Dokumen tersebut membahas tentang Developmental Dysplasia of Hip (DDH). DDH merupakan gangguan pertumbuhan pinggul yang meliputi berbagai derajat displasia asetabular dan kepala femur. DDH disebabkan oleh faktor genetik, hormonal, malposisi janin, dan faktor pasca lahir. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan radiologi. Penatalaksanaannya meliputi penggunaan alat bantu seperti Pavlik harness, reduksi tert
1. DEVELOPMENTAL DYSPLASIA OF HIP (DDH)
Isty Fakhrunnisa
1507101030044
BAGIAN SMF/BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2020
2. • Perkembangan pinggul normal tergantung pada proporsional pertumbuhan
kartilago triradiate asetabular dan kepala femoral yang terletak secara
konsentris.
• Pertumbuhan normal dari acetabulum tergantung pada pertumbuhan epifisis
normal kartilago triradiate dan pada tiga pusat osifikasi yang terletak di dalam
bagian acetabular dari pubis (os acetabulum), Ilium (epiphysis acetabular), dan
Ischium Selain itu, pertumbuhan normal dari acetabulum tergantung pada
pertumbuhan normal interstitial dalam acetabulum.
• Adanya kepala femoralis bulat di dalam acetabulum sangat penting untuk
merangsang perkembangan normal dari acetabulum.
ANATOMI
*RK Jain and Siddharth Patel. Developmental dysplasia of hip – An overview . International Journal of
Orthopaedics Sciences 2017; 3(4): 42-49
3.
4. DEFINISI
• Developmental Dysplasia of Hip menggambarkan seluruh kisaran deformitas
yang melibatkan pertumbuhan pinggul termasuk acetabulum, dan displasia
head of femoral. Deformitas ini terdiri dari spektrum gangguan termasuk
displasia asetabular tanpa displacement,subluksasi dan dislokasi. Deformitas
ini ditemukan pada pasien anak-anak
*Priyanka Kumari and Manisha Rani. Developmental Dysplasia of the Hip. Orthopaedi & Rheumatoid
Open Access J 10(4): OROAJ.MS.ID.555794 (2018)
5. EPIDEMIOLOGI
• Dilaporkan kejadian DDH neonatal di Eropa utara adalah sekitar 1 per 1000 kelahiran
hidup. Barlow (1962) menggambarkan kejadian 1:60. Kejadian ini jauh lebih tinggi
pada beberapa kelompok etnis dengan 25-50 kasus per 1000 kelahiran hidup di Lapps
dan penduduk asli Amerika.
• Anak perempuan jauh lebih sering terkena daripada anak laki-laki dengan rasio
sekitar 7: 1 dan Pinggul kiri lebih sering terkena daripada kanan; dalam 1 dari 5 kasus
kondisinya bilateral
*Louis Solomon. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. Published:2010
6. FAKTOR RESIKO
• Presentasi sungsang,
• Riwayat keluarga positif
• Jenis kelamin perempuan
• Penggunaan kain lampin atau bedong
• Kelemahan ligamen dan kelainan metabolisme kolagen, metabolisme
estrogen, dan
• Ketidakstabilan pelvis yang berhubungan dengan kehamilan sangat terkait
dengan DDH
*Benedictus Deriano. Diagnosis Dini Displasia Panggul. Continuing Medical Education vol. 46 no. 11 th.
2019
7. ETIOLOGI
• Faktor Genetik
Faktor genetik sangat berperan dalam etiologi, karena DDH cenderung terjadi
dalam keluarga dan bahkan dalam seluruh populasi (mis. Di negara-negara
sepanjang bagian utara dan selatan). pesisir timur Mediterania).
• Faktor Hormonal
Faktor-faktor hormonal (mis. Tingginya kadar estrogen, progesteron, dan relaxin
pada ibu dalam beberapa minggu terakhir kehamilan) dapat memperparah
kelemahan ligamen. pada bayi. Ini bisa menjelaskan ketidakstabilan pada bayi
prematur, yang lahir sebelum hormon mencapai puncaknya.
*Louis Solomon. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. Published:2010
8. • Malposisi Intrauterine
Malposisi intrauterin (terutama posisi sungsang) berhubungan dengan insidensi
DDH terutama pada anak pertama. Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi
pinggul kiri, hal ini cocok dengan presentasi verteks (oksiput kiri anterior) di mana
pinggul kiri berdekatan dengan sakrum ibu, menempatkannya dalam posisi adduksi.
• Faktor PostNatal
Faktor postnatal dapat berkontribusi terhadap ketidakstabilan neonatal dan
perkembangan asetabular. Dislokasi sangat umum terjadi pada orang Indian Amerika
Utara yang membungkus bayi mereka dan menggendongnya dengan pinggul dan
lututnya memanjang sepenuhnya, dan jarang terjadi pada orang Cina dan Afrika
Selatan yang membawa bayi mereka dipunggung dengan kaki dibiarkan
mengangkang
*Louis Solomon. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. Published:2010
9. Pada kebanyakan kasus, acetabulum menjadi lebih dalam
seiring bertambahnya usia dan menutupi kepala femur.
Namun demikian, beberapa acetabula menjadi dangkal dan
bahkan mencembung.
Kelainan skeletal pada DDH terdiri dari kelainan acetabulum,
kepala femur, leher femur, dan panggul.
Leher femur menjadi tebal dan pendek pada anak dengan DDH. Hal ini mengakibatkan sudut anteversi
dan sudut leher femur mengalami perubahan, yang mengganggu ruang spasial dan transmisi gaya antara
acetabulum dan kepala femur. Oleh karena itu, stimulus tekanan oleh tekanan kepala femur pada
acetabulum berkurang dan perkembangan panggul tertunda.
PATOFISIOLOGI
*Benedictus Deriano. Diagnosis Dini Displasia Panggul. Continuing Medical Education vol. 46 no. 11 th. 2019
10. KLASIFIKASI
Crowe classification of Developmental Dysplasia of Hip
*RK Jain and Siddharth Patel. Developmental dysplasia of hip – An overview . International Journal of
Orthopaedics Sciences 2017; 3(4): 42-49
11. DIAGNOSIS
Idealnya adalah untuk mendiagnosis setiap kasus saat lahir. Setiap bayi yang baru lahir
harus diperiksa tanda-tanda ketidakstabilan pinggul. Di mana ada riwayat keluarga
dengan ketidakstabilan bawaan, dan dengan presentasi bokong atau tanda-tanda
kelainan bawaan lainnya.
Pada klinisnya, DDH dapat menampakkan early sign dan late sign, dimana early sgin
dapat dinilai dengan manuever Ortolani dan Barlow test
*Louis Solomon. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. Published:2010
13. Manuver pemeriksaan pinggul Ortolani & Barlow digunakan untuk
mendiagnosis ketidakstabilan panggul secara klinis.
• Tes Ortolani adalah tes klinis paling penting untuk deteksi displasia yaitu
kepala femur yang terdislokasi dikembalikan ke acetabulum.
• Tes Barlow yaitu pemeriksa mendislokasi kepala femur yang tidak stabil dari
acetabulum.
*Benedictus Deriano. Diagnosis Dini Displasia Panggul. Continuing Medical Education vol. 46 no. 11 th. 2019
14. *Priyanka Kumari and Manisha Rani. Developmental Dysplasia of the Hip. Orthopaedi & Rheumatoid
Open Access J 10(4): OROAJ.MS.ID.555794 (2018)
15. Galeazzi Sign/ Allis Sign
Tanda Galeazzi positif adalah indikator penting lain dari dislokasi pinggul.
Turunkan anak dalam posisi terlentang diikuti dengan melenturkan kedua lututnya
sehingga kaki menyentuh tanah dan pergelangan kaki menyentuh pantat. Jika
ketimpangan ketinggian lutut muncul, itu menunjukkan tanda positif
*Priyanka Kumari and Manisha Rani. Developmental Dysplasia of the Hip. Orthopaedi & Rheumatoid
Open Access J 10(4): OROAJ.MS.ID.555794 (2018)
16. PENUNJANG
• Plain Radiographi
• CT scan: untuk
mengevaluasi reduksi
pinggul setelah closed
reduction dan spica casting.
• MRI: Tidak memainkan
peran penting dalam
diagnosis primer.
*Priyanka Kumari and Manisha Rani. Developmental Dysplasia of the Hip. Orthopaedi & Rheumatoid
Open Access J 10(4): OROAJ.MS.ID.555794 (2018)
17. • Gambaran/tanda pada pelvix X-Ray
*RK Jain and Siddharth Patel. Developmental dysplasia of hip – An overview . International Journal of
Orthopaedics Sciences 2017; 3(4): 42-49
18. TATALAKSANA
1. Non Bedah
• Pavlik Harness
Pada bayi baru lahir dengan displasia panggul dapat dipasang Pavlik harness
selama 1 hingga 2 bulan (bervariasi pada masing-masing bayi) untuk menjaga
kepala femur tetap di dalam acetabula. Pavlik harness dirancang untuk menahan
panggul pada posisi tepat, mengencangkan ligamen di sekitar sendi panggul dan
mempertahankan pembentukan mangkok acetabula yang normal sambil
memungkinkan gerakan tungkai yang bebas dan perawatan popok yang mudah.
*Benedictus Deriano. Diagnosis Dini Displasia Panggul. Continuing Medical Education vol. 46 no. 11 th. 2019
20. • Spica cast reduksi tertutup
Beberapa kasus memerlukan reduksi tertutup sendi panggul. Pada usia 1 sampai
6 bulan opsi tatalaksana displasia panggul adalah spica cast (gips) di bawah
anestesia. Penggunaan spica cast memerlukan perhatian khusus dalam
perawatan bayi sehari-hari. Untuk meminimalkan risiko avaskular nekrosis,
reduksi harus lembut dan dapat didahului dengan traksi bertahap ke kedua kaki
• Traksi Kulit
Umur bayi yang lebih tua, sekitar 6 bulan hingga 2 tahun, ditatalaksana dengan
reduksi tertutup dan spica cast. Traksi kulit dilakukan sebelum mereduksi sendi
panggul, dilakukan untuk mempersiapkan jaringan lunak di sekitar panggul
untuk perubahan posisi tulang.
*Benedictus Deriano. Diagnosis Dini Displasia Panggul. Continuing Medical Education vol. 46 no. 11 th. 2019
22. 2. Bedah
Penatalaksanaan secara bedah dilakukan saat umur bayi sekitar 6 bulan hingga
2 tahun, jika prosedur reduksi tertutup tidak berhasil. Dalam prosedur ini,
sayatan dibuat di pinggul bayi yang memungkinkan ahli bedah untuk melihat
dengan jelas tulang dan jaringan lunak.
*Louis Solomon. Apley’s
System of Orthopaedics and
Fractures Ninth Edition.
Published:2010
23. PROGNOSIS
Secara keseluruhan, prognosis untuk anak-anak dengan Developmental
dysplasia of Hip sangat baik, terutama jika displasia dikelola dengan treatment
tertutup. Jika treatment tertutup tidak berhasil dan reduksi terbuka diperlukan,
hasilnya mungkin kurang menguntungkan meskipun hasil jangka pendek
tampaknya memuaskan.
*RK Jain and Siddharth Patel. Developmental dysplasia of hip – An overview . International Journal of
Orthopaedics Sciences 2017; 3(4): 42-49