SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Atau dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua
sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-
baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan, juga menyebabkan beberapa
perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen.
Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan
kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk
menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.
Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total
yang dikeluarkan perusahaan. Jika laba dinotasikan , pendapatan total sebagai TR, dan biaya total
adalah TC, maka
= TR - TC
Ada tiga pendekatan penghitungan laba maksimum yang akan dibahas dalam bab ini.
1. Pendekatan totalitas (totality approach)
2. Pendekatan rata-rata (average approach)
3. Pendekatan marjinal (marginal approach)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Laba/keuntungan?
2. Bagaimana pendekatan totalitas itu?
3. Bagaimana pendekatan rata-rata itu?
4. Bagaimana pendekatan marginal itu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian laba/keuntungan
2. Untuk mengetahui pendekatan totalitas
3. Untuk mengetahui pendekatan rata-rata
4. Untuk mengetahui pendekatan marginal
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Laba atau Keuntungan
Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang dapat
dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan.
Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan
antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran
sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital
dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara
transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan
aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).
Menurut Sunaryo keuntungan (laba) adalah selisih antara total pendapatan dengan total
biaya yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah
yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu.
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam
jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan
pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi
(Harnanto, 2003: 444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di
dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi,
para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan
dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi
pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap,
1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan
atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang
menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-
unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara
lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.[1]
3
B. Pendekatan Totalitas
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC).
Pendapatan total adalah sarna dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan harga output
per unit. Jika harga jual per unit output adalah P, maka TR = P.Q. Pad a saat membahas teori
biaya, kita telah mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan biaya tetap (FC)
ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC + Vc. Dalam pendekatan totalitas, biaya variabel
per unit output dianggap konstan, sehingga biaya variabel adalah jumlah unit output (Q)
dikalikan biaya variabel per unit. Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q. [2]
Dengan demikian,
π= PQ - (FC + vQ) ….. (7.2)
Persamaan (7.2 ) dapat dipresentasikan dalam bentuk Diagram 7.1. Dalam diagram
tersebut kita melihat bahwa pad a awalnya perusahaan mengalami kerugian, terlihat dari kurva
TR yang masih di bawah kurva TC Tetapi jika output ditambah, kerugian makin kecil, terlihat
dari makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva TC Pada saat jumlah output mencapai Q*,
kurva TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya pendapatan total sama dengan biaya total.
Titik perpotongan ini disebut titik impas (break event point, disingkat BEP). Setelah titik BEP,
perusahaan terus mengalami laba yang makin membesar, dilihat dari posisi kurva TR yang di
atas kurva TC.
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum (maximum selling). Sebab makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh.
Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output
harus diproduksi (Q*) untuk meneapai titik impas. Kemudian besarnya Q* dibandingkan dengan
potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka untuk meneapai BEP perusahaan
harus menjangkau 80% potensi perrnintaan efektif. Makin kecil Q* dan atau makin kecil
persentase Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap makin baik, sebab risiko yang
ditanggung perusahaan makin kecil.
Diagram 1.1
Kurva TR dan Te (Pendekatan Totalitas)
Cara menghitung Q* dapat diturunkan dari Persamaan (7.2).
π = P.Q* - ( FC + v.Q*) …. (7.3)
Titik impas tercapai pada saat π sama dengan nol.
0 = P.Q*- FC - v.Q*
= P.Q* - v.Q* - FC
= (P-v).Q* - FC
Q* = FC/(P-V) ….. (7.4)
4
Contoh Kasus:
Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang
kreatif, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan menjual jajanan anak-anak
berupa permen coklat hasil olahannya sendiri. Produknya dipasarkan ke beberapa sekolah dasar
yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Jumlah permintaan potensial (dilihat dari jumlah murid
yang diberi uang jajan) adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia hams
membeli alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta. Biaya produksi per biji
permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.
Apakah rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita dapat
menggunakan rumus dalam Persamaan (7.4).
Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap (FC), karena
besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per unit (v) adalah Rp250,00
sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00 Untuk mencapai titik impas, jumlah output
(permen coklat) yang harus terjual (Q*) adalah:
Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen.
Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji. Apakah target
ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika dia bersikap pesimis,
misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari permintaan potensial yang terjangkau,
berarti setiap hari hanya dapat menjual 100 permen. Sehingga 20.000 biji permen akan terjual
dalam waktu 200 hari. Tetapi bila dia yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji
permen coklat per hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah
20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00 per biji, karena itu
makin banyak permen yang dapat dijual, makin besar laba yang diperoleh.
Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena memang mudah
dan sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:
a) Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya listrik
yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya variabel); ada yang
untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang pegawai dalam perusahaan, terutama
perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk kegiatan administratif (biaya tetap) dan
produksi (biaya variabel).
b) Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang menyebabkan
baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis lurus (lihat kembali Bab 5 dan
Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha yang dianalisis relatif
sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).
5
C. Pendekatan Rata-rata
Dalam pendekatan ini, perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan
antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P). Laba total adalah laba per unit
dikalikan dengan jumlah output yang terjual.
π= (P - AC).Q ….. (7.5)
Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)
lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sarna
dengan AC.
Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besamya P dengan
AC. Bila P lebih kedl atau sarna dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi
pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya
(maximum selling) agar laba (1t) makin besar.
Contoh Kasus:
PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli di
lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar diperkirakan
menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi seperti
di bawah ini:
a. Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.
b. Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja:
Rp1.000.000,00 per hektar.
c. Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.
Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada musim
tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam?
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per kilogram
singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per kg, kita
harus menghitung biaya rata-rata : kilogram persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di
atas diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp. 1.500.000,00
per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong, maka biaya rata-rata persiapan,
penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram
(AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00 sama dengan Rp70,00.
Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram, maka
π = (P - AC ).Q (7.6)
1.000.000.000 = (150 - 70).Q
Q = (1.000.000.000: 80) kg
= 12.500.000 kg
= 12.500 ton
Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah 12.500
ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar.
6
Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena
sederhana. Namun pendekatan ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR).
Contoh di atas, menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu hektar.
Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan 500 hektar. Pada
skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar, perusahaan tidak mengalami
masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan SDM, teknologi produksi maupun
manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola
dengan eknologi sederhana dan pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah hams
menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur dan tenaga keuangan yang
mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran rupiah. Jika perusahaan harus
menggunakan kredit sebagai sumber pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat
formal. Dengan kata lain jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak
dan meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat seharusnya
dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada skala produksi 500 hektar
bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala produksi satu hektar. Jika perusahaan
menikmati skala produksi ekonomis (economies of scale), maka biaya rata-rata ( AC ) akan lebih
kedl dari Rp70,00 per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga sebaliknya.
7
D. Pendekatan Marginal
Dalam pendekatan marjinal, perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya
marjinal (MC) dan pendapatan marjinal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR =
Me. Kondisi tersebut bisa dijelaskan secara matematis, gratis dan verbal.
a. Penjelasan Secara Matematis
π= TR – TC ….. (7.7)
Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi π (∂n / ∂Q) sama dengan nol dan nilainya
sama dengan nilai turunan pertama TR (OTRI aQ atau MR) dikurangi nilai turunan pertama TC
(∂TC / ∂Q atau MC).
∂π/∂Q = ∂TR/∂Q - ∂TC/∂Q = 0
= MR-MC = 0
b. Penjelasan Secara Grafis
Di pembahasan teori biaya produksi, kita telah mengonstruksi kurva biaya total (TC) yang
bentuk kurvanya seperti huruf S terbalik. Kurva pendapatan total (TR) diperoleh dengan cara
mengalikan kurva produksi total (TP) dengan harga jual output per unit (P). Pada pembahasan
teori produksi, telah diketahui bahwa kurva TP berbentuk huruf S. Karena kurva TR diperoleh
dengan cara mengalikan kurva TP dengan sebuah bilangan sebesar nilai P, maka kurva TR juga
berbentuk huruf S. Kurva TR dikurangi kurva TC menghasilkan kurva laba (π) seperti tampak
pada Diagram 7.2 berikut ini.
Diagram 7.2
Kurva TR, TC dan Laba (Pendekatan Marjinal)
Pada Diagram 7.2 kita melihat bahwa tingkat output yang memberikan laba adalah
interval Q1-Q5 Jika output di bawah jumlah Q1 perusahaan mengalami kerugian karena TR <
TC Begitu juga jika jumlah output melebihi Q5 Interval Q1-Q5 dalam pembahasan teori
produksi disebut sebagai daerah produksi ekonomis (tahap II). Perusahaan akan mencapai laba
maksimum di salah satu titik antara Q1-Q5 Dalam Diagram 7.2 terlihat bahwa laba maksimum
tercapai jika tingkat produksinya adalah Q3 Secara grafis hal itu terlihat dari kurva π yang
mencapai nilai maksimum pada saat output sebesar Q3
8
Pada pembuktian secara matematis telah diketahui bahwa nilai π (laba) akan maksimum
bila MR = MC Dalam grafis kondisi itu terbukti dengan membandingkan dua garis
singgung b1 dan b2. Garis singgung b1 adalah turunan pertama fungsi TR atau sarna
dengan MR. Garis singgung b2 adalah turunan pertama fungsi TC atau sama dengan MC
Kita melihat garis singgung b1 sejajar garis singgung b2 yang artinya MR = MC
c. Penjelasan Secara Verbal
Apakah benar perusahaan akan mencapai laba maksimum bila memproduksi di Q3?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita mengonsentrasikan diri pada pergerakan kurva lab a (n)
sepanjang interval Q1-Q5' Pergerakan tersebut kita bagi menjadi tiga sub-interval: Q1-Q3' Q3'
dan Q3-Q5'
1) Penambahan output sepanjang sub-interval Q1-Q3
Bergerak naik yang artinya laba bertambah besar. Bila memperhatikan kurva TR dan TC,
terlihat bahwa sudut kecuraman garis singgung al (MR) lebih besar dari sudut kecuraman garis
singgung a2 (MC). Ternyata jika output ditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang
dihasilkan lebih besar dari tambahan biaya (MC) yang harus dikeluarkan. Karena itu akan lebih
menguntungkan bila perusahaan terus menambah output. Dengan cara penjelasan yang sama
dapat dipahami mengapa kurva π bergerak naik sampai jumlah output Q3 Kalau kita melihat
sudut kemiringan kurva π makin mendatar, hal itu menunjukkan terjadinya hukum pertambahan
hasil yang makin menurun (LDR).Ketika output ditambah dari Q1 ke Q2 kurva
2) Pada saat jumlah output Q3
Pada saat jumlah output Q3 seperti telah dijelaskan, garis singgung bl (MR) sejajar garis
singgung b2 (MC). Jika output ditambah satu unit, maka tambahan pendapatan (MR) yang
diperoleh sama persis dengan tambahan biaya (MC) yang harus dikeluarkan.
3) Interval Q3-05
Jika output ditambah dari Q3 ke Q4 terlihat bahwa sudut kemiringan garis singgung c1
(MR) sudah lebih kecil dari sudut kemiringan garis singgung c2 (MC). Artinya jika output
9
ditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang diperoleh lebih kecil dibanding tambahan
biaya (MC). Dalam kondisi seperti itu perusahaan akan merugi bila terus menambah output.
Terlihat dari gerak menurun kurva π.
Dengan demikian, tingkat output yang membuat perusahaan mencapai laba maksimum
adalah Q3'
Penjelasan di atas dapat diringkas dengan menyatakan:
1. Pada interval Q1-Q3 MR > MC. Karenanya penambahan output akan meningkatkan laba.
2. Pada interval Q3-Q5 MR < MC. Karenanya penambahan output akan menurunkan laba.
3. Pada saat output adalah Q3, MR = MC. Perusahaan mencapai laba maksimum. [3]
10
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi pemilik.
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika
harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR = P.Q. Biaya
total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v) dikali biaya variable per
unit, sehingga:
π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh.
Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output
yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan
dengan potensi permintaan efektif.
Dalam pendekatan rata-rata perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan
antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total dihitung
dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual.
π = (P - AC).Q
Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)
lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan akan mencapai angka impas bila P sama
dengan AC.
Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan
AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi
pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya
(maximum selling) agar laba (π) makin besar.
Perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marginal (MC) dan
pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR = MC.
π = TR – TC
Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi π(δ π /δQ) sama dengan nol dan
nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (δTR/ δQ atau MR) dikurangi nilai turunan
pertama TC (δTC/ δQ atau MC). Sehingga MR – MC = 0. Dengan demikian, perusahaan akan
memperoleh laba maksimum (atau kerugian minimum) bila ia berproduksi pada tingkat output di
mana MR = MC.
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/09/artikel-tentang-laba.html
http://harisahmad.blogspot.com/2011/01/pendekatan-perhitungan-laba-maksimum.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pendekatan%20perhitungan%20laba%20maksimum
&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDAQFjAB&url=http://kk.mercubuana.ac.id/files/33002-
13-
775147388759.doc&ei=wsNzUZOkE43IrQe4p4GIDQ&usg=AFQjCNHJ02S7rZU2UlzK2PK5X
9ORd411hA&bvm=bv.45512109,d.bmk
http://laila034.blogspot.com/2014/04/memaksimumkan-laba.html

More Related Content

What's hot

Teori pilihan konsumen
Teori pilihan konsumenTeori pilihan konsumen
Teori pilihan konsumenyunisarosa
 
Makalah memaksimumkan laba
Makalah memaksimumkan labaMakalah memaksimumkan laba
Makalah memaksimumkan labaBudi Prasetyo
 
Analisa BEP (Matematika Bisnis)
Analisa BEP (Matematika Bisnis)Analisa BEP (Matematika Bisnis)
Analisa BEP (Matematika Bisnis)Ardhy Danu
 
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasPasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasrobbiatul Adawiyah
 
Keputusan investasi
Keputusan investasiKeputusan investasi
Keputusan investasitonyherman87
 
Pasar Oligopoli game theory
Pasar Oligopoli   game theoryPasar Oligopoli   game theory
Pasar Oligopoli game theoryOpissen Yudisyus
 
elastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatanelastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatanEkinanda Anggita
 
Biaya marginal
Biaya marginalBiaya marginal
Biaya marginalhadiqzuhri
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)19091997sovi
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatYesica Adicondro
 
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptxBAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptxBisnisIklan
 
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksimateri uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksirobbiatul Adawiyah
 
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12   keseimbangan pasar uang dan barangBab 12   keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barangYusron Blacklist
 

What's hot (20)

Biaya produksi presentasi
Biaya produksi presentasiBiaya produksi presentasi
Biaya produksi presentasi
 
Teori pilihan konsumen
Teori pilihan konsumenTeori pilihan konsumen
Teori pilihan konsumen
 
Makalah memaksimumkan laba
Makalah memaksimumkan labaMakalah memaksimumkan laba
Makalah memaksimumkan laba
 
Analisis BEP (2017)
Analisis BEP (2017)Analisis BEP (2017)
Analisis BEP (2017)
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
 
Analisa BEP (Matematika Bisnis)
Analisa BEP (Matematika Bisnis)Analisa BEP (Matematika Bisnis)
Analisa BEP (Matematika Bisnis)
 
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasPasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
 
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
 
Keputusan investasi
Keputusan investasiKeputusan investasi
Keputusan investasi
 
Pasar Oligopoli game theory
Pasar Oligopoli   game theoryPasar Oligopoli   game theory
Pasar Oligopoli game theory
 
elastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatanelastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatan
 
Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)
 
Biaya marginal
Biaya marginalBiaya marginal
Biaya marginal
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
 
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiwResume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
 
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptxBAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksimateri uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
 
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12   keseimbangan pasar uang dan barangBab 12   keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
 

Viewers also liked

LTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran Bersaing
LTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran BersaingLTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran Bersaing
LTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran BersaingFarah Fauziah Hilman
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Kristalina Dewi
 
ruang lingkup akuntansi manajemen
ruang lingkup akuntansi manajemenruang lingkup akuntansi manajemen
ruang lingkup akuntansi manajemenluk nun
 
5. pengelolaan kurikulum
5. pengelolaan kurikulum5. pengelolaan kurikulum
5. pengelolaan kurikulumAndi Johar
 
Bab 6 micro ekonomi
Bab 6 micro ekonomi Bab 6 micro ekonomi
Bab 6 micro ekonomi Irma yanti
 
Teori ekonomi mikro
Teori ekonomi mikroTeori ekonomi mikro
Teori ekonomi mikroDissa MeLina
 
Permen no 58 tahun 2009
Permen no 58 tahun 2009Permen no 58 tahun 2009
Permen no 58 tahun 2009Fitri Pertiwi
 
resume permintaan perseorangan dan permintaan pasar
resume permintaan perseorangan dan permintaan pasarresume permintaan perseorangan dan permintaan pasar
resume permintaan perseorangan dan permintaan pasarYunita Agza
 
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkA01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkWelly Indriany
 
Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5
Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5
Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5Indra Andhika Putra
 
Ekonomi mikro : teori biaya produksi
Ekonomi mikro : teori biaya produksiEkonomi mikro : teori biaya produksi
Ekonomi mikro : teori biaya produksiYudha Kusuma
 
Karya ilmiah bisnis online
Karya ilmiah bisnis onlineKarya ilmiah bisnis online
Karya ilmiah bisnis onlineDaniel Tumanken
 
35709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-2004
35709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-200435709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-2004
35709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-2004riantynova
 

Viewers also liked (20)

LTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran Bersaing
LTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran BersaingLTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran Bersaing
LTM Mikroekonomi - Bab 8 Memaksimalkan Laba dan Penawaran Bersaing
 
Memaksimumkan Laba
Memaksimumkan LabaMemaksimumkan Laba
Memaksimumkan Laba
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
 
ruang lingkup akuntansi manajemen
ruang lingkup akuntansi manajemenruang lingkup akuntansi manajemen
ruang lingkup akuntansi manajemen
 
5. pengelolaan kurikulum
5. pengelolaan kurikulum5. pengelolaan kurikulum
5. pengelolaan kurikulum
 
Bab 6 micro ekonomi
Bab 6 micro ekonomi Bab 6 micro ekonomi
Bab 6 micro ekonomi
 
Pendekatan Rata-Rata
Pendekatan Rata-RataPendekatan Rata-Rata
Pendekatan Rata-Rata
 
Teori ekonomi mikro
Teori ekonomi mikroTeori ekonomi mikro
Teori ekonomi mikro
 
Permen no 58 tahun 2009
Permen no 58 tahun 2009Permen no 58 tahun 2009
Permen no 58 tahun 2009
 
Elastisitas Penawaran
Elastisitas PenawaranElastisitas Penawaran
Elastisitas Penawaran
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
resume permintaan perseorangan dan permintaan pasar
resume permintaan perseorangan dan permintaan pasarresume permintaan perseorangan dan permintaan pasar
resume permintaan perseorangan dan permintaan pasar
 
Ekonomi manajerial 2
Ekonomi manajerial 2Ekonomi manajerial 2
Ekonomi manajerial 2
 
6. revisi final permen 58
6. revisi final permen 586. revisi final permen 58
6. revisi final permen 58
 
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkA01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
 
Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5
Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5
Slide Presentasi Kelompok 5 Ekonomi Makro Bab 5
 
Ekonomi mikro : teori biaya produksi
Ekonomi mikro : teori biaya produksiEkonomi mikro : teori biaya produksi
Ekonomi mikro : teori biaya produksi
 
Karya ilmiah bisnis online
Karya ilmiah bisnis onlineKarya ilmiah bisnis online
Karya ilmiah bisnis online
 
Ekonomi mikro
Ekonomi mikroEkonomi mikro
Ekonomi mikro
 
35709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-2004
35709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-200435709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-2004
35709382 kmk-pedoman-penyusunan-an-sdm-kesehatan-81-2004
 

Similar to Makalah memaksimalkan laba

ppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfMusaRajeksa
 
Makalah fungsi biaya dan penerimaan
Makalah  fungsi biaya dan penerimaanMakalah  fungsi biaya dan penerimaan
Makalah fungsi biaya dan penerimaanEka Ardiyanti
 
IX.TEORI BIAYA.ppt
IX.TEORI BIAYA.pptIX.TEORI BIAYA.ppt
IX.TEORI BIAYA.pptNauval221
 
PP KWU_KONSEP BIAYA.pptx
PP KWU_KONSEP BIAYA.pptxPP KWU_KONSEP BIAYA.pptx
PP KWU_KONSEP BIAYA.pptxAnggunRusyantia
 
Analisis Produksi.ppt
Analisis Produksi.pptAnalisis Produksi.ppt
Analisis Produksi.pptMrIsthafan
 
Analisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.pptAnalisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.pptMirnatulQinayah1
 
Analisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.pptAnalisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.pptKenBintangRafi
 
Teori biaya
Teori biayaTeori biaya
Teori biayamaribak
 
makalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksi
makalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksimakalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksi
makalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksisri rahayu
 
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptxP7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptxAhmadKhusyaini
 
Slide-ACT201-ACT201-Slide-02.ppt
Slide-ACT201-ACT201-Slide-02.pptSlide-ACT201-ACT201-Slide-02.ppt
Slide-ACT201-ACT201-Slide-02.pptfeliciaclarissa6
 
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptxperan Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptxGibranFadilla4
 
COVER.docx
COVER.docxCOVER.docx
COVER.docxPaMedan1
 
Pertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdf
Pertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdfPertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdf
Pertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdfMuhammadAffaryMaulid
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaPuw Elroy
 
BEP- NPV - PB.ppt
BEP- NPV - PB.pptBEP- NPV - PB.ppt
BEP- NPV - PB.pptAs As
 
biaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajari
biaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajaribiaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajari
biaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajaripadiwijaya1007
 
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01David Sigalingging
 

Similar to Makalah memaksimalkan laba (20)

ppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdf
 
Makalah fungsi biaya dan penerimaan
Makalah  fungsi biaya dan penerimaanMakalah  fungsi biaya dan penerimaan
Makalah fungsi biaya dan penerimaan
 
Ppt teori biaya
Ppt teori biayaPpt teori biaya
Ppt teori biaya
 
IX.TEORI BIAYA.ppt
IX.TEORI BIAYA.pptIX.TEORI BIAYA.ppt
IX.TEORI BIAYA.ppt
 
PP KWU_KONSEP BIAYA.pptx
PP KWU_KONSEP BIAYA.pptxPP KWU_KONSEP BIAYA.pptx
PP KWU_KONSEP BIAYA.pptx
 
Analisis Produksi.ppt
Analisis Produksi.pptAnalisis Produksi.ppt
Analisis Produksi.ppt
 
Analisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.pptAnalisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.ppt
 
Analisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.pptAnalisis Biaya Produksi.ppt
Analisis Biaya Produksi.ppt
 
Teori biaya
Teori biayaTeori biaya
Teori biaya
 
makalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksi
makalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksimakalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksi
makalah fungsi penerimaan total dan kurva transformasi prouksi
 
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptxP7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
 
Slide-ACT201-ACT201-Slide-02.ppt
Slide-ACT201-ACT201-Slide-02.pptSlide-ACT201-ACT201-Slide-02.ppt
Slide-ACT201-ACT201-Slide-02.ppt
 
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptxperan Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
 
COVER.docx
COVER.docxCOVER.docx
COVER.docx
 
Pertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdf
Pertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdfPertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdf
Pertemuan 6 Biaya Produksi Jangka Pendek.pdf
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biaya
 
BEP- NPV - PB.ppt
BEP- NPV - PB.pptBEP- NPV - PB.ppt
BEP- NPV - PB.ppt
 
Materi 5 teori produsen
Materi 5 teori produsenMateri 5 teori produsen
Materi 5 teori produsen
 
biaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajari
biaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajaribiaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajari
biaya produksi bisang usaha yang dapat dipelajari
 
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

Makalah memaksimalkan laba

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik- baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan, juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen. Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya. Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Jika laba dinotasikan , pendapatan total sebagai TR, dan biaya total adalah TC, maka = TR - TC Ada tiga pendekatan penghitungan laba maksimum yang akan dibahas dalam bab ini. 1. Pendekatan totalitas (totality approach) 2. Pendekatan rata-rata (average approach) 3. Pendekatan marjinal (marginal approach) B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Laba/keuntungan? 2. Bagaimana pendekatan totalitas itu? 3. Bagaimana pendekatan rata-rata itu? 4. Bagaimana pendekatan marginal itu? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian laba/keuntungan 2. Untuk mengetahui pendekatan totalitas 3. Untuk mengetahui pendekatan rata-rata 4. Untuk mengetahui pendekatan marginal
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Laba atau Keuntungan Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan. Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55). Menurut Sunaryo keuntungan (laba) adalah selisih antara total pendapatan dengan total biaya yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444). Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997). Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur- unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.[1]
  • 3. 3 B. Pendekatan Totalitas Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendapatan total adalah sarna dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan harga output per unit. Jika harga jual per unit output adalah P, maka TR = P.Q. Pad a saat membahas teori biaya, kita telah mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC + Vc. Dalam pendekatan totalitas, biaya variabel per unit output dianggap konstan, sehingga biaya variabel adalah jumlah unit output (Q) dikalikan biaya variabel per unit. Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q. [2] Dengan demikian, π= PQ - (FC + vQ) ….. (7.2) Persamaan (7.2 ) dapat dipresentasikan dalam bentuk Diagram 7.1. Dalam diagram tersebut kita melihat bahwa pad a awalnya perusahaan mengalami kerugian, terlihat dari kurva TR yang masih di bawah kurva TC Tetapi jika output ditambah, kerugian makin kecil, terlihat dari makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva TC Pada saat jumlah output mencapai Q*, kurva TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya pendapatan total sama dengan biaya total. Titik perpotongan ini disebut titik impas (break event point, disingkat BEP). Setelah titik BEP, perusahaan terus mengalami laba yang makin membesar, dilihat dari posisi kurva TR yang di atas kurva TC. Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output harus diproduksi (Q*) untuk meneapai titik impas. Kemudian besarnya Q* dibandingkan dengan potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka untuk meneapai BEP perusahaan harus menjangkau 80% potensi perrnintaan efektif. Makin kecil Q* dan atau makin kecil persentase Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap makin baik, sebab risiko yang ditanggung perusahaan makin kecil. Diagram 1.1 Kurva TR dan Te (Pendekatan Totalitas) Cara menghitung Q* dapat diturunkan dari Persamaan (7.2). π = P.Q* - ( FC + v.Q*) …. (7.3) Titik impas tercapai pada saat π sama dengan nol. 0 = P.Q*- FC - v.Q* = P.Q* - v.Q* - FC = (P-v).Q* - FC Q* = FC/(P-V) ….. (7.4)
  • 4. 4 Contoh Kasus: Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang kreatif, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan menjual jajanan anak-anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri. Produknya dipasarkan ke beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Jumlah permintaan potensial (dilihat dari jumlah murid yang diberi uang jajan) adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia hams membeli alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta. Biaya produksi per biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00. Apakah rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita dapat menggunakan rumus dalam Persamaan (7.4). Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap (FC), karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per unit (v) adalah Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00 Untuk mencapai titik impas, jumlah output (permen coklat) yang harus terjual (Q*) adalah: Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen. Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji. Apakah target ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika dia bersikap pesimis, misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari permintaan potensial yang terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual 100 permen. Sehingga 20.000 biji permen akan terjual dalam waktu 200 hari. Tetapi bila dia yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji permen coklat per hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah 20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00 per biji, karena itu makin banyak permen yang dapat dijual, makin besar laba yang diperoleh. Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena memang mudah dan sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan: a) Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya variabel); ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang pegawai dalam perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk kegiatan administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya variabel). b) Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis lurus (lihat kembali Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).
  • 5. 5 C. Pendekatan Rata-rata Dalam pendekatan ini, perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P). Laba total adalah laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual. π= (P - AC).Q ….. (7.5) Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sarna dengan AC. Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besamya P dengan AC. Bila P lebih kedl atau sarna dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba (1t) makin besar. Contoh Kasus: PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli di lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar diperkirakan menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi seperti di bawah ini: a. Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar. b. Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja: Rp1.000.000,00 per hektar. c. Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg. Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada musim tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam? Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per kg, kita harus menghitung biaya rata-rata : kilogram persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di atas diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong, maka biaya rata-rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00 sama dengan Rp70,00. Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram, maka π = (P - AC ).Q (7.6) 1.000.000.000 = (150 - 70).Q Q = (1.000.000.000: 80) kg = 12.500.000 kg = 12.500 ton Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah 12.500 ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar.
  • 6. 6 Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena sederhana. Namun pendekatan ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR). Contoh di atas, menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan 500 hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar, perusahaan tidak mengalami masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan SDM, teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola dengan eknologi sederhana dan pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga. Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah hams menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur dan tenaga keuangan yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran rupiah. Jika perusahaan harus menggunakan kredit sebagai sumber pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat formal. Dengan kata lain jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak dan meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada skala produksi 500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala produksi satu hektar. Jika perusahaan menikmati skala produksi ekonomis (economies of scale), maka biaya rata-rata ( AC ) akan lebih kedl dari Rp70,00 per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga sebaliknya.
  • 7. 7 D. Pendekatan Marginal Dalam pendekatan marjinal, perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marjinal (MC) dan pendapatan marjinal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR = Me. Kondisi tersebut bisa dijelaskan secara matematis, gratis dan verbal. a. Penjelasan Secara Matematis π= TR – TC ….. (7.7) Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi π (∂n / ∂Q) sama dengan nol dan nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (OTRI aQ atau MR) dikurangi nilai turunan pertama TC (∂TC / ∂Q atau MC). ∂π/∂Q = ∂TR/∂Q - ∂TC/∂Q = 0 = MR-MC = 0 b. Penjelasan Secara Grafis Di pembahasan teori biaya produksi, kita telah mengonstruksi kurva biaya total (TC) yang bentuk kurvanya seperti huruf S terbalik. Kurva pendapatan total (TR) diperoleh dengan cara mengalikan kurva produksi total (TP) dengan harga jual output per unit (P). Pada pembahasan teori produksi, telah diketahui bahwa kurva TP berbentuk huruf S. Karena kurva TR diperoleh dengan cara mengalikan kurva TP dengan sebuah bilangan sebesar nilai P, maka kurva TR juga berbentuk huruf S. Kurva TR dikurangi kurva TC menghasilkan kurva laba (π) seperti tampak pada Diagram 7.2 berikut ini. Diagram 7.2 Kurva TR, TC dan Laba (Pendekatan Marjinal) Pada Diagram 7.2 kita melihat bahwa tingkat output yang memberikan laba adalah interval Q1-Q5 Jika output di bawah jumlah Q1 perusahaan mengalami kerugian karena TR < TC Begitu juga jika jumlah output melebihi Q5 Interval Q1-Q5 dalam pembahasan teori produksi disebut sebagai daerah produksi ekonomis (tahap II). Perusahaan akan mencapai laba maksimum di salah satu titik antara Q1-Q5 Dalam Diagram 7.2 terlihat bahwa laba maksimum tercapai jika tingkat produksinya adalah Q3 Secara grafis hal itu terlihat dari kurva π yang mencapai nilai maksimum pada saat output sebesar Q3
  • 8. 8 Pada pembuktian secara matematis telah diketahui bahwa nilai π (laba) akan maksimum bila MR = MC Dalam grafis kondisi itu terbukti dengan membandingkan dua garis singgung b1 dan b2. Garis singgung b1 adalah turunan pertama fungsi TR atau sarna dengan MR. Garis singgung b2 adalah turunan pertama fungsi TC atau sama dengan MC Kita melihat garis singgung b1 sejajar garis singgung b2 yang artinya MR = MC c. Penjelasan Secara Verbal Apakah benar perusahaan akan mencapai laba maksimum bila memproduksi di Q3? Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita mengonsentrasikan diri pada pergerakan kurva lab a (n) sepanjang interval Q1-Q5' Pergerakan tersebut kita bagi menjadi tiga sub-interval: Q1-Q3' Q3' dan Q3-Q5' 1) Penambahan output sepanjang sub-interval Q1-Q3 Bergerak naik yang artinya laba bertambah besar. Bila memperhatikan kurva TR dan TC, terlihat bahwa sudut kecuraman garis singgung al (MR) lebih besar dari sudut kecuraman garis singgung a2 (MC). Ternyata jika output ditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang dihasilkan lebih besar dari tambahan biaya (MC) yang harus dikeluarkan. Karena itu akan lebih menguntungkan bila perusahaan terus menambah output. Dengan cara penjelasan yang sama dapat dipahami mengapa kurva π bergerak naik sampai jumlah output Q3 Kalau kita melihat sudut kemiringan kurva π makin mendatar, hal itu menunjukkan terjadinya hukum pertambahan hasil yang makin menurun (LDR).Ketika output ditambah dari Q1 ke Q2 kurva 2) Pada saat jumlah output Q3 Pada saat jumlah output Q3 seperti telah dijelaskan, garis singgung bl (MR) sejajar garis singgung b2 (MC). Jika output ditambah satu unit, maka tambahan pendapatan (MR) yang diperoleh sama persis dengan tambahan biaya (MC) yang harus dikeluarkan. 3) Interval Q3-05 Jika output ditambah dari Q3 ke Q4 terlihat bahwa sudut kemiringan garis singgung c1 (MR) sudah lebih kecil dari sudut kemiringan garis singgung c2 (MC). Artinya jika output
  • 9. 9 ditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang diperoleh lebih kecil dibanding tambahan biaya (MC). Dalam kondisi seperti itu perusahaan akan merugi bila terus menambah output. Terlihat dari gerak menurun kurva π. Dengan demikian, tingkat output yang membuat perusahaan mencapai laba maksimum adalah Q3' Penjelasan di atas dapat diringkas dengan menyatakan: 1. Pada interval Q1-Q3 MR > MC. Karenanya penambahan output akan meningkatkan laba. 2. Pada interval Q3-Q5 MR < MC. Karenanya penambahan output akan menurunkan laba. 3. Pada saat output adalah Q3, MR = MC. Perusahaan mencapai laba maksimum. [3]
  • 10. 10 BAB III PENUTUP SIMPULAN Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR = P.Q. Biaya total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v) dikali biaya variable per unit, sehingga: π = P.Q – (FC + v.Q) Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif. Dalam pendekatan rata-rata perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual. π = (P - AC).Q Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan akan mencapai angka impas bila P sama dengan AC. Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba (π) makin besar. Perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR = MC. π = TR – TC Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi π(δ π /δQ) sama dengan nol dan nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (δTR/ δQ atau MR) dikurangi nilai turunan pertama TC (δTC/ δQ atau MC). Sehingga MR – MC = 0. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh laba maksimum (atau kerugian minimum) bila ia berproduksi pada tingkat output di mana MR = MC.