/5350
Hasil Wawancara:
1. Kepala Sekolah (Irawati, S.Pd,M.M.Pd)
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kepala sekolah mengatakan:
1) Siswa malas membaca karena kurangnya motivasi yang diberikan
guru pada siswa untuk rajin membaca
2) Guru kurang maksimal dalam menerapkan pembiasaan literasi pada
siswa
2. Guru (Masniwarti, S.Pd)
Hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa:
1) Guru kurang memotivasi siswa untuk rajin membaca yang terlihat
dari jarangnya pembiasaan literasi di dalam kelas.
2) Guru kurang optimal dalam membantu siswa untuk memahami isi
6. bacaan dari suatu cerita
3) Bahan bacaan yang kurang menarik membuat siswa malas
membaca
3 Kemampuan siswa
menyelesaikan
permasalahan pada
soal-soal cerita terkait
masalah numerasi
masih rendah
Kajian Literatur
1. Faktor yang menyebakan tinggi rendahnya kemampuan literasi
matematika sebagai berikut : (1) Materi yang dipilih, saat pengerjaan
siswa hanya mampu menyelesaikan soal yang sering diberikan,
sehingga sangat berpengaruh pada tingkatan kemampuan literasi
matematika siswa, (2) Pembelajaran yang diberikan guru dikelas, (3)
Lingkungan kelas (4) Dukungan lingkungan keluarga, (5) Kemampuan
siswa sendiri (6) Kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran
(Khoiruddin, A, Setyawati,RD, Nursyahida, F, 2017)
2. Faktor yang menyebabkan kemampuan siswa dibidang numerasi masih
rendah diantaranya kurangnya pemahaman konsep dasar matematika,
siswa belum paham dengan materi prasyarat, siswa kurang berlatih soal
berkaitan dengan numerasi, siswa tidak menggunakan analisis jawaban
yang baik, sistematis dan terstruktur, serta pembelajaran yang terlalu
monoton. (Atsila, KS, Setyawan, Faris. 2021)
3. Terdapat dua faktor rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan
masalah terkait numerasi. Faktor internal rendahnya minat dan motivasi
terkait numerasi. Ditunjukkan dengan rasa tidak senang pada pelajaran
Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
masalah, kemampuan siswa dalam
memahami menyelesaikan
permasalahan pada soal-soal cerita
terkait masalah numerasi karena:
1. Guru kurang rutin melatih
kemampuan siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal-
soal cerita terkait masalah numerasi
pada siswa.
2. Minimnya media pembelajaran yang
digunakan guru saat mengajarkan
konsep numerasi
3. pembelajaran matematika yang
monoton dan hanya berpusat pada
guru membuat siswa bosan dan
mengantuk saat belajar matematika
7. matematika dan operasi hitung pembagian, mudah merasa bosan,
menganggap bahwa operasi hitung pembagian merupakan materi yang
sulit, mengerjakan tugas tentang operasi hitung pembagian masih
dengan bantuan teman. Sedangkan faktor eksternalyang mempengaruhi
kesulitan siswa dalam operasi hitung pembagian yaitu lingkungan
keluarga,lingkungan sekolah. (Andriyani, 2021)
Sumber:
Atsila, KS, Setyawan, Faris. 2021. Profil Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal NUmerasi. Semnas PLP. Hal 1205-1210
http://www.seminar.uad.ac.id/index.php/semhasmengajar/article/view
File/6904/2043
Khoiruddin, A, Setyawati,RD, Nursyahida, F. 2017. profil kemampuan
literasi matematika siswa berkemampuan matematis rendah dalam
menyelesaikan soal berbentuk PISA. Aksioma. Vol 8(2), hal 33-42
http://journal.upgris.ac.id/index.php/aksioma/article/view/1839/0
Andriyani, M, Pranata, OH, Karlimah. 2021. Faktor Penyebab Kesulitan
Belajar Operasi Hitung Pembagian Bilangan Cacah pada SIswa Kelas
V SD. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Vol 8(2), hal 292-300
https://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/view/35335
Hasil Wawancara:
1. Kepala Sekolah (Irawati, S.Pd,M.M.Pd)
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kepala sekolah mengatakan:
8. 1) guru belum menggunakan media konkret yang memudahkan siswa
memahami konsep numerasi dalam matematika
2) Pembiasaan numerasi di dalam kelas jarang dilakukan oleh guru
3) kurangnya bimbingan orang tua untuk mengulang pelajaran di rumah
2. Guru (Masniwarti, S.Pd)
Hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa:
1) Guru kurang optimal dalam menanamkan konsep penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat
2) Pembiasaan menganalisis masalah terhadap soal-soal cerita terkait
materi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
bilangan bulat masih belum optimal dilakukan oleh guru
