Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran pernapasan. Secara singkat, dibahas mengenai pengertian dan fungsi sistem pernapasan, struktur anatomi saluran pernapasan mulai dari hidung, faring, laring, trakea, paru-paru (bronkus, bronkiolus, dan alveolus), serta gangguan yang dapat terjadi pada sistem pernapasan.
1. asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran pernapasan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam
sistem jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan
peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme
yakni sistem pernapasan.
Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural dan
terkoordinir.
Dalam ilmu histologi, sistem pernapasan akan dibahas secara detail bahkan sampai anatominya,
sehingga kita bisa mengetahui organ dan saluran apa saja yang ikut berperanan dalam menyalurkan
oksigen (O2) yang kita hirup.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis menyimpulkan untuk menggunakan “SISTEM
PERNAPASAN .” Sebagai judul mkalah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan fungsi sistem pernapasan ?
2. Bagaimana struktur atau saluran histologi, organ-organ dan mekanisme perrnapasan ?
3. Apa gangguan pada system pernafasan ?
1.3 TUJUAN
Tujuan inti dari penyusunan makalah adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah. selain itu, agar
kita memahami apa yang dimaksud dengan sistem dan Fungsi pernapasan serta struktur histologi
sistem pernapasan.
2. 1.4 METODE PENULISAN
Cara penulisan yang dipergunakan dalam makalah tersebut adalah :
1. Studi kasus
Di dapat dari beberapa sumber buku yang membahas tentang anatomi fisiologi system
pernafasan.
3. BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI
1. Pengertian
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut
sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana
pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.
Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga
penggunaan energi di dalam tubuh.
Sistem respirasi atau sistem pernafasan mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara
atmosfir melalui rongga hidung faring laring trakea bronkus paru-paru alveolus
sel-sel melalui dinding kapiler darah.
Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
a) Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
bronkiolus terminalis
b) Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris bersilia
dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel epitel
respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul
kecil.
2. Fungsi Sistem Pernapasan
Setiap sistem yang ada dalam tubuh manusia khususnya, tentunya memiliki peranan dan fungsinya
masing-masing. Sistem pernapasan pun demikian, Sistem ini juga mempunyai fungsi tersendiri bagi
tubuh yang sudah terkoordinir oleh saluran dan organ tertentu sesuai perintah otak.
Fungsi sistem pernapasan itu sendiri antara lain sebagai berikut:
a) Sebagai sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas.
b) Sistem pernapasan digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi
pertukaran gas.
c) Berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang
bertujuan untuk mempertahankan homeostasis (Respirasi).
4. patogen pada tubuh normal.
B. STRUKTUR ATAU SALURAN HISTOLOGI PERNAPASAN
1. Saluran Sistem Pernapasan atau Respirasi
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan
karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Sistem respirasi terdiri dari:
a) Saluran nafas bagian atas. Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung
dan dilembabkan.
b) Saluran nafas bagian bawah. Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian
atas ke alveoli
c) Alveoli : terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2
d) Sirkulasi paru. Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena
meninggalkan paru.
e) Paru : terdiri dari : a. Saluran nafas bagian bawah, b. Alveoli, c. Sirkulasi paru
f) Rongga Pleura. Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada
yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
g) Rongga dan dinding dada. Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas
dalam proses respirasi.
2. Organ-organ sistem pernafasan
Organ-organ sistem pernapasan pada manusia meliputi hidung, faring, laring, trakea, paru-paru
(bronkus,brokiolus dan alveolus). Berikut penjelasannya :
5. Gambar 1. Organ-Organ Sistem Pernapasan Manusia
2.1 Hidung
Struktur berongga yang disebut dengan rongga hidung (cavum nasalis). Memiliki rambut pendek dan
tebal untuk menyaring udara dan menangkap kotoran yang masuk bersama udara.
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat
kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi
sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi
pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya.
Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel
olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel
penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di
permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang
bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada
lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius
sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi
yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan,
pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
2.2 Faring
Tempat persimpangan antara saluran pernapasan pada bagian depan (anterior) dan saluran pencernaan
pada bagian belakang (posterior). Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak
dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
2. 3 Laring
Laring atau tekak (jakun) terdapat di bagian belakang (posterior) faring. Organ ini terdiri atas 9
susunan tulang rawan (kartilago) yang berbentuk kotak. Laring merupakan bagian yang
menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan
elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil
suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan
memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel
gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris
bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring:
pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi
dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis
akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.
6. 2.4 Trakea
Mendorong keluar debu-debu dan bakeri dengan gerakan silia-silia di trakea. Permukaan trakea
dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin
berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan
mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan
pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk
menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang
berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang
memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.
2.5 Paru-Paru (Pulmo)
Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam cavum thoracis.
Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang saling berhubungan sebagai
pleura visceralis dan pleura parietalis.
Stuktur Paru-Paru (Pulmo) Unit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi
semua struktur mulai bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium,
saccus alveolaris, dan alveoli bersama-sama dengan pembuluh darah, limfe, serabut syaraf, dan
jarinmgan pengikat.
Lobulus di daerah perifer paru-paruberbentuk pyramidal atau kerucut didasar perifer, sedangkan
untuk mengisi celah-celah diantaranya terdapat lobuli berbentuk tidak teratur dengan dasar menuju ke
sentral.
Cabang terakhir bronchiolus dalamlobulus biasanya disebut bronchiolus terminalis. Kesatuan paru-paru
yang diurus oleh bronchiolus terminalis disebut acinus. Bronchiolus Respiratorius
Memiliki diameter sekitar 0.5mm. saluran ini mula-mula dibatasi oleh epitel silindris selapis bercilia
tanpa sel piala, kemudian epitelnya berganti dengan epitel kuboid selapis tanpa cilia.
Di bawah sel epitel terdapat jaringan ikat kolagen yang berisi anyaman sel-sel otot polos dan serbut
elastis. Dalam dindingnya sudah tidak terdapat lagi cartilago.
Pada dinding bronchiolus respiratorius tidak ditemukan kelenjar. Disana-sini terdapat penonjolan
dinding sebagai alveolus dengan sebagian epitelnya melanjutkan diri. Karena adanya alveoli pada
dinding bronchiolus inilah maka saluran tersebut dinamakan bronchiolus respiratorius.
2.5.1 Bronkus
Bronkus terdiri dari dua bagian yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Mukosa bronkus secara
struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa ,
serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan
pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen,
dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau
tulang rawan hialin.
2.5.2 Bronkiolus
Percabangan bronkus yang banyak mengandung otot polos. Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan
dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen
awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya
7. adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai
menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih
kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki
granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel
yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.
2.5.3 Alveolus
dikelilingi kapiler-kapiler darah yang dibatasi oleh membran alveoli-kapiler tempat terjadinya
pertukaran O2 dan CO2 atau pernapasan eksternal. Alveolus merupakan struktur berongga tempat
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan
dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler,
fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat.
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk
sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak
vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe
2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom
dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut kedap
dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat
bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung
badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.
3. Mekanisme pernapasan
Mekanisme sistem pernapasan dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan yakni pernapasan dada dan perut.
3.1 Pernapasan Dada (Costal Breathing).
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Otot antar tulang rusuk
luar berkontraksi atau mengerut, Tulang rusuk terangkat ke atas, Rongga dada membesar yang
mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Fase Inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar
sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b) Fase Ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Bagan mekanisme pernafasan dada :
1. inspirasi b. ekspirasi
8. Kontraksi otot – otot antar tulang rusuk ekspirasi Kontraksi otot – otot antar tulang
Tulang rusuk terangkat tulang rususk tertekan
Volum rongga dada membesar volum rongga dada mengecil
Tekanan udara di paru – paru menurun tekanan udara di paru-paru membesar
3.2 Pernapasan Perut (Diaphragmatic Breathing)
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Otot difragma pada perut
mengalami kontraksi, Diafragma datar, Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan
tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Fase Inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar
yang kaya oksigen masuk.
