1. 1 | P i l e k p a g i h a r i
PILEK PAGI HARI
Seorang pemuda, 23 tahun sering menderita pilek dipagi hari yang tidak kunjung sembuh
sejak kecil. Ia setiap pagi selalu bersin-bersin dan keluar ingus encer, apalagi bila udara
berdebu. Kejadian itu mirip dengan apa yang dialami oleh ayahnya sewaktu muda. Oleh
kawannya seorang mahasiswa kedokteran disarankan untuk melakukan tes alergi dan
hasilnya memang pemuda tersebut menderita alergi. Tapi pemuda itu masih bertanya-tanya,
apa benar ada hubungan alergi yang dideritanya dengan penyakitnya sekarang, dan mengapa
bisa terjadi demikian ? apakah benar hubungannya dengan seringnya ia memasukkan air
wudhu kedalam hidungnya saat akan shalat malam?
2. 2 | P i l e k p a g i h a r i
Sasaran Belajar.
1. Mampu Memahami dan Menjelaskan sistem Saluran Pernafasan Atas
1.1 Memahami dan menjelaskan sistem saluran pernafasan atas secara makroskopik
1.2 Memahami dan menjelaskan sistem saluran pernafasan atas secara mikroskopik
2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi sistem pernafasan
2.1 Memahami dan menjelaskan mekanisme sistem pernafasan
2.2 Memahami dan menjelaskan mekanisme pertahanan pernafasan
3. Mampu Memahami dan Menjelaskan Rinitis Alergi
3.1 Memahami dan menjelaskan definisi rinitis alergi
3.2 Memahami dan menjelaskan etiologi rinitis alergi
3.3 Memahami dan menjelaskan klasifikasi rinitis alergi
3.4 Memahami dan menjelaskan patofisiologi rinitis alergi
3.5 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis alergi
3.6 Memahami dan menjelaskan patofisiologi rinitis alergi
3.7 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan rinitis alergi
3.8 Memahami dan menjelaskan pencegahan rinitis alergi
4. Mampu Memahami dan Menjelaskan anatomi pernafasan menurut islam
3. 3 | P i l e k p a g i h a r i
1. Mampu Memahami dan Menjelaskan sistem saluran pernafasan atas
1.1 Memahami dan menjelaskan sistem saluran pernafasan atas.
a. Ronggahidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :
- Dihangatkan
- Disaring
- Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari : Psedostrafied
ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah
faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan
kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang
berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha. Kemudian
udara akan diteruskan ke faring.
4. 4 | P i l e k p a g i h a r i
Bagian –bagianhidung :
Nares posterior / lubanghidung
Vestibulumnasiterdapatsilia yang berfungsisebagasaringanudara
Cavumnasi ( ruangan di dihidung ) terbentukterowongandarinostrilis-choana-
nasofaring
Septum nasidibentukolehtulang
Cartilagoseptinasi
Osvomer
Lamina parpendicularisethmoidalis
Dinding superior
Lamina cribriformisethmoidalis = membentukronggahidup yang
sempitfungsimemisahkanronggatengkorakdenganhidung.
Dinding inferior
Dibentukolehos.Maxillarisdanos.Palatinum
Terdapattiga concha nasalis
Concha nasalis superior
Concha nasalis media
Concha nasalis inferior
Terdapat 3 buahsalurankeluar
Meatus nasalis superior
Meatus nasalis media
Meatus nasalis interior
5. 5 | P i l e k p a g i h a r i
Sinus yang berhubungandengancavumnasi “ sinus paranasalis”
Sinus sphenoidalis = mengeluarkansekresinyamelalui meatus superior
Sinus frontalis = mengeluarkanmelalui meatus media
Sinus maxillaris = meatus media
Sinus ethmoidalis = meatus superior dan media
Infeksipada sinus = sinusitis adalahkomplikasironggahidung- sakitgigi: sinus
maxillaris ( paling sering )
Hubunganhidungdenganmata = duktusnasolacrimalis
Hubunganhidungdengantelinga = OPTA
Persyarafanhidung
N opthalmicus ( N. VI) = bagiandepandanatascavumnasi
Ganglion spnopalatinum = cavumnasi
Ganglion pterygopalatinum = daerahnasofaringdan concha nasalis
Pendarahanhidung
berasaldaricabang-cabangarteriopthalmicusdan A maxillarisinterna
A. Ethmoidalis anterior
A. Ethmoidalis posterior
A. sphenopalatinum
b. faring
Nasofaring (terdapatpharyngeal tonsildanTuba Eustachius)=bagian posterior ronga
nasal yang membukakearahrongga nasal melaluikoana
Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah) =
dipisahkandarinosafaringolehpalatinum mole
6. 6 | P i l e k p a g i h a r i
Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)=
mengelilingimulut esophagus danlaring.
c. laring
menghubungkan faring dantrakeaterbentukolehtulangdantulangrawan.
Os hyoid ( 1 buah) dapatdirabadidaerahbatasarahleherdenganbatasbawahdagu
Yang terbentuktulangrawan. Thyroid ( 1 buah ) , arythenoid ( 2 buah ), epiglotis (
1 buah ) dancricoids ( 1 buah)
Otot – ototlaring
1. Ototekstrinsiklaring
M cricothyroid
M thyroepiglotis
2. Otot-ototintrinsiklaring
M. Cricoarytenoideus posterior
M cricoarytenoideuslateralis
M arytenoideustransversusdanarytenoideusobliq
M vocalis
M aryepiglotica
M tyroarytenoideus
1.2 Memahami dan menjelaskan sistem saluran pernfasan atas
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga
hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida dengan pembuluh darah.
7. 7 | P i l e k p a g i h a r i
Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan bronkiolus terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5
macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells),
sel basal, dan sel granul kecil.
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares
terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan
epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi
dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada
masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi,
sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi
menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler,
sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius
dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron
olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria.
Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga
memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi
yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan,
pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya
berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel
respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria
yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum.
Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.
8. 8 | P i l e k p a g i h a r i
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole,
sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria
laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah
masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan
juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal.
Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan
permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah
epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring:
pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel
respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri
dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
2. Mampu memahami dan menjelaskan fisiologi sistem pernafasan
2.1 memahami dan menjelaskan mekanisme sistem pernafasan
Situasi faal paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi, distribusi,
perfusi, difusi, serta hubungan antara ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam
keadaan santai menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri yang normal. Yang dimaksud
keadaan santai adalah keadaan ketika jantung dan paru tanpa beban-kerja yang berat.
Tekanan parsial gas darah arteri yang normal adalah PaO2 sekitar 96 mmHg (dibaca 96 mm
merkuri atau 96 torricelli) dan paCO2 sekitar 40 mmHg. Tekanan partial ini diupayakan
dipertahankan tanpa memandang kebutuhan oksigen yang berbeda beda , yaitu saat tidur
kebutuhan oksigen 100 mL/menit dibandingkan dengan saat ada beban kerja (exercise),
2000-3000 mL/menit.
9. 9 | P i l e k p a g i h a r i
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal adalah proses
pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah
proses pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah sirkulasi dan sel jaringan.
Pertukaran gas memerlukan empat proses yang mempunyai ketergantungan satu sama lain :
Proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi
Proses yang berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi aliran darah
Proses yang berkaitan dengan difusi O2 dan CO2
Proses yang berkaitan dengan regulasi pernafasan
VENTILASI
Istilah ventilasi menyangkut volume udara yang bergerak masuk dan keluar hidung atau
mulut pada proses bernafas.
Ventilasi per menit, VE (Minute ventilation) adalah volume udara yang keluar dari paru
dalam satu menit diukur dalam liter.
Ventilasi alveolar, VA (Alveolar ventilation) adalah volume udara inspirasi yang dapat
mencapai alveoli dan dapat mengalami pertukaran gas dengan darah.
Ventilasi percuma, VD (wasted ventilation, Dead space ventilation) adalah volume udara
inspirasi yang tidak mengalami pertukaran gasdengan darah.
DISTRIBUSI
Setelah proses ventilasi, udara yang telah memasuki saluran nafas didistribusikan ke seluruh
paru, kemudian masuk ke dalam alveoli. Udara volume tidal (volume udara yang masuk dan
kemudian keluar pada sekali bernafas) yang besarnya kira kira 500 mL, dibagi menjadi
volume kecil-kecil sebanyak alveoli yang ada, yaitu sekitar 300 juta alveoli. Udara ini tidak
terbagi rata ke semua alveoli. Udara pertama yang terhirup, masuk ke puncak paru, kemudian
disusul oleh udara dibelakangnya, masuk ke basis paru. Distribusi yang tidak merata ini
mengakibatkan nilai ventilasi di puncak paru lebih besar dibandingkan dengan nilai ventilasi
di basis paru. Distribusi volume udara yang diinspirasi dinyatakan sebagai fungsi langsung
dari resistance (R) serta compliance (C) yang disebut sebagai RC time constant. Pada
keadaan normal, dua buah alveoli yang berdekatan akan mendapat distribusi yang sama sebab
10. 10 | P i l e k p a g i h a r i
nilai R dan C nya sama. Pada keadaan tidak normal, nilai R dan C setiap regio dapat tidak
sama. Pada bronkiolus yang menyempit, nilai R-nya lebih tinggi dibandingkan pada keadaan
normal sedangkan pada alveoli yang kaku nilai R nya juga meninggi. Alveoli yang nilai R
dan C nya tinggi mendapat distribusi udara yang lebih kecil sehingga underventilated.
PERFUSI
Yang dimaksud dengan perfusi paru adalah sirkulasi darah di dalam pembuluh kapiler paru.
Rangkaian pembuluh darah di paru sangat padat, terdapat kira kira 6 milyar kapiler yang
mengelilingi 3 juta di kedua paru, sehingga terdapat 2000 kapiler untuk satu alveolus. Aliran
darah di dalam paru mempunyai tekanan lebih rendah (15mmHg) jika dibandingkan dengan
tekanan darah sistemik yang saat diastol 80 mmhg, tekanan di kapiler paru kira kira
seperlimanya.
Dalam keadaan istirahat, ketika cardiac output 6 liter per menit, hanya 25% dari pembuluh
darah paru yang dialiri oleh darah. Sirkulasi darah di dalam paru mendapat tahanan, terutama
tahanan pada jala-kapiler paru (capillary bed). Saat ada kenaikan cardiac output, sirkulasi
paru dapat mengakomodasinya tanpa terjadi perubahan tekanan di arteri pulmonalis.
Distribusi aliran darah di paru tidak sama rata. Karena rendahnya tekanan darah di kapiler
darah paru, aliran darah di paru sangat berpengaruh oleh gravitasi bumi sehingga perfusi di
bagian dasar paru lebih besar dibandingkan perfusi di bagian apeks. Hal ini akan
mengakibatkan rasio V/Q di basis paru dan di puncak paru berbeda. Adanya perbedaan
perfusi menimbulkan gagasan untuk membagi paru ke dalam 3 zona, yaitu zona 1, zona 2,
zona 3, berdasarkan hubungan antara tekanan di arteri (Pa), alveolus (PA), dan vena (Pv).
Jika saluran napas normal (terbuka), tekanan udara alveoli akan sama besarnya di seluruh
paru. Pada paru normal, terdapat hubungan antara tekanan udara alveoli dan tekanan darah di
kapiler paru, hubungan ini akan menentukan derasnya arus darah di kapiler paru.
DIFUSI GAS O2 DAN CO2
Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi
merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang terjadi
di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membrana
kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel darah
11. 11 | P i l e k p a g i h a r i
merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin.
Membran kapiler alveolus sangat tipis, yaitu 0,1 Um atau sepertujuh puluh dari tebal butir
darah merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan untuk menembusnya.
Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan molekul karbondioksida dari
darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbodioksida menembus dinding alveolus dan kapiler
pembuluh darah dengan cara difusi. Berarti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa
menggunakan tenaga aktif.
Urut-urutan proses difusi terbagi atas :
a. Difusi pada fase gas
Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat, ketika dekat alveoli
kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dengan
cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan
gas berdifusi disini berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen
mempunyai berat molekul 32 sedangkan berat molekul karbodioksida 44. Gerak
molekul gas oksigen lebih cepat dibandingkan dengan gerak molekul gas
karbondioksida sehingga kecepatan difusi oksigen juga lebih cepat. Percampuran
antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih dahulu masuk
akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada alveoli
yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema,
percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih
lambat.
b. Difusi menembus membrana pembatas
Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh
darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini,
pembatas pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah
(endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan dinding butir darah (eritrosit). Kecepatan
difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas ke dalam cairan.
Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen
sehingga kecepatan difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat kecepatan
difusi oksigen. Semakin tebal membrana pembatas halangan bagi proses difusi
semakin besar.
12. 12 | P i l e k p a g i h a r i
2.2 memahami dan menjelaskan mekanisme sistem pertahanan pernafasan
3. Mampu memahami dan menjelaskan rinitis alergi
3.1 memahami dan menjelaskan definisi rinitis alergi
3.2 me
3.3 m
3.4 ,
3.5 Memahami dan menjelaskan manifestasi rinitis alergi
MANIFESTASI KLINIS
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila
terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik,
yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila
terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut
juaga sebagai bersin patologis (Soepardi, Iskandar, 2004).
13. 13 | P i l e k p a g i h a r i
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar
(lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring.
Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang – garis hitam melintang pada
tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan
pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat
muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak. Disertai dengan sekret mukoid atau
cair.
Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar
hitam dibawah mata (allergic shiner).
Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa
sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii.
Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa
jaringan limfoid.
Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara (Bousquet,
Cauwenberge, Khaltaev, ARIA Workshop Group. WHO, 2001).
Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman,
mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga
mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur
(Harmadji, 1993).
Reaksi alergi fase cepat : bersin-bersin, gatal, rinore, kadang-kadang hidung tersumbat
Reaksi alergi fase lambat : dominan adalah hidung tersumbat, post nasal drip dan
hiposmia