1. LK 1.2 Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
Nama Guru : Kosmas Ferinto Ngata
No. UKG : 201503563649
Asal Institusi : SMP Negeri 4 Macang Pacar
N
o
Masalah yang
telah di
identifikasi
Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah Analisis Eksplorasi Penyebab masalah
1 Motivasi belajar
siswa pada
materi system
persamaan
Linear Dua
Variabel pada
kelas VIII sangat
rendah
1. Kajian Literatur
Sri Wahyuni Naibaho, dkk. Analisis faktor-faktor penyebab rendahnya Motivasi belajar siswa mts
negeri 1 tapanuli Tengah disaaat pandemi covid-19. hal:2;3
(http://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu)
Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009:97-99) antara lain:
a.Cita-Cita Siswa atau Aspirasi Siswa. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang
terpuasakan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.
b.Kemampuan Siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemauan atau kecakapan
mencapainya.
c.Kondisi Siswa. Kondisi siswa meliputi kondisi jasmasi dan kondisi rohani mempengaruhi
motivasi belajar.
d.Kondisi Lingkungan Siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat.
e.Unsur- Unsur Dinamis Dalam Belajar. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan,
dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Menurut Sudaryono dalam Moslem, dkk (2019:259-260) faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa diantaranya.
a. Faktor Internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa seperti kondisi jasmani dan
rohani, cita-cita atau aspirasi, kemampuan siswa dan perhatian.
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa seperti kondisi lingkungan
siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru dalam mengelola kelas.
Farlan Hanapi. Deskripsi Faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa di SMP Negeri 3
Kota Gorontalo. (https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/111410141/deskripsi-faktor-penyebab-
rendahnya-motivasi-belajar-siswa-kelas-viii-di-smp-negeri-3-kota-gorontalo.html)
Faktor penyebab rendahnya motivasi belajar meliputi:
a. gangguan secara fisik
b. ketidakseimbangan mental
c. kelemahan emosional
d. metode mengajar
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian
literature dan hasil wawancara masalah rendahnya
motivasi belajar siswa saat pembelajaran
berlangsung karena :
1. Guru belum memiliki cukup waktu untuk
menyiapkan media pembelajaran yang sesuai,
sehingga mengajar ala kadarnya saja.
2. Tuntutan kurikulum tidak sejalan dengan
kondisi di lapangan, sehingga sering-
seringnya guru hanya mengejar materi selesai
diajarkan meski siswa belum menguasai
materi tersebut.
3. Guru kurang kreatif dalam menata ruang kelas
menjadi ruangan yang menarik dan nyaman
untuk digunakan
4. Guru tidak menerapkan model dan metode
pembelajaran yang inovatif
5. Kemampuan siswa yang rendah dan faktor
internal serta eksternal yang kurang
mendukung.
2. e. kurikulum
f. relasi guru
g. relasi dengan sesama siswa
h. disiplin sekolah
i. fasilitas belajar
j. keadaan gedung
k. Metode belajar
2. Wawancara
Guru Senior (Yuliana Meldia, S.Pd (41))
1. Pemahaman konsep rendah
2. Penggunaan metode pembelajaran kurang bervariasi
3. lemahnya motifasi dari dalam diri siswa
4. kebanyakan orang tua kurang peduli terhadap pendidikan anaknya
5. Lingkungan pedesaan kurang mendukung motifasi belajar
Kepala sekolah
Romanus Desuri Fajrin, S.Pd,Gr (35)
1. Guru masih menggunakan metode ceramah
2. Guru kurang berinovasi menggunakan metode pembelajaran yang inovatif
3. Kurangnya perhatian orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anaknya
4. Pendidikan orang tua rendah
5. Lingkungan pergaulan yang buruk
Pakar (Guru Penggerak)
Safararudin Jemadil, S.Pd,Gr (40)
1. Pembelajaran yang bersifat monoton
2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang baik
3. Guru tidak menyampaikan konsep materi yang dengan baik.
4. Model pembelajaran yang kurang menarik
5. Tidak jelas Cita-cita atau aspirasi siswa kurang jelas
2 Kemampuan
literasi dan
numerasi
siswa kelas
VIII rendah
Kajian Literatur
I Ketut Prasetia, dkk. (Rendahnya literasi sains: Faktor penyebab dan alternatif solusinya. Hal:
111) (https://jurnalcitrabakti.ac.id/jilindex.php/jil)
Penelitian yang Faktor penyebab rendahnya literasi sains siswa adalah:
a) Penggunaan buku ajar yang belum tepat,
b) Miskonsepsi siswa,
c) Pembelajaran yang tidak kontekstual,
Setelah dilakukan
analisis terhadap hasil
kajian literatur dan hasil wawancara maka
dapat diketahui bahwa
penyebab rendahnya literasi dan numerasi siswa
kelas VIII
adalah sebagai berikut ;
3. d) Rendahnya kemampuan membaca,
e) Lingkungan dan iklim belajar,
f)Infrastruktur sekolah,
g) Sumber daya manusia,
h) Manajemen sekolah
Menurut Han, dkk. (2017) menyatakan bahwa indikator kemampuan literasi numerasi.
https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/sandika/article/view/890 diungkapkan seperti :
1. Menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk
memecahkan masalah dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari – hari.
2. Menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagian, diagram,
dan sebagainya).
3. Menafsirkan hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Dekriati Ate dan Yulius Keremata Lede (2022).Analisis kemampuan siswa kelas VIII dalam
menyelesaikan soal literasi dan numerasi. Hal:10
https://doi.org/10.31004/cendekia.v6i1.1041
Pendapat dari Wardani (2011) yang mengatakan bahwa siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal
yang membutuhkan kemampuan penalaran yang tinggi sehingga siswa mengalami kesulitan untuk
menyelesaikannya; siswa belum memiliki kemampuan berpikir kiritis dan bernalar yang optimum
(Manggala, 2015).
Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah guru harus memiliki
kompetensi dalam memilih, merancang, mengembangkan pembelajaran dan memfasilitiasi siswa
agar siswa berlatih untuk berpikir kritis (Irawan, dkk, 2017). Selain itu, agar kemampuan literasi
siswa
meningkat, maka kualitas pembelajaran dapat diarahkan melalui akitivitas metakognitiv antara siswa
dan guru yang berlangsung selama pembelajaran (Ate, 2021).
Hasil wawancara :
Wawancara dengan guru Senior (Yuliana Meldia, S.Pd (41))
1. Peserta didik masih belum paham mengenai konsep hitung pembagian matematika dalam lingkup
kehidupan sehari-hari
2. Guru mengajar hanya memberi contoh pengerjaan menggunakan rumus tertentu, sehingga masih
kurang dipahami
Wawancara dengan kepala sekolah ( Romanus Desuria Fajrin, S.Pd,Gr (35))
a) Penggunaan buku ajar yang belum tepat,
b) miskonsepsi siswa, c) pembelajaran yang
tidak kontekstual, d) rendahnya
kemampuan membaca, e) lingkungan dan
iklim belajar, f) infrastruktur sekolah, g)
sumber daya manusia, h) manajemen
sekolah
Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal
yang membutuhkan kemampuan penalaran
yang tinggi.
Siswa belum memiliki kemampuan beroikir
kritis dan bernalar yang optimum
Guru harus memiliki kompetensi dalam
memilih, merancang, mengembangkan
pembelajaran dan memfasilitiasi siswa agar
siswa berlatih untuk berpikir kritis
kompetensi dalam memilih, merancang,
mengembangkan pembelajaran dan
memfasilitiasi siswa agar siswa berlatih
untuk berpikir kritis
Guru belum memberikan variasi dalam
kegiatan pembelajaran sehingga peserta
didik merasa bosan saat kegiatan
pembelajaran
Kurangnya latihan untuk dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa di
sekolah.
Siswa menganggap matematika itu adalah
sesuatu yang sulit karna dipenuhi dengan
bahasa simbol
Metode pembelajaran kurang inovatif
4. 1. Kurangnya usaha guru untuk meningkatkan kemampuan penggunaa model pembelajaran inovatif
2. Kurangnya motivasi belajar siswa
Wawancara Pakar (Guru Penggerak) (Safarudin Jemadil, S.Pd,Gr (40))
1. Guru tidak mengajarkan konsep dasar matematika
2. Siswa menganggap matematika itu adalah sesuatu yang sulit karna dipenuhi dengan bahasa
simbol
3 Guru belum
optimal dalam
mengembangk
an perangkat
rencana
pembelajaran
yang kreatif.
Kajian Literatur
Mahmidatul Fitri, dkk (2020). (Jurnal Pendidikan: Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Terintegrasi Keterampilan Abad 21 Melalui Penerapan Model Problem Based Learning
(PBL)
http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/article/view/1609
Menurut Kunandar (2014), guru yang baik harus menyusun perencanaan sebelum melaksanakan
pembelajaran di kelas. Perencanaan pembelajaran dapat dirancang dalam bentuk perangkat
pembelajaran. Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan enam orang guru matematika
SMP di kota Pekanbaru. Wawancara yang dilakukan meliputi aspek pengembangan silabus, RPP,
dan LKPD yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Yustianingsih & Syarifuddin, (2017) dan Baharuddin (2014)
diperoleh bahwa perangkat pembelajaran menggunakan model PBL untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis yang valid, praktis, dan efektif yang di uji cobakan
kepada peserta didik kelas VIII SMP N 3 Sawahlunto dan MTs Model Makassar.
Hasil wawancara :
Wawancara dengan guru Senior (Yuliana Meldia, S.Pd (41))
1.Kerterbatasan guru karena kesibukan guru
2.Guru kurang paham dalam mengembangkan perangkat
Wawancara dengan kepala sekolah (Romanus Desuria Fajrin, S.Pd,Gr (35))
Kurangnya pelatihan atau workshop pembuatan/pengembangan perangkat pembelajaran sesuai
kebutuhan siswa
Wawancara Pakar (Guru Penggerak) (Safarudin Jemadil, S.Pd,Gr (40))
1. Pengetahuan guru yang rendah
2. Kurangnya motivasi atau semangat guru untuk membuat perangkat pembelajaran yang baik
3. Kebanyakan RPP yang dibuat oleh guru bukan karya sendiri
4. Guru hanya sekedar membuat perangkat pembelajaran tapi tidak benar-benar dipraktekan
5. Supervisi akademik dan administrasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas
kurang optimal
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
kajian literature dan hasil wawancara, dapat
diketahui bahwa penyebab belum
optimalnya guru dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran adalah:
1. Belum profesionalnya seorang guru
sehingga tidak bisa
membuat/mengembangkan perangkat
pembelajaran dengan baik.
2. Waktu yang terbatas membuat guru
kesulitan untuk merangcang RPP
dengan perencanaan yang mendalam,
3. Guru lebih memilih jalan pintas
dengan cara mendowload dan
mengedit RPP yang sudah ada dan
tidak mengkombinasikan dengan
kebutuhan dan kondisi karakter siswa
di kelas
5. 4 Guru belum
terbiasa
menggunakan
media
pembelajaran
yang inovatif
dalam
pembelajaran.
Kajian Literatur
Dea Rosmayanti dan Luvy Sylviana Zanthy. Pengembangan media pembelajaran berbasis Visual
basic application powerpoint pada Materi sistem persamaan linear dua variabel. Hal; 3.
(https://doi.org/10.22460/jpmi.v2i6.p401-414)
Pramita (Hasana & Maharany, 2017) menyatakan bahwa permasalahan yang sering dihadapi oleh
guru dalam membuat media adalah keterbatasan waktu serta kurangnya keterampilan yang
dimiliki. Selanjutnya untuk mengsiasati permasalahan tersebut, guru dapat berkolaborasi dengan
MGMP untuk membicarakan konsep media yang akan dibuat atau berkonsultasi dengan teknisi
sekolah. Selain itu guru dapat menggunakan aplikasi yang mudah dipelajari dan praktis dalam
penggunaannya. Marcovitz (Hasana & Maharany, 2017) menyatakan bahwa produk pembelajaran
menggunakan VBA Powerpoint bisa membuat tampilan powerpoint lebih menarik. Tampilan
standar dari Powerpoint sendiri sebenarnya dapat menampilkan hasil yang menarik tergantung
kreatifitas ketika menggunakannya
Wawancara
(Guru Matematika : Martinus Nasit Pando, S. Pd)
Adanya keterbatasan dana untuk bisa mengembangkan media pembelajara
Wawancara dengan kepala sekolah (Romanus Desuria Fajrin, S.Pd,Gr (35))
1. Guru kurang inovatif dalam membuat media pembelajarann
2. Murid yang bersifat heterogen membuat guru susah membuat media pembelajaran
yang sesuai untuk semua siswa
Wawancara Pakar (Guru Penggerak) (Safarudin Jemadil, S.Pd,Gr (40))
1. Pengetahuan guru yang rendah
2. Guru lebih suka menggunakan pembelajaran convensional
3. Kurangnya pelatihan pembuatan/pengembangan media pembelajaran bagi guru
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
kajian literature dan hasil wawancara,
dapat diketahui bahwa faktor tidak
terbiasa menggunakan media
pembelajaran adalah:
a. Keketerbatasan waktu serta kurangnya
keterampilan yang dimiliki
b. Guru kurang inovatif dalam membuat
media pembelajarann
c. Murid yang bersifat heterogen membuat
guru susah membuat media pembelajaran
yang sesuai untuk semua siswa
d. Pengetahuan guru yang rendah
e. Guru lebih suka menggunakan
pembelajaran convensional
f. Kurangnya pelatihan
pembuatan/pengembangan media
pembelajaran bagi guru.