b) Fase Ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Bagan pernafasan perut :
1. Inspirasi b. ekspirasi
Kontraksi otot diafragma relaksasi otot diafragma
Otot diafragma mendatar diafragma melengkung keatas
Volum rongga dada membesar volum rongga dada mengecil
Tekanan udara di paru – paru mengecil tekanan udara di paru – paru membesar
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke
lingkungan. Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a) Respirasi Luar (Ekternal) yaitu pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara yang
terjadi di sekitar alveoli.
b) Respirasi Dalam (Internal) yaitu pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
9. C. PROSES PERNAFASAN
Pernafasan terdiri dari 4 proses:
1. Ventilansi
Frekuwensi nafas normal 12-15 x/menit.Pada orang dewasa setiap 1x nafas (tidal volume Vt) udara
masuk 500 cc atau 10 ml/kg BB.sehingga setiap menit udara msuk kesistem nafas 6-8 liter(menit
,MV).udara yang sampai ke alveoli di sebut ventilasi alveolair.Ventilasi alveolir lbih kecil dari minute
volume,karena sebagian udara dijalan nafas tidak ikut pertukaran gas.VA normal ±
80ml/kg/menit.VD normal 2-3 ml/kg/BB.
1. Distribusi
Gangguan distribusi dsebabkan oleh:
Retensi seputum menyebabkan obstruksi bronkioli,hipoventasi arveolair dan atelektasis .
Aspirasi masuknya benda asing kejalan nafas.
Bronchospasme karena asthma bronchiale atau alergi.
1. Disfusi
Difusi oksigen berjalan lancar bila alveoli mengembang baik dari jarak trans-mambran pendek edema
menyebabkan jarak a oksigen menjauh hingga kadar O2 dalam darah menurun (xipoxemia).difusi
CO2 tidak pernah terganggu karena kapasitas disfusi CO2 jauh lebih besar dari pada O2 pada edema
paru tahap awal terjadi penumpukan cairan dalam jaringan di sekitar alveoli dan kapiler (interstitial
edema)pada tahap lanjut caiaran masuk ke dalam alveoli,alveolar edema.
1. Perfusi
Aliran darah dikapiler paru(perfusi)ikut menentukan jumlah O2 yang dapat di angkut masalah yang
timbul jika terjadi ketidakseimbangan ventilasi alveolair(VA)dengan perfusi (Q)yang lazim di sebut
VA/Q imbalance.
Dapat terjadi;
a) ventilasi normal,perfusi normal, semua O2 di ambil darah
b) ventilasi normal,perfusi kurang ventilasi berlebihan,tak semua O2 sempat diambil unit ini
dinamai”dead space”yang terjadi pada shock dan emboli paru.
c) Ventilasi berkurang perfusi normal.darah tidak mendapat cukup oksigen(desaturasi unit ini
disebut “shunt”.terjadi pada atelektasis edema paru.ARDS dan aspirasi caiaran
d) Silent unit:tidak ada ventilansi dan perfusi.
Volume Udara Pernapasan
10. Volume Tidal (1/2 liter) = Voulume udara hasil inspirasi/ekspirasi pada setiap kali bernapas
normal
Volume Residu (1 liter) = Volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat
Kapasitas Vital Paru-paru (4 liter) = Volume udara yang keluar masuk paru-paru
Kapasitas Total (5 liter) = Udara dalam volum paru-paru
Frekuensi Pernapasan
Cepat lambatnya bernapas bergantung pada:
1. Usia : Semakin tua semakin lambat
2. Jenis Kelamin : Laki-laki lebih cepat
3. Kegiatan : Semakin berat semakin cepat
4. Posisi tubuh : Berdiri/duduk lebih cepat daripada berbaring/tidur.
Pertukaran O2 dan CO2 :
Udara masuk ke alveolus (ke kapiler-kapiler darah) secara difusi
Terjadi proses oksihemoglobin , yaitu hemoglobin (Hb) mengikat O2
O2 diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan tubuh
Darah melepaskan O2 sehingga oksihemoglobin menjadi hemoglobin
O2 digunakan untuk oksidasi menghasilkan Energi + CO2 + Uap air
CO2 larut dalam darah dan diangkut darah ke paru-paru, masuk ke alveolus
secara difusi
CO2 keluar melalui alat pernapasan di rongga hidung
11. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernapasan
1. Asfiksi
Terganggunya pengangkutan oksigen ke sel-sel atau jaringan tubuh.
Terjadi pada paru-paru, pembuluh darah atau pada jaringan tubuh.
Penyebab :
Adanya bakteri’’ Diplococcus pneumonia” sehingga alveolus terisi oleh cairan limfe.
Adanya gas racun karbonmonoksida (CO) yang memiliki daya ikat terhadap hemoglobin jauh
lebih besar dari pada Oksigen (O2). Akibatnya tubuh kekurangan oksigen yang diperlukan
untuk proses oksidasi zat makanan.
1. TBC (TuBerCulosis)
Infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri ‘’Mycobacterium tuberculosis’’
Gejala : kelelahan, kehilangan berat badan, berkeringat pada malam hari, dada sakit, batuk
dengan mengeluarkan dahak/darah, napas pendek.
1. Bronkitis
Peradangan pada bronkus/bronkiolus yang mengiritasi silia (rambut-rambut halus) dalam
bronkus / bronkiolus sehingga berhenti fungsinya dan kotoran akan menumpuk dan
mengeluarkan lendir (mukus) secara berlebih
Gejala : Batuk-batuk, demam, sakit di bagian dada
Penyebab : Debu, virus, bakteri, merokok, menghirup bahan kimia pencemar,
1. Tonsilitis
Peradangan pada tonsil
Gejala : sakit tenggorokan, sulit menelan, demam
Penyebab : bakteri/virus
1. Sinusitis
Peradangan rongga hidung bagian atas
o Gejala : sakit kepala, rasa sakit di bagian wajah, demam, keluar ingus bening,
rasa sesak di rongga hidung, tenggorokan sakit, batuk
o Penyebab :
• Segala sesuatu yang mengganggu/menghambat aliran udara ke dalam
rongga hidung / keluarnya mukus (cairan) hidung keluar dari hidung, seperti
mengerasnya ingus.
• Kurangnya kelembapan udara
• Obat antihistamin
12. • Penyakit tertentu
1. SARS (Serve Acute Respiratory Syndrome)
Penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus SARS-associated coronavirus
(SARS-CoV)
o Gejala : Sakit kepala, demam tinggi (>380C), batuk-batuk, susah bernapas,
tenggorokan gatal, lesu, nyeri tubuh
o Penularan : Kontak langsung dengan penderita atau benda-benda yang
terkontaminasi dengan ludah penderita dan mengenai mata, hidung / mulut orang
sehat.
1. ASMA
Peradangan pada saluran pernapasan yang menyebabkan pembengkakan dan penyempitan
saluran pernapasan karena adanya lendir yang berlebih sehingga penderita sukar bernapas,
terasa sesak di dada dan batuk-batuk.
Penyebab : Alergi terhadap suatu benda, asap tembakau, psikis (pikiran), keturunan
Pengobatan : Obat yang dihirup (inhaler), obat tablet maupun cair
1. Kanker Paru-Paru
Kanker yang terjadi pada paru-paru
o Gejala : Batuk, napas pendek, dahak berdarah, sakit dada
o Penyebab : Rokok / tembakau
o Pengobatan : Operasi, terapi radiasi, kemoterapi
D. GANGGUAN PADA SISTEM PERNAFASAN
Gangguan pada sistem pernapasan dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti :
1. karena terganggunya pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh (asfiksi) atau keracunan
gas-gas berbahaya.
2. Pneumonia. terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau
Pneumokokus
3. Polip, Amandel, dan Adenoid. disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh
kelenjar limfa
4. Radang; peradangan pada rongga hidung bagian atas (Sinusitis), peradangan pada bronkus
(Bronkitis), serta radang pada pleura (Pleuritis)
5. TBC kerusakan pada paru-paru akibat terinfeksi Mycobacterium tuber culosis
13. Askep Pada Sistem Pernafasan
1. PENGKAJIAN
a.Identitas kalien
· Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan,alergi debu, udara dingin.
· Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak nafas,keringat dingin.
· Status mental : lemas takut,gelisah.
· Pernafasan : perubahan frekuensi,kedalaman pernafasan.
· Gastro intestinal : adanya mual muntah.
· Pola aktivitas : kelemahan tubuh,cepat lelah
2. Kebutuhan Bio – psiko – social – spiritual
1. Bernapas
Gejala : napas pendek ( timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema ) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit napas ( asma ), rasa
dada tertekan, ketidakmampuan dalam bernapas.
2. Makanan / cairan
Gejala : mual/muntah
Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan menunjukkan edema ( bronchitis )
Tanda : turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan berat badan, penurunan
masa otot.
3. Aktivitas/Istirahat
Gejala : keletihan, kelelahan, dan malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari
– hari karena sulit bernapas.
Tanda : keletihan, gelisah, insomnia.
4. Interaksi social
Gejala : hubungan ketergantungan, kurang system pendukung, kegagalan dukungan dari /
terhadap pasangan / orang terdekat.
Tanda : keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik klien meliputi :
14. · pemeriksaan tanda – tanda vital, yang meliputi nadi, suhu tubuh, tekanan darah
dan frekuensi pernafasan untuk mengetahui
· B1 ( breathing )
- Inspeksi thorax, untuk mengetahui kelainan pada bentuk dada dan gerakan pernapasan.
- Palpasi, dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi),
- Perkusi, dilakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan
pengembangan (ekskursi) diafragma.
- Auskultasi, yakni mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara. Suara
nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan
sifat bersih. Suara nafas normal :bronchial, bronchovesikular, vesicular, wheezing, ronchi, pleural
friction rub, dan Crackles
· B2 ( blood ), sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut
nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya
tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
· B3 ( brain ), tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada
komplikasi penyakit yang serius.
· B4 ( bladder ), pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake
cairan.
· B5 ( bowel ), klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan.
· B6 ( bone ), kelemahan dan kelelan secara fisik, secara umum sering
menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari
– hari.
4. Pemeriksaan penunjang
· Pemeriksaan rontgen torax, untuk mengetahui adanya ketebalan atau densitas
yang dihasilkan oleh cairan, tumor, benda asing, dan kondisi patologi lain.
· Laju Endap Darah ( LED ), untuk menilai sejauh mana tingkat proses inflamasi
yang terjadi pada sisten pernapasan.
· Leukosit, untuk mengetahui peningkatan kadar leukosit yang memberikan
gambaran adanya perlawanan oleh leukosit untuk melakukan proses fagositosis
terhadap invasi kuman yang masuk ke tubuh terutama akibat adanya infeksi di system
pernapasan.
· Analisa Gas Garah ( AGD ), untuk mengetahui adanya gangguan asan-basa
paling mudah dinyatakan dengan tekhnik AGD atau disebut juga dengan Astrup,
karena hanya dengan sedikit darah maka dapat diketahui pH darah secara tepat dan
cepat.
ANALISA DATA
NO Data subjektif Data objektif Kesimpulan
15. 1
2
3.
Pasien mengatakan dada
pasien terasa sesak dan
susah untuk menarik nafas
dan sering batuk.
Pasien mengatakan sulit
saat menarik napas, terasa
nyeri pada dada saat
bernapas
Pasien mengatakan sulit
bernapas dan tidak mampu
untuk membuang sekret
Pasien sulit untuk bernafas
Terdapat suara ronchi
Suhu :37,6ᴼC
RR:40x/menit
Nadi:120x/mnt
TD:140/100mmHg
Terdapat sputum,berwarna
kuning kehijauan
S : 37,6⁰ C
RR : 40x/menit
Nadi : 120x//menit
TD : 140/100mmHg
Pasien tampak bingung dan
gelisah
Pasien tampak lemah
Nilai AGD tidak normal
S : 37,6⁰ C
RR : 40x/menit
Nadi : 120x//menit
TD : 140/100mmHg
Ketidakefektifan
jalan nafas
Perubahan pola
napas
berhubungan
dengan penurunan
oksigen dalam
udara inspirasi
Kerusakan
pertukaran gas
berhubungan
dengan adanya
gangguan suplai
oksigen
ANALISA MASALAH
1. P : ketidakefaktifan jalan nafas
E : Ketidakefektif jalan nafas b/d gangguan fungsi pernafasan.
S: pasien mengatakan dada pasien terasa sesak dan susah untuk menarik nafas dan sering
batuk, Pasien sulit untuk bernafas, terdapat suara ronchi, Suhu :37,6ᴼC, RR:40x/menit,
Nadi:120x/mnt, TD:140/100mmHg, Terdapat sputum,berwarna kuning kehijauan.
1. 2. P : perubahan pola nafas tak efektif
E : perubahan pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan oksigen dalam udara
inspirasi
S : Pasien mengatakan sulit saat menarik napas, terasa nyeri pada dada saat bernapas, S :
37,6⁰ C, RR : 40x/menit, Nadi : 120x//menit, TD : 140/100mmHg
1. 3. P : kerusakan pertukaran gas
E : kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya suplai oksigen
16. S : Pasien mengatakan sulit bernapas dan tidak mampu untuk membuang secret, Pasien
Hari/tgl/jam dx Rencana tujuan Rencana tindakan Rasional
tampak bingung dan gelisah, pasien tampak lemah, nilai AGD tidak normal, S : 37,6⁰ C, RR :
40x/menit, Nadi : 120x//menit, TD : 140/100mmHg
2. DX KEPERAWATAN
- Ketidakefektifan Jalan Nafas b/d Gangguan Fungsi Pernafasan.
- Perubahan Pola Napas tak efektif b/d penurunan oksigen dalam udara inspirasi
- Kerusakan Pertukaran Gas b/d terganggunya suplai oksigen.
3. INTERVENSI
17. 1
2
1.Ketidakefektifan
jalan nafas b/d
gangguan fungsi
pernafasan
Perubahan pola
napas berhubungan
dengan penurunan
oksigen dalam
udara inspirasi
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1 x
24 jam,diharapkan
ketidakefektifan jalan
nafas klien teratasi
dengan criteria hasil :
1. 1. Klien tidak
mengalami
kesulitan dalam
bernafas
2. 2. Tidak
adanya
ronchi,mengi,krek
el.
3. 3. S : 36⁰c –
37⁰cc, RR : 16 –
20x/menit, N: 60 –
80x/menit, TD :
100 – 120mmHg /
60 – 80mmHg
4. 4. Tidak
terdapat sputum.
5. 5.
Mempertahankan
jalan nafas paten
dengan bunyi
nafas bersih/jelas.
6. 6. Menunjukan
prilaku untuk
memperbaiki
bersihan jalan
nafas,misalnya
batuk efektif dan
mengeluarkan
efektif dan
mengeluarkan
secret.
- kaji TTV
- auskultasi bunyi
nafas,mis:mengi,krekel
dan ronchi.
- atur posisi pasien
- ajarkan pasien batuk
secara efektif
- ajarkan pasien nafas
dalam
- dorong /pantau latihan
nafas abdomen atau
bibir.
- Kolaboratif dalam
pemberian obat
aminofilin
- observasi TTV
- observasi
pengembangan dada dan
posisi trakea
- Mengetahui keadaan umum pasien
-memanifestasikan adanya bunyi nafas
adventisius,mis:penyebaran,krekels
basah( bronchitis ) :bunyi nafas redup
dgn ekspirasi mengi ( emfisema: atau
tak adanya bunyi nafs ( asma berat).
- untuk mencegah aspirasi
- mencegah pasien tidak sesak
- memberikan suasana yang rilek
- Memberi pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan mengontrol
dispenia dan menurunkan jebakan
udara.
- untuk mengurangi sesak pasien
- untuk mengetahui keadaan umum
pasien
- ekspansi paru menurun pada area
kolabs, defiasi trakea kea rah sisi yang
sehat pada tension pneumotorax
- bunyi napas dapat menurun / tak ada
pada area kolabs yang meliputi lobus,
segmen paru atau seluruh area paru
- untuk mencegah aspirasi
-untuk mengurangi sesak
-memberi keadaan yang rileks
- untuk mengurangi nyeri pasien
- untuk mengetahui keadaan umum
18. 3
Kerusakan
pertukaran gas
berhubungan
dengan gangguan
suplai oksigen
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1 x
24 jam, diharapkan
perubahan pola napas
pasien bisa teratasi
dengan criteria hasil :
1. S : 36⁰c – 37⁰cc, RR : 16
– 20x/menit, N: 60 –
80x/menit, TD : 100 –
120mmHg / 60 – 80mmHg
2. klien mampu
melakukan batuk efektif
3. irama, frekuensi, dan
kedalaman pernapasan
berada dalam batas
normal
4. pada pemeriksaan
rontgen dada tidak
ditemukan adanya
akumulasi cairan dan
bunyi napas terdengar
jelas
5. Nyeri dada pasien
berkurang
- auskultasi bunyi napas
- atur posisi pasien
- ajarkan pasien batuk
efektif
-ajarkan pasien napas
dalam
- kolaborasi dalam
pemberian analgesic
- observasi TTV pasien
-kaji frekuensi
kedalaman pernapasan
-mengatur posisi pasien
- ajarkan pasien batuk
efektif
- anjurkan pasien
minum air hangat untuk
mengeluarkan sekret
-kolaborasi dalam
pemeriksaan AGD
pasien
- berguna dalam evaluasi derajat
disstres pernapasan dan / atau
kronisnya proses penyakit
- untuk mencegah aspirasi
- untuk mengurangi sesak
- untuk mengencerkan sekret
- penurunan kadar O2 ( PO2 ) dan /
atau saturasi dan peningkatan PCO2
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi / perubahan program terapi
19. Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan
kerusakan pertukaran gas
pasien teratasi dengan
criteria hasil :
1. S : 36⁰c – 37⁰cc, RR : 16
– 20x/menit, N: 60 –
80x/menit, TD : 100 –
120mmHg / 60 – 80mmHg
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
5.EVALUASI
NO DX EVALUASI PARAF
1. Keefektifan jalan nafas tak efektif b/d
gangguan fungsi pernafasan dengan
pasien mengatakan dada pasien terasa
sesak,sulit saat menarik nafas,dan
batuk.S: 37,6⁰C,N:
S: Pasien mengatakan dadanya
sudah tidak merasa sesak
lagi,dan batuk sudah sedikit
berkurang.
2. Penurunan dispnea
3.. tidak ada gejala
disstres pernapasan
4. menunjukkan
perbaikan ventilasi dan
kadar oksigen jaringan
adekuat dengan gas darah
arteri dalam rentang
normal
5. Nilai AGD pasien
normal
20. 120x/mnt,TD:140/100mmHg,RR:40x/mnt
O: pasien tampak tidak sulit
bernafas,TD : 120/70mmHg,N:
80x/mnt,S: 36⁰C,RR:
20x/mnt,tidak tedengar
ronchi,tidak terdapat sputum
A: Tujuan tercapai,Masalah
teratasi
P: Pertahankan Kondisi pasien
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
21. Dari pembahasan yang uraikan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga
hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida dengan pembuluh darah.
2. Sistem Pernapasan atau Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen (O2),
pengeluaran karbondioksida (CO2) hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Sistem
respirasi itu sendiri mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir
melalui rongga hidung faring laring trakea bronkus paru-paru alveolus sel-sel
melalui dinding kapiler darah.
3. Organ-organ sistem pernapasan meliputi hidung, faring, laring, trakea, Paru-paru atau
pulmo yang terdiri dari bronkus, brokiolus dan alveolus.
4. Mekanisme Pernapasan meliputi Pernapasan dada atau costal breathing dan Pernapasan perut
atau diaphragmatic breathing yang melalui masing-masing dua fase yaitu fase inspirasi dan
ekspirasi yang melibatkan pernapasan eksternal (luar) dan pernapasan internal (dalam).
5. Gangguan pada sistem pernapasan bisa disebabkan karena terganggunya pengangkutan O2 ke
sel-sel atau jaringan tubuh (asfiksi) atau keracunan gas-gas berbahaya.
B. SARAN
Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita, hindarilah polusi udara dan gas-gas beracun,
serta rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserang penyakit
infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J 2007. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-10. Jakarta : EGC
Doenges,M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawata. Edisi 3. Jakarta : EGC
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :
Salemba Medika