4 Rendahnya Hasil
belajar dan keaktifan
siswa Kelas VI pada
pembelajaran IPA dan
IPS
Kajian Literatur
1. Rendahnya hasil belajar disebabkan karena kurangnya aktivitas siswa
saat pembelajaran berlangsung, siswa menganggap pembelajaran tidak
menarik dan membosankan. Siswa tidak dilibatkan langsung dalam
proses belajar mengajar. Siswa cenderung pasif karena hanya
mendengar, menulis dan menerima informasi-informasi dari guru. Guru
tidak melakukan penyaluran pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi
lebih kepada repetisi atau pengulangan. Siswa diminta untuk menghafal
bukan menganalisis secara kritis (Kumape, S, 2015)
Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
masalah, rendahnya hasil belajar dan
keaktifan siswa kelas VI pada
pembelajaran IPA dan IPS adalah:
1. Pembelajaran yang masih berpusat
pada guru sehingga siswa kurang
aktif dan kurang bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran
9. 2. Rendahnya hasil belajar IPS dikarenakan beberapa faktor diantaranya
pembelajaran yang kurang kondusif, keterlibatan siswa dalam
pembelajaran sangat terbatas, pembelajaran masih berpusat pada guru
sebagai sumber utama, siswa cenderung hanya sebagai pendengar dan
penerima apa yang dijelaskan tanpa adanya interaksi timbal balik guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Faktor lain yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar IPS yaitu kurangnya keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran berlangsung (Ni L. Gd. Marheni I Wyn. Sujana,
D.B.Kt Ngr. Semara Putra, 2013)
3. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar adalah proses pembelajaran
yang berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif. Siswa yang
pasif dalam pembelajaran akan membuat kemampuan berpikirnya tidak
dapat berkembang (Noviati et 2020). Rendahnya kemampuan berpikir
kritis dibuktikan dengan sedikitnya siswa yang mengaukan pertanyaan,
saat diskusi berlangsung masih ada dominasi siswa aktif dan siswa
belum mampu membuat kesimpulan dari hasil pengamatan. (Ningsih,
PR, Hidayat A, Kusairi S, 2018)
4. Proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah sehingga
kurangnya keaktifan siswa pada saat belajar. Pada proses pembelajaran,
guru masih kurang menggunakan model/metode dalam belajar sehingga
pmebelajarannya kurang menarik bagi siswa. Siswa juga kurang mampu
2. Guru belum menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi dan
beragam (seperti PBL, DL, PJBL)
sehingga berpengaruh pada
keaktifan dan hasil belajar siswa
3. Pemilihan metode dan media
pembelajaran belum menarik dan
belum sesuai dengan karakteritik
siswa
4. Guru belum memanfaatkan
teknologi (seperti penggunaan
video pembelajaran dan PPT) dalam
pembelajaran
10. mengkomunikasikan hasil diskusinya, mereka sibuk sendiri dengan
pekerjaan mereka tanpa memperhatikan guru yang sedang
menyampaikan materi pelajaran. Beliau juga mengungkapkan bahwa
hasil belajar siswa banyak yang tidak mencapai KKM (Novera, E,
Daharnis , Erita Y 2021)
Sumber:
Kumape, S. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Tentang
IPA di Kelas VI SD Inpres Palupi. Jurnal Kreatif Tadulako. Vol 4 (4), al
351-362 https://www.neliti.com/id/publications/122522/pengaruh-
penerapan-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray-
terhadapaktivitasdanhasilbelajar
Ni L. Gd. Marheni I Wyn. Sujana, D.B.Kt Ngr. Semara Putra. 2013.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS kelas V SD No. 8 Padang
Sambian Denpasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNDISKHA.
Vol 1(1)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/1438
Ningsih, PR, Hidayat A, Kusairi S. 2018. Penerapan Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Kelas III. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan. Vol 3 (12), hal 1587 – 1593
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11799
Novera, E, Daharnis , Erita Y. 2021. Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Course Review Horay dalam Peningkatan Aktivitas dan
Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. JURNAL BASICEDU.
11. 5 (6) hal 6349-6356
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1723
Noviati, A., Bentri, A., & Zikri, A. (2020). Pengaruh Penerapan Model
Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas V Sekolah Dasar.
Jurnal Basicedu, 3(2), 524–532
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/323
Hasil Wawancara:
1. Kepala Sekolah (Irawati, S.Pd,M.M.Pd)
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kepala sekolah
mengatakan:
1) Guru terlalu nyaman dengan model pembelajaran yang biasa
digunakan
2) Guru jarang menggunakan metode dan model pembelajaran yang
menarik minat siswa
3) Pembelajaran hanya didominasi oleh guru
4) Guru jarang menampilkan ppt dan video pembelajaran yang dapat
membangkitkan minat siswa
2. Guru (Masniwarti, S.Pd)
Hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa:
1) Guru jarang menggunakan model pembelajaran
12. 2) Guru kurang mampu menyiasat waktu saat menggunakan model
pembelajaran, ada langkah-langkah model yang tidak terlaksana
3) Guru kurang membiasakan siswa untuk berdiskusi dan ikut terlibat
dalam pembelajaran. Siswa hanya menerima sumber informasi dari
guru
5 Siswa kurang
memahami dan kurang
mampu
menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
HOTS
Kajian Literatur
1. Tujuan utama dari High Order Thinking Skills yaitu, meningkatkan
kemampuan berpikir siswa untuk dapat berada dilevel yang lebih
tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis
dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam
memecahkan suatu permasalahan menggunakan pengetahuan yang
telah dimilikinya, serta dapat membuat keputusan dalam situasi yang
kompleks. (Saputra, 2016)
2. Faktor kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal
dikarenakan siswa belum terbiasa menyelesaikan soal berbasis
HOTs, kurangnya pemahaman materi, serta kesulitan siswa dalam
memahami kalimat pada soal. Ketika guru memberikan soal berbasis
HOTs pada siswa, dalam menyelesaikan soal tersebut siswa masih
memerlukan bantuan guru, guru masih perlu memberikan stimulus
pada siswa ( Nuraini dan Julianto, 2022)
Berdasarkan hasil explorasi,
ditemukan hasil analisis sebagai
berikut :
1. Guru belum maksimal dalam
menyusun rencana kegiatan
pembelajaran yang berkaitan
dengan HOTS
2. Guru belum terbiasa membuat
penilaian menggunakan HOTS
3. Guru kurang melatih kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah
(HOTS) dan soal-soal cerita yang
bersifat HOTS
13. 3. Disamping itu pada ranah guru secara garis besar meliputi kurang
efektifnya pelatihan guru, pemahaman tentang konsep dan prosedur
penilaian HOTS, pembuatan media pembelajaran, pemahaman guru,
pemaduan antarmuatan pelajaran dalam pembelajaran tematik, dan
penguasan teknologi informasi (Rapih dan Sutaryadi,2018)
Sumber:
Nuraini.T.,Julianto.(2022).Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Siswa
Sekolah Dasar Kelas IV dalam Menyelesaikan Soal HOTs pada
Mata Pelajaran IPA. JPGSD. Volume 10, 60-74
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-
pgsd/article/view/44430
Rapih.S.,Sutaryadi.(2018). Perpektif Guru Sekolah Dasar terhadap
Higher Order Tinking Skills (HOTS): Pemahaman, Penerapan dan
Hambatan. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan
PembelajaranVolume 8(1) 78 – 87. http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/2560/0
Saputra, H. (2016). Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era
Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS
(High Order Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.
http://www.library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=search&p=1&q=0
000136800&go=Detail
14. Hasil Explorasi Wawancara
1. Kepala Sekolah (Irawati, S.Pd,M.M.Pd)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
1) Rendahnya kemampuan HOTS siswa karena siswa dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yang membuat mereka lebih sering
bermain dari pada belajar sehingga mereka tidak terbiasa dalam
menyelesaikan masalah terkait pembelajaran khususnya soal
cerita,
2) Hal ini juga tidak adanya pembiasaan guru di kelas untuk
membimbing dan merancang model pembelajaran HOTS.
2. Guru (Masniwarti, S.Pd)
Hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa:
1) Guru belum terbiasa dalam menerapkan pembelajaran HOTS yang
berkaitan dengan C4,C5, dan C6 sehinngga kemampuan HOTS
siswa masih rendah, siswa belum dapat memahami soal cerita
dalam pembelajaran matematika khususnya,
2) Guru juga mengatakan kurangnya ada pelatihan terkait dalam
penyusunan pembelajaran HOTS jika ingin kita cari sendiri dari
seminar daring.