3. Switzerland
Suicide tourisme atau death tourism (wisata bunuh diri / wisata kematian)
Kasus I
“Craig Ewert (59), didiagnosis terkena amyotrophic lateral sclerosis (ALS), atau Lou Gehrig.
Biasanya penderita ALS dapat bertahan hidup rata-rata dua hingga lima tahun. Saat
kondisinya makin memburuk, Craig mulai berpikir perihal bunuh diri berbantuan. Akhirnya
Craig menemukan Dignitas, salah satu organisasi dari Zurich, Swiss, yang menawarkan
tindakan bunuh diri berbantuan.”
Kasus II
Sir Edward Downes, 85, pemimpin orkestra Inggris terkemuka, dan istrinya Lady
John, 74, melakukan “perjalanan wisata” ke Zurich, Switzerland. Di sana mereka
mengunjungi Klinik Dignitas yang pegawainya menyiapkan “cocktail of
barbiturates”. Mereka berbaring berhadapan sambil berpegangan. Dalam
beberapa menit saja setelah meneguk koktail tersebut mereka pun meninggalkan dunia
yang fana ini. Lady John mengidap sakit kanker stadium akhir dan Edward
Downes sakit rabun dan agak tuli, tetapi tidak mengidap penyakit terminal.
4. Terminasi Hidup Dalam Istilah Medis
Physician-assisted suicide (bunuh diri dengan bantuan dokter)
• Tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan secara sukarela
• Tidak selalu dalam keadaan sakit berat/luka parah
• Tindakan dokter bersifat pasif (pemberian resep & petunjuk pelaksaan)
Physician administered euthanasia (eutanasia yang dilakukan dokter)
• Tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan seseorang
• Mengalami sakit berat atau luka parah (bertujuan membebaskan penderitaan)
• Dengan kematian yang tenang dan mudah atas dasar peri-kemanusiaan
5. Macam-Macam Euthanasia
Euthanasia Aktif
Perbuatan yang dilakukan secara medis melalui intervensi aktif oleh dokter dengan
tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Euthanasia aktif dibedakan atas
Euthanasia aktif langsung (direct) berupa tindakan medis secara terarah untuk
mengakhiri/memperpendek hidup pasien
Euthanasia aktif tidak langsung (indirect) seperti pemberian obat sedatif atau
narkoba
Euthanasia Pasif
Perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu
untuk mempertahankan hidup manusia (membiarkan kematian) seperti melepaskan alat
penopang hidup (respirator) atau selang penyalur makanan (feeding tube)
6. Beberapa negara yang melegalkan euthanasia
Kolumbia. (1997) Kolombia menjadi negara Amerika Latin pertama yang
mendekriminalisasi eutanasia. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang
menderita penderitaan fisik atau psikologis yang intens, akibat cedera tubuh
atau penyakit serius dan tidak dapat disembuhkan
Belanda (2002) Belanda melegalkan euthanasia sejak tahun 2022, tanpa persyaratan
keparahan penyakit. Untuk anak dibawah 16 tahun, euthanasia dapat dilakukan atas izin
orang tua dgn penyakit berat yang tak dpat disembuhkan.
Kanada (2016) Parlemen Kanada mengesahkan undang-undang federal yang
memungkinkan orang dewasa Kanada yang memenuhi syarat boleh meminta bantuan
medis untuk melakukan bunuh diri (MAID). Tindakan ini dapat dilakukan secara lansung
oleh tenaga medis maupun melalui pemberian resep kpd pasien.
Australia (2022) Seluruh negara bagian Australia (6 negara) melegalkan euthanasia dan
bantuan bunuh diri. Di New South Wales, Euthanasia dizinkan bagi warga negara berusia
minimal 18 tahun dan harus memiliki penyakit terminal yang didiagnosa akan meninggal
meninggal dalam waktu 6 bulan.
7. Euthanasia Menurut Hukum Indonesia
Pasal 28A UUD1945
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
Pasal 344 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
“Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas
dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.”
Pasal ini mengarah pada tindakan euthanasia aktif yang secara tegas dilarang praktiknya
menurut hukum Indonesia.
Pasal 304 KUHP:
“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau menbiarkan orang
dalam kesengsaraan, sedang ia wajib memberi kehidupan, perawatan
atau pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku atasnya
atau karena menurut perjanjian, dihukum penjara selama-lamanya 2
tahun 8 bulan.”
8. Euthanasia Perspektif Maqashid Syariah
1. Islam sangat menjunjung tinggi pemeliharaan nyawa manusia (hifzun nafs)
اًعْيِمَج َ
اسَّنال اَيْحَا ٓاَمَّنَاَكَف اَهاَيْحَا ْنَم َو
“Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia.” (al-Maidah 32)
ِقَحْالِب َّ
َلِا ُ ه
ّٰللا َمَّرَح ْيِتَّال َ
سْفَّنال واُلُتْقَت َ
َل َو
“Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang
benar.” (Al-An’am 151)
َ
َل َو
ْي ِحَر ْمُكِب َانَك َ ه
ّٰللا َّنِا ْمُكَسُفْنَا ا ْٓوُلُتْقَت
اًم
Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu (An-Nisa 29)
9. 2. Bahwa dalam keadaan darurat sekalipun, hidup harus tetap dipertahankan
اتَر ْوُظْالمح ُحْيِبُت ُاتَر ْوُرَّضال
“Keadaan darurat membolehkan suatu yang terlarang.”
Dalam keadaan terpaksa guna mempertahankan hidup manusia, syariat membolehkan
makan makanan yang diharamkan, seperti daging babi, Jadi kadiah ini menegaskan
bahwa hidup amatlah penting dan harus dipertahankan sekalipun dengan makan
suatu yang haram.
10. 3. Oleh karena itu tindakan euthanasia ataupun bunuh diri dgn bantuan dokter
bertentangan dengan maqashid as-syariah (hidfz nafs), karena kehidupan dan
kematian adalah hak periogratif Allah SWT
َن ْوُعَج ْرُت ِهْيَلِا َو ُْتيِمُي َو ٖيْحُي َوُه
“Dialah yang menghidupkan dan mematikan serta hanya kepada-Nyalah kamu
akan dikembalikan.” (Yunus 56)
ِ ه ِ
لِل ْيِتاَمَم َو َايَيْحَم َو ْيِكُسُن َو ْيِت َ
َلَص َّنِا ْلُق
َْنيِمَلِعْال ِا َر
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
11. Pengecualian
Berdasarkan The International Islamic Code for Medical and
Health Ethics, Kasus-kasus berikut tidak masuk ke dalam kategori eutanasia:
Penghentian perawatan yang terbukti tidak lagi efektif berdasarkan
keputusan tim dokter spesialis termasuk alat-alat penopang hidup buatan
Tidak melakukan medikasi yang dipastikan tidak akan bermanfaat,
Memberikan obat dosis tinggi untuk menghilangkan rasa sakit yang
tidak tertahankan meskipun diperkirakan dapat memperpendek hidup
pasien.
Euthanasia pasif dimungkinkan (mubah) karena pada dasarnya tugas dokter adalah
mempertahankan proses hidup (dgn segala upaya medis yg telah dilakukan) bukan
menghalangi proses kematian secara alami.
Kemampuan manusia terbatas (obat, serum dan antivirus belum ditemukan) sementara
penyakit-penyakit baru terus ditemukan dan belum dapat disembuhkan
Apabila segala upaya medikasi telah dilakukan namun tetap
tidak ada harapan pasien untuk sembuh secara medis dan sunnatullah (sebab-akibat)
maka melanjutkan pengobatan tdk lagi wajib hukumnya.