SlideShare a Scribd company logo
1 of 86
i
KUMPULAN MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Tugas ini digunakan sebagai media pembelajaran Pengantar Teori Filsafat Ilmu
yang diasuh oleh : Dr. Sigit Sardjono, M. Ec
Oleh :
1. Satriyo Bagus P. (1221800025)
2. Elia Deardy C. (1221800002)
3. Ali Imron (1221800039)
(Kelas T, Hari Rabu 19.15, L502)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “PENGANTAR
FILSAFAT ILMU”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT,
membalas amal kebaikannya. Amin.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Surabaya, 10 Juli 2019
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………….. iii
Bab 1 Manfaat Belajar Filsafat bagi Mahasiswa
A. Pengertian Filsafat ……………………………………………………. 5
B. Pengertian Ilmu ………………………………………………………. 6
C. Pengertian Filsafat Ilmu ……………………………………………… 7
D. Lingkup Filsafat Ilmu ………………………………………………... 8
E. Objek Material dan Objek Formal Filsafat Ilmu …………………….. 9
F. Kedudukan Filsafat Ilmu …………………………………………….. 11
G. Tujuan Filsafat Ilmu …………………………………………………. 12
H. Manfaat Filsafat Ilmu ………………………………………………... 12
Bab 2 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
A. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Yunani Kuno …………………. 13
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Abad Pertengahan ……………. 16
C. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern (Eropa) …….... 19
D. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Kontemporer …………... 21
Bab 3 Filsafat Ilmu dan Pengetahuan
A. Pengertian Pengetahuan ……………………………………………... 23
B. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu …………………………………….. 24
C. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan ………………………. 26
Bab 4 Logika Berpikir dan Kebenaran Ilmiah
A. Pengertian Logika …………………………………………………… 29
B. Macam - Macam Logika …………………………………………….. 29
C. Hal - Hal Yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika ……………… 30
D. Kegunaan Logika ……………………………………………………. 34
E. Arti Kebenaran ………………………………………………………. 35
F. Teori Tentang Kebenaran …………………………………………… 37
G. Sifat Kebenaran Ilmiah ……………………………………………… 42
Bab 5 Filsafat Etika dan Moral
A. Etika Dan Moral …………………………………………………….. 44
iv
B. Solusi Untuk Mengatasi Perubahan Etika Dan Moral ………………. 49
Bab 6 Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi
A. Epistemologi ………………………………………………………… 51
B. Ontologi ……………………………………………………………… 55
C. Aksiologi …………………………………………………………….. 57
Bab 7 Filsafat Pancasila
A. Pengertian Pancasila …………………………………………………. 62
B. Pengertian Filsafat Pancasila ………………………………………… 62
C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ……………………………………. 63
D. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila ……………………………… 64
E. Hakekat Sila Sila Pancasila ………………………………………….. 68
F. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat ………… 69
Bab 8 Filsafat Metode Ilmiah
A. Pengertian Metode Ilmiah …………………………………………… 73
B. Unsur-unsur Metode Ilmiah …………………………………………. 74
C. Macam-macam Metode Ilmiah ……………………………………… 75
D. Prosedur Metode Ilmiah …………………………………………….. 76
E. Refleksi ...……………………………………………………………. 80
Daftar Pustaka …………………………………………………………………… 84
5
Bab 1
Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa
A. Pengertian Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani;
Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata
majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan
sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya ( secara bahasa)
adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Filsafat merupakan cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan
atau teori yang sering tidak bertujuan praktis, tetapi teoretis. Filsafat selalu
memandang sebab-sebab terdalam, tercapai dengan akal budi murni.
Filsafat membantu untuk mendalami pernyataan asasi manusia tentang
makna realitas dan ruang lingkupnya yang dapat dipelajari secara sistematik
dan historis.
Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan
filosof yaitu :
a. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik
serta lengkap tentang seluruh realitas.
b. Penyelidikan kritis atas pengandaian - pengandaian dan pernyataan
-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
c. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa
yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.
Banyak pengertian definisi-definisi tentang filsafat yang telah
dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam Webster (dalam Soeparmo,
1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud
sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling
umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek
perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Diberikan juga pengertian kata hikmah (sophos) yang merupakan
6
salah satu makna dari falsafat yaitu mencintai hikmah. Fuad Iframi, Ibnu
Mundzir, Al-Jurjani dan Ibn Sina memberikan pengertian hikmah yang
secara tekstual berbeda namun secara kontekstual tetap sejalan. Salah satu
diantaranya yang didefinisikan oleh Ibn Sina. Menurutnya hikmah adalah
mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan
dan mebenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik
menurut kadar kemampuan seseorang.
Berdasarkan beberapa komentar yang telah dipaparkan oleh para
pakar di atas, maka penulis menyimpulkan secara sederhana dan dominan
bahwa filsafat itu : Filein (Mencintai) dan sophia (kebijaksanaa). Dengan
demikian filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari kebijaksanaan,
atau pengetahuan mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang
didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan menjelaskan
hakekat dari segala sesuatu.
B. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang
berarti : mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut
science (pengetahuan). Menurut kamus bahasa Indonesia adalah
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, logis dengan menggunakan
metode tertentu dan bersifat empiris. Asley Montagu, seorang Guru Besar
Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang
hal yang sedang dikaji.
Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Ilmu
merupakan mata kita terhadap berbagai kekurangan. Ilmu tidak mengikat
apresiasi kita terhadap ilmu itu sendiri. Ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah teruji
secara empiris. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas
itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas
metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan
7
interaksi di antara aktivitas, metode dan pengetahuan dapat digambarkan
sebagai bagan segitiga penyusun menjadi ilmu.
C. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal mempunyai
obyek material dan obyek formal. Obyek materinya adalah segala yang ada
baik yang tampak (dunia empirik) maupun yang tidak tampak (alam
metafisik). Sementara Ilmu juga memiliki dua obyek yaitu obyek material
dan obyek formal. Obyek materialnya adalah alam nyata misalnya tubuh
manusia untuk ilmu kedokteran, planet untuk ilmu astronomi dan lain
sebagainya. Sedangkan obyek formalnya adalah metoda untuk memahami
obyek material misalnya pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang reflektif terhadap
persoalan -persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat
ilmu merupakan suatu tela’ah kritis terhadap metode yang digunakan oleh
ilmu tertentu terhadap lambing - lambang dan struktur penalaran tentang
sistem lambang yang digunakan. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari
kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat
mengenai ilmu. Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri atas
beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan
batas yang ditentukan.
Filsafat ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (i) Filsafat ilmu dalam
arti luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut berbagai
hubungan luar dari kegiatan ilmiah. (ii) filsafat ilmu dalam arti sempit yaitu
menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan hubungan
ke dalam yang terdapat dalam ilmu yaitu pengetahuan ilmiah dan cara-cara
mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan
sekaligus akan menyadari bahwa pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat
statis (tetap) namun dinamis seirama dengan perkembangan akal dan budi.
8
Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai ilmu yang dianutnya tetapi pada
masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah tidak sesuai dengan
zaman. Disinilah perlunya kita selalu berusaha untuk mengembangkan dan
sekaligus memperbaharui ilmu. Kita menyadari bahwa untuk memahami
hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum kausalitas itu tidak cukup hanya
mengandal sumber daya indrawi semata (seperti dengan mata, pendengaran,
penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu perenungan yang sangat
mendalam dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa).
D. Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa
filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan
mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis
maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian
dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti :
a. Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek
tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan Ontologis)
b. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah
kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan Epistemologis)
c. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan Aksiologis).
Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis Psillos and Martin Curd
9
menjelaskan bahwa filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang meliputi :
a. Apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu
bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan
juga pseudoscience?
b. Bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ?
bagaiman konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat
kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?
c. Apa saja yang membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti
misalnya causation (sebab-akibat dan illat), eksplanasi (penjelasan),
konfirmasi, teori, eksperimen, model, reduksi dan sejumlah probabilitas-
probalitasnya?.
d. Apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi
eksperimen ? apakah ada kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup
kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam kebijakan dan bagaimana
semua itu dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan factor-
faktor gender?
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup
pembahasan yang meliputi: cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu,
pembahasan mengenai landasan epistemologi ilmu, dan pembahasan
mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
E. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek
material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi)
pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran
menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek
material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung
jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek
10
material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan
bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis,
konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya.
Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang
tersirat ingin dinyatakan secara tersurat.
Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap
pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat
dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin
mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek
materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah
menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat
menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus
"ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi",
"intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada
gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan
kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama)
menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu
pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti.
Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam
ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari
mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul,
struktur, metode, dan validitas ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah
hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat
ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fungsi ilmu itu bagi manusia.
11
F. Kedudukan Filsafat Ilmu
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang
melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa
yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek
studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan
menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu
menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat
diamati. Sementara filsafat berpikir sampai di belakang dengan fakta-fakta
yang sangat nampak.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal,
atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya
usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau
pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu
akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama
sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan
alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan
penyempurnaan ilmu pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi
dan visi penyelidikan ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan
ontologisme, epistemologis, dan aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat
ilmu melakukan kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah serta analisis-
kritis tentang istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan.
Filsafat ilmu juga menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap
sistem kerja dan susunan ilmu.
Pada dasarnya filsafat bertugas memberi landasan filosofi untuk
minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai
membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara
substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan
disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif.
Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi,
pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis,
12
dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
G. Tujuan Filsafat Ilmu
a. Mendalami unsure-unsur poko ilmu, sehingga secara menyeluruh kita
dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara histories.
c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami
studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang
alamia dan non-alamia.
d. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkanya.
e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu
dan agama tidak ada pertentangan.
H. Manfaat Filsafat Ilmu
Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
a. Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas ilmu/keilmuan
b. Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu
menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses
pembelajaran dan penelitian ilmiah.
c. Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi.
d. Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
e. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-
menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar
(metode dan struktur ilmu)
f. Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
g. Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
h. Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
13
Bab 2
Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
A. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Yunani Kuno
Untuk mempelajari filsafat kita tidak bisa terlepas dari belajar atau
mengkaji sejarah filsafat. Hal ini sangat penting mengingat dalam
mempelajari sejarah kita juga akan mempelari ruang lingkup dimensi yang
ada dalam ruang dan waktu yang melandasi suatu fenomena.
Dengan fenomena yang ada kita bisa mengetahui sebab dan akibat
yang saling terkait. Oleh karena itu dalam kajian filsafat belajar sejarah
filsafat merupakan metode bahkan merupakan subject matter sebagaimana
,yang dijelaskan Wiramhardja: “sejarah filsafat merupakan metode yang
terkenal dan banyak digunakan orang dalam mempelajari filsafat bahkan
merupakan metode yang sangat penting dalam belajar berfilsafat. Sejarah
filsafat pun merupakan subject matter itu sendiri.
Mempelajari sejarah filsafat berarti kita mempejari dengan dasar
kategori waktu mengenai pemikiran secara kronologis, yang di dalamnya
antara lain, tempat kejadian, lingkungan sosial, kebudayaan yang
melingkupiya. Dengan mempelajari berbagai latar belakang yang
merupakan bagian dari kronologi maka kita akan mengetahui watak dari
pemikiran berdasarkan periode sejarah tertentu.
Disamping itu seringkali persoalan-persoalan hanya dapat dipahami
jika dilihat dari perkembangan sejarahnya. Pemikiran para filosof besar
seperti Aristoteles, Thomas Aquino, Imanuel Kant hanya dapat dimengerti
dari aliran aliran yang mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya tesis
dan yang lainnya merupakan sintesis, atau bisa jadi merupakan reaksi dari
pemikiran yang lain pada masa yang berbeda. Dan dari seluruh perjalanan
pemikiran filsafat itu menjadi sangat terlihat juga persoalan-persoalan
manakah yang selalu tampil kembali bagi setiap kurun waktu.
Maka untuk mengetahui watak dan karakter masing – masing pereode
waktu atau dalam sejarah filsafat maka penulis membagi sejarah filsafat
14
menjadi, pertama zaman Yunani Kuno atau Filsafat Alam (600 SM – 200
SM). Kedua Zaman Keemasan (470 SM – 300 SM). Kemudian yang ketiga
dilanjutkan pada masa Abad Pertengahan pada masa Filsafat Islam (Arab)
(awal abad VIII M – abad XII M). Periode Kristen (abad IX – XII M).
Kemudian masuk pada zaman modern (1600 – 1800 M), diteruskan Zaman
Baru (1800 – 1950 M). Dan terakhir adalah Postmodernism atau
Kontemporer (1950 -…M)
1. Pra Socrates
Pada masa awal ini sering di sebut dengan filsafat alam. Penyebutan
tersebut didasarkan pada munculnya banyak pemikir/filosof yang
memfokuskan pemikirannya pada apa yang diamati di sekitarnya, yakni
alam semesta. Mereka memikirkan alam- mencari unsur induk yang
dianggap asal dari segala sesuatu. Pandangan para filosof ini melahirkan
monisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan
fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau
sebutansi lainnya yang tidak dapat di ketahui.
Pada zaman masa ini para filosof mulai berfikir ulang dan tidak
mempercayai sepenuhnya pengetahuan yang didasarkan pada mitos-
mitos, legenda, kepercayaan yang sedang menjadi meanstreamdi
masyarakat waktu itu. Mereka mempercayai bahwa pengetahuan bisa
didapatkan melalui proses pemikiran dan mengamati.
Salah satu pemikir pertama pada masa ini adalah Thales (624 – 545
SM) berfikiran bahwa zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan
adalah air. Anaximander (610 – 546 SM) adalah murid dari Thales, tetapi
walaupun begitu Thales berbeda pendapat dengan gurunya. Thales
berfikiran bahwa permulaan yang pertama tidak bisa ditemukan
(apeiron) karena tidak memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Ia
mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu subtansi azali yang abadi,
tanpa terbatas yang melingkupi seluruh alam.
2. Zaman Keemasan
Jika pada masa Pra Socrates para pemikir masih berkutat pada wilayah
15
kemenjadian, maka pada masa keemasan sudah masuk pada pemikiran
dan keutamaan moral. Pada masa keemasan kajian sudah mengarah
kepada manusia sebagai objek pemikiran. Pada masa ini juga sudah
mulai berkembang dialektis- kritis untuk menunjukkan kebenaran.
Socrates (470 – 399 SM) merupakan generasi pertama dari tiga filsafat
besar dari Yunani. Pemikiran Socrates sangat dipengaruhi oleh kondisi
kaum “sophis” cerdik cendekia yang dalam mengajarkan
pengetahuannya meminta imbalan. Dan pada masa hidupnya kekuasaan
politik di Athena sedang dikuasai oleh para “sophis” yang jahat dan
sombong pada masa sebelumnya.
Socrates adalah seorang yang meyakini bahwa menegakkan moral
merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian
dalam pengetahuan. Menurut Socrates ada kebenaran objektif yang tidak
tergantung pada saya atau kita. Setiap orang bisa berpendapat benar dan
salah tergantung pada pengujian rasionya.
Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri,
manusia pada dasarnya adalah jujur, dan kejahatan merupakan upaya
akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Ia
menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai
keseimbangan alam dan lingkungan yang kemudian akan mengarah pada
perkembangan method ilmu pengetahuan. Socrates berpendapat bahwa
pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, dan
dipersiapkan dengan baik dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk
masyarakat.
Socrates memiliki pandangan atau gagasan tunggal dan transenden
yang ada di balik pergerakan ini. Sampai dia di suruh bunuh diri
meminum racun karena pandangannya dianggap meracuni kepercayaan
umum yang saat itu masyarakat mempercayai kuil dan dewa-dewa.
Berikutnya adalah Plato (427 – 347 SM) adalah murid Socrates.
Menurutnya dunia yang tampak ini sebuah bayangan atau refleksi dari
dunia yang ideal. Bahkan kebenaran dan definisi lahir bukan dari hasil
16
dialog melainkan hasil bayangan dari dunia ide. Menurutnya dunia ide
adalah realitas yang sebenarnya. Untuk menjelaskan tentang pemikiran
filosofisnya Plato membagi realitas menjadi dua yaknipertama dunia
ide. Kedua dunia baying-bayang dan dunia yang tampak ini adalah di
dalamnya.
Aristoteles (384 – 322 SM) adalah filosof yang sangat berpengaruh
sama sebagaimana Plato, namun Aristoteles sangat empiris dan mulai
memperlihatkan kecenderungan berfikir yang saintific.Menururnya tidak
ada sesuatu pun di dalam kesadaran yang belum pernah dialami oleh
indra. Seluruh pemikiran dan gagasan yang masuk ke dalam kesadaran
kita melaui apa yang pernah kita lihat dan dengar sebelumnya.
Manusia memiliki akal pembawaan untuk mengorganisasikan seluruh
kesan inderawi ke dalam kategori-kategori atau kelompok-kelompok.
Aristoteles juga mulai membagi benda dengan melaui “bentuk” dan
“substansi” nya. Selain pemikiran yang empiris ini, Aristoteles juga
mengembangkan logika, bahkan Aristoteles terkenal dengan bapak
logika. Logikanya disebut logika tradisional, sebab nanti berkembang
logika modern.
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Abad Pertengahan
Filsafat abad pertengahan sering disebut filsafat scholastic, karena
sekolah-sekolah yang ada sudah mengajarkan hasil dari pemikiran
filsafat . Pada abad ini perkembangan filsafat sangat di pengaruhi oleh
agama, sehingga pokus kajiannya lebih banyak membahas dan
membicarakan Theocentris (Tuhan).
Secara histori peradaban yang dibangun oleh Yunani mengalami masa
kejayaan sudah sangat berkembang pesat dan besar, sehingga
mempengaruhi pemikiran di Eropa. Karena pada saat di Eropa muncul
peradaban Kristen. Namun pada pereode selanjutnya dominasi gereja
semakin berlanjut, sampai pada titik belenggu kehidupan pemikiran
manusia.
Gereja memberlakukan aturan yang sangat ketat terhadap pemikiran
17
manusia, termasuk pemikiran tentang teologi. Hanya pihak gereja yang
berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama. Kendati demikian ada
saja pihak-phak pemikir yang melanggar peraturan tersebut, dan mereka
dianggap orang yang murtad, dan kemudian diadakan pengejaran.
Pengejaran terhadap orang-orang yang murtad ini mencapai puncaknya pada
akhir abad XII dan yang paling berhasil di Spanyol.
Pada abad IV Agustinus (354-430) adalah pemikir besar yang
berpengaruh terhadap pemikiran yang berkembang. Pada Agustinus
pemikirannya merupakan integrasikan dari teologi Kristen dan pemikiran
filsafatinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatakan
bahwa filsafat itu otonom atau lepas dari iman kristiani.
Pada pemikiran masa ini ada beberapa hal yang penting dan
sebagai maenstream yaitu rasio insani hanya dapat abadi jika medapatkan
penerangan dari rasio Ilahi. Tuhan adalah guru yang tinggal dalam batin kita
dan menerangi roh manusia. Abad pertengahan yang memasuki masa
keemasan filsafat masih dipelajari dalam hubugannya dengan teologi.
Namun wacana filsafat masih hidup dan dipelajari walaupun tidak secara
terbuka dan mandiri.
Pada zaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500 ).
Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (Kristiani).
Puncak filsafat Kristiani ini adalah Patristik (Bapa-bapa Gereja) dan
Skolastik Patristik sendiri dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur)
dan Patristik Latin (atau Patristik Barat).
Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini anatara lain Clemens dari
Alexandria (150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330-
390), Basilius (330-379). Tokohtokoh dari Patristik Latin antara lain
Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan
Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah
falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa
iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-
ajaran ini banyak pengaruh dari Plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era
18
filsafat yang berlandaskan akal-budi diabdikan untuk dogma agama.
Zaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus diambil alih
oleh Aristoteles. Pemikiran-pemikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam
karya beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui Avicena (Ibn.
Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-
1204). Pengaruh Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut
sebagai Sang Filsuf sedangkan Averroes yang banyak membahas karya
Aristoteles dijuluki sebagai Sang Komentator. Pertemuan pemikiran
Aristoteles dengan iman.
Kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru
yang lahir pada masa Abad Pertengahan, yaitu, dari ordo Dominikan dan
Fransiskan. Filsafatnya disebut Skolastik karena pada periode ini filsafat
diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut
suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema
pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi.
Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan
melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain (Agama
dengan Filsafat) bukan yang satu mengabdi terhadap yang lain atau
sebaliknya. Sampai dengan di penghujung Abad Pertengahan sebagai abad
yang kurang kondusif terhadap perkembangan ilmu, dapatlah diingat dengan
nasib seorang astronom berkebangsaan Polandia N. Copernicus yang
dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja, ketika
mengemukakan temuannya tentang pusat peredaran benda-benda angkasa
adalah matahari (Heleosentrisme).
Teori ini dianggap oleh otoritas Gereja sebagai bertentangan dengan
teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa)
yang dikemukakan oleh Ptolomeus semenjak zaman Yunani yang justru
telah mendapat mandat dari otoritas Gereja. Oleh karena itu dianggap
menjatuhkan kewibawaan Gereja, itu sebabnya N. opernicus di hukum oleh
kerajaan atas perintah gereja.
19
C. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern (Eropa)
Istilah modern itu sendiri tidak jelas apa maksudnya. Lazimnya, istilah
modern menampilkan kesombongan dan arogan, bahkan menampilkan buah
pikiran yang telah lahir sebelumya disebut juga sebagai suatu
pemberontakan yang sedikit dilebih-lebihkan. Sehingga pemikiran filsafat
modern lebih cendrung membicarakan hal-hal antroposentris artinya
membicarakan apa yang ada dalam dirinya.
Adapun filsafat modern memiliki ciri khas dan karakter dalam
mendapatkan kebenaran, cirinya adalah kesangsian terhadap kebenaran itu
sendiri. Maka dalam mendapatkan kebenaran yang sejati adalah dengan
kesangsian dan keraguan. Sama halnya dengan kaum pasca-modernisme
yang memberontak terhadap pemikiran modern yang terlalu menghargai
rasio.
Mengenai siapa “founding fathers” Zaman Modern ini, beberapa ahli
berpendapat adalah Rene Descartes dengan pikiran rasionalitas, John Locke
dengan pemikiran empirisnya, Immanuel Kant dengan kritis melihat ketidak
sempurnaan. Baik pada Descartes, Locke maupun Kant mengatakan bahwa,
“pengamatan tanpa konsep adalah buta, sedangkan tanggapan tanpa
penglihatan adalah hampa.” Ia berpendapat, bahwa pengetahuan itu
dasarnya adalah pengamatan dan pemikiran.
Untuk melihat lebih mudah, maka filsafat modern dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu: (1) rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. (2)
dialektika idealisme dan dialektika materialisme, (3) fenomenologi dan
eksistensialime, serta (4) filsafat kontemporer dan pasca-modernisme.
Para pemikir rasional menuntut kenyataan sejati yang berdasar pada
pemikiran, sehingga hukum pengetahuan sangat jelas. Hal ini bisa berlaku
jika hanya pengetahuan bersifat apriori. Dasar pengetahuan adalah sensasi
yang berasal dari rangsangan-rangsangan yang berdasar pada pengalaman.
Menurut kaum kritisisme (Kant) ilmu pengetahan harus memiliki kepastian
sehingga rasionalisme adalah benar. Ilmu pengetahuan harus mau dan
berkembang didasari oleh kenyataan-kenyataan yang berkembang pula.
20
Dialektika idealism merupakan hasil dari pemikiran Georg Wilhelm
Friedrich Hegel (1770 – 1831) yang sangat berorientasi pada ilmu sejarah,
alam, dan hukum. Hegel menyatakan bahwa segenap realitas bersifat
rasional, dan yang rasional bersifat nyata. Ia sangat mementingkan rasio,
tetapi bukan hanya rasio pada perseorangan, melainkan rasio pada subjek
absolute. Kemudian dealektika Hegel adalah pemikiran yang berusaha
mendamaikan, mengkromomikan dua pandangan atau lebih atau keadaan
yang bertentangan menjadi satu keatuan. Hegel berpendapat bahwa
pertentangan adalah “bapak” segala hal.
Ada tiga hal dalam fase dielektika, pertama tesis menampilkan
lawannya antithesis sebagai fase kedua. Kemudian, timbullah fase ketiga
yang mendamaikan kedua fase itu, yaitu : ”aufgehoben” artinya bermacam-
macam di cabut, ditiadakan, dan tidak berlaku lagi. Hal ini disebut sintesis.
Dalam sintesis terdapat tesis dan antithesis, keduanya diangkat pada satu
taraf yang baru. Jadi tesis dan antithesis tetap ada, hanya lebih sempurna.
Mengenai materilisme yang muncul “berlawanan” dengan idealisme
dapat dikemuakakan sebagai berikut. Berdasarkan dialektika materialime
bahwa seluruh kenyataan sejati adalah materi, sehingga apapun dapat
dijelaskan dalam proses material. Materialisme terbagi menjadi dua,
pertama materialisme yang meneruskan masa “aufklaerung” yang banyak
digunakan dalam meneruskan tradisi ilmu pengetahuan alam atau disebut
materialisme ilmiah. Kedua materialisme filsafat yang merupakan reaksi
atas idealism.
Filsafat materialism adalah “Hegelian kiri” yang memberikan kritik
tajam atas pemikiran Hegel yang dipandangnya sebagai puncak rasionaisme
modern. Pengikut pertama hegelan kiri adalah Ludwig Feuerbach (1804 –
1872). Menurutnya dalam rasionalisme selalu ada suasana religious
sehingga pengenalan inderawi kurang mendapat penghargaan yang
semestinya.
21
D. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Kontemporer
Pada masa ini pembicaraan filsafat lebih banyak membahas dan
membicarakan masalah logocentris (kata/kalimat), inipun terjadi pada
filosof-filosuf eropa, lain halnya dengan di Amerika lebih bersifat
Pragmatis, artinya mereka akan mengambilnya jika filsafat itu
menguntungkan bagi mereka.
Perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-
aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan
mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat
abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas
dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat
tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan
bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan
otonom.
Aliran-aliran tersebut antara lain: positivisme ialah Paradigma ilmu
pengetahuan yang paling awal muncul dalam dunia ilmu
pengetahuan, fenomenologi yakni hanyalah suatu gaya berfikir, bukan suatu
mazhab filsafat. Pendapat lain fenomenologi merupakan suatu metode
dalam mengamati, memahami, mengartikan dan memaknakan sesuatu
sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat.
Aliran lainnya ada namanya marxisme, eksistensialisme,
pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme, sedangkan dalam aliran filsafat
pendidikan ada namanya Progresivisme (fleksibel artinya lentur tidak kaku,
toleran, terbuka maksudnya ingin mengetahuai dan menyelidiki demi
pengembangan ilmu), esensialis meyakini kembali ke kebudayaan lama
karena banyak melakukan kebaikan bagi manusia, perennialisme memiliki
arti kekal tiada akhir, dan konstruksionalisme yakni berusaha membina
suatu consensus untuk tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Menurut A. Comte (1798-1857), pemikiran manusia dapat dibagi
kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis, (2) Metafisis, dan
(3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan
22
hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya
setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan
dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti
sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte
menolak spekulasi metafisik, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas
olehnya ketika itu dinamakan Fisika Sosial sebelum dikenal sekarang
sebagai Sosiologi.
Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural
sciences) sudah lebih mantap dan mapan, sehingga banyak pendekatan dan
metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial
(Social sciences) yang berkembang sesudahnya. Pada periode terkini
(kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah
aliran-aliran filsafat, misalnya : Strukturalisme dan Postmodernisme.
Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya C. Lévi-Strauss, J. Lacan
dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J.
Derida.
Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi
pengetahuan) dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu
pengetahuan semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi
dengan, teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan
oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology.
Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan
keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research).
Demikian pula hal ada dan keberadaan (ontologi/metafisika) suatu ilmu/sain
berkaitan dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu /sain dan
kegunaan/manfaat atau implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga menjadi
bahasan dalam filsafat ilmu.
23
Bab 3
Filsafat Ilmu dan Pengetahuan
A. Pengertian Pengetahuan
Ditinjau dari segi etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris, yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy
dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar.
Sedangkan dari segi terminology menurut Sidi Gazalba dalam kitab
Sistematika Filsafat Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik pukiran. Dengan
demikian pengetahuan adalah merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu.
Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan
apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi
pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh
Karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai
kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan obyek yang merupakan
sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi bisa
dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya,
atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu.
Di sini yang menjadi sumbernya adalah hasil penyelidikan dengan
pengalaman (empirik) dan percobaan (eksperimen) yang kemudian diolah
dengan pikiran. Nilai kebenarannya adalah positif, sepanjang positifnya
peralatan yang digunakan dalam penyelidikannya, yaitu indera, pengalaman
dan percobaannya, maka ilmu pengetahuan selalu siap untuk diuji lagi
kebenarannya, karenanya kebenaran ilmu pengetahuan tetap diakui sebagai
benar sampai ada pembuktian dengan bukti yang lebih kuat.
Jadi pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu , apabila memenuhi
24
criteria antara lain; mempunyai obyek kajian, mempunyai metode
pendekatan dan bersifat universal.
B. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu
Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan
suatu kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi,
dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia,
kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan ke duanya secara
tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk
mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya
dalam konteks lebih memahami khazanah intelektuan manusia.
Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas
dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat
persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, disamping
dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam ha! sifat
dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan
pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.
Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan
filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berflkir reflektif dalam upaya
menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal
tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berfikiran terbuka serta
sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada pengetahuan
yang terorganisisr dan sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan
titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat
analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi,
eksperimen dan klasifikasi data pengalaman mdra serta berupaya untuk
menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat
berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat
inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman
manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis
maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh,
25
filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam
mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema
masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-
temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas Nampak bahwa filsafat
mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini
berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat
berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan
atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat
dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni
berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang
berbeda. Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan
dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-
masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat
spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-
masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat
mutlak/dogmatis. Memirut Sidi Gazalba (1976), Pengetahuan ilmu
lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ;
batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian.
Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio)
manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam
namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam,
yang disebut oleh agama "Tuhan". Sementara itu Oemar Amin Hoesin
(1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan
filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat
mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun
dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya
tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat
dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu
menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik,
26
meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang
tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya.
C. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Setelah kita mengetahui arti dari filsafat dan ilmu pengetahuan, kali
ini kita akan mencoba meletakkan di mana posisi filsafat ilmu ketika
dihadapkan dengan islamisasi ilmu pengetahuan. Orang yang tidak
berfilsafat tidak akan mengerti bagaimana sebaiknya ilmu pengetahuan
tersebut diperlakukan. Yang mana dalam pemanfaatan tersebut tidak
didasari dengan rasa keruhanian yang taat akan Tuhannya. Maka dari
landasan itulah filsafat ilmu berperan penting dalam islamisasi ilmu
pengetahuan.
Filsafat adalah induk dari ilmu Pengetahuan (mater scientiarium) yang
melahirkan banyak ilmu penngetahuan yang membahas sesuai dengan apa
yang telah di kaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek
studinya, filsafat berbeda dengan ilmu Pengetahuan, ilmu Pengetahuan
menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu
menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat
diamati. Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang
nampak.
Dalam ilmu Pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal,
atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya
usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau
Pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu Pengetahuan itu
akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama
sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan
alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai
membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.Secara subtantif
fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu
masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara
27
teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat
mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari
disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan kajian yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi
hakekat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi
ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut,
bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu
itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya
pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian
filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu
pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap
realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah
pada ilmu-ilmu empiris.Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau
roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria.
Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh
kebenaran. Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa kedudukan
filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan terletak pada ontologi dan
epistemologinya ilmu pengetahuan tersebut.. Ontologi titik tolaknya pada
penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian
filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu
pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap
realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah
pada ilmu-ilmu empiris.Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau
roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Dan epistimologi titik
tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan
prosedur dalam memperoleh kebenaran.
Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan
penyempurnaan ilmu Pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi dan
visi penyelidikan ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan ontologisme,
28
epistimologis, dan aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat ilmu melakukan
kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah serta analisis-kritis tentang
istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan. Filsafat ilmu juga
menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap system kerja dan
susunan ilmu.
Pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk, 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disip;in ilmu yang mampu
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup Pengetahuan manusia secara
tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Gie, 1999) menyebutkan
filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences)
Bisa disimpulkan bahwa ilmu Pengetahuan itu menerima dasarnya
dari filsafat, antara lain:
a. Setiap ilmu Pengetahuan itu mempunyai objek dan problem.
b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu
Pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari
ilmu Pengetahuan itu.
c. Di samping itu filsafat juga membrikan dasar-dasar yang khusus yang
digunakan dalam tiap-tiap ilmu Pengetahuan.
d. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari
semua ilmu Pengetahuan tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan
dirinya sebagai ilmu Pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang
telah ditentukan oleh filsafat.
e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu
Pengetahuan.
29
Bab 4
Logika Berpikir dan Kebenaran Ilmiah
A. Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk
berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme
(Latin:logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis
pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari
kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada
kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam
tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan
masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti
pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika
adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran
adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru
yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui
(Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
Menurut definisi logika, logika ialah ilmu tentang pedoman (
peraturan ) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan kepada
kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya.
B. Macam-macam Logika
Dalam filsafat logika terdapat didalamnya banyak sekali materi yang
disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika
sendiri terdapat juga macam-macamnya yaitu :
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
30
tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.
Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan.
Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih
murni.
2. Logika Ilmiah
Logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang
merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.
Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika
ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau
setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk
memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi.
C. Hal-hal yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika
Dalam berpikir logika digunakan untuk berpikir baik, yakni berpikir
benar, logis dan dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi
tertentu.[3] Untuk itu di Dalam berpikir logika ada juga hal-hal yang harus
diperhatikan diantaranya tiga hal yakni:
1. Aturan Cara Berpikir yang Benar.
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud,
dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis
dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:
a. Mencintai kebenaran.
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab
sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari,
mengusut, meningkatkan mutu penalarannya, dan menggerakkan si
pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh-ruh yang akan
menyeleweng dari yang benar. Misalnya menyederhanakan kenyataan,
menyempitkan cakrawala, berpikir terkotak-kotak dan sebagainya.
Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan serta
diwujudkan dalam kejujuran, yakni diposisi atau sikap kejiwaan yang
31
selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun berlawanan dengan
prasangka dan keinginan atau kecendrungan prbadi atau golongannya.
Dengan hal tersebut sebaiknya kita mewaspadai kecendrungan
manusia untuk selalu siap sedia menerima sesuatu sebagai benarhal
yang dikehendakinya sebag benar. Sehingga kewajiban mencari
kebenaran adalah tuntutan intrinsic manusia untuk merealisasikan
manusia menurut tuntutan keluhuran keinsaniannya. Oleh karena itu,
banyak menyebabkan kesenjangan penyempitan perspektif,
hakikatnya tidak sesuai dengan keluhuran insani. Hak mencari
kebenaran mencakup juga kewajiban patuh kepada kebenaran-
kebenaran yang ditemukan oleh orang lain.
b. Ketahuilah apa yang sedang anda kerjakan.
Kegiatan yang sedng dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Suruh
aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar
kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang
kebenaran tetapi parsial sifatnya. Seandainya saja intelek kita intuitif,
pada setiap langkah, kita dapat melhat kebenaran secara langsung
tanpa terlebih dahulu memburunya melelui proses yang berbelit-belit
dan banyak seluk-beluknya. Pada taraf hidup kita didunia ini, sifat
intelek kita diskursif, dan hanya dalam beberapa hal agak sedikit
intuitif. Karena untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak
melalui berbagai macam langkah dan kegiatan. Oleh karena itu
penting bagi kita untuk mengetahui betul semuanya itu supaya dapat
melaksanakannya dengan tepat dan seksama.
c. Ketahuilah apa yang sedang anda katakan.
Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran
terungkap kedalam kecermatan kata-kata. Karenanya kecermatan
ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuat yang tidak boleh
ditawar lagi. Kita semua perlu menguasai ungkapan pikiran kedalam
kata tersebut, baik yang eksplisit maupun yang implisit. Sehingga kita
harus mengetahui dengan betul dan seksama mengenai isi
32
(Komprehensif), lingkungan( ekstensi),arti fungsional (suposisi), dan
istilah (term) yang digunakan. Karena itu istilah merupakan unsur
penalaran.
Untuk itu waspadalah terhadap term-term (ekuivokal) yaitu
bentuk sama tetapi artinya berbeda, (analogis) yaitu bentuk sama,
tetapi arti sebagian sama sebagian berbeda. Untuk itu perlu selalu
diperhatikan ampliasi (pembesaran suposisi), dan apelasi ( pembatasan
suposisi). Senantiasa kejarlah univokalitas (kesamaan bentuk ,
kesamaan arti) dari term-term yyang dipakai.
d. Buatlah distingsi dan pembagian yang semestinya.
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal
itu jelas berbeda Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih
mempunyai bentuk yang sama, namun tidk identic. Disinilah perlunya
dibuat suatu distingsi, yaitu suatu pembedaan.
Dan juga perlu diadakan pembagian. Jika membuat pembagian,
peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai anda
menjumlahkan bagian atau aspek dari suatu realitas begitu saja tanpa
berpegang pada suatu prinsip pembagian yang sama. Sehingga dapat
menimbulkan resiko yaitu akan timbulya pikian yang kacau-balau.
Oleh karena itu kita jangan pernah mencampuradukkan sesuatu
dengan menggelapkan sesuatu.
e. Cintailah defenisi yang tepat.
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan
tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau
sebagaimana yang dimaksudkan. Oleh karena itu jangan segan mebuat
defenisi. Defenisi harus diburu hingga tertangkap. Defenisi artinya
pembatasan, yakni membuat jelas batasan-batasan sesuatu. Harus
dihindari kalimat-kalimat dan uraian-uraian yang gelap , tidak terang
strukturnya, dan tidak jelas artinya . Cintailah cara berpikir yang
terang, jelas, dan tajam membeda-bedakan, hingga terang yang
dimaksud.
33
f. Ketahuilah mengapa anda menyimpulan begini atau begitu.
Ketahuilah mengapa kita berkata begini dan begitu. sebenarnya
kita harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi,
dan konsekuen-konsekuensi dari suatu penuturan , pernyataan, atau
kesimpulan yang kita buat. Sering terjadi banyak orang yang tidak
tahu apa yang mereka katakan dan mengapa mereka berkata
menyatakan begitu. Jika bahan yang ada tidak ada atau kurang cukup
menarik kesimpulan, hendaknya orang-orang menahan diri untuk
tidak membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan
dalam kesimpulan.
g. Hindari kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta
sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian
juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran.
Dalam belajar logika ilmiah kita tidak hanya ingin tahu tentang
hokum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekedar untuk tahu
saja, kita juga harus mengetahui yang lain diantaranya yaitu :
1. Dalam praktik, yaitu berpikir sesuai dengan hokum, prinsip, bentuk
berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses
perubahan keadaan. Jika dengan berjalan dengan secara logis orang
dapat kehilangan pandangan yang semestinya dan luas, dan dapat
kehilangan pandangan yang meliputi seuruh sasarannya. Logika
jangan dijadikan mekanik, dan mengembangkan kesanggupan untuk
mengadakn evaluasi penilaian terhadap pemikiran orang lain serta
sanggup menunjukkan kesalahannya. logika ilmiah melengkapi dan
megantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup berpikir kritis , yakni
berpikir secara menentukan karena menguasai ketentuan-ketentuan
berpikir yang baik.
2. Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-
nam, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari,
juga menjelaskan segala bentuk dan sebab kesalahan dengan
semestinya.
34
2. Klasifikasi.
Sebuah konsep klasifikasi, seperti panas dan dingin, hanyalah
menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep
perbandingan, seperti lebih panas atau lebih dingin, hal ini
mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma yang
mencakup pengertian yang lebih atau kurang, dibandingkan objek lain.
jauh sebelum ilmu mengembangkan temperature yang dapat diukur.
Objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu.
Konsep seperti ini mempunyai kegunaan yang sangat banyak
contohnya pelamar pekerja yang terdiri dari 30 orang persyaratan telah
ditentukan. Dari contoh ini ahli psikologi umpamanya dapat memutuskan
bahwa ilmu orang dari pelamar mempunyai imajinasi yang baik. Sepuluh
orang mempunyai imajinasi yang agak rendah, dan yang lainnya
mempunyai imajinasi yang bisa dikatakan tak tergolong baik atau rendah.
Konsep ini dapat kita gunakan sebagi perbandingan.
3. Aturan Defenisi
Defenisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan
terhadap sesuatu yang dikehendaki seseornag untuk memindahkannya
kepada orang lain. Dengan kata lain, menjelaskan materi yang
memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya.
D. Kegunaan Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur
untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala
aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini.
Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka
emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap
obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala
suasana dan tempat. Selain hubungannya erat dengan filsafat dan
matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode
logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu,
sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
35
E. Arti Kebenaran
Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang
konkret maupun abstrak (Hamami, 1983). Jadi ada 2 pengertian kebenaran,
yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan
kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) (Syafi’i, 1995).
Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang
benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu
pernyataan atau statement. Apabila subjek menyatakan kebenaran bahwa
proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik,
hubungan dan nilai, hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat
begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri.
Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan
makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak
sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara
(tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985). Kebenaran
intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu
dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu
itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak
bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa
menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus
diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran (Daldjoeni, 1985).
Selaras dengan Poedjawiyatna (1987) yang mengatakan bahwa persesuaian
antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya
pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi
pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.
Kebenaran pertama-tama berkaitan dengan kualitas pengetahuan.
Artinya, setiap pengtahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui
sesuatu objek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Adapun
pengetahuan itu berupa berikut ini:
1. Pengetahuan biasa disebut juga Knowledge of the man in the street atau
ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti
36
ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif. Artinya sangat terikat
pada subjek yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap
pertama ini memiliki sifat selalu benar sejauh sarana untuk memperoleh
pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
2. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah menetapkan objek
yang khas dengan menerapkan atau hampiran metodologis yang khas
pula. Artinya, metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan di antara
para ahli yang sejenis. Maksudnya kandungan kebenaran dari jenis
pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh
hasil penemuan yang paling mutakhir.
3. Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatanya
melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dengan model pemikiran yang analistis, kritis dan spekulatif.
Sifat kebenaran yang terkandung dalam penegetahuan filsafati adalah
absolute intersubjektif.
4. Kebenaran jenis pengetahuan adalah kebenaran pengetahuan yang
terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki
sifat dogmatis, Artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan-pernyataan
dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan
keyakinan yang digunakan untuk memahaminya itu.
Kebenaran kedua dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari
bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun
pengetahuanya itu. Apakah ia membangun dengan penginderaan atau sense
experience, akal pikiran atau ratio, intuisi, atau keyakinan. Implikasi dari
penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan melalui alat tertentu akan
mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan
itu akan memiliki cara tertentu untuk membuktikanya. Artinya, jika
seseorang membangunnya melalui indera atau sense experience. Maka pada
saat ia membuktikan kebenaran pengetahuan itu harus melalui indera pula.
Begitu juga dengan cara yang lain misalnya dengan indra kimiawi. Jenis
37
pengetahuan menurut kriteria karakteristiknya dibedakan dalam jenis
pengetahuan seperti berikut ini:
1. Pengetahuan indrawi
2. Pengetahuan akal budi
3. Pengetahuan intuitif
4. Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif dan
pengetahuan yang lainnya.
Kebenaran pengetahuan ketiga adalah nilai kebenaran pengetahuan
yang dikaitkan atau ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya
bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek. Juka subjek yang
berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang
sifatnya subjektif. Artinya nilai kebenaran dari pnegetahuan yang
dikandungnya sangat tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu
atau jika objek yang berperan . Sifatnya objektif seperti pengetahuan tentang
alam dan ilmu-ilmu alam.
F. Teori Tentang Kebenaran
Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang
kebenaran sudah dimulai sejak Plato, kemudian diteruskan oleh Aristoteles.
Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup
lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itu teori
pengetahuan berkembang terus dengan mendapatkan penyempurnaan
sampai sekarang. Hal itu seperti yang dikemukakan seorang filusuf abad XX
Jaspers yang dikutip oleh Hamersma (1985) mengemukakan bahwa
sebenarnya para pemikir sekarang ini hanya melengkapi dan
menyempurnakan filsafat plato dan filsafat Aristoteles. Teori kebenaran
selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori
kebenaran yang telah terlembaga itu seperti berikut:
1. Teori kebenaran Korespondensi
2. Teori kebenaran Koherensi
3. Teori kebenaran Pragmatis
4. Teori kebenaran Sintaksis
38
5. Teori kebenaran Semantis
6. Teori Kebenaran Non-Deskripsi
7. Teori Kebenaran Logis yang berlebihan
Teori-teori di atas akan dijelaskan secara rinci pada uraian berikut:
1. Teori Kebenaran Korespondensi
Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi ini
adalah teori yang paling diterima secara luas oleh kelompok
realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita
obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian
antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara
pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha
untuk melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat
dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang
sesuatu (Titus, 1987).
Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut
(Suriasumantri, 1990). Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan
“kota Yogyakarta terletak di pulau Jawa” maka pernyataan itu adalah
benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual,
yakni kota Yogyakarta memang benar-benar berada di pulau Jawa.
Sekiranya orang lain yang mengatakan bahwa “kota Yogyakarta
berada di pulau Sumatra” maka pernnyataan itu adalah tidak benar
sebab tidak terdapat obyek yang sesuai dengan pernyataan tersebut.
Dalam hal ini maka secara faktual “kota Yogyakarta bukan berada di
pulau Sumatra melainkan di pulau Jawa”.
2. Teori Kebenaran Koherensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990), artinya
39
pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten
dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu
yang koheren menurut logika. Misalnya, bila kita menganggap bahwa
“semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar,
maka pernyataan bahwa “si Hasan seorang manusia dan si Hasan pasti
akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah
konsisten dengan pernyataan yang pertama.
Seorang sarjana Barat A.C Ewing (1951:62) menulis tentang
teori koherensi, ia mengatakan bahwa koherensi yang sempurna
merupakan suatu idel yang tak dapat dicapai, akan tetapi pendapat-
pendapat dapat dipertimbangkan menurut jaraknya dari ideal tersebut.
Sebagaimana pendekatan dalam aritmatik, dimana pernyataan-
pernyataan terjalin sangat teratur sehingga tiap pernyataan timbul
dengan sendirinya dari pernyataan tanpa berkontradiksi dengan
pernyataan-pernyataan lainnya. Jika kita menganggap bahwa 2+2=5,
maka tanpa melakukan kesalahan lebih lanjut, dapat ditarik
kesimpulan yang menyalahi tiap kebenaran aritmatik tentang angka
apa saja.
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-
1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang
berjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori ini kemudian
dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah
berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering
dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya
adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George
Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990)
Pragmatisme menantang segala otoritanianisme,
intelektualisme dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah
manfaat (utility), kemungkinan dikerjakan (workability) atau
akibat yang memuaskan (Titus, 1987), Sehingga dapat dikatakan
40
bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa
yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu
membawa manfaat bagi hidup praktis (Hadiwijono, 1980) dalam
kehidupan manusia.
4. Teori Kebenaran Sintaksis
Para penganut teori kebenaran sintaksis berpangkal tolak pada
keteraturan sintaksis atau garamatika yang dipakai oleH suatu
pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya. Dengan demikian, suatu
pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu mengikuti aturan-
aturan sinaksis yang baku atau apabila proporsisi itu tdak mengikuti
syarat atau keluar dari hal yang diisyaratkan proporsisi itu tidak
mempunyai arti. Teori ini berkembang diantara para pilsuf analisa
bahasa, terutama yang bgitu ketat terhadap pemakaian gramatikal,
seperti Friederich Schleiermacher (1768-1834).
5. Teori Kebenaran Semantis
Teori kebanaran semantis dianut oleh faham filsafat Bertrand
Russel sebagai kokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa. Menurut
teori kebenaran semantis bahwa suatu proporsisi memiliki nilai benar
ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proporsisi yang merupakan
pangkal tumpunya inti mempunyai pengacu (referent) yang jelas.
Oleh karena itu, teori ini memiliki tugas untuk menguak kesyahan
proporsisi dalam referensinya.
Teori kebenaran emantis sebenarnya berpangkal atau mengacu
pada pendapat Aristoteles sebagaimana yang dgambarkan oleh White
(1978) seperti berikut ini:
“To say of what is that is or of what is not, is true”,
Atau mengacu pada teori tradisional korespondensi yang mengatakan:
“ …that truth consists in correspondence of what is said and
what is fact.
41
Dengan demikian, teori kebenaran semantik menyatakan
bahwa proporsisi itu mempunyai nilai kebenaran jika proporsisi itu
memiliki arti. Arti ini menunjukkan makna yang sesungguhnya
dengan menunjuk pada referensi atau kenyataan. Selain itu juga arti
yang dikemukakan itu memiliki arti yang bersifat definitive (arti yang
jelas dengan menunjuk cirri yang khas dari sesuatu yang ada).
6. Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori kebenaran non-deskripsi dikembangkan oleh penganut
filsafat fungsionalisme karena pada dasarnya suatu statemen atau
pernyataan itu akan mempunyai nilai benar yang sangat tergantung
peran dan fungsi pada pernyataan itu.
White (1978) menggambarkan tentang kebenaran sebagaimana
dikemukakanya berikut ini:
“….to say. It is true that not many people are likely to do that
“is away of agreeing with the opinion that not many people are likely
to do that anda not a way of talking about the opnion , much less of
talking about the sentence used to express the opinion.
Memiliki pernyataan d atas dapat dikatakan bahwa
pengetahuan akan memiliki nilai banar sejauh pernyataan itu
memiliki fungsi yang sangat praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk
menggunakan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
7. Teori Kebenaran Logis yang berlebihan
Teori ini dikembangkan oleh kaum Positivistik yang diawali
oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini adalah bahwa
problem kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja, dan hal
ini akibatnya merupakan suatu pemborosan karena pada dasarnya apa,
pernyataan yang hendak dibuktikan kebenaranya memiliki derajat
logic yang sama dan masing-masing saling melingkupinya. Dengan
demikian , sesungguhnya setiap proporsisi yang bersifat logic dengan
menunjukkan bahwa proporsisi itu mempunyai isi yang sama,
42
memberikan informasi yang sama, dan semua orang sepakat sehingga
apabila kita membuktikanya lagi hal yang demikian itu hanya
merupakan bentuk logis yang berlebihan.
Hal yang demikian itu sesungguhnya karena suatu pernyataan
yang hendak dibuktikan nilai kebenaranya sebenarnya telah
merupakan fakta atau data yang telah memiliki evidensi. Artinya,
objek pengetahuan itu sendiri telah menunjukkan kejelasan dalam
dirinya sendiri (Gallagher, 1984).
G. Sifat Kebenaran Ilmiah
Suatu kebenaran ilmiah lahir dari hasil penelitian ilmiah. Jadi agar
kebenaran tersebut dapat muncul maka harus melalui proses-proses atau
suatu prosedur. Prosedur baku yang harus dilalui adalah tahaPan-tahapan
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, yang pada hakikatnya berupa teori,
melalui metodologi ilmiah yang baku sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Maksudnya, adalah setiap ilmu secara tegas menetapkan jenis objek secara
ketat apakah objek itu berupa hal konkrit atau abstrak. Selain itu ilmu
menetapkan langkah-langkah ilmiah sesuai dengan objek yang dihadapinya
itu.
Kebenaran data ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif.
Maksudnya, bahwa kebenaran dari suatu teori atau lebih tinggi dan aksioma
atau paradigma, harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan
dalam keadaan objektifnya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari
keinginan subjek. Kenyataan yang dimaksud adalah kenyataan yang berupa
suatu dapat dipakai sebagai acuan atau kenyataan yang pada mulanya
merupakan objek dalam pembentukan pengetahuan ilmiah itu.
Mengacu pada status ontologisme objek, pada dasarnya kebenarana
dalam ilmu dapat digolongkan dalam dua jenis teori yaitu teori kebenaran
koepondensi atau teori kebenaran kohensi. Ilum-ilmu kealaman pada
umumnya menuntut kebenaran korespondensi karena fakta-fakta objektif
sangat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau pernyataan
(statement) . Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu kemausiaan, ilmu-ilmu
43
social, ilmu logika dan matematika. Ilmu-ilmu tersebut menuntut
konsistensi dan keherensi diantara proposisi-proposisi sehingga pembenaran
bagi ilmu-ilmu itu mengikat teori kebenaran koherensi.
Hal yang cukup penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam
kebenaran ini adalah kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil
persetujuan dan konvensi dari para ilmuwan di bidangnya. Sifat kebenaran
ilmu memiliki sifat universal sejauh kebenaran ilmu itu dapat dipertahankan.
Pernyataan tersebut karena kebenaran ilmu harus selalu merupakan
kebenaran yang disepakati dalam konfensi sehingga keuniversalan sigat
ilmu harus selalu harus masih dibatasi oleh penemuan baru atau penemuan
lainnya yang hasilnya menolak pertemuan terdahulu atau bertentangan sama
sekali. Apabila terdapat hal semacam ini, diperlukan suatu penelitian yang
mendalam apabila hasilnya berbeda. Kebenaran yang lama harus diganti
oleh penemuan baru atau kedua-duanya berjalan bersama dengan
kekuatanya atas kebenaranya masing-masing . Contoh kasus yang terjadi
adalah teori geometri, Euklides dan teori geometri. Reinnan yang bersama-
sama dengan Labocevsky tentang jumlah besar 3 sudut dari suatu segitiga.
Contoh yang lain adalah tentang peralihan teori tentang pusat alam raya dari
bumi nmenjadi matahari atau bahkan teori baru yang menunjukkan bahwa
pusat alam raya pada pusat galaksi bimasakti.
44
Bab 5
Filsafat Etika dan Moral
A. Etika dan Moral
1. Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau
yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai
ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan
mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga
disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
A. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
B. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang
tingkah lakuperbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
C. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku
manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani
hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat
dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu di lakukan dan
yang perlu di pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam
45
segala aspek atau sisi kehidupan.
Dalam perkembangannya etika terbagi atas etika deskriptif, etika
normatif dan metaetika.
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif memberikan gambaran tingkah laku moral dalam
arti luas, seperti norma dan aturan yang berbeda dalam suatu
masyarakat atau individu yang berada dalam kebudayaan tertentu atau
yang berada dalam kurun atau periode tertentu. Norma dan aturan
tersebut ditaati oleh individu atau masyarakat yang berasal dari
kebudayaan atau kelompok tertentu. Ajaran tersebut lazim diajarkan
para pemuka masyarakat dari kebudayaan atau kelompok tersebut.
Contoh :
Masyarakat Jawa mengajarkan tatakrama terhadap orang yang
lebih tua dengan menghormatinya, bahkan dengan sapaan yang halus
sebagai ajaran yang harus diterima. Bila tidak dilakukakan,
masyarakat menganggapnya aneh atau bukan orang Jawa.
b. Etika Normatif
Etika normatif mempelajari studi atau kasus yang berkaitan dengan
masalah moral. Etika normatif mengkaji rumusan secara rasional
mengenai prinsip-prinsip etis dan bertanggung jawab yang dapat
digunakan oleh manusia. Dalam etika normatif yang paling menonjol
adalah penilaian mengenai norma-norma. Penilaian ini sangat
menentukan perilaku manusia yang baik dan buruk.
Etika normatif terbagi atas dua kajian yakni etika yang bersifat
umum dan khusus. Etika normatif umum mengkaji norma etis/moral,
hak dan kewajiban, dan hati nurani. Sedangkan etika normatif khusus
menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum pada perilaku manusia
yang khusus, misalnya etika keluarga, etika profesi (etika kedokteran,
etika perbankan, etika bisnis, dll.), etika politik, dll.
c. Metaetika
Metaetika adalah kajian etika yang membahas tentang ucapan-
46
ucapan ataupun kaidah-kaidah bahasa aspek moralitas, khususnya
berkaitan dengan bahasa etis (bahasa yang digunakan dalam bidang
moral). Kebahasaan seseorang dapat menimbulkan penilaian etis
terhadap ucapan mengenai yang baik, buruk dan kaidah logika.
Contoh :
Bahasa iklan yang berlebihan dan menyesatkan, seperti pada
tayangan iklan obat yang menganjurkan meminum obat tersebut agar
sembuh dan sehat kembali. Ketika orang mulai mengkritik iklan
tersebut, maka dimunculkanlah ucapan etis: “jika sakit berlanjut,
hubungi dokter”. Ucapan etis tersebut seolah dihadirkan oleh
sekelompok produsen untuk disampaikan kepada masyarakat agar
lebih bijak dalam meminum obat tersebut.
d. Etika Terapan
Etika terapan adalah studi etika yang menitikberatkan pada aspek
aplikatif atas dasar teori etika atau norma yang ada. Etika terapan
muncul karena perkembangan pesat etika dan kemajuan ilmu lainnya.
Etika terapan bersifat praktis karena memperlihatkan sisi kegunaan
dari penerapan teori dan norma etika pada perilaku manusia.
Contoh :
Etika terapan yang menyoroti permasalahan iklim dan lingkungan
menghasilkan kajian mengenai etika lingkungan hidup.
Beberapa alasan mengapa perlunya etika saat ini:
1. Pandangan moral yang beraneka ragam yang berasal dari berbagai
suku, kelompok, daerah dan agama yang berbeda dan yang hidup
berdampingan dalam suatu masyarakat dan negara.
2. Modernisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan besar
dalam struktur masyarakat yang akibatnya dapat bertentangan dengan
pandangan-pandangan moral tradisional.
3. Munculnya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun
kehidupan manusia dengan masing-masing ajarannya tentang
kehidupan manusia.
47
Etika dapat membangkitkan kembali semangat hidup agar manusia
dapat menjadi manusia yang baik dan bijaksana melalui eksistensi dan
profesinya.
Dalam bidang keilmuan, etika sangat penting karena pokok
perhatiannya pada problem dan proses kerja keilmuan, sehingga
memunculkan studi etika keilmuan. Etika keilmuan menyoroti aspek
bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan dalam kegiatannya.
Tanggung jawab mereka dipertaruhkan dalam proses kegiatan ilmiahnya.
Pokok perhatian lain dalam etika keilmuan adalah masalah bebas nilai.
Bebas nilai adalah suatu posisi atau keadaan dimana seseorang ilmuwan
memiliki hak berupa kebebasannya untuk melakukan penelitian
ilmiahnya. Mereka bebas meneliti apa saja sesuai dengan keinginan atau
tujuan penelitiannya. Kebalikan bebas nilai adalah tidak bebas nilai,
yakni adanya hambatan dari luar seperti norma agama, norma hukum,
norma budaya yang muncul dalam proses penelitiannya. Norma-norma
tersebut semacam “pagar” yang merintangi kebebasan seorang peneliti
atas dasar tujuan dan kepentingan norma tersebut. Misalnya, pada kasus
penelitian kloning untuk manusia.
2. Moral
Kata moral berasal kata latin ‘’mos’’yaitu kebiasaan. Moral berasal
dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai
positif.Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia
tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Namun demikian karena manusia selalu berhubungan dengan
masalah keindahan baik dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan
layak atau tidak layaknya sesuatu.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi.
48
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena
banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut
pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-
sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia.apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima
serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai
mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah
produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai
sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat
mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara
hati, serta nasihat, dll.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai, moral dan sikap
a. Lingkungan keluarga.
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi
perkembangan nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah
laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-
orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan
orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak
mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa
menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma.
b. Lingkungan Sekolah.
Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku
dimasyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana
tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan
bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru
sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena
49
itu seorang guru harusmemiliki moral yang baik.
c. Lingkungan Pergaulan.
Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan
juga turut mempengaruhi nilai, moral dan sikapseseorang. Pada
masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu
hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak
ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa
dijadikan panutan baginya.
d. Lingkungan Masyarakat.
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting
terhadap pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali
disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri.
B. Solusi Untuk Mengatasi Perubahan Moral Dan Etika
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya adalah
1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan
memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh
terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,
terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari
orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya
perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk
menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan
merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap bahwa merokok
meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari
sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada
perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan
mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di
sekelilingnya.
50
4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal
pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak
mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan
beramal soleha
6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam
suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin,
pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat
meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan0kegiatan
yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama
kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir
prestasi.
51
Bab 6
Epistemologi, Ontologi, Aksiologi
A. Epistemologi
Epistemologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari
ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal
dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif,
metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu
pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme,
pengetahuan; dan logos,theory.Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat
yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu
pengetahuan.Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep
ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara
'alim (subjek) dan ma'lum (objek).Atau dengan kata lain,epistemologi
adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat,dan
bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam
menentukan sebuah model filsafat.Dengan pengertian ini epistemologi tentu
saja menentukan karakter pengetahuan,bahkan menentukan “kebenaran”
macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Manusia dengan latar belakang,kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-
kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-
pertanyaan seperti,dari manakah saya berasal?Bagaimana terjadinya proses
penciptaan alam?.Apa hakikat manusia?.Tolok ukur kebaikan dan
keburukan bagi manusia?.Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia?.Mana
pemerintahan yang benar dan adil?Mengapa keadilan itu ialah baik?Pada
derajat berapa air mendidih?Apakah bumi mengelilingi matahari atau
sebaliknya?.Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain.Tuntutan fitrah manusia
52
dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi
atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan
dihadapinya.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya
mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.Manusia sangat memahami dan
menyadari bahwa:
1. Hakikat itu ada dan nyata;
2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;
3. Hakikat itu bisa dicapai,diketahui,dan dipahami;
4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,dan makrifat atas hakikat itu.
Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang
dihadapinya,dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi
manusia.
Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru,misalnya
bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar
ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber
dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita
bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian
dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya?Apakah kita yakin bisa
menggapai hakikat dan realitas eksternal itu?.Sangat mungkin pikiran kita
tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana
adanya, keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-
kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusia?
Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan
sebelumnya,yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu
asumsi bahwa hakikat itu ada,akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir
ini,keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang
diperdebatkan.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.Seseorang
sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat
berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda,lantas
53
dia meneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-
pertanyaan tentangnya.Dengan perantara teropong itu sendiri,dia berupaya
menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang
dilihatnya.Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya:Dari mana Anda
yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan
warna,bentuk dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda
yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau
kecil?.Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya
kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong.Pertanyaan-pertanyaan
ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh
teropong.Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan
realitas eksternal,akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong
itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang
jauh.
Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran,persepsi-persepsi
pikiran,nilai dan keabsahan pikiran,kualitas pencerapan pikiran terhdap
objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran,dan sejauh
mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap
objek eksternal,masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian
bagi manusia.Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang
benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas
tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra.
Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi.
Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa
tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan
pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan:
a) Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu
secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu
hushûlî.Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah
menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah
sebagai berikut:
54
1. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum
dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan,
kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî, hushûlî, ilmu
Tuhan, ilmu para malaikat dan ilmu manusia.
2. Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk
penyingkapan.Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam.Makna ini
mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî.
3. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana
berhubungan dengan ilmu logika (mantik).
4. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi
kebenaran yang diyakini dan belum diyakini.
5. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan
kenyataan dan realitas eksternal.
6. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling
bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah
sejarah dan geografi.
7. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat
empirik.
b) Sudut pembahasan,yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan
makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas,karena ilmu dan
makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi.Sudut-sudut
yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang
menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini
menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi
pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi
pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru
dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi
penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.Dan
ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia
terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang
55
pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam
tentang perbedaan-perbedaan ilmu.
Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas
pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-batasan
pengetahuan.Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî juga akan
menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang
diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa
dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi.
B. Ontologi
Ontologi adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal
yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada atau the existence
khususnya esensinya.Dalam dictionary of philosophy,James K Frebleman
mengatakan bahwa ontologi adalah “the theory of being qua being” teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan.Menurut Aristoteles ontologi adalah
the first of philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.Dari
sekian definisi ini dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah salah satu
bagian penting dalam filsafat yang membahas atau mempermasalahkan
hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun riil.Ontologi di sini
membahas semua yang ada secara universal,berusaha mencari inti yang
dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala
bentuknya.Jadi objek dari ontology adalah segala yang ada dan tidak terikat
pada satu perwujudan tertentu(hakikat).Hasbullah Bakry mengatakan bahwa
ontology mempersoalkan bagaimana menerangkan hakekat segala yang ada
baik jasmani maupun rohani dan hubungan antara keduanya.
Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakekat, lahirlah
mazhab-mazhab ontology yang mencoba menjawab semuanya melalui
beberapa pendekatan yang berbeda yaitu; Naturalisme, Materialisme,
Idealisme, hylomorphisme dan Logic Empiricism (Louis O Katsof). Untuk
lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu kelima mazhab tersebut secara
umum saja.
1. Naturalisme
56
Menurut Hasbullah Bakri naturalisme juga mempersoalkan
bagaimana menerangkan hakikat segala yang ada baik rohani maupun
jasmani serta hubungan keduanya.Penganut naturalisme modern
beranggapan bahwa kategori pokok tentang kenyataan adalah kejadian-
kejadian kealaman.Jadi menuurut paham naturalisme ini semua
kenyataan itu pasti bersifat kealaman yang dapat ketahui dengan bebagai
kejadian alam.
2. Materialisme
Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi
yang berada sendiri dan merupakan unsur-unsur yang membentuk
alam.Menurut penganut materialisme hakikat dari suatu benda adalah
benda itu sendiri atau wujud materi dari benda tersebut dan dunia fisik itu
adalah satu
3. Idealisme
Idealisme adalah pandangan dunia metafisik yang mengatakan
bahwa realitas terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide-
ide,fikiran,akal dan jiwa.Jadi Idealisme juga merupakan ajaran
kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar kita dapat memahami
materi atau tatanan kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu
sampai pada hakikat terdalam dengan menggunakan ide,akal,fikiran-
fikiran dan jiwa atau ruh.
4. Hylomorphisme
Secara etimologi hylomorphisme berasal dari bahasa yunani yaitu
hylo yang berarti materi atau substansi dan morph atau bentuk.Dari sini
dapat disimpulkan bahwa tidak satu hal-pun yang ragawi itu bukan
merupakan kesatuan dari esensi dan eksistensi.Esensi adalahsegi tertentu
dari yang ada yang memasuki akal kita sehingga dapat diketahui atau
bisa dibilang wujud nyata suatu benda yang pertama kali dapat
menyentuh akal kita saat melihatnya.Menurut Mariatin esensi adalah
sesuatu yang terdapat pada obyek manapun yang dipikirkan secara
langsung dan yang pertama dihadapkan pada akal.Sedangkan eksistensi
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU

More Related Content

What's hot

Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaYolandaday1
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Henry Kurniawan
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Sbaguspw12
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsRijalAshidiq
 
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msKumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msNur Rochmatus
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSNur Rochmatus
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17Sri Suwanti
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaSiti Hardiyanti
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
Power point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematikaPower point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematikacienda
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmuClaudiaPrisila
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmuesterlitaayuningtyas
 
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
Kumpulan soal   soal filsafat ilmuKumpulan soal   soal filsafat ilmu
Kumpulan soal soal filsafat ilmuoktavianidiann
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, msKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms05270614
 

What's hot (20)

Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
 
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msKumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
 
Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Power point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematikaPower point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematika
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
Kumpulan soal   soal filsafat ilmuKumpulan soal   soal filsafat ilmu
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, msKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
 
Makalah logika
Makalah logika Makalah logika
Makalah logika
 

Similar to FILSAFAT ILMU

TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptxChika
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaYolandaday1
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaYolandaday1
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatjotimustika
 
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalTugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalYossytaAryanto
 
Tugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptx
Tugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptxTugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptx
Tugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptxziloglow
 
Kumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafatKumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafatViraRosalia
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanSerenity 101
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuTiaAgustina2
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahIska Nangin
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MSKumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MSkhoinurfaisila
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuKristinaMala
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat AnggiChaca
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafatOperator Warnet Vast Raha
 
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologiSoal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologiMelShannon2
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatDea_tita
 

Similar to FILSAFAT ILMU (20)

TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
 
P
PP
P
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalTugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
 
Tugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptx
Tugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptxTugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptx
Tugas Filsafat dalam kehidupan!!!!!.pptx
 
Kumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafatKumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafat
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MSKumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
 
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologiSoal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafat
 

Recently uploaded

Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 

Recently uploaded (16)

Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 

FILSAFAT ILMU

  • 1. i KUMPULAN MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Tugas ini digunakan sebagai media pembelajaran Pengantar Teori Filsafat Ilmu yang diasuh oleh : Dr. Sigit Sardjono, M. Ec Oleh : 1. Satriyo Bagus P. (1221800025) 2. Elia Deardy C. (1221800002) 3. Ali Imron (1221800039) (Kelas T, Hari Rabu 19.15, L502) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 2. ii KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “PENGANTAR FILSAFAT ILMU”. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas amal kebaikannya. Amin. Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Surabaya, 10 Juli 2019 Penyusun
  • 3. iii DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………………. ii Daftar Isi ………………………………………………………………………….. iii Bab 1 Manfaat Belajar Filsafat bagi Mahasiswa A. Pengertian Filsafat ……………………………………………………. 5 B. Pengertian Ilmu ………………………………………………………. 6 C. Pengertian Filsafat Ilmu ……………………………………………… 7 D. Lingkup Filsafat Ilmu ………………………………………………... 8 E. Objek Material dan Objek Formal Filsafat Ilmu …………………….. 9 F. Kedudukan Filsafat Ilmu …………………………………………….. 11 G. Tujuan Filsafat Ilmu …………………………………………………. 12 H. Manfaat Filsafat Ilmu ………………………………………………... 12 Bab 2 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu A. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Yunani Kuno …………………. 13 B. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Abad Pertengahan ……………. 16 C. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern (Eropa) …….... 19 D. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Kontemporer …………... 21 Bab 3 Filsafat Ilmu dan Pengetahuan A. Pengertian Pengetahuan ……………………………………………... 23 B. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu …………………………………….. 24 C. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan ………………………. 26 Bab 4 Logika Berpikir dan Kebenaran Ilmiah A. Pengertian Logika …………………………………………………… 29 B. Macam - Macam Logika …………………………………………….. 29 C. Hal - Hal Yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika ……………… 30 D. Kegunaan Logika ……………………………………………………. 34 E. Arti Kebenaran ………………………………………………………. 35 F. Teori Tentang Kebenaran …………………………………………… 37 G. Sifat Kebenaran Ilmiah ……………………………………………… 42 Bab 5 Filsafat Etika dan Moral A. Etika Dan Moral …………………………………………………….. 44
  • 4. iv B. Solusi Untuk Mengatasi Perubahan Etika Dan Moral ………………. 49 Bab 6 Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi A. Epistemologi ………………………………………………………… 51 B. Ontologi ……………………………………………………………… 55 C. Aksiologi …………………………………………………………….. 57 Bab 7 Filsafat Pancasila A. Pengertian Pancasila …………………………………………………. 62 B. Pengertian Filsafat Pancasila ………………………………………… 62 C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ……………………………………. 63 D. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila ……………………………… 64 E. Hakekat Sila Sila Pancasila ………………………………………….. 68 F. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat ………… 69 Bab 8 Filsafat Metode Ilmiah A. Pengertian Metode Ilmiah …………………………………………… 73 B. Unsur-unsur Metode Ilmiah …………………………………………. 74 C. Macam-macam Metode Ilmiah ……………………………………… 75 D. Prosedur Metode Ilmiah …………………………………………….. 76 E. Refleksi ...……………………………………………………………. 80 Daftar Pustaka …………………………………………………………………… 84
  • 5. 5 Bab 1 Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa A. Pengertian Filsafat Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya ( secara bahasa) adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Filsafat merupakan cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan atau teori yang sering tidak bertujuan praktis, tetapi teoretis. Filsafat selalu memandang sebab-sebab terdalam, tercapai dengan akal budi murni. Filsafat membantu untuk mendalami pernyataan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya yang dapat dipelajari secara sistematik dan historis. Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof yaitu : a. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. b. Penyelidikan kritis atas pengandaian - pengandaian dan pernyataan -pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. c. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat. Banyak pengertian definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan. Diberikan juga pengertian kata hikmah (sophos) yang merupakan
  • 6. 6 salah satu makna dari falsafat yaitu mencintai hikmah. Fuad Iframi, Ibnu Mundzir, Al-Jurjani dan Ibn Sina memberikan pengertian hikmah yang secara tekstual berbeda namun secara kontekstual tetap sejalan. Salah satu diantaranya yang didefinisikan oleh Ibn Sina. Menurutnya hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan mebenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan seseorang. Berdasarkan beberapa komentar yang telah dipaparkan oleh para pakar di atas, maka penulis menyimpulkan secara sederhana dan dominan bahwa filsafat itu : Filein (Mencintai) dan sophia (kebijaksanaa). Dengan demikian filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan menjelaskan hakekat dari segala sesuatu. B. Pengertian Ilmu Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science (pengetahuan). Menurut kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis, logis dengan menggunakan metode tertentu dan bersifat empiris. Asley Montagu, seorang Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Ilmu merupakan mata kita terhadap berbagai kekurangan. Ilmu tidak mengikat apresiasi kita terhadap ilmu itu sendiri. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan
  • 7. 7 interaksi di antara aktivitas, metode dan pengetahuan dapat digambarkan sebagai bagan segitiga penyusun menjadi ilmu. C. Pengertian Filsafat Ilmu Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek materinya adalah segala yang ada baik yang tampak (dunia empirik) maupun yang tidak tampak (alam metafisik). Sementara Ilmu juga memiliki dua obyek yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek materialnya adalah alam nyata misalnya tubuh manusia untuk ilmu kedokteran, planet untuk ilmu astronomi dan lain sebagainya. Sedangkan obyek formalnya adalah metoda untuk memahami obyek material misalnya pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang reflektif terhadap persoalan -persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu tela’ah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu terhadap lambing - lambang dan struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat mengenai ilmu. Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan batas yang ditentukan. Filsafat ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (i) Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut berbagai hubungan luar dari kegiatan ilmiah. (ii) filsafat ilmu dalam arti sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan hubungan ke dalam yang terdapat dalam ilmu yaitu pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan sekaligus akan menyadari bahwa pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun dinamis seirama dengan perkembangan akal dan budi.
  • 8. 8 Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai ilmu yang dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah tidak sesuai dengan zaman. Disinilah perlunya kita selalu berusaha untuk mengembangkan dan sekaligus memperbaharui ilmu. Kita menyadari bahwa untuk memahami hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum kausalitas itu tidak cukup hanya mengandal sumber daya indrawi semata (seperti dengan mata, pendengaran, penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu perenungan yang sangat mendalam dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa). D. Lingkup Filsafat Ilmu Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti : a. Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan Ontologis) b. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan Epistemologis) c. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan Aksiologis). Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis Psillos and Martin Curd
  • 9. 9 menjelaskan bahwa filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan – pertanyaan yang meliputi : a. Apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience? b. Bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah? c. Apa saja yang membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya causation (sebab-akibat dan illat), eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen, model, reduksi dan sejumlah probabilitas- probalitasnya?. d. Apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen ? apakah ada kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam kebijakan dan bagaimana semua itu dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan factor- faktor gender? Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup pembahasan yang meliputi: cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu. E. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek
  • 10. 10 material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu. Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat. Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan. Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
  • 11. 11 F. Kedudukan Filsafat Ilmu Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati. Sementara filsafat berpikir sampai di belakang dengan fakta-fakta yang sangat nampak. Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia. Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan penyempurnaan ilmu pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi dan visi penyelidikan ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan ontologisme, epistemologis, dan aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat ilmu melakukan kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah serta analisis- kritis tentang istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan. Filsafat ilmu juga menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap sistem kerja dan susunan ilmu. Pada dasarnya filsafat bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis,
  • 12. 12 dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing. G. Tujuan Filsafat Ilmu a. Mendalami unsure-unsur poko ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu. b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories. c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang alamia dan non-alamia. d. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkanya. e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. H. Manfaat Filsafat Ilmu Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu : a. Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas ilmu/keilmuan b. Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah. c. Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. d. Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual e. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus- menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu) f. Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional g. Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid h. Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
  • 13. 13 Bab 2 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu A. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Yunani Kuno Untuk mempelajari filsafat kita tidak bisa terlepas dari belajar atau mengkaji sejarah filsafat. Hal ini sangat penting mengingat dalam mempelajari sejarah kita juga akan mempelari ruang lingkup dimensi yang ada dalam ruang dan waktu yang melandasi suatu fenomena. Dengan fenomena yang ada kita bisa mengetahui sebab dan akibat yang saling terkait. Oleh karena itu dalam kajian filsafat belajar sejarah filsafat merupakan metode bahkan merupakan subject matter sebagaimana ,yang dijelaskan Wiramhardja: “sejarah filsafat merupakan metode yang terkenal dan banyak digunakan orang dalam mempelajari filsafat bahkan merupakan metode yang sangat penting dalam belajar berfilsafat. Sejarah filsafat pun merupakan subject matter itu sendiri. Mempelajari sejarah filsafat berarti kita mempejari dengan dasar kategori waktu mengenai pemikiran secara kronologis, yang di dalamnya antara lain, tempat kejadian, lingkungan sosial, kebudayaan yang melingkupiya. Dengan mempelajari berbagai latar belakang yang merupakan bagian dari kronologi maka kita akan mengetahui watak dari pemikiran berdasarkan periode sejarah tertentu. Disamping itu seringkali persoalan-persoalan hanya dapat dipahami jika dilihat dari perkembangan sejarahnya. Pemikiran para filosof besar seperti Aristoteles, Thomas Aquino, Imanuel Kant hanya dapat dimengerti dari aliran aliran yang mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya tesis dan yang lainnya merupakan sintesis, atau bisa jadi merupakan reaksi dari pemikiran yang lain pada masa yang berbeda. Dan dari seluruh perjalanan pemikiran filsafat itu menjadi sangat terlihat juga persoalan-persoalan manakah yang selalu tampil kembali bagi setiap kurun waktu. Maka untuk mengetahui watak dan karakter masing – masing pereode waktu atau dalam sejarah filsafat maka penulis membagi sejarah filsafat
  • 14. 14 menjadi, pertama zaman Yunani Kuno atau Filsafat Alam (600 SM – 200 SM). Kedua Zaman Keemasan (470 SM – 300 SM). Kemudian yang ketiga dilanjutkan pada masa Abad Pertengahan pada masa Filsafat Islam (Arab) (awal abad VIII M – abad XII M). Periode Kristen (abad IX – XII M). Kemudian masuk pada zaman modern (1600 – 1800 M), diteruskan Zaman Baru (1800 – 1950 M). Dan terakhir adalah Postmodernism atau Kontemporer (1950 -…M) 1. Pra Socrates Pada masa awal ini sering di sebut dengan filsafat alam. Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak pemikir/filosof yang memfokuskan pemikirannya pada apa yang diamati di sekitarnya, yakni alam semesta. Mereka memikirkan alam- mencari unsur induk yang dianggap asal dari segala sesuatu. Pandangan para filosof ini melahirkan monisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau sebutansi lainnya yang tidak dapat di ketahui. Pada zaman masa ini para filosof mulai berfikir ulang dan tidak mempercayai sepenuhnya pengetahuan yang didasarkan pada mitos- mitos, legenda, kepercayaan yang sedang menjadi meanstreamdi masyarakat waktu itu. Mereka mempercayai bahwa pengetahuan bisa didapatkan melalui proses pemikiran dan mengamati. Salah satu pemikir pertama pada masa ini adalah Thales (624 – 545 SM) berfikiran bahwa zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan adalah air. Anaximander (610 – 546 SM) adalah murid dari Thales, tetapi walaupun begitu Thales berbeda pendapat dengan gurunya. Thales berfikiran bahwa permulaan yang pertama tidak bisa ditemukan (apeiron) karena tidak memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu subtansi azali yang abadi, tanpa terbatas yang melingkupi seluruh alam. 2. Zaman Keemasan Jika pada masa Pra Socrates para pemikir masih berkutat pada wilayah
  • 15. 15 kemenjadian, maka pada masa keemasan sudah masuk pada pemikiran dan keutamaan moral. Pada masa keemasan kajian sudah mengarah kepada manusia sebagai objek pemikiran. Pada masa ini juga sudah mulai berkembang dialektis- kritis untuk menunjukkan kebenaran. Socrates (470 – 399 SM) merupakan generasi pertama dari tiga filsafat besar dari Yunani. Pemikiran Socrates sangat dipengaruhi oleh kondisi kaum “sophis” cerdik cendekia yang dalam mengajarkan pengetahuannya meminta imbalan. Dan pada masa hidupnya kekuasaan politik di Athena sedang dikuasai oleh para “sophis” yang jahat dan sombong pada masa sebelumnya. Socrates adalah seorang yang meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian dalam pengetahuan. Menurut Socrates ada kebenaran objektif yang tidak tergantung pada saya atau kita. Setiap orang bisa berpendapat benar dan salah tergantung pada pengujian rasionya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, manusia pada dasarnya adalah jujur, dan kejahatan merupakan upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Ia menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alam dan lingkungan yang kemudian akan mengarah pada perkembangan method ilmu pengetahuan. Socrates berpendapat bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, dan dipersiapkan dengan baik dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Socrates memiliki pandangan atau gagasan tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan ini. Sampai dia di suruh bunuh diri meminum racun karena pandangannya dianggap meracuni kepercayaan umum yang saat itu masyarakat mempercayai kuil dan dewa-dewa. Berikutnya adalah Plato (427 – 347 SM) adalah murid Socrates. Menurutnya dunia yang tampak ini sebuah bayangan atau refleksi dari dunia yang ideal. Bahkan kebenaran dan definisi lahir bukan dari hasil
  • 16. 16 dialog melainkan hasil bayangan dari dunia ide. Menurutnya dunia ide adalah realitas yang sebenarnya. Untuk menjelaskan tentang pemikiran filosofisnya Plato membagi realitas menjadi dua yaknipertama dunia ide. Kedua dunia baying-bayang dan dunia yang tampak ini adalah di dalamnya. Aristoteles (384 – 322 SM) adalah filosof yang sangat berpengaruh sama sebagaimana Plato, namun Aristoteles sangat empiris dan mulai memperlihatkan kecenderungan berfikir yang saintific.Menururnya tidak ada sesuatu pun di dalam kesadaran yang belum pernah dialami oleh indra. Seluruh pemikiran dan gagasan yang masuk ke dalam kesadaran kita melaui apa yang pernah kita lihat dan dengar sebelumnya. Manusia memiliki akal pembawaan untuk mengorganisasikan seluruh kesan inderawi ke dalam kategori-kategori atau kelompok-kelompok. Aristoteles juga mulai membagi benda dengan melaui “bentuk” dan “substansi” nya. Selain pemikiran yang empiris ini, Aristoteles juga mengembangkan logika, bahkan Aristoteles terkenal dengan bapak logika. Logikanya disebut logika tradisional, sebab nanti berkembang logika modern. B. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Abad Pertengahan Filsafat abad pertengahan sering disebut filsafat scholastic, karena sekolah-sekolah yang ada sudah mengajarkan hasil dari pemikiran filsafat . Pada abad ini perkembangan filsafat sangat di pengaruhi oleh agama, sehingga pokus kajiannya lebih banyak membahas dan membicarakan Theocentris (Tuhan). Secara histori peradaban yang dibangun oleh Yunani mengalami masa kejayaan sudah sangat berkembang pesat dan besar, sehingga mempengaruhi pemikiran di Eropa. Karena pada saat di Eropa muncul peradaban Kristen. Namun pada pereode selanjutnya dominasi gereja semakin berlanjut, sampai pada titik belenggu kehidupan pemikiran manusia. Gereja memberlakukan aturan yang sangat ketat terhadap pemikiran
  • 17. 17 manusia, termasuk pemikiran tentang teologi. Hanya pihak gereja yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama. Kendati demikian ada saja pihak-phak pemikir yang melanggar peraturan tersebut, dan mereka dianggap orang yang murtad, dan kemudian diadakan pengejaran. Pengejaran terhadap orang-orang yang murtad ini mencapai puncaknya pada akhir abad XII dan yang paling berhasil di Spanyol. Pada abad IV Agustinus (354-430) adalah pemikir besar yang berpengaruh terhadap pemikiran yang berkembang. Pada Agustinus pemikirannya merupakan integrasikan dari teologi Kristen dan pemikiran filsafatinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu otonom atau lepas dari iman kristiani. Pada pemikiran masa ini ada beberapa hal yang penting dan sebagai maenstream yaitu rasio insani hanya dapat abadi jika medapatkan penerangan dari rasio Ilahi. Tuhan adalah guru yang tinggal dalam batin kita dan menerangi roh manusia. Abad pertengahan yang memasuki masa keemasan filsafat masih dipelajari dalam hubugannya dengan teologi. Namun wacana filsafat masih hidup dan dipelajari walaupun tidak secara terbuka dan mandiri. Pada zaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500 ). Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (Kristiani). Puncak filsafat Kristiani ini adalah Patristik (Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik Patristik sendiri dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini anatara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330- 390), Basilius (330-379). Tokohtokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran- ajaran ini banyak pengaruh dari Plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era
  • 18. 18 filsafat yang berlandaskan akal-budi diabdikan untuk dogma agama. Zaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus diambil alih oleh Aristoteles. Pemikiran-pemikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam karya beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui Avicena (Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135- 1204). Pengaruh Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut sebagai Sang Filsuf sedangkan Averroes yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai Sang Komentator. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman. Kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang lahir pada masa Abad Pertengahan, yaitu, dari ordo Dominikan dan Fransiskan. Filsafatnya disebut Skolastik karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain (Agama dengan Filsafat) bukan yang satu mengabdi terhadap yang lain atau sebaliknya. Sampai dengan di penghujung Abad Pertengahan sebagai abad yang kurang kondusif terhadap perkembangan ilmu, dapatlah diingat dengan nasib seorang astronom berkebangsaan Polandia N. Copernicus yang dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja, ketika mengemukakan temuannya tentang pusat peredaran benda-benda angkasa adalah matahari (Heleosentrisme). Teori ini dianggap oleh otoritas Gereja sebagai bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh Ptolomeus semenjak zaman Yunani yang justru telah mendapat mandat dari otoritas Gereja. Oleh karena itu dianggap menjatuhkan kewibawaan Gereja, itu sebabnya N. opernicus di hukum oleh kerajaan atas perintah gereja.
  • 19. 19 C. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern (Eropa) Istilah modern itu sendiri tidak jelas apa maksudnya. Lazimnya, istilah modern menampilkan kesombongan dan arogan, bahkan menampilkan buah pikiran yang telah lahir sebelumya disebut juga sebagai suatu pemberontakan yang sedikit dilebih-lebihkan. Sehingga pemikiran filsafat modern lebih cendrung membicarakan hal-hal antroposentris artinya membicarakan apa yang ada dalam dirinya. Adapun filsafat modern memiliki ciri khas dan karakter dalam mendapatkan kebenaran, cirinya adalah kesangsian terhadap kebenaran itu sendiri. Maka dalam mendapatkan kebenaran yang sejati adalah dengan kesangsian dan keraguan. Sama halnya dengan kaum pasca-modernisme yang memberontak terhadap pemikiran modern yang terlalu menghargai rasio. Mengenai siapa “founding fathers” Zaman Modern ini, beberapa ahli berpendapat adalah Rene Descartes dengan pikiran rasionalitas, John Locke dengan pemikiran empirisnya, Immanuel Kant dengan kritis melihat ketidak sempurnaan. Baik pada Descartes, Locke maupun Kant mengatakan bahwa, “pengamatan tanpa konsep adalah buta, sedangkan tanggapan tanpa penglihatan adalah hampa.” Ia berpendapat, bahwa pengetahuan itu dasarnya adalah pengamatan dan pemikiran. Untuk melihat lebih mudah, maka filsafat modern dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: (1) rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. (2) dialektika idealisme dan dialektika materialisme, (3) fenomenologi dan eksistensialime, serta (4) filsafat kontemporer dan pasca-modernisme. Para pemikir rasional menuntut kenyataan sejati yang berdasar pada pemikiran, sehingga hukum pengetahuan sangat jelas. Hal ini bisa berlaku jika hanya pengetahuan bersifat apriori. Dasar pengetahuan adalah sensasi yang berasal dari rangsangan-rangsangan yang berdasar pada pengalaman. Menurut kaum kritisisme (Kant) ilmu pengetahan harus memiliki kepastian sehingga rasionalisme adalah benar. Ilmu pengetahuan harus mau dan berkembang didasari oleh kenyataan-kenyataan yang berkembang pula.
  • 20. 20 Dialektika idealism merupakan hasil dari pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831) yang sangat berorientasi pada ilmu sejarah, alam, dan hukum. Hegel menyatakan bahwa segenap realitas bersifat rasional, dan yang rasional bersifat nyata. Ia sangat mementingkan rasio, tetapi bukan hanya rasio pada perseorangan, melainkan rasio pada subjek absolute. Kemudian dealektika Hegel adalah pemikiran yang berusaha mendamaikan, mengkromomikan dua pandangan atau lebih atau keadaan yang bertentangan menjadi satu keatuan. Hegel berpendapat bahwa pertentangan adalah “bapak” segala hal. Ada tiga hal dalam fase dielektika, pertama tesis menampilkan lawannya antithesis sebagai fase kedua. Kemudian, timbullah fase ketiga yang mendamaikan kedua fase itu, yaitu : ”aufgehoben” artinya bermacam- macam di cabut, ditiadakan, dan tidak berlaku lagi. Hal ini disebut sintesis. Dalam sintesis terdapat tesis dan antithesis, keduanya diangkat pada satu taraf yang baru. Jadi tesis dan antithesis tetap ada, hanya lebih sempurna. Mengenai materilisme yang muncul “berlawanan” dengan idealisme dapat dikemuakakan sebagai berikut. Berdasarkan dialektika materialime bahwa seluruh kenyataan sejati adalah materi, sehingga apapun dapat dijelaskan dalam proses material. Materialisme terbagi menjadi dua, pertama materialisme yang meneruskan masa “aufklaerung” yang banyak digunakan dalam meneruskan tradisi ilmu pengetahuan alam atau disebut materialisme ilmiah. Kedua materialisme filsafat yang merupakan reaksi atas idealism. Filsafat materialism adalah “Hegelian kiri” yang memberikan kritik tajam atas pemikiran Hegel yang dipandangnya sebagai puncak rasionaisme modern. Pengikut pertama hegelan kiri adalah Ludwig Feuerbach (1804 – 1872). Menurutnya dalam rasionalisme selalu ada suasana religious sehingga pengenalan inderawi kurang mendapat penghargaan yang semestinya.
  • 21. 21 D. Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Kontemporer Pada masa ini pembicaraan filsafat lebih banyak membahas dan membicarakan masalah logocentris (kata/kalimat), inipun terjadi pada filosof-filosuf eropa, lain halnya dengan di Amerika lebih bersifat Pragmatis, artinya mereka akan mengambilnya jika filsafat itu menguntungkan bagi mereka. Perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran- aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara lain: positivisme ialah Paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan, fenomenologi yakni hanyalah suatu gaya berfikir, bukan suatu mazhab filsafat. Pendapat lain fenomenologi merupakan suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat. Aliran lainnya ada namanya marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme, sedangkan dalam aliran filsafat pendidikan ada namanya Progresivisme (fleksibel artinya lentur tidak kaku, toleran, terbuka maksudnya ingin mengetahuai dan menyelidiki demi pengembangan ilmu), esensialis meyakini kembali ke kebudayaan lama karena banyak melakukan kebaikan bagi manusia, perennialisme memiliki arti kekal tiada akhir, dan konstruksionalisme yakni berusaha membina suatu consensus untuk tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. Menurut A. Comte (1798-1857), pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis, (2) Metafisis, dan (3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan
  • 22. 22 hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak spekulasi metafisik, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan Fisika Sosial sebelum dikenal sekarang sebagai Sosiologi. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah lebih mantap dan mapan, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang sesudahnya. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya : Strukturalisme dan Postmodernisme. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya C. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research). Demikian pula hal ada dan keberadaan (ontologi/metafisika) suatu ilmu/sain berkaitan dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu /sain dan kegunaan/manfaat atau implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga menjadi bahasan dalam filsafat ilmu.
  • 23. 23 Bab 3 Filsafat Ilmu dan Pengetahuan A. Pengertian Pengetahuan Ditinjau dari segi etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan dari segi terminology menurut Sidi Gazalba dalam kitab Sistematika Filsafat Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik pukiran. Dengan demikian pengetahuan adalah merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh Karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan obyek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu. Di sini yang menjadi sumbernya adalah hasil penyelidikan dengan pengalaman (empirik) dan percobaan (eksperimen) yang kemudian diolah dengan pikiran. Nilai kebenarannya adalah positif, sepanjang positifnya peralatan yang digunakan dalam penyelidikannya, yaitu indera, pengalaman dan percobaannya, maka ilmu pengetahuan selalu siap untuk diuji lagi kebenarannya, karenanya kebenaran ilmu pengetahuan tetap diakui sebagai benar sampai ada pembuktian dengan bukti yang lebih kuat. Jadi pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu , apabila memenuhi
  • 24. 24 criteria antara lain; mempunyai obyek kajian, mempunyai metode pendekatan dan bersifat universal. B. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan ke duanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami khazanah intelektuan manusia. Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, disamping dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam ha! sifat dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat. Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berflkir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berfikiran terbuka serta sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisisr dan sistematis. Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman mdra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh,
  • 25. 25 filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan- temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni. Dengan memperhatikan ungkapan di atas Nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah- masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah- masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Memirut Sidi Gazalba (1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama "Tuhan". Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik,
  • 26. 26 meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya. C. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan Setelah kita mengetahui arti dari filsafat dan ilmu pengetahuan, kali ini kita akan mencoba meletakkan di mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan islamisasi ilmu pengetahuan. Orang yang tidak berfilsafat tidak akan mengerti bagaimana sebaiknya ilmu pengetahuan tersebut diperlakukan. Yang mana dalam pemanfaatan tersebut tidak didasari dengan rasa keruhanian yang taat akan Tuhannya. Maka dari landasan itulah filsafat ilmu berperan penting dalam islamisasi ilmu pengetahuan. Filsafat adalah induk dari ilmu Pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu penngetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah di kaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, filsafat berbeda dengan ilmu Pengetahuan, ilmu Pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati. Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang nampak. Dalam ilmu Pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau Pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu Pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia. Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.Secara subtantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara
  • 27. 27 teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing. Sedangkan kajian yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut, bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris.Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa kedudukan filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan terletak pada ontologi dan epistemologinya ilmu pengetahuan tersebut.. Ontologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris.Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Dan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan penyempurnaan ilmu Pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi dan visi penyelidikan ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan ontologisme,
  • 28. 28 epistimologis, dan aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat ilmu melakukan kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah serta analisis-kritis tentang istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan. Filsafat ilmu juga menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap system kerja dan susunan ilmu. Pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk, 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disip;in ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup Pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Gie, 1999) menyebutkan filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences) Bisa disimpulkan bahwa ilmu Pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, antara lain: a. Setiap ilmu Pengetahuan itu mempunyai objek dan problem. b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu Pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu Pengetahuan itu. c. Di samping itu filsafat juga membrikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu Pengetahuan. d. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu Pengetahuan tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu Pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu Pengetahuan.
  • 29. 29 Bab 4 Logika Berpikir dan Kebenaran Ilmiah A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin:logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Menurut definisi logika, logika ialah ilmu tentang pedoman ( peraturan ) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan kepada kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya. B. Macam-macam Logika Dalam filsafat logika terdapat didalamnya banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri terdapat juga macam-macamnya yaitu : 1. Logika Alamiah Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
  • 30. 30 tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni. 2. Logika Ilmiah Logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi. C. Hal-hal yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika Dalam berpikir logika digunakan untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis dan dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu.[3] Untuk itu di Dalam berpikir logika ada juga hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya tiga hal yakni: 1. Aturan Cara Berpikir yang Benar. Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu: a. Mencintai kebenaran. Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu penalarannya, dan menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh-ruh yang akan menyeleweng dari yang benar. Misalnya menyederhanakan kenyataan, menyempitkan cakrawala, berpikir terkotak-kotak dan sebagainya. Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan serta diwujudkan dalam kejujuran, yakni diposisi atau sikap kejiwaan yang
  • 31. 31 selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan keinginan atau kecendrungan prbadi atau golongannya. Dengan hal tersebut sebaiknya kita mewaspadai kecendrungan manusia untuk selalu siap sedia menerima sesuatu sebagai benarhal yang dikehendakinya sebag benar. Sehingga kewajiban mencari kebenaran adalah tuntutan intrinsic manusia untuk merealisasikan manusia menurut tuntutan keluhuran keinsaniannya. Oleh karena itu, banyak menyebabkan kesenjangan penyempitan perspektif, hakikatnya tidak sesuai dengan keluhuran insani. Hak mencari kebenaran mencakup juga kewajiban patuh kepada kebenaran- kebenaran yang ditemukan oleh orang lain. b. Ketahuilah apa yang sedang anda kerjakan. Kegiatan yang sedng dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Suruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Seandainya saja intelek kita intuitif, pada setiap langkah, kita dapat melhat kebenaran secara langsung tanpa terlebih dahulu memburunya melelui proses yang berbelit-belit dan banyak seluk-beluknya. Pada taraf hidup kita didunia ini, sifat intelek kita diskursif, dan hanya dalam beberapa hal agak sedikit intuitif. Karena untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui betul semuanya itu supaya dapat melaksanakannya dengan tepat dan seksama. c. Ketahuilah apa yang sedang anda katakan. Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata. Karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuat yang tidak boleh ditawar lagi. Kita semua perlu menguasai ungkapan pikiran kedalam kata tersebut, baik yang eksplisit maupun yang implisit. Sehingga kita harus mengetahui dengan betul dan seksama mengenai isi
  • 32. 32 (Komprehensif), lingkungan( ekstensi),arti fungsional (suposisi), dan istilah (term) yang digunakan. Karena itu istilah merupakan unsur penalaran. Untuk itu waspadalah terhadap term-term (ekuivokal) yaitu bentuk sama tetapi artinya berbeda, (analogis) yaitu bentuk sama, tetapi arti sebagian sama sebagian berbeda. Untuk itu perlu selalu diperhatikan ampliasi (pembesaran suposisi), dan apelasi ( pembatasan suposisi). Senantiasa kejarlah univokalitas (kesamaan bentuk , kesamaan arti) dari term-term yyang dipakai. d. Buatlah distingsi dan pembagian yang semestinya. Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk yang sama, namun tidk identic. Disinilah perlunya dibuat suatu distingsi, yaitu suatu pembedaan. Dan juga perlu diadakan pembagian. Jika membuat pembagian, peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai anda menjumlahkan bagian atau aspek dari suatu realitas begitu saja tanpa berpegang pada suatu prinsip pembagian yang sama. Sehingga dapat menimbulkan resiko yaitu akan timbulya pikian yang kacau-balau. Oleh karena itu kita jangan pernah mencampuradukkan sesuatu dengan menggelapkan sesuatu. e. Cintailah defenisi yang tepat. Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau sebagaimana yang dimaksudkan. Oleh karena itu jangan segan mebuat defenisi. Defenisi harus diburu hingga tertangkap. Defenisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batasan-batasan sesuatu. Harus dihindari kalimat-kalimat dan uraian-uraian yang gelap , tidak terang strukturnya, dan tidak jelas artinya . Cintailah cara berpikir yang terang, jelas, dan tajam membeda-bedakan, hingga terang yang dimaksud.
  • 33. 33 f. Ketahuilah mengapa anda menyimpulan begini atau begitu. Ketahuilah mengapa kita berkata begini dan begitu. sebenarnya kita harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuen-konsekuensi dari suatu penuturan , pernyataan, atau kesimpulan yang kita buat. Sering terjadi banyak orang yang tidak tahu apa yang mereka katakan dan mengapa mereka berkata menyatakan begitu. Jika bahan yang ada tidak ada atau kurang cukup menarik kesimpulan, hendaknya orang-orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan dalam kesimpulan. g. Hindari kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran. Dalam belajar logika ilmiah kita tidak hanya ingin tahu tentang hokum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekedar untuk tahu saja, kita juga harus mengetahui yang lain diantaranya yaitu : 1. Dalam praktik, yaitu berpikir sesuai dengan hokum, prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan keadaan. Jika dengan berjalan dengan secara logis orang dapat kehilangan pandangan yang semestinya dan luas, dan dapat kehilangan pandangan yang meliputi seuruh sasarannya. Logika jangan dijadikan mekanik, dan mengembangkan kesanggupan untuk mengadakn evaluasi penilaian terhadap pemikiran orang lain serta sanggup menunjukkan kesalahannya. logika ilmiah melengkapi dan megantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup berpikir kritis , yakni berpikir secara menentukan karena menguasai ketentuan-ketentuan berpikir yang baik. 2. Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama- nam, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala bentuk dan sebab kesalahan dengan semestinya.
  • 34. 34 2. Klasifikasi. Sebuah konsep klasifikasi, seperti panas dan dingin, hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan, seperti lebih panas atau lebih dingin, hal ini mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma yang mencakup pengertian yang lebih atau kurang, dibandingkan objek lain. jauh sebelum ilmu mengembangkan temperature yang dapat diukur. Objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu. Konsep seperti ini mempunyai kegunaan yang sangat banyak contohnya pelamar pekerja yang terdiri dari 30 orang persyaratan telah ditentukan. Dari contoh ini ahli psikologi umpamanya dapat memutuskan bahwa ilmu orang dari pelamar mempunyai imajinasi yang baik. Sepuluh orang mempunyai imajinasi yang agak rendah, dan yang lainnya mempunyai imajinasi yang bisa dikatakan tak tergolong baik atau rendah. Konsep ini dapat kita gunakan sebagi perbandingan. 3. Aturan Defenisi Defenisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseornag untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya. D. Kegunaan Logika Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat. Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
  • 35. 35 E. Arti Kebenaran Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak (Hamami, 1983). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) (Syafi’i, 1995). Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Apabila subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan dan nilai, hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri. Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985). Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran (Daldjoeni, 1985). Selaras dengan Poedjawiyatna (1987) yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Kebenaran pertama-tama berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengtahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Adapun pengetahuan itu berupa berikut ini: 1. Pengetahuan biasa disebut juga Knowledge of the man in the street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti
  • 36. 36 ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif. Artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan. 2. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas dengan menerapkan atau hampiran metodologis yang khas pula. Artinya, metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis. Maksudnya kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir. 3. Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatanya melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analistis, kritis dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung dalam penegetahuan filsafati adalah absolute intersubjektif. 4. Kebenaran jenis pengetahuan adalah kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, Artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya itu. Kebenaran kedua dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuanya itu. Apakah ia membangun dengan penginderaan atau sense experience, akal pikiran atau ratio, intuisi, atau keyakinan. Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan melalui alat tertentu akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan itu akan memiliki cara tertentu untuk membuktikanya. Artinya, jika seseorang membangunnya melalui indera atau sense experience. Maka pada saat ia membuktikan kebenaran pengetahuan itu harus melalui indera pula. Begitu juga dengan cara yang lain misalnya dengan indra kimiawi. Jenis
  • 37. 37 pengetahuan menurut kriteria karakteristiknya dibedakan dalam jenis pengetahuan seperti berikut ini: 1. Pengetahuan indrawi 2. Pengetahuan akal budi 3. Pengetahuan intuitif 4. Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif dan pengetahuan yang lainnya. Kebenaran pengetahuan ketiga adalah nilai kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atau ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek. Juka subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subjektif. Artinya nilai kebenaran dari pnegetahuan yang dikandungnya sangat tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu atau jika objek yang berperan . Sifatnya objektif seperti pengetahuan tentang alam dan ilmu-ilmu alam. F. Teori Tentang Kebenaran Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato, kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itu teori pengetahuan berkembang terus dengan mendapatkan penyempurnaan sampai sekarang. Hal itu seperti yang dikemukakan seorang filusuf abad XX Jaspers yang dikutip oleh Hamersma (1985) mengemukakan bahwa sebenarnya para pemikir sekarang ini hanya melengkapi dan menyempurnakan filsafat plato dan filsafat Aristoteles. Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori kebenaran yang telah terlembaga itu seperti berikut: 1. Teori kebenaran Korespondensi 2. Teori kebenaran Koherensi 3. Teori kebenaran Pragmatis 4. Teori kebenaran Sintaksis
  • 38. 38 5. Teori kebenaran Semantis 6. Teori Kebenaran Non-Deskripsi 7. Teori Kebenaran Logis yang berlebihan Teori-teori di atas akan dijelaskan secara rinci pada uraian berikut: 1. Teori Kebenaran Korespondensi Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi ini adalah teori yang paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987). Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri, 1990). Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “kota Yogyakarta terletak di pulau Jawa” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual, yakni kota Yogyakarta memang benar-benar berada di pulau Jawa. Sekiranya orang lain yang mengatakan bahwa “kota Yogyakarta berada di pulau Sumatra” maka pernnyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat obyek yang sesuai dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini maka secara faktual “kota Yogyakarta bukan berada di pulau Sumatra melainkan di pulau Jawa”. 2. Teori Kebenaran Koherensi Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan- pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990), artinya
  • 39. 39 pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Misalnya, bila kita menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “si Hasan seorang manusia dan si Hasan pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Seorang sarjana Barat A.C Ewing (1951:62) menulis tentang teori koherensi, ia mengatakan bahwa koherensi yang sempurna merupakan suatu idel yang tak dapat dicapai, akan tetapi pendapat- pendapat dapat dipertimbangkan menurut jaraknya dari ideal tersebut. Sebagaimana pendekatan dalam aritmatik, dimana pernyataan- pernyataan terjalin sangat teratur sehingga tiap pernyataan timbul dengan sendirinya dari pernyataan tanpa berkontradiksi dengan pernyataan-pernyataan lainnya. Jika kita menganggap bahwa 2+2=5, maka tanpa melakukan kesalahan lebih lanjut, dapat ditarik kesimpulan yang menyalahi tiap kebenaran aritmatik tentang angka apa saja. 3. Teori Kebenaran Pragmatis Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839- 1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990) Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility), kemungkinan dikerjakan (workability) atau akibat yang memuaskan (Titus, 1987), Sehingga dapat dikatakan
  • 40. 40 bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis (Hadiwijono, 1980) dalam kehidupan manusia. 4. Teori Kebenaran Sintaksis Para penganut teori kebenaran sintaksis berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau garamatika yang dipakai oleH suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya. Dengan demikian, suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu mengikuti aturan- aturan sinaksis yang baku atau apabila proporsisi itu tdak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang diisyaratkan proporsisi itu tidak mempunyai arti. Teori ini berkembang diantara para pilsuf analisa bahasa, terutama yang bgitu ketat terhadap pemakaian gramatikal, seperti Friederich Schleiermacher (1768-1834). 5. Teori Kebenaran Semantis Teori kebanaran semantis dianut oleh faham filsafat Bertrand Russel sebagai kokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa. Menurut teori kebenaran semantis bahwa suatu proporsisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proporsisi yang merupakan pangkal tumpunya inti mempunyai pengacu (referent) yang jelas. Oleh karena itu, teori ini memiliki tugas untuk menguak kesyahan proporsisi dalam referensinya. Teori kebenaran emantis sebenarnya berpangkal atau mengacu pada pendapat Aristoteles sebagaimana yang dgambarkan oleh White (1978) seperti berikut ini: “To say of what is that is or of what is not, is true”, Atau mengacu pada teori tradisional korespondensi yang mengatakan: “ …that truth consists in correspondence of what is said and what is fact.
  • 41. 41 Dengan demikian, teori kebenaran semantik menyatakan bahwa proporsisi itu mempunyai nilai kebenaran jika proporsisi itu memiliki arti. Arti ini menunjukkan makna yang sesungguhnya dengan menunjuk pada referensi atau kenyataan. Selain itu juga arti yang dikemukakan itu memiliki arti yang bersifat definitive (arti yang jelas dengan menunjuk cirri yang khas dari sesuatu yang ada). 6. Teori Kebenaran Non-Deskripsi Teori kebenaran non-deskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar yang sangat tergantung peran dan fungsi pada pernyataan itu. White (1978) menggambarkan tentang kebenaran sebagaimana dikemukakanya berikut ini: “….to say. It is true that not many people are likely to do that “is away of agreeing with the opinion that not many people are likely to do that anda not a way of talking about the opnion , much less of talking about the sentence used to express the opinion. Memiliki pernyataan d atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan akan memiliki nilai banar sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang sangat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakan praktis dalam kehidupan sehari-hari. 7. Teori Kebenaran Logis yang berlebihan Teori ini dikembangkan oleh kaum Positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini adalah bahwa problem kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja, dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan karena pada dasarnya apa, pernyataan yang hendak dibuktikan kebenaranya memiliki derajat logic yang sama dan masing-masing saling melingkupinya. Dengan demikian , sesungguhnya setiap proporsisi yang bersifat logic dengan menunjukkan bahwa proporsisi itu mempunyai isi yang sama,
  • 42. 42 memberikan informasi yang sama, dan semua orang sepakat sehingga apabila kita membuktikanya lagi hal yang demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang berlebihan. Hal yang demikian itu sesungguhnya karena suatu pernyataan yang hendak dibuktikan nilai kebenaranya sebenarnya telah merupakan fakta atau data yang telah memiliki evidensi. Artinya, objek pengetahuan itu sendiri telah menunjukkan kejelasan dalam dirinya sendiri (Gallagher, 1984). G. Sifat Kebenaran Ilmiah Suatu kebenaran ilmiah lahir dari hasil penelitian ilmiah. Jadi agar kebenaran tersebut dapat muncul maka harus melalui proses-proses atau suatu prosedur. Prosedur baku yang harus dilalui adalah tahaPan-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, yang pada hakikatnya berupa teori, melalui metodologi ilmiah yang baku sesuai dengan sifat dasar ilmu. Maksudnya, adalah setiap ilmu secara tegas menetapkan jenis objek secara ketat apakah objek itu berupa hal konkrit atau abstrak. Selain itu ilmu menetapkan langkah-langkah ilmiah sesuai dengan objek yang dihadapinya itu. Kebenaran data ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif. Maksudnya, bahwa kebenaran dari suatu teori atau lebih tinggi dan aksioma atau paradigma, harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam keadaan objektifnya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari keinginan subjek. Kenyataan yang dimaksud adalah kenyataan yang berupa suatu dapat dipakai sebagai acuan atau kenyataan yang pada mulanya merupakan objek dalam pembentukan pengetahuan ilmiah itu. Mengacu pada status ontologisme objek, pada dasarnya kebenarana dalam ilmu dapat digolongkan dalam dua jenis teori yaitu teori kebenaran koepondensi atau teori kebenaran kohensi. Ilum-ilmu kealaman pada umumnya menuntut kebenaran korespondensi karena fakta-fakta objektif sangat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau pernyataan (statement) . Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu kemausiaan, ilmu-ilmu
  • 43. 43 social, ilmu logika dan matematika. Ilmu-ilmu tersebut menuntut konsistensi dan keherensi diantara proposisi-proposisi sehingga pembenaran bagi ilmu-ilmu itu mengikat teori kebenaran koherensi. Hal yang cukup penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam kebenaran ini adalah kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil persetujuan dan konvensi dari para ilmuwan di bidangnya. Sifat kebenaran ilmu memiliki sifat universal sejauh kebenaran ilmu itu dapat dipertahankan. Pernyataan tersebut karena kebenaran ilmu harus selalu merupakan kebenaran yang disepakati dalam konfensi sehingga keuniversalan sigat ilmu harus selalu harus masih dibatasi oleh penemuan baru atau penemuan lainnya yang hasilnya menolak pertemuan terdahulu atau bertentangan sama sekali. Apabila terdapat hal semacam ini, diperlukan suatu penelitian yang mendalam apabila hasilnya berbeda. Kebenaran yang lama harus diganti oleh penemuan baru atau kedua-duanya berjalan bersama dengan kekuatanya atas kebenaranya masing-masing . Contoh kasus yang terjadi adalah teori geometri, Euklides dan teori geometri. Reinnan yang bersama- sama dengan Labocevsky tentang jumlah besar 3 sudut dari suatu segitiga. Contoh yang lain adalah tentang peralihan teori tentang pusat alam raya dari bumi nmenjadi matahari atau bahkan teori baru yang menunjukkan bahwa pusat alam raya pada pusat galaksi bimasakti.
  • 44. 44 Bab 5 Filsafat Etika dan Moral A. Etika dan Moral 1. Etika Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini: A. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. B. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah lakuperbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. C. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu di lakukan dan yang perlu di pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam
  • 45. 45 segala aspek atau sisi kehidupan. Dalam perkembangannya etika terbagi atas etika deskriptif, etika normatif dan metaetika. a. Etika Deskriptif Etika deskriptif memberikan gambaran tingkah laku moral dalam arti luas, seperti norma dan aturan yang berbeda dalam suatu masyarakat atau individu yang berada dalam kebudayaan tertentu atau yang berada dalam kurun atau periode tertentu. Norma dan aturan tersebut ditaati oleh individu atau masyarakat yang berasal dari kebudayaan atau kelompok tertentu. Ajaran tersebut lazim diajarkan para pemuka masyarakat dari kebudayaan atau kelompok tersebut. Contoh : Masyarakat Jawa mengajarkan tatakrama terhadap orang yang lebih tua dengan menghormatinya, bahkan dengan sapaan yang halus sebagai ajaran yang harus diterima. Bila tidak dilakukakan, masyarakat menganggapnya aneh atau bukan orang Jawa. b. Etika Normatif Etika normatif mempelajari studi atau kasus yang berkaitan dengan masalah moral. Etika normatif mengkaji rumusan secara rasional mengenai prinsip-prinsip etis dan bertanggung jawab yang dapat digunakan oleh manusia. Dalam etika normatif yang paling menonjol adalah penilaian mengenai norma-norma. Penilaian ini sangat menentukan perilaku manusia yang baik dan buruk. Etika normatif terbagi atas dua kajian yakni etika yang bersifat umum dan khusus. Etika normatif umum mengkaji norma etis/moral, hak dan kewajiban, dan hati nurani. Sedangkan etika normatif khusus menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum pada perilaku manusia yang khusus, misalnya etika keluarga, etika profesi (etika kedokteran, etika perbankan, etika bisnis, dll.), etika politik, dll. c. Metaetika Metaetika adalah kajian etika yang membahas tentang ucapan-
  • 46. 46 ucapan ataupun kaidah-kaidah bahasa aspek moralitas, khususnya berkaitan dengan bahasa etis (bahasa yang digunakan dalam bidang moral). Kebahasaan seseorang dapat menimbulkan penilaian etis terhadap ucapan mengenai yang baik, buruk dan kaidah logika. Contoh : Bahasa iklan yang berlebihan dan menyesatkan, seperti pada tayangan iklan obat yang menganjurkan meminum obat tersebut agar sembuh dan sehat kembali. Ketika orang mulai mengkritik iklan tersebut, maka dimunculkanlah ucapan etis: “jika sakit berlanjut, hubungi dokter”. Ucapan etis tersebut seolah dihadirkan oleh sekelompok produsen untuk disampaikan kepada masyarakat agar lebih bijak dalam meminum obat tersebut. d. Etika Terapan Etika terapan adalah studi etika yang menitikberatkan pada aspek aplikatif atas dasar teori etika atau norma yang ada. Etika terapan muncul karena perkembangan pesat etika dan kemajuan ilmu lainnya. Etika terapan bersifat praktis karena memperlihatkan sisi kegunaan dari penerapan teori dan norma etika pada perilaku manusia. Contoh : Etika terapan yang menyoroti permasalahan iklim dan lingkungan menghasilkan kajian mengenai etika lingkungan hidup. Beberapa alasan mengapa perlunya etika saat ini: 1. Pandangan moral yang beraneka ragam yang berasal dari berbagai suku, kelompok, daerah dan agama yang berbeda dan yang hidup berdampingan dalam suatu masyarakat dan negara. 2. Modernisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan besar dalam struktur masyarakat yang akibatnya dapat bertentangan dengan pandangan-pandangan moral tradisional. 3. Munculnya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan manusia dengan masing-masing ajarannya tentang kehidupan manusia.
  • 47. 47 Etika dapat membangkitkan kembali semangat hidup agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan bijaksana melalui eksistensi dan profesinya. Dalam bidang keilmuan, etika sangat penting karena pokok perhatiannya pada problem dan proses kerja keilmuan, sehingga memunculkan studi etika keilmuan. Etika keilmuan menyoroti aspek bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan dalam kegiatannya. Tanggung jawab mereka dipertaruhkan dalam proses kegiatan ilmiahnya. Pokok perhatian lain dalam etika keilmuan adalah masalah bebas nilai. Bebas nilai adalah suatu posisi atau keadaan dimana seseorang ilmuwan memiliki hak berupa kebebasannya untuk melakukan penelitian ilmiahnya. Mereka bebas meneliti apa saja sesuai dengan keinginan atau tujuan penelitiannya. Kebalikan bebas nilai adalah tidak bebas nilai, yakni adanya hambatan dari luar seperti norma agama, norma hukum, norma budaya yang muncul dalam proses penelitiannya. Norma-norma tersebut semacam “pagar” yang merintangi kebebasan seorang peneliti atas dasar tujuan dan kepentingan norma tersebut. Misalnya, pada kasus penelitian kloning untuk manusia. 2. Moral Kata moral berasal kata latin ‘’mos’’yaitu kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Namun demikian karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan baik dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidak layaknya sesuatu. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
  • 48. 48 Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah- sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia.apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai, moral dan sikap a. Lingkungan keluarga. Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang- orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma. b. Lingkungan Sekolah. Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku dimasyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena
  • 49. 49 itu seorang guru harusmemiliki moral yang baik. c. Lingkungan Pergaulan. Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral dan sikapseseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya. d. Lingkungan Masyarakat. Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri. B. Solusi Untuk Mengatasi Perubahan Moral Dan Etika Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya adalah 1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang. 2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. 3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
  • 50. 50 4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi. 5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal soleha 6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan0kegiatan yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir prestasi.
  • 51. 51 Bab 6 Epistemologi, Ontologi, Aksiologi A. Epistemologi Epistemologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis. Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos,theory.Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum (objek).Atau dengan kata lain,epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat,dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat.Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan,bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Manusia dengan latar belakang,kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan- kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan- pertanyaan seperti,dari manakah saya berasal?Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam?.Apa hakikat manusia?.Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?.Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia?.Mana pemerintahan yang benar dan adil?Mengapa keadilan itu ialah baik?Pada derajat berapa air mendidih?Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya?.Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain.Tuntutan fitrah manusia
  • 52. 52 dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa: 1. Hakikat itu ada dan nyata; 2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu; 3. Hakikat itu bisa dicapai,diketahui,dan dipahami; 4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,dan makrifat atas hakikat itu. Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya,dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia. Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru,misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya?Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu?.Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya, keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi- kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusia? Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya,yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada,akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini,keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda,lantas
  • 53. 53 dia meneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan- pertanyaan tentangnya.Dengan perantara teropong itu sendiri,dia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya.Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya:Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna,bentuk dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil?.Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong.Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong.Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal,akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh. Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran,persepsi-persepsi pikiran,nilai dan keabsahan pikiran,kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran,dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal,masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia.Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi. Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan: a) Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî.Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut:
  • 54. 54 1. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan, kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî, hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para malaikat dan ilmu manusia. 2. Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan.Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam.Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî. 3. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik). 4. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakini. 5. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternal. 6. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografi. 7. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik. b) Sudut pembahasan,yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas,karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi.Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang
  • 55. 55 pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmu. Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan.Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi. B. Ontologi Ontologi adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada atau the existence khususnya esensinya.Dalam dictionary of philosophy,James K Frebleman mengatakan bahwa ontologi adalah “the theory of being qua being” teori tentang keberadaan sebagai keberadaan.Menurut Aristoteles ontologi adalah the first of philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.Dari sekian definisi ini dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun riil.Ontologi di sini membahas semua yang ada secara universal,berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala bentuknya.Jadi objek dari ontology adalah segala yang ada dan tidak terikat pada satu perwujudan tertentu(hakikat).Hasbullah Bakry mengatakan bahwa ontology mempersoalkan bagaimana menerangkan hakekat segala yang ada baik jasmani maupun rohani dan hubungan antara keduanya. Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakekat, lahirlah mazhab-mazhab ontology yang mencoba menjawab semuanya melalui beberapa pendekatan yang berbeda yaitu; Naturalisme, Materialisme, Idealisme, hylomorphisme dan Logic Empiricism (Louis O Katsof). Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu kelima mazhab tersebut secara umum saja. 1. Naturalisme
  • 56. 56 Menurut Hasbullah Bakri naturalisme juga mempersoalkan bagaimana menerangkan hakikat segala yang ada baik rohani maupun jasmani serta hubungan keduanya.Penganut naturalisme modern beranggapan bahwa kategori pokok tentang kenyataan adalah kejadian- kejadian kealaman.Jadi menuurut paham naturalisme ini semua kenyataan itu pasti bersifat kealaman yang dapat ketahui dengan bebagai kejadian alam. 2. Materialisme Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan merupakan unsur-unsur yang membentuk alam.Menurut penganut materialisme hakikat dari suatu benda adalah benda itu sendiri atau wujud materi dari benda tersebut dan dunia fisik itu adalah satu 3. Idealisme Idealisme adalah pandangan dunia metafisik yang mengatakan bahwa realitas terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide- ide,fikiran,akal dan jiwa.Jadi Idealisme juga merupakan ajaran kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar kita dapat memahami materi atau tatanan kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada hakikat terdalam dengan menggunakan ide,akal,fikiran- fikiran dan jiwa atau ruh. 4. Hylomorphisme Secara etimologi hylomorphisme berasal dari bahasa yunani yaitu hylo yang berarti materi atau substansi dan morph atau bentuk.Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak satu hal-pun yang ragawi itu bukan merupakan kesatuan dari esensi dan eksistensi.Esensi adalahsegi tertentu dari yang ada yang memasuki akal kita sehingga dapat diketahui atau bisa dibilang wujud nyata suatu benda yang pertama kali dapat menyentuh akal kita saat melihatnya.Menurut Mariatin esensi adalah sesuatu yang terdapat pada obyek manapun yang dipikirkan secara langsung dan yang pertama dihadapkan pada akal.Sedangkan eksistensi