SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Ringkasan Materi Kuliah
PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR
1. Pendahuluan
Bentuk umum persamaan diferensial linear orde n adalah
.... 01
1
1 xfyxayxayxayxa n
n
n
n (1)
dengan koefisien-koefisien xaxaxa nn 01 ...,,, dan f(x) merupakan fungsi-
fungsi yang kontinu pada selang I dan 0xan untuk setiap Ix . Selang I
disebut selang definisi (selang asal) dari persamaan diferensial itu. Jika fungsi
f(x) = 0, maka (1) disebut persamaan homogen dan jika 0)(xf , maka (1)
disebut persamaan tak homogen. Jika xaxaxa nn 01 ...,,, fungsi konstan,
maka (1) disebut persamaan diferensial linear dengan koefisien konstanta. Berikut
ini adalah contoh-contoh persamaan diferensial linear :
20,2 3
xxyyx (2)
3cos32 xyyy (3)
404
yy (4)
Dan yang berikut ini adalah persamaan-persamaan diferensial taklinear:
xyy sin2
xyyy
.0sin yy
2. Bebas Linear dan Wronski
Berapa banyak penyelesaian suatu persamaan diferensial linear ?
Definisi 1.
Himpunan fungsi-fungsi f1, f2, ..., fm, masing-masing terdefinisi dan kontnu pada
selang ,bxa dikatakan tergantung linear pada ,bxa jika ada konstanta-
konstanta ,,...,, 21 m tidak semuanya bersama-sama dengan nol, sehingga
0...2211 mm fff
untuk setiap x dalam selang bxa . Dalam hal lain, fungsi-fungsi itu disebut
bebas linear dalam selang itu.
Definisi 2
Misalkan f1, f2, ..., fn, n buah fungsi-fungsi yang semuanya dan turunan-turunanya
sampai dengan turunan ke n-1 kontinu pada selang bxa . Wronski dari f1, f2,
..., fn, dihitung pada x, dinyatakan oleh W (f1, f2, ..., fn;x) dan ditentukan sebagai
determinan
12
2
1
1
21
21
21
21
...
....
....
....
...
...
...
;,...,,
n
n
nn
n
n
n
n
fff
fff
fff
fff
xfffW
Tiap fungsi yang muncul dalam determinan ini dihitung pada x.
Contoh
Diketahui ,cos, 2
2
1 xxfxxf cari .;, 21 xffW
Penyelesaian Dari definisi 2 dan fungsi-fungsi yang diketahui, kita hitung
.cos2sin
sin2
cos
;cos, 2
2
2
xxxx
xx
xx
xxxW
Teorema 1
Jika setiap fungsi y1, y2, ..., ym merupakan penyelesaian-penyelesaian persamaan
diferensial homogen yang sama,
,0... 01
1
1 yxayxayxayxa n
n
n
n
maka untuk setiap pilihan konstanta-konstanta c1, c2, ..., cm,, kombinasi linear
mm ycycyc ...2211
merupakan suatu penyelesaian juga.
Teorema 2
nyyy ,...,, 21 merupakan n buah penyelesaian persamaan diferensial orde-n,
0... 01
1
1 yxayxayxayxa n
n
n
n
yang didefinisika n pada selang ,bxa bebas linear jika dan hanya jika
0;,...,, 21 xyyyW n untuk setiap x dalam selang .bxa
Sebagai contoh y1 (x) = cos x dan y2 (x) =sin x merupakan penyelesaian
persamaan diferensial 0yy yang bebas linear, karena Wronskinya
1sincos
cossin
sincos 22
xx
xx
xx
tidak pernah nol. Juga ex
dan e-x
merupakan penyelesaian persamaan diferensial
0yy yang bebas linear, karena Wronskinya
200
ee
ee
ee
xx
xx
tidak pernah nol.
Teorema 3
Jika nyyy ,...,, 21 merupakan penyelesaian-penyelesaian persamaan diferensial
0... 01
1
1 yxayxayxayxa n
n
n
n ,
dimana tiap ai(x) didefinisikan dan kontinu pada bxa dan 0xan pada
bxa , maka baik xyyyW n ;,...,, 21 identik nol pada bxa atau
xyyyW n ;,...,, 21 tidak pernah nol pada bxa .
Definisi 3
Misalkan bahwa nyyy ,...,, 21 merupakan n buah penyelesaian persamaan
diferensial
0... 01
1
1 yxayxayxayxa n
n
n
n .
Misalkan juga bahwa fungsi-fungsi itu bebas linear pada selang definisi
persamaan diferensial ini. Kita katakan bahwa fungsi-fungsi itu membentuk
himpunan fundamental (atau sistem fundamental) penyeledaian persamaan
diferensial tersebut.
Sebagai contoh, fungsi cos x dan sin x merupakan suatu himpunan
fundamental penyelesaian persamaan diferensial 0yy . Juga fungsi ex
dan e-x
membentuk suatu himpunan fundamental penyelesaian persamaan diferensial
0yy .
Jika nyyy ,...,, 21 membentuk himpunan fundamental penyelesaian
persamaan diferensial linear homogen orde-n, maka
nn ycycycy ...2211 ,
dengan nccc ,...,, 21 konstanta-konstanta sebarang, merupakan penyelesaian
persamaan diferensial tersebut.
Teorema 4
Jika f merupakan suatu fungsi bernilai real yang didefinisikan pada garis real R
dan jika ada suatu bilangan bulat positif n sehingga f mempunyai 2n buah
turunan-turunan yang kontinu pada R dan 0,...,, n
fffW pada R, maka f
merupakan suatu penyelesaian persamaan diferensial linear homogen orde-n
dengan koefisien konstanta yang tidak semuanya nol.
Teorema 5
Jika nyyy ,...,, 21 membentuk suatu himpunan fundamental penyelesaian-
penyelesaian untuk Persamaan (3), dan diketahui y suatu penyelesaian lain, yang
memenuhi syarat awal ,,...,, 10
1
1000 n
n
xyxyxy maka ada
konstanta nccc ,...,, 21 yang tunggal sehingga
....2211 nn ycycycy
4. Persamaan Diferensial Homogen dengan Koefisien Konstanta
Persamaan Karakteristik
Bentuk umum persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstanta,
adalah
,0... 01
1
1 yayayaya n
n
n
n (1)
Dengan koefisien ai konstanta dan 0na . Untuk mencari penyelesaian umum
dari Persamaan (1), kita perlu mencari n buah penyelesaia yang bebas linear.
Definisi 1
Polinom 01
1
1 ... aaaaf n
n
n
n disebut polinom karakteristik
untuk Persamaan (1) dan persamaan f ( ) = 0 disebut persamaan karakteristik
untuk Persamaan (1). Akar-akar persamaan karakteristik itu disebut akar-akar
karakteristik.
.
Akibatnya, masalah penyelesaian persamaan diferensial linear homogen
dengan koefisien konstanta, dapat diubah menjadi masalah pencarian akar
persamaan karaketristik untuk persamaan diferensial itu. Polinom karakteristik
tersebut berderajat n dan teorema dasar dari aljabar mengatakan bahwa setiap
polinom berderajat 1nn mempunyai paling sedikit satu akar dan, karena itu,
banyaknya akar-akar yang sama memberikan tepat n buah akar-akar. Tetapi, tentu
saja jika n besar, yaitu bila ,5n masalah pencarian akar-akar persamaan
karaketristik bisa jadi sangat tidak mungkin. Beberapa metode dasar untuk
mencari akar-akar persamaan polinom diberikan di Apendiks C.
Contoh 1
Selesaikan persamaan diferensial .0yy
Penyelesaian
Ambil x
ey , maka (karena )1,0,1 012 aaa harus memenuhi
persamaan karakteristik
.1011012
Kita mempunyai dua penyelesaian x
ey1 dan x
ey2 . Kedua penyelesaian ini
adalah bebas linear, karena Wronskinya bernilai 02 . Jadi, setiap
penyelesaian y dari persamaan diferensial ini berbentuk
,21
xx
ececy
Dimana c1 dan c2 merupakan konstanta-konstanta sebarang.
5. Persamaan Diferensial Homogen dengan Koefisien Konstanta
Penyelesaian Umum
masalah dasarnya ialah mencari suatu himpunan fundamental penyelesaian-
penyelesaian. Persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstanta
akan mempunyai penyelesaian berbentuk x
e asalkan bahwa merupakan
sebuah akar persamaan karakteristik yang berhubungan dengan persamaan
diferensial itu.
Teorema 1
Jika semua akar-akar persamaan karakteristik berlainan, katakan
,...,,2,1, nii maka n buah fungsi-fungsi ,...,,2,1,1 niey xi
membentuk
sebuah himpunan penyelesaian.
Teorema 2
Jika i sebuah akar berganda m dari persamaan karakteristik yang sesuai
dengan persamaan diferensial ,0... 01
1
1 yayayaya n
n
n
n maka ada m
buah penyelesaian yang bebas linear yang sesuai dengan i . Penyelesaian-
penyelesaian ini adalah sebagai berikut : .,...,,, 12 xmxxx iiii
exexxee
Akibat 1
Perhatikan persamaan diferensial dengan koefisien riil
.0,0 2012 ayayaya (3)
Andaikan bahwa 1 dan 2 adalah akar-akar persamaan karakteristik
001
2
2 aaa . Maka bentuk penyelesaian umum y(x)dari Persamaan (3)
digambarkan oleh kasus berikut :
KASUS 1 Akar-akar riil dan berlainan 21
,21
21
xx
ececxy
Dengan c1 dan c2 konstanta sebarang.
KASUS 2 Akar-akar sama 21
xx
xececxy 21
KASUS 3 Akar-akar kompleks sekawan .2,1 ilk
.sincos 21 xecxecxy kxkx

6. Persamaan Diferensial Tak Homogen.
Bentuk umum persamaan diferensial linear tak homogen adalah
xfyxayxayxayxa n
n
n
n 01
1
1 ... (1)
atau, .
0
xfyxa i
n
i
i (2)
Fungsi f disebut suku tak homogen untuk persamaan diferensial (1).
Definisi 1
Dengan setiap persamaan diferensial tak homogen 92), ada satu pautan
persamaan diferensial homogen yang ditentukan oleh
.0
0
i
n
i
i yxa (3)
Definisi 2
Jika n fungsi-fungsi nyyy ,...,, 21 membentuk sistem fundamental penyelesaian
untuk persamaan diferensial homogen (3), maka fungsi yh yang ditentukan oleh
,...2211 nnh ycycycy (4)
di mana ci konstanta sebarang, disebut penyelesaian homogen untuk Persamaan
92). [Ingat bahwa penyelesaian homogen bukan penyelesaian sebenarnya dari
Persamaan (2). Ini adalah penyelesaian umum dari persamaan diferensials
homogen pautan. Dalam beberapa buku penyelesaian homogen dikatakan sebagai
penyelesaian pelengkap].
Contoh 1
Cari penyelesaian homogen dari persamaan diferensial
.cos23 xyyy (5)
Penyelesaian
Persamaan diferensial homogen yang berpautan dengan persamaan diferensial (5)
ialah
.023 yyy
Dengan menggunakan metode dari Bagian 2.5, penyelesaian umum dari
persamaan ini adalah xx
ecec 2
21 . Jadi, penyelesaian homogen dari persamaan
diferensial (5) adalah
.2
21
xx
h ececy
Contoh 2 Cari penyelesaian homogen dari persamaan diferensial
.0,332 2
xeyyxyx x
(6)
Penyelesaian Persamaan homogen yang berpautan dengan persamaan diferensial
(6) adalah
.0332 2
yyxyx
Persamaan diferensial terakhir ini adalah persamaan diferensial Euler, dan
penyelesaiannya (diberikan dalam Contoh 2 dari Bagian 2.7) berbentuk
3
2
2/1
1 xcxc . Jadi,
.3
2
2/1
1 xcxcyh
Jika, dengan cara apapun, kita mendapatkan suatu fungsi yang memenuhi
Persamaan (2), kita katakan fungsi itu sebagai fungsi khusus dari Persamaan (2)
dan dinyatakan oleh yp.
Teorema 1
Jika nyyy ,...,, 21 membentuk sistem fundamental penyelesaian untuk Persamaan
93), dan jika yp suatu penyelesaian khusus dari Persamaan (2), maka
penyelesaian umum dari Persamaan (2) dapat ditulis dalam bentuk
....2211 pnnph yycycycyyy (7)
7. Metode Koefisien Taktertentu
Metode koefisien taktertentu digunakan jika kita ingin menghitung suatu
penyelesaian khusus dari persamaan diferensial takhomogen.
,... 01
1
1 xfyayayaya n
n
n
n (1)
di mana koefisien-koefisien naaa ,..., 10 merupakan konstanta-konstanra dan f(x)
adalah kombinasi linear dari fungsi-fungsi dengan tipe berikut :
1. x dengan bilangan bulat positif atau nol
2. ,x
e dimana merupakan konstanta taknol
3. xcos , dengan konstanta taknol
4. ,sin x dengan konstanta taknol
5. Suatu (berhingga) perkalian antara dua fungsi atau lebih dari tipe 1-4.
Sebagai contoh, fungsi
xxx
xexexxexxf 2cos5sin523 232
Merupakan kombinasi linear dari fungsi-fungsi dari tipe 1 – 5.
Contoh 1
Cari penyelesaian khusus persamaan diferensial
.252 2 x
exyy (2)
Penyelesaian
Metode koefisien tak tertentu dapat diterapkan pada contoh ini, karena persamaan
diferensial (2) termasuk bentuk Persamaan (1), dan x
exxf 252 2
merupakan kombinasi linear dari fungsi-fungsi x2
, 1, dan ex
(yang masing-masing
termasuk tipe 1, 1, dan 2). Mula-mula kita cari fungsi-fungsi yang merentang
turunan dari tiap-tiap suku dari fungsi f itu. Dari catatan kita terdahulu, kita
punyai
1,,2 22
xxx (3)
15 (4)
.2 xx
ee (5)
Karena itu, turunan dari f direntangkan oleh fungsi anggota himpunan 1,,2
xx
dan x
e . Himpunan [1] dan [4] diabaikan karena sudah termasuk di dalam
himpunan (3) yang lebih besar. Sekarang jika tak satupun dari anggota himpunan
1,,2
xx dan x
e merupakan penyelesaian dari pautan persamaan diferensial (2),
yaitu, 0yy , maka penyelesaian khusus Persamaan (2) berbentuk
,2 x
p DeCBxAxy
di mana A, B, C dan D koefisien-koefisien yang taktertentu. Sebaliknya, jika
salah satu fungsi dalam salah satu himpunan 1,,2
xx dan x
e merupakan
penyelesaian dari pautan persamaan homogen, maka semua unsur himpunan itu
harus dilakilan oleh x dengan pangkat bilangan bulat positif terkecil, demikian
pautan persamaan homogen. Jelaslah, tidak ada fungsi anggota himpunan 1,,2
xx
merupakan suatu penyelesaian dari ,0yy dan karena itu kita biarkan
himpunan itu seperti apa adanya. Sebaliknya, ex
anggota himpunan x
e adalah
sebuah penyelesaian dari ,0yy dan karena itu, kita harus mengalikan fungsi
di dalam himpunan ini oleh x berpangkat bilangan bulat positif terkecil, sehingga
hasil perkalian itu bukan fungsi yang merupakan penyelesaian 0yy . Karena
ex
penyelesaian, tetapi xex
bukan penyelesaian dari ,0yy kita harus
mengalikan ex
oleh x, untuk memperoleh x
xe . Jadi, suatu penyelesaian khusus
dari Persamaan (2) merupakan kombinasi linear dari fungsi-fungsi anggota
himpunan 1,,2
xx dan x
e . Jadi
.2 x
p DxeCBxAxy (6)
Untuk memperoleh koefisien tak tertentu A, B, C, dan D, kita hitung
xx
p
xx
p
DxeDeAy
DxeDeBAxy
22
2
dan substitusikan hasil-hasil ini ke dalam persamaan diferensial (2), menghasilkan
.25222 22 xxxx
exDxeCBxAxDxeDeA
Dengan menyamakan suku yang serupa, kita peroleh sistem persamaan berikut :
.2
0
22
52
A
B
D
CA
Jadi, A = 2, B = 0, C = -1, D = -1, dan penyelesaian khusus Persamaan (2)
berbentuk
.12 2 x
p xexy
Segi yang terpenting dari metode koefisien tak tertentu adalah bahwa kita
memisalkan bentuk yang layak untuk suatu penyelesaian khusus (seperti xex
sebagai pengganti ex
dalam Contoh 1). Seandainya kita memisalkan bentuk yang
tak layak untuk suatu penyelesaian khusus, akan timbul pertentangan dalam hasil
sistem persamaan, pada waktu kita berusaha menghitung koefisien tak tertentu.
Kemungkinan lain, bisa terjadi bahwa koefisien dari suku yang tak berguna akan
didapat sama dengan nol.
Untuk menghemat tempat, kita anjurkan agar penjelasan yang menuntun
kita ke bentuk (6) untuk suatu penyelesaian khusus dari Persamaan (2) disingkat
sesuai dengan susunan sebagai berikut :
xxx
xeee
xxx
2
15
1,,2 22
(ex
adalah penyelesaian dari pautan persamaan homogen dan xex
bukan
penyelesaian). Jadi,
x
p DxeCBxAxy 2
Merupakan bentuk penyelesaian yang tepat dari penyelesaian khusus Persamaan
(2).
8. Variasi Parameter
Seperti metode koefisien taktertentu, metode variasi parameter, digunakan
untuk mencari penyelesaian khusus persamaan diferensial takhomogen
.... 01
1
1 xfyxayxayxayxa n
n
n
n (1)
Dengan fungsi f(x) brbentuk x , ,x
e xcos , ,sin x atau kombinasinya.
Teorema 1
Jika nyyy ,...,, 21 membentuk himpunan penyelesaian fundamental untuk
Persamaan (2), dan jika fungsi-fungsi nuuu ,...,, 21 memenuhi sistem persamaan
,...
,0...
............................................
,0...
,0...
,0...
1
2
1
21
1
1
2
2
2
21
2
1
2211
2211
2211
xa
xf
uyuyuy
uyuyuy
uyuyuy
uyuyuy
uyuyuy
n
n
n
n
nn
n
n
n
nn
nn
nn
nn
(3)
Maka nn yuyuyuy ...2211 merupakan penyelesaian khusus Persamaan
(1).
Contoh 1
Selesaikan persamaan diferensial
.cscxyy
Penyelesaian
Penyelesaian homogen berbentuk xcxcyh cossin 21 . Fungsi-fungsi 1u dan
2u ditentkan dari sistem persamaan [lihat Persamaan (4)].
.cscsincos
0cossin
21
21
xuxux
uxux
Jadi,
.1
sinlncsccos
22
11
xuu
xuxxu
Maka diperolehlah ,cossinsinln xxxxyp dan bentuk penyelesaian
umumnya
.cossinsinln 21 xxcxxcyyy ph
Teorema 2
Misalkan bahwa nyyy ,...,, 21 membentuk sebuah himpunan fundamental
penyelesaian untuk persamaan
0... 01
1
1 yxayxayxayxa n
n
n
n
Maka suatu penyelesaian khusus persamaan
.... 01
1
1 xfyxayxayxayxa n
n
n
n
Diberikan oleh
ds
sa
sf
syyW
syyW
xyxy
n
x
x
n
nk
n
k
kp .
;,...,
;,...,
0
1
1
1
Dimana syyW n ;,...,1 adalah Wronski dari nyy ,...,1 dihitung pada s dan
syyW nk ;,...,1 adalah determinan yang diperoleh dari syyW n ;,...,1 dengan
mengganti kolom k oleh (0, 0, ..., 0, 1). Selanjutnya 000 xyxy pp .
Sumber Bacaan:
Santoso, Widiarti. (1998). Persamaan Diferensial Biasa Dengan Penerapan
Modern edisi 2. Jakarta: Erlangga

More Related Content

What's hot

Sistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogenSistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogenIpit Sabrina
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Maya Umami
 
Bab iv-persamaan-diferensial-linier
Bab iv-persamaan-diferensial-linierBab iv-persamaan-diferensial-linier
Bab iv-persamaan-diferensial-linierLutfi Daniel R
 
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-PertamaKlasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-PertamaSTKIP PGRI BANDAR LAMPUNG
 
Persamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluya
Persamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluyaPersamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluya
Persamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluyaSandhyAjaa
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamadwiprananto
 
Pt 1 p-difflinier-rev
Pt 1 p-difflinier-revPt 1 p-difflinier-rev
Pt 1 p-difflinier-revlecturer
 
Pd linier tak homogen dengan Koef Konstan
Pd linier tak homogen dengan Koef KonstanPd linier tak homogen dengan Koef Konstan
Pd linier tak homogen dengan Koef KonstanMaya Umami
 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmrukmono budi utomo
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedwahyuddin S.T
 
Persamaan diferensial
Persamaan diferensialPersamaan diferensial
Persamaan diferensialWiko Prameso
 
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikametode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikarukmono budi utomo
 
Modul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensialModul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensialAwatifAtif
 

What's hot (20)

Sistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogenSistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogen
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 
Bab iv-persamaan-diferensial-linier
Bab iv-persamaan-diferensial-linierBab iv-persamaan-diferensial-linier
Bab iv-persamaan-diferensial-linier
 
Persamaan diferensial-biasa
Persamaan diferensial-biasaPersamaan diferensial-biasa
Persamaan diferensial-biasa
 
Pemisahan variabel
Pemisahan variabelPemisahan variabel
Pemisahan variabel
 
Persamaan differensial-biasa
Persamaan differensial-biasaPersamaan differensial-biasa
Persamaan differensial-biasa
 
X persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaanX persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaan
 
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-PertamaKlasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
Persamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluya
Persamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluyaPersamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluya
Persamaan differensial -_dr-_st-_budi_waluya
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
 
Persamaan diferensial
Persamaan diferensialPersamaan diferensial
Persamaan diferensial
 
Pt 1 p-difflinier-rev
Pt 1 p-difflinier-revPt 1 p-difflinier-rev
Pt 1 p-difflinier-rev
 
Pd linier tak homogen dengan Koef Konstan
Pd linier tak homogen dengan Koef KonstanPd linier tak homogen dengan Koef Konstan
Pd linier tak homogen dengan Koef Konstan
 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
 
Persamaan diferensial
Persamaan diferensialPersamaan diferensial
Persamaan diferensial
 
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikametode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
 
Modul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensialModul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensial
 

Similar to Kontrak Perkuliahan PD

PERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdf
PERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdfPERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdf
PERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdfAnnaNiskaFauza2
 
PD orde2 Homogen
PD orde2 HomogenPD orde2 Homogen
PD orde2 Homogenunesa
 
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 11   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1Ariy Anto
 
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...Ruth Dian
 
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptxtopihijaucom
 
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptxPERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptxSepriwanTito
 
2 persamaan dan pertidaksamaan eksponen
2 persamaan dan pertidaksamaan eksponen2 persamaan dan pertidaksamaan eksponen
2 persamaan dan pertidaksamaan eksponenAmphie Yuurisman
 
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptxDarMiati2
 
Vektor Eigen dari Matriks Simetris
Vektor Eigen dari Matriks SimetrisVektor Eigen dari Matriks Simetris
Vektor Eigen dari Matriks Simetrisbernypebo
 
Vektor Eigen Dari Matriks Simetris
Vektor Eigen Dari Matriks SimetrisVektor Eigen Dari Matriks Simetris
Vektor Eigen Dari Matriks Simetrisbernypebo
 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanLutfi Nursyifa
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxNaufalDhiyaulhaq2
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 

Similar to Kontrak Perkuliahan PD (20)

PERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdf
PERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdfPERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdf
PERSAMAAN_DIFERENSIAL.pdf
 
PD orde2 Homogen
PD orde2 HomogenPD orde2 Homogen
PD orde2 Homogen
 
Makalah fobeneus
Makalah fobeneusMakalah fobeneus
Makalah fobeneus
 
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 11   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
 
persamaan differensial
persamaan differensialpersamaan differensial
persamaan differensial
 
Msb 01
Msb 01Msb 01
Msb 01
 
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
 
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
 
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptxPERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
 
2 persamaan dan pertidaksamaan eksponen
2 persamaan dan pertidaksamaan eksponen2 persamaan dan pertidaksamaan eksponen
2 persamaan dan pertidaksamaan eksponen
 
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
 
Vektor Eigen dari Matriks Simetris
Vektor Eigen dari Matriks SimetrisVektor Eigen dari Matriks Simetris
Vektor Eigen dari Matriks Simetris
 
Vektor Eigen Dari Matriks Simetris
Vektor Eigen Dari Matriks SimetrisVektor Eigen Dari Matriks Simetris
Vektor Eigen Dari Matriks Simetris
 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
 
LKM ALJABAR LINEAR
LKM ALJABAR LINEARLKM ALJABAR LINEAR
LKM ALJABAR LINEAR
 
R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
 
Teknik Perturbasi
Teknik PerturbasiTeknik Perturbasi
Teknik Perturbasi
 
Pert10_PD_niken.pdf
Pert10_PD_niken.pdfPert10_PD_niken.pdf
Pert10_PD_niken.pdf
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 

Recently uploaded

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

Kontrak Perkuliahan PD

  • 1. Ringkasan Materi Kuliah PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR 1. Pendahuluan Bentuk umum persamaan diferensial linear orde n adalah .... 01 1 1 xfyxayxayxayxa n n n n (1) dengan koefisien-koefisien xaxaxa nn 01 ...,,, dan f(x) merupakan fungsi- fungsi yang kontinu pada selang I dan 0xan untuk setiap Ix . Selang I disebut selang definisi (selang asal) dari persamaan diferensial itu. Jika fungsi f(x) = 0, maka (1) disebut persamaan homogen dan jika 0)(xf , maka (1) disebut persamaan tak homogen. Jika xaxaxa nn 01 ...,,, fungsi konstan, maka (1) disebut persamaan diferensial linear dengan koefisien konstanta. Berikut ini adalah contoh-contoh persamaan diferensial linear : 20,2 3 xxyyx (2) 3cos32 xyyy (3) 404 yy (4) Dan yang berikut ini adalah persamaan-persamaan diferensial taklinear: xyy sin2 xyyy .0sin yy 2. Bebas Linear dan Wronski Berapa banyak penyelesaian suatu persamaan diferensial linear ? Definisi 1. Himpunan fungsi-fungsi f1, f2, ..., fm, masing-masing terdefinisi dan kontnu pada selang ,bxa dikatakan tergantung linear pada ,bxa jika ada konstanta- konstanta ,,...,, 21 m tidak semuanya bersama-sama dengan nol, sehingga 0...2211 mm fff
  • 2. untuk setiap x dalam selang bxa . Dalam hal lain, fungsi-fungsi itu disebut bebas linear dalam selang itu. Definisi 2 Misalkan f1, f2, ..., fn, n buah fungsi-fungsi yang semuanya dan turunan-turunanya sampai dengan turunan ke n-1 kontinu pada selang bxa . Wronski dari f1, f2, ..., fn, dihitung pada x, dinyatakan oleh W (f1, f2, ..., fn;x) dan ditentukan sebagai determinan 12 2 1 1 21 21 21 21 ... .... .... .... ... ... ... ;,...,, n n nn n n n n fff fff fff fff xfffW Tiap fungsi yang muncul dalam determinan ini dihitung pada x. Contoh Diketahui ,cos, 2 2 1 xxfxxf cari .;, 21 xffW Penyelesaian Dari definisi 2 dan fungsi-fungsi yang diketahui, kita hitung .cos2sin sin2 cos ;cos, 2 2 2 xxxx xx xx xxxW Teorema 1 Jika setiap fungsi y1, y2, ..., ym merupakan penyelesaian-penyelesaian persamaan diferensial homogen yang sama, ,0... 01 1 1 yxayxayxayxa n n n n maka untuk setiap pilihan konstanta-konstanta c1, c2, ..., cm,, kombinasi linear mm ycycyc ...2211 merupakan suatu penyelesaian juga.
  • 3. Teorema 2 nyyy ,...,, 21 merupakan n buah penyelesaian persamaan diferensial orde-n, 0... 01 1 1 yxayxayxayxa n n n n yang didefinisika n pada selang ,bxa bebas linear jika dan hanya jika 0;,...,, 21 xyyyW n untuk setiap x dalam selang .bxa Sebagai contoh y1 (x) = cos x dan y2 (x) =sin x merupakan penyelesaian persamaan diferensial 0yy yang bebas linear, karena Wronskinya 1sincos cossin sincos 22 xx xx xx tidak pernah nol. Juga ex dan e-x merupakan penyelesaian persamaan diferensial 0yy yang bebas linear, karena Wronskinya 200 ee ee ee xx xx tidak pernah nol. Teorema 3 Jika nyyy ,...,, 21 merupakan penyelesaian-penyelesaian persamaan diferensial 0... 01 1 1 yxayxayxayxa n n n n , dimana tiap ai(x) didefinisikan dan kontinu pada bxa dan 0xan pada bxa , maka baik xyyyW n ;,...,, 21 identik nol pada bxa atau xyyyW n ;,...,, 21 tidak pernah nol pada bxa . Definisi 3 Misalkan bahwa nyyy ,...,, 21 merupakan n buah penyelesaian persamaan diferensial 0... 01 1 1 yxayxayxayxa n n n n . Misalkan juga bahwa fungsi-fungsi itu bebas linear pada selang definisi persamaan diferensial ini. Kita katakan bahwa fungsi-fungsi itu membentuk
  • 4. himpunan fundamental (atau sistem fundamental) penyeledaian persamaan diferensial tersebut. Sebagai contoh, fungsi cos x dan sin x merupakan suatu himpunan fundamental penyelesaian persamaan diferensial 0yy . Juga fungsi ex dan e-x membentuk suatu himpunan fundamental penyelesaian persamaan diferensial 0yy . Jika nyyy ,...,, 21 membentuk himpunan fundamental penyelesaian persamaan diferensial linear homogen orde-n, maka nn ycycycy ...2211 , dengan nccc ,...,, 21 konstanta-konstanta sebarang, merupakan penyelesaian persamaan diferensial tersebut. Teorema 4 Jika f merupakan suatu fungsi bernilai real yang didefinisikan pada garis real R dan jika ada suatu bilangan bulat positif n sehingga f mempunyai 2n buah turunan-turunan yang kontinu pada R dan 0,...,, n fffW pada R, maka f merupakan suatu penyelesaian persamaan diferensial linear homogen orde-n dengan koefisien konstanta yang tidak semuanya nol. Teorema 5 Jika nyyy ,...,, 21 membentuk suatu himpunan fundamental penyelesaian- penyelesaian untuk Persamaan (3), dan diketahui y suatu penyelesaian lain, yang memenuhi syarat awal ,,...,, 10 1 1000 n n xyxyxy maka ada konstanta nccc ,...,, 21 yang tunggal sehingga ....2211 nn ycycycy
  • 5. 4. Persamaan Diferensial Homogen dengan Koefisien Konstanta Persamaan Karakteristik Bentuk umum persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstanta, adalah ,0... 01 1 1 yayayaya n n n n (1) Dengan koefisien ai konstanta dan 0na . Untuk mencari penyelesaian umum dari Persamaan (1), kita perlu mencari n buah penyelesaia yang bebas linear. Definisi 1 Polinom 01 1 1 ... aaaaf n n n n disebut polinom karakteristik untuk Persamaan (1) dan persamaan f ( ) = 0 disebut persamaan karakteristik untuk Persamaan (1). Akar-akar persamaan karakteristik itu disebut akar-akar karakteristik. . Akibatnya, masalah penyelesaian persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstanta, dapat diubah menjadi masalah pencarian akar persamaan karaketristik untuk persamaan diferensial itu. Polinom karakteristik tersebut berderajat n dan teorema dasar dari aljabar mengatakan bahwa setiap polinom berderajat 1nn mempunyai paling sedikit satu akar dan, karena itu, banyaknya akar-akar yang sama memberikan tepat n buah akar-akar. Tetapi, tentu saja jika n besar, yaitu bila ,5n masalah pencarian akar-akar persamaan karaketristik bisa jadi sangat tidak mungkin. Beberapa metode dasar untuk mencari akar-akar persamaan polinom diberikan di Apendiks C. Contoh 1 Selesaikan persamaan diferensial .0yy Penyelesaian Ambil x ey , maka (karena )1,0,1 012 aaa harus memenuhi persamaan karakteristik
  • 6. .1011012 Kita mempunyai dua penyelesaian x ey1 dan x ey2 . Kedua penyelesaian ini adalah bebas linear, karena Wronskinya bernilai 02 . Jadi, setiap penyelesaian y dari persamaan diferensial ini berbentuk ,21 xx ececy Dimana c1 dan c2 merupakan konstanta-konstanta sebarang. 5. Persamaan Diferensial Homogen dengan Koefisien Konstanta Penyelesaian Umum masalah dasarnya ialah mencari suatu himpunan fundamental penyelesaian- penyelesaian. Persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstanta akan mempunyai penyelesaian berbentuk x e asalkan bahwa merupakan sebuah akar persamaan karakteristik yang berhubungan dengan persamaan diferensial itu. Teorema 1 Jika semua akar-akar persamaan karakteristik berlainan, katakan ,...,,2,1, nii maka n buah fungsi-fungsi ,...,,2,1,1 niey xi membentuk sebuah himpunan penyelesaian. Teorema 2 Jika i sebuah akar berganda m dari persamaan karakteristik yang sesuai dengan persamaan diferensial ,0... 01 1 1 yayayaya n n n n maka ada m buah penyelesaian yang bebas linear yang sesuai dengan i . Penyelesaian- penyelesaian ini adalah sebagai berikut : .,...,,, 12 xmxxx iiii exexxee
  • 7. Akibat 1 Perhatikan persamaan diferensial dengan koefisien riil .0,0 2012 ayayaya (3) Andaikan bahwa 1 dan 2 adalah akar-akar persamaan karakteristik 001 2 2 aaa . Maka bentuk penyelesaian umum y(x)dari Persamaan (3) digambarkan oleh kasus berikut : KASUS 1 Akar-akar riil dan berlainan 21 ,21 21 xx ececxy Dengan c1 dan c2 konstanta sebarang. KASUS 2 Akar-akar sama 21 xx xececxy 21 KASUS 3 Akar-akar kompleks sekawan .2,1 ilk .sincos 21 xecxecxy kxkx  6. Persamaan Diferensial Tak Homogen. Bentuk umum persamaan diferensial linear tak homogen adalah xfyxayxayxayxa n n n n 01 1 1 ... (1) atau, . 0 xfyxa i n i i (2) Fungsi f disebut suku tak homogen untuk persamaan diferensial (1). Definisi 1 Dengan setiap persamaan diferensial tak homogen 92), ada satu pautan persamaan diferensial homogen yang ditentukan oleh .0 0 i n i i yxa (3)
  • 8. Definisi 2 Jika n fungsi-fungsi nyyy ,...,, 21 membentuk sistem fundamental penyelesaian untuk persamaan diferensial homogen (3), maka fungsi yh yang ditentukan oleh ,...2211 nnh ycycycy (4) di mana ci konstanta sebarang, disebut penyelesaian homogen untuk Persamaan 92). [Ingat bahwa penyelesaian homogen bukan penyelesaian sebenarnya dari Persamaan (2). Ini adalah penyelesaian umum dari persamaan diferensials homogen pautan. Dalam beberapa buku penyelesaian homogen dikatakan sebagai penyelesaian pelengkap]. Contoh 1 Cari penyelesaian homogen dari persamaan diferensial .cos23 xyyy (5) Penyelesaian Persamaan diferensial homogen yang berpautan dengan persamaan diferensial (5) ialah .023 yyy Dengan menggunakan metode dari Bagian 2.5, penyelesaian umum dari persamaan ini adalah xx ecec 2 21 . Jadi, penyelesaian homogen dari persamaan diferensial (5) adalah .2 21 xx h ececy Contoh 2 Cari penyelesaian homogen dari persamaan diferensial .0,332 2 xeyyxyx x (6) Penyelesaian Persamaan homogen yang berpautan dengan persamaan diferensial (6) adalah .0332 2 yyxyx Persamaan diferensial terakhir ini adalah persamaan diferensial Euler, dan penyelesaiannya (diberikan dalam Contoh 2 dari Bagian 2.7) berbentuk 3 2 2/1 1 xcxc . Jadi,
  • 9. .3 2 2/1 1 xcxcyh Jika, dengan cara apapun, kita mendapatkan suatu fungsi yang memenuhi Persamaan (2), kita katakan fungsi itu sebagai fungsi khusus dari Persamaan (2) dan dinyatakan oleh yp. Teorema 1 Jika nyyy ,...,, 21 membentuk sistem fundamental penyelesaian untuk Persamaan 93), dan jika yp suatu penyelesaian khusus dari Persamaan (2), maka penyelesaian umum dari Persamaan (2) dapat ditulis dalam bentuk ....2211 pnnph yycycycyyy (7) 7. Metode Koefisien Taktertentu Metode koefisien taktertentu digunakan jika kita ingin menghitung suatu penyelesaian khusus dari persamaan diferensial takhomogen. ,... 01 1 1 xfyayayaya n n n n (1) di mana koefisien-koefisien naaa ,..., 10 merupakan konstanta-konstanra dan f(x) adalah kombinasi linear dari fungsi-fungsi dengan tipe berikut : 1. x dengan bilangan bulat positif atau nol 2. ,x e dimana merupakan konstanta taknol 3. xcos , dengan konstanta taknol 4. ,sin x dengan konstanta taknol 5. Suatu (berhingga) perkalian antara dua fungsi atau lebih dari tipe 1-4. Sebagai contoh, fungsi xxx xexexxexxf 2cos5sin523 232 Merupakan kombinasi linear dari fungsi-fungsi dari tipe 1 – 5. Contoh 1 Cari penyelesaian khusus persamaan diferensial .252 2 x exyy (2) Penyelesaian
  • 10. Metode koefisien tak tertentu dapat diterapkan pada contoh ini, karena persamaan diferensial (2) termasuk bentuk Persamaan (1), dan x exxf 252 2 merupakan kombinasi linear dari fungsi-fungsi x2 , 1, dan ex (yang masing-masing termasuk tipe 1, 1, dan 2). Mula-mula kita cari fungsi-fungsi yang merentang turunan dari tiap-tiap suku dari fungsi f itu. Dari catatan kita terdahulu, kita punyai 1,,2 22 xxx (3) 15 (4) .2 xx ee (5) Karena itu, turunan dari f direntangkan oleh fungsi anggota himpunan 1,,2 xx dan x e . Himpunan [1] dan [4] diabaikan karena sudah termasuk di dalam himpunan (3) yang lebih besar. Sekarang jika tak satupun dari anggota himpunan 1,,2 xx dan x e merupakan penyelesaian dari pautan persamaan diferensial (2), yaitu, 0yy , maka penyelesaian khusus Persamaan (2) berbentuk ,2 x p DeCBxAxy di mana A, B, C dan D koefisien-koefisien yang taktertentu. Sebaliknya, jika salah satu fungsi dalam salah satu himpunan 1,,2 xx dan x e merupakan penyelesaian dari pautan persamaan homogen, maka semua unsur himpunan itu harus dilakilan oleh x dengan pangkat bilangan bulat positif terkecil, demikian pautan persamaan homogen. Jelaslah, tidak ada fungsi anggota himpunan 1,,2 xx merupakan suatu penyelesaian dari ,0yy dan karena itu kita biarkan himpunan itu seperti apa adanya. Sebaliknya, ex anggota himpunan x e adalah sebuah penyelesaian dari ,0yy dan karena itu, kita harus mengalikan fungsi di dalam himpunan ini oleh x berpangkat bilangan bulat positif terkecil, sehingga hasil perkalian itu bukan fungsi yang merupakan penyelesaian 0yy . Karena ex penyelesaian, tetapi xex bukan penyelesaian dari ,0yy kita harus mengalikan ex oleh x, untuk memperoleh x xe . Jadi, suatu penyelesaian khusus
  • 11. dari Persamaan (2) merupakan kombinasi linear dari fungsi-fungsi anggota himpunan 1,,2 xx dan x e . Jadi .2 x p DxeCBxAxy (6) Untuk memperoleh koefisien tak tertentu A, B, C, dan D, kita hitung xx p xx p DxeDeAy DxeDeBAxy 22 2 dan substitusikan hasil-hasil ini ke dalam persamaan diferensial (2), menghasilkan .25222 22 xxxx exDxeCBxAxDxeDeA Dengan menyamakan suku yang serupa, kita peroleh sistem persamaan berikut : .2 0 22 52 A B D CA Jadi, A = 2, B = 0, C = -1, D = -1, dan penyelesaian khusus Persamaan (2) berbentuk .12 2 x p xexy Segi yang terpenting dari metode koefisien tak tertentu adalah bahwa kita memisalkan bentuk yang layak untuk suatu penyelesaian khusus (seperti xex sebagai pengganti ex dalam Contoh 1). Seandainya kita memisalkan bentuk yang tak layak untuk suatu penyelesaian khusus, akan timbul pertentangan dalam hasil sistem persamaan, pada waktu kita berusaha menghitung koefisien tak tertentu. Kemungkinan lain, bisa terjadi bahwa koefisien dari suku yang tak berguna akan didapat sama dengan nol. Untuk menghemat tempat, kita anjurkan agar penjelasan yang menuntun kita ke bentuk (6) untuk suatu penyelesaian khusus dari Persamaan (2) disingkat sesuai dengan susunan sebagai berikut :
  • 12. xxx xeee xxx 2 15 1,,2 22 (ex adalah penyelesaian dari pautan persamaan homogen dan xex bukan penyelesaian). Jadi, x p DxeCBxAxy 2 Merupakan bentuk penyelesaian yang tepat dari penyelesaian khusus Persamaan (2). 8. Variasi Parameter Seperti metode koefisien taktertentu, metode variasi parameter, digunakan untuk mencari penyelesaian khusus persamaan diferensial takhomogen .... 01 1 1 xfyxayxayxayxa n n n n (1) Dengan fungsi f(x) brbentuk x , ,x e xcos , ,sin x atau kombinasinya. Teorema 1 Jika nyyy ,...,, 21 membentuk himpunan penyelesaian fundamental untuk Persamaan (2), