SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
STRUKTUR ALJABAR
Mohamad Salam
Pendahuluan
Himpunan
Pemetaan
Bilangan Bulat
Operasi Biner
Grup
Definisi Grup dan contoh grup
Sub Grup
Sub grup Normal dan Grup hasil bagi
Homorfisma
Automorfisma
Grup Permutasi
Ring (Gelanggang), Daerah
Integral dan Lapangan
Definisi dari gelanggang
Daerah integral
Lapangan
REFERENSI
1. I.N. Herstein, Topics in Algebra,
secon edition, 1975.
2. Jimmie Gilbert dan Linda Gilbert,
Elements of Modern Aljebra, fifth
edition, 2000, publiser Gary
Ostedt.
3. Buku-buku lain yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas
HIMPUNAN
1. Himpunan adalah suatu kumpulan obyek
yang dapat didefinisikan dengan jelas.
Obyek-obyek dalam himpunan
dinamakan anggota himpunan.
2. Untuk membentuk himpunan dapat
digunakan metode Roster yaitu dengan
cara menyebut atau mendaftar semua
anggota dan metode Rule yaitu dengan
menyebut syarat keanggotaannya.
HIMPUNAN
1. Himpunan A dikatakan sebagai
himpunan bagian dari himpunan
B jika setiap anggota himpunan A
merupakan anggota himpunan B
dan dinotasikan dengan .
2. Himpunan A=B jika dan hanya jika
dan
B
A 
B
A  A
B
HIMPUNAN
1. Dari suatu himpunan A dapat dibuat
himpunan kuasa yaitu himpunan
yang anggota-anggotanya adalah
himpunan bagian dari himpunan A.
2. Komplemen dari himpunan A adalah
semua anggota dari semesta yang
bukan anggota A, dan dinotasikan C
A
HIMPUNAN
1. Gabungan dari dua buah himpunan
A dan B, ditulis adalah
2. Irisan dari dua himpunan A dan B,
ditulis dengan , adalah
himpunan
3. Diberikan sembarang dua buah
himpunan A dan B, maka A-B adalah
himpunan
B
A   
B
atau
A
: 
 x
x
x
B
A 
 
B
dan
A
: 
 x
x
x
 
B
:
A 
 x
x
HIMPUNAN
1. Dua himpunan A dan B dikatakan
saling asing apaa bila
2. Misalkan diberikan dua buah
himpunan A dan B, maka himpunan
AxB adalah didefinisikan sebagai
himpunan semua pasangan terurut
(a,b) dimana a anggota A dan b
anggota B. Pasangan (c,d)=(e,f) jika
dan hanya jika c = e dan d = f.


B
A 
RELASI EKIVALEN
Relasi biner  pada Himpunan A
dikatakan relasi ekivalen pada A,
jika untuk setiap a, b, c dalam A
memenuhi :
1. a a (refleksif)
2. jika a b maka b a (simetri)
3. jika a  b dan b  c maka a  c
(transitif)
RELASI EKIVALEN
1. Misalkan S sembarang himpunan dan
didefinisikan ab untuk a, b anggota S, jika dan
hanya jika a = b. Maka pendefinisian tersebut
suatu relasi ekivalen pada S.
2. Misalkan S suatu himpunan bilangan bulat,
diberikan a,b elemen S, definisikan ab jika a-b
adalah bilangan bulat genap.
3. Misalkan S himpunan semua bilangan bulat dan
n>1 bilangan bulat tetap. Untuk a,b elemen S,
definisikan ab jika a-b adalah kelipatan dari n.
4. Misalkan A, B himpunan dan f:AB suatu fungsi.
Jika didefinisikan pada A dengan x y jika f(x)=f(y)
DEFINISI CLASS EKIVALEN
Jika A suatu himpunan dan jika 
suatu relasi ekivalen pada A, maka
class ekivalen dari a anggota A
adalah himpunan semua x
anggota A dimana a berelasi
dengan x. Dan kita notasikan
dengan cl(a).
class EKIVALEN
1. Misalkan S sembarang himpunan dan didefinisikan ab
untuk a, b anggota S, jika dan hanya jika a = b. Maka
pendefinisian tersebut suaatu relasi ekivalen pada S.
Class ekivalen pada a adalah a sendiri.
2. Misalkan S suatu himpunan bilangan bulat, diberikan
a,b elemen S, definisikan ab jika a-b adalah bilangan
bulat genap. Class ekivalen pada a adalah semua
bilangan bulat yang berbentuk a + 2m, dimana m
bilangan bulat.
3. Misalkan S himpunan semua bilangan bulat dan n>1
bilangan bulat tetap. Untuk a,b elemen S, definisikan
ab jika a-b adalah kelipatan dari n. Class ekivalen
pada a adalah semua bilangan bulat yang berbentuk a
+ kn, dimana k bilangan bulat.
TEOREMA
Class ekivalen yang berbeda dari suatu
relasi ekivalen pada A dapat
menentukan suatu dekomposisi pada A
melalui gabungan dari sub himpunan
yang saling asing. Sebaliknya diberikan
dekomposisi dari A melalui gabungan
dari sub himpunan tak kosong yang
saling asing kita dapat mendefinisikan
suatu relasi ekivalen pada A dari sub
himpunan-subhimpunan class ekivalen
yang berbeda tersebut.
Partisi
• Suatu partisi (partition) dari
himpunan X merupakan suatu
keluarga himpunan bagian tidak
kosong dari X yang saling asing dan
gabungannya sama dengan X.
• Partisi merupakan hal yang penting
dalam matematika dan terdapat
hubungan antara relasi ekuivalensi
dan partisi
PEMETAAN
DEFINISI
Jika S dan T himpunan-himpunan tak
kosong, maka pemetaan dari S ke T
adalah sub himpunan M dari SxT
sedemikian sehingga untuk setiap sS
terdapat secara tunggal t T sedemikian
sehingga pasangan terurut (s,t) M.
CONTOH PEMETAAN
1. Misalkan S sembarang himpunan; definisikan
:SS dengan (s) = s untuk setiap sS. Pemetaan
 disebut pemetaan identitas dari S
2. Misalkan S dan T sembarang himpunan; dan t0
suatu elemen dari T. Definisikan :ST dengan 
:s  t0 untuk setiap s S.
3. Misalkan S adalah himpunan bilangan rasional
positif dan T=JxJ dimana J adalah himpunan
bilangan bulat. Diberikan suatu bilangan rasional
s, dimana s dapat ditulis dengan s = m/n dimana
m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan
kecuali 1. Definisikan :ST dengan (s) = (m,n).
CONTOH PEMETAAN
4. Misalkan J himpunan semua bilangan bulat
dan S = ; misalkan T adalah
himpunan dari bilangan rasional; definisikan
:ST, dengan ((m,n))=m/n untuk setiap
(m,n) dalam S.
5. Misalkan J himpunan bilangan bulat dan S =
JxJ. Definisikan :SJ dengan (m,n)=m+n.
6. Misalkan S dan T sembarang himpunan;
definisikan :SxTS dengan (a,b) = a untuk
setiap (a,b)SxT.  ini disebut proyeksi dari
SxT pada S. Dengan cara serupa definisikan
proyeksi dari SxT pada T.
 
 
0
:
, 
 n
JxJ
n
m
CONTOH PEMETAAN
7. Misalkan S adalah himpunan yang terdiri
dari elemen-elemen x1, x2, x3. Definisikan
:SS dengan (x1)=x2, (x2)=x3, (x3)=x1.
8. Misalkan S adalah himpunan bilangan
bulat dan T adalah himpunan yang
terdiri dari elemen-elemen E dan 0.
Definisikan :ST dengan (n)=E
jika n bilangan genap dan (n)=0
jika n bilangan ganjil
CONTOH PEMETAAN
• Misalkan diberikan himpunan
S hingga, kita dapat
mengkonstruksi himpunan
baru S*, yaitu himpunan
semua subhimpunan dari S.
• Misalkan S adalah himpunan
dan T = S*; definisikan :ST
dengan (s) = dalam S = S-
{s}.
 C
s
CONTOH PEMETAAN
• Misalkan S suatu himpunan
dengan suatu relasi
ekivalen, dan misalkan T
adalah himpunan dari
semua klas ekivalen dalam
S. Definisikan :ST
dengan (s) = cl(s).
DEFINISI
1. Pemetaan  dari S kedalam T
adalah dikatakan onto
(pada) T, jika diberikan tT
terdapat suatu sS
sedemikian sehingga (s)=t.
2. Pemetaan  dari S kedalam T
adalah dikatakan pemetaan
satu-satu jika untuk
sembarang s1s2 maka
(s1)(s2)
DEFINISI
Pemetaan yang bersifat
satu-satu dan pada dari S
ke T disebut
korespondensi satu-satu.
DEFINISI
1. Dua pemetaan ,  dari S
kedalam T dikatakan sama,
jika (s)= (s) untuk setiap s
anggota S.
2. Jika  : S  T dan : T U
maka komposisi dari  dan 
adalah pemetaan : SU
yang didefinisikan dengan
(s)=((s)) untuk setiap s
anggota S
Contoh
1. Misalkan S = {x1,x2,x3} dan T =
S. Misalkan :SS yang
didefinisikan dengan
(x1) = x2, (x2) = x3, (x3) = x1
dan  :SS dengan
(x1) = x1, (x2) = x3, (x3) = x2
Apakah   =  ?
Contoh
2. Misalkan S Himpunan bilangan
bulat, T = SxS, andaikan :ST
yang didefinisikan dengan
(m) =(m-1,1). Misalkan U=S
dan andaikan bahwa : TU
yang didefinisikan dengan
(m,n) = m+n. Sehingga
:SS, demikian juga
:TT. Apa yang dapat
dikatakan antara  dan 
Contoh
3. Misalkan S Himpunan bilangan real,
T himpunan bilangan bulat dan
U={E,0}. Definisikan  :ST
dengan (s) = bilangan bulat
terbesar yang lebih kecil atau
sama dengan s, dan : TU yang
didefinisikan dengan (n) = E jika
n genap dan (n) = 0 jika n ganjil.
Sebagai catatan  tidak dapat
didefinisikan.
Lemma
1. Jika : ST, :T U dan
:UV, maka ()=
()
2. Misalkan : ST, :T U;
maka:
a.   adalah pada jika  dan
 pada.
b.   adalah satu-satu jika 
dan  satu-satu.
Lemma
Pemetaan : ST adalah
korespondensi satu-satu
diantara S dan T jika
terdapat pemetaan :TS
sedemikian sehingga 
dan  adalah pemetaan
identitas pada S dan T
Masing-masing.
Definisi
Jika S suatu himpunan tak
kosong maka A(S) adalah
himpunan semua
pemetaan satu-satu dan
pada dari S pada dirinya
sendiri.
Teorema
Jika , ,  adalah elemen
A(S), maka :
1.  adalah di A(S)
2. ()= ()
3. Terdapat suatu elemen
(pemetaan identitas) di A(S)
sedemikian sehingga
4. Terdapat elemen anggaota
A(S) sedemikian




 
 

1






 
 


 1
1
Lemma
Jika S mempunyai lebih
dari dua unsur, maka kita
dapat menemukan dua
unsur ,  dalam A(S)
sedemikian sehingga 
 

More Related Content

Similar to 5_6086706258935549169 (1).pptx

File pendukung himpunan
File pendukung himpunanFile pendukung himpunan
File pendukung himpunan
Nova Amalia
 
Modul matematika-smp-himpunan
Modul matematika-smp-himpunanModul matematika-smp-himpunan
Modul matematika-smp-himpunan
nadiahbsa
 

Similar to 5_6086706258935549169 (1).pptx (20)

Materi himpunan ok
Materi himpunan okMateri himpunan ok
Materi himpunan ok
 
Review himpunan
Review himpunanReview himpunan
Review himpunan
 
Pertemuan ke iii himpunan
Pertemuan ke iii himpunanPertemuan ke iii himpunan
Pertemuan ke iii himpunan
 
PERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptx
PERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptxPERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptx
PERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptx
 
Pertemuan ke ii himpunan
Pertemuan ke ii himpunanPertemuan ke ii himpunan
Pertemuan ke ii himpunan
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
BMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika EkonomiBMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
 
File pendukung himpunan
File pendukung himpunanFile pendukung himpunan
File pendukung himpunan
 
Modul matematika-smp-himpunan
Modul matematika-smp-himpunanModul matematika-smp-himpunan
Modul matematika-smp-himpunan
 
1_2.pdf
1_2.pdf1_2.pdf
1_2.pdf
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
1. himpunan.ppt
1. himpunan.ppt1. himpunan.ppt
1. himpunan.ppt
 
Ppt himpunan
Ppt himpunanPpt himpunan
Ppt himpunan
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Grup Siklik
Grup SiklikGrup Siklik
Grup Siklik
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Aljabar fuzzy
Aljabar fuzzyAljabar fuzzy
Aljabar fuzzy
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Puspasari Ramadhani_ PPT Himpunan
Puspasari Ramadhani_ PPT HimpunanPuspasari Ramadhani_ PPT Himpunan
Puspasari Ramadhani_ PPT Himpunan
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

5_6086706258935549169 (1).pptx

  • 3. Grup Definisi Grup dan contoh grup Sub Grup Sub grup Normal dan Grup hasil bagi Homorfisma Automorfisma Grup Permutasi
  • 4. Ring (Gelanggang), Daerah Integral dan Lapangan Definisi dari gelanggang Daerah integral Lapangan
  • 5. REFERENSI 1. I.N. Herstein, Topics in Algebra, secon edition, 1975. 2. Jimmie Gilbert dan Linda Gilbert, Elements of Modern Aljebra, fifth edition, 2000, publiser Gary Ostedt. 3. Buku-buku lain yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas
  • 6. HIMPUNAN 1. Himpunan adalah suatu kumpulan obyek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Obyek-obyek dalam himpunan dinamakan anggota himpunan. 2. Untuk membentuk himpunan dapat digunakan metode Roster yaitu dengan cara menyebut atau mendaftar semua anggota dan metode Rule yaitu dengan menyebut syarat keanggotaannya.
  • 7. HIMPUNAN 1. Himpunan A dikatakan sebagai himpunan bagian dari himpunan B jika setiap anggota himpunan A merupakan anggota himpunan B dan dinotasikan dengan . 2. Himpunan A=B jika dan hanya jika dan B A  B A  A B
  • 8. HIMPUNAN 1. Dari suatu himpunan A dapat dibuat himpunan kuasa yaitu himpunan yang anggota-anggotanya adalah himpunan bagian dari himpunan A. 2. Komplemen dari himpunan A adalah semua anggota dari semesta yang bukan anggota A, dan dinotasikan C A
  • 9. HIMPUNAN 1. Gabungan dari dua buah himpunan A dan B, ditulis adalah 2. Irisan dari dua himpunan A dan B, ditulis dengan , adalah himpunan 3. Diberikan sembarang dua buah himpunan A dan B, maka A-B adalah himpunan B A    B atau A :   x x x B A    B dan A :   x x x   B : A   x x
  • 10. HIMPUNAN 1. Dua himpunan A dan B dikatakan saling asing apaa bila 2. Misalkan diberikan dua buah himpunan A dan B, maka himpunan AxB adalah didefinisikan sebagai himpunan semua pasangan terurut (a,b) dimana a anggota A dan b anggota B. Pasangan (c,d)=(e,f) jika dan hanya jika c = e dan d = f.   B A 
  • 11. RELASI EKIVALEN Relasi biner  pada Himpunan A dikatakan relasi ekivalen pada A, jika untuk setiap a, b, c dalam A memenuhi : 1. a a (refleksif) 2. jika a b maka b a (simetri) 3. jika a  b dan b  c maka a  c (transitif)
  • 12. RELASI EKIVALEN 1. Misalkan S sembarang himpunan dan didefinisikan ab untuk a, b anggota S, jika dan hanya jika a = b. Maka pendefinisian tersebut suatu relasi ekivalen pada S. 2. Misalkan S suatu himpunan bilangan bulat, diberikan a,b elemen S, definisikan ab jika a-b adalah bilangan bulat genap. 3. Misalkan S himpunan semua bilangan bulat dan n>1 bilangan bulat tetap. Untuk a,b elemen S, definisikan ab jika a-b adalah kelipatan dari n. 4. Misalkan A, B himpunan dan f:AB suatu fungsi. Jika didefinisikan pada A dengan x y jika f(x)=f(y)
  • 13. DEFINISI CLASS EKIVALEN Jika A suatu himpunan dan jika  suatu relasi ekivalen pada A, maka class ekivalen dari a anggota A adalah himpunan semua x anggota A dimana a berelasi dengan x. Dan kita notasikan dengan cl(a).
  • 14. class EKIVALEN 1. Misalkan S sembarang himpunan dan didefinisikan ab untuk a, b anggota S, jika dan hanya jika a = b. Maka pendefinisian tersebut suaatu relasi ekivalen pada S. Class ekivalen pada a adalah a sendiri. 2. Misalkan S suatu himpunan bilangan bulat, diberikan a,b elemen S, definisikan ab jika a-b adalah bilangan bulat genap. Class ekivalen pada a adalah semua bilangan bulat yang berbentuk a + 2m, dimana m bilangan bulat. 3. Misalkan S himpunan semua bilangan bulat dan n>1 bilangan bulat tetap. Untuk a,b elemen S, definisikan ab jika a-b adalah kelipatan dari n. Class ekivalen pada a adalah semua bilangan bulat yang berbentuk a + kn, dimana k bilangan bulat.
  • 15. TEOREMA Class ekivalen yang berbeda dari suatu relasi ekivalen pada A dapat menentukan suatu dekomposisi pada A melalui gabungan dari sub himpunan yang saling asing. Sebaliknya diberikan dekomposisi dari A melalui gabungan dari sub himpunan tak kosong yang saling asing kita dapat mendefinisikan suatu relasi ekivalen pada A dari sub himpunan-subhimpunan class ekivalen yang berbeda tersebut.
  • 16. Partisi • Suatu partisi (partition) dari himpunan X merupakan suatu keluarga himpunan bagian tidak kosong dari X yang saling asing dan gabungannya sama dengan X. • Partisi merupakan hal yang penting dalam matematika dan terdapat hubungan antara relasi ekuivalensi dan partisi
  • 17. PEMETAAN DEFINISI Jika S dan T himpunan-himpunan tak kosong, maka pemetaan dari S ke T adalah sub himpunan M dari SxT sedemikian sehingga untuk setiap sS terdapat secara tunggal t T sedemikian sehingga pasangan terurut (s,t) M.
  • 18. CONTOH PEMETAAN 1. Misalkan S sembarang himpunan; definisikan :SS dengan (s) = s untuk setiap sS. Pemetaan  disebut pemetaan identitas dari S 2. Misalkan S dan T sembarang himpunan; dan t0 suatu elemen dari T. Definisikan :ST dengan  :s  t0 untuk setiap s S. 3. Misalkan S adalah himpunan bilangan rasional positif dan T=JxJ dimana J adalah himpunan bilangan bulat. Diberikan suatu bilangan rasional s, dimana s dapat ditulis dengan s = m/n dimana m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan kecuali 1. Definisikan :ST dengan (s) = (m,n).
  • 19. CONTOH PEMETAAN 4. Misalkan J himpunan semua bilangan bulat dan S = ; misalkan T adalah himpunan dari bilangan rasional; definisikan :ST, dengan ((m,n))=m/n untuk setiap (m,n) dalam S. 5. Misalkan J himpunan bilangan bulat dan S = JxJ. Definisikan :SJ dengan (m,n)=m+n. 6. Misalkan S dan T sembarang himpunan; definisikan :SxTS dengan (a,b) = a untuk setiap (a,b)SxT.  ini disebut proyeksi dari SxT pada S. Dengan cara serupa definisikan proyeksi dari SxT pada T.     0 : ,   n JxJ n m
  • 20. CONTOH PEMETAAN 7. Misalkan S adalah himpunan yang terdiri dari elemen-elemen x1, x2, x3. Definisikan :SS dengan (x1)=x2, (x2)=x3, (x3)=x1. 8. Misalkan S adalah himpunan bilangan bulat dan T adalah himpunan yang terdiri dari elemen-elemen E dan 0. Definisikan :ST dengan (n)=E jika n bilangan genap dan (n)=0 jika n bilangan ganjil
  • 21. CONTOH PEMETAAN • Misalkan diberikan himpunan S hingga, kita dapat mengkonstruksi himpunan baru S*, yaitu himpunan semua subhimpunan dari S. • Misalkan S adalah himpunan dan T = S*; definisikan :ST dengan (s) = dalam S = S- {s}.  C s
  • 22. CONTOH PEMETAAN • Misalkan S suatu himpunan dengan suatu relasi ekivalen, dan misalkan T adalah himpunan dari semua klas ekivalen dalam S. Definisikan :ST dengan (s) = cl(s).
  • 23. DEFINISI 1. Pemetaan  dari S kedalam T adalah dikatakan onto (pada) T, jika diberikan tT terdapat suatu sS sedemikian sehingga (s)=t. 2. Pemetaan  dari S kedalam T adalah dikatakan pemetaan satu-satu jika untuk sembarang s1s2 maka (s1)(s2)
  • 24. DEFINISI Pemetaan yang bersifat satu-satu dan pada dari S ke T disebut korespondensi satu-satu.
  • 25. DEFINISI 1. Dua pemetaan ,  dari S kedalam T dikatakan sama, jika (s)= (s) untuk setiap s anggota S. 2. Jika  : S  T dan : T U maka komposisi dari  dan  adalah pemetaan : SU yang didefinisikan dengan (s)=((s)) untuk setiap s anggota S
  • 26. Contoh 1. Misalkan S = {x1,x2,x3} dan T = S. Misalkan :SS yang didefinisikan dengan (x1) = x2, (x2) = x3, (x3) = x1 dan  :SS dengan (x1) = x1, (x2) = x3, (x3) = x2 Apakah   =  ?
  • 27. Contoh 2. Misalkan S Himpunan bilangan bulat, T = SxS, andaikan :ST yang didefinisikan dengan (m) =(m-1,1). Misalkan U=S dan andaikan bahwa : TU yang didefinisikan dengan (m,n) = m+n. Sehingga :SS, demikian juga :TT. Apa yang dapat dikatakan antara  dan 
  • 28. Contoh 3. Misalkan S Himpunan bilangan real, T himpunan bilangan bulat dan U={E,0}. Definisikan  :ST dengan (s) = bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan s, dan : TU yang didefinisikan dengan (n) = E jika n genap dan (n) = 0 jika n ganjil. Sebagai catatan  tidak dapat didefinisikan.
  • 29. Lemma 1. Jika : ST, :T U dan :UV, maka ()= () 2. Misalkan : ST, :T U; maka: a.   adalah pada jika  dan  pada. b.   adalah satu-satu jika  dan  satu-satu.
  • 30. Lemma Pemetaan : ST adalah korespondensi satu-satu diantara S dan T jika terdapat pemetaan :TS sedemikian sehingga  dan  adalah pemetaan identitas pada S dan T Masing-masing.
  • 31. Definisi Jika S suatu himpunan tak kosong maka A(S) adalah himpunan semua pemetaan satu-satu dan pada dari S pada dirinya sendiri.
  • 32. Teorema Jika , ,  adalah elemen A(S), maka : 1.  adalah di A(S) 2. ()= () 3. Terdapat suatu elemen (pemetaan identitas) di A(S) sedemikian sehingga 4. Terdapat elemen anggaota A(S) sedemikian          1              1 1
  • 33. Lemma Jika S mempunyai lebih dari dua unsur, maka kita dapat menemukan dua unsur ,  dalam A(S) sedemikian sehingga   