Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Mengkaji Hakikat Kegunaan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. MENGKAJI HAKIKAT KEGUNAAN ILMU
DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
Disusun oleh:
1. Ali Mashud NPM: 101010031
2. Fajar Sidiq NPM: 10101003
3. Mutmainah NPM: 101010012
4. Ari Kusuma Dewi NPM : 101010033
5. Aris Munandar NPM: 101010035
Mata Kuliah :Filsafat Ilmu
Dosen : Thohir,S.Pd
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) PRINGSEWU
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT. Yang telah memberikan Taufiq, Hidayah
serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Sholawat beserta salam tak lupa kita sanjung agungkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan Syafaatnya besok dihari kiamat Amien .
Dalam penulisan makalah ini,didasarkan atas pengkajian – pengkajian buku-
buku yang ada .Kemudian terwujudlah makalah ini, oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak TOHIR,S.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah FILSAFAT ILMU.
Kami sadari bahwa Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan .Untuk
itu kami harapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan kita
kedepan.
Pringsewu, 6 Desember 2010
Penulis,
3. MENGKAJI HAKIKAT KEGUNAAN ILMU
DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
Pengantar
Sejak awal sejarah ternyata manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk
mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu
mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan. Jika proses itu
memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat
dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis, sistematis dan koheren
(bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan
(realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan
(realitas).
Dalam kehidupan sehari-hari Ilmu pengetahuan, yang kadang disebut sains, merupakan
komponen terbesar yang diberikan sebagai mata pelajaran dalam semua tingkatan
pendidikan di samping humaniora dan agama.
Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dari mulai pendidikan anak usia dini sampai
perguruan tinggi ada banyak sekali cabang disiplin ilmu. Perkembangan ilmu
pengetahuan sebagai disiplin akademik tersebut semakin lama semakin berkembang
seiring munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialis bidang tertentu.
Untuk memberikan gambaran tentang begitu banyaknya disiplin ilmu dan bidang-bidang
kajiannya, maka perlu adanya pembahasan khusus tentang hal tersebut. Salah satu upaya
4. pembahasan, makalah ini disusun untuk menuju jalan pemahaman disiplin akademik
yang dimaksud di atas.
Hakikat Kegunaan Ilmu Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan
pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan
yaitu gabungan antara berpikir secara rasional dan empiris (Suriasumantri, 1984b).
Hal senada diungkapkan oleh Adisusilo (1983) yang menyatakan bahwa Ilmu
pengetahuan atau science adalah suatu proses untuk menemukan kebenaran pengetahuan.
Karena itu, ilmu pengetahuan harus mempunyai sifat ilmiah, yaitu pengetahuan yang
diperoleh secara metodis, sistematis, dan logis. Metodis maksudnya adalah bahwa
pengetahuan itu diperoleh dengan cara kerja yang terperinci, baik yang bersifat induktif
maupun deduktif, sesuai dengan tahapan-tahapan metode ilmu, misalnya dimulai dengan
observasi, perumusan masalah, mengumpulkan dan mengklasifikasi fakta, membuat
generalisasi, merumuskan hipotesis, dan membuat verifikasi.
Sementara itu, Gie (1984) menyatakan bahwa pemahaman terhadap konsepsi ilmu yang
sistematik dan lengkap hendaknya mencakup segi-segi denotasi (cakupan), konotasi (ciri
penentu), dan dimensi (keluasan). Ketiga segi tersebut perlu dibedakan secara tegas dan
tidak dicampuradukkan dalam pembahasan tentang ilmu.
Menurut Suriasumantri (1984a) ciri-ciri keilmuan didasarkan pada jawaban yang
diberikan ilmu terhadap tiga pertanyaan pokok yang mencakup apa yang ingin kita
ketahui (ontologis), bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi),
dan apa nilai kegunaannya bagi kita (axiologi). Dalam hal ini, falsafah mempelajari
masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajiannya merupakan dasar dari eksistensi
atau keberadaan ilmu.
Ontologi membahas tentang apa yang kita ketahui dan seberapa jauh kita ingin tahu.
Kemudian, bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan mengenai obyek tersebut ?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita berpaling kepada epistemologi, yakni teori
pengetahuan (Suriasumantri,1984a). Menurut Pranarka (1987), orang perlu mencari dan
mempertanyakan dasar-dasar dari ilmu itu, terutama menunjukkan legitimasi
5. epistemologinya. Selanjutnya, jawaban untuk pertanyaan ketiga tentang nilai kegunaan
pengetahuan, berkaitan dengan axiologi yakni teori tentang nilai. Setiap bentuk buah
pemikiran manusia dapat dikembalikan pada dasar-dasar ontologi, epistemologi, dan
axiologi dari pemikiran yang bersangkutan.
Secara lebih rinci, Suriasumantri (1984b dan 1984c) menyatakan bahwa tiap-tiap
pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh
pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi, dan
axiologi. Ontologi merupakan asas dalam menetapkan batas/ruang lingkup ujud yang
menjadi objek penelaahan (objek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang
hakikat realitas (metafisika) dari objek formal tersebut. Epistemologi merupakan asas
mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh
pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan
yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
Menurut Aristoteles (384-322 sM), pemikiran kita melewati 3 jenis abstraksi (abstrahere
= menjauhkan diri dari, mengambil dari). Tiap jenis abstraksi melahirkan satu jenis ilmu
pengetahuan dalam bangunan pengetahuan yang pada waktu itu disebut filsafat:
Aras abstraksi pertama - fisika. Kita mulai berfikir kalau kita mengamati. Dalam berfikir,
akal dan budi kita “melepaskan diri” dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu
“materi yang dapat dirasakan” (“hyle aistete”). Dari hal-hal yang partikular dan nyata,
ditarik daripadanya hal-hal yang bersifat umum: itulah proses abstraksi dari ciri-ciri
individual. Akal budi manusia, bersama materi yang “abstrak” itu, menghasilan ilmu
pengetahuan yang disebut “fisika” (“physos” = alam).
Aras abstraksi kedua - matesis. Dalam proses abstraksi selanjutnya, kita dapat
melepaskan diri dari materi yang kelihatan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari
materi hanya segi yang dapat dimengerti (“hyle noete”). Ilmu pengetahuan yang
dihasilkan oleh jenis abstraksi dari semua ciri material ini disebut “matesis”
(“matematika” – mathesis = pengetahuan, ilmu).
Aras abstraksi ketiga - teologi atau “filsafat pertama”. Kita dapat meng-"abstrahere" dari
semua materi dan berfikir tentang seluruh kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang
asas pembentukannya, dsb. Aras fisika dan aras matematika jelas telah kita tinggalkan.
Pemikiran pada aras ini menghasilkan ilmu pengetahuan yang oleh Aristoteles disebut
6. teologi atau “filsafat pertama”. Akan tetapi karena ilmu pengetahuan ini “datang
sesudah” fisika, maka dalam tradisi selanjutnya disebut metafisika.
Disiplin Akademis
Suatu disiplin akademik atau bidang studi, adalah suatu cabang pengetahuan yang
diajarkan atau diteliti di tingkat perguruan tinggi. Disiplin-disiplin ini didefinisikan dan
diakui oleh jurnal akademik yang mempublikasikan riset pada suatu bidang serta
masyarakat terpelajar dan departemen atau fakultas akademik yang menjadi tempat para
praktisi di bidang tersebut. Masing-masing bidang studi biasanya memiliki beberapa
subdisiplin atau cabang yang garis batas antara masing-masing bidang tersebut sering kali
bersifat buatan dan ambigu.
Kesimpulan :
-Dalam kehidupan sehari-hari Ilmu pengetahuan, yang kadang disebut sains,
merupakan komponen terbesar yang diberikan sebagai mata pelajaran dalam
semua tingkatan pendidikan di samping humaniora dan agama.
- tahapan-tahapan metode ilmu: observasi, perumusan masalah, mengumpulkan dan
mengklasifikasi fakta, membuat generalisasi, merumuskan hipotesis, dan
membuat verifikasi.
- ciri-ciri keilmuan didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga
pertanyaan pokok yang mencakup apa yang ingin kita ketahui (ontologis),
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi), dan apa nilai
kegunaannya bagi kita (axiologi).
- disiplin akademik atau bidang studi, adalah suatu cabang pengetahuan yang
diajarkan atau diteliti di tingkat perguruan tinggi
Daftar Pustaka:
1. Metode keilmuan yaitu gabungan antara berpikir secara rasional dan empiris
(Suriasumantri, 1984b).
2. Ilmu pengetahuan atau science adalah suatu proses untuk menemukan kebenaran
pengetahuan.(Adi Susilo,1983)
3. Konsepsi ilmu yang sistematik dan lengkap (Gie,1984)
4. Dasar-dasar dari ilmu (Pranaka,1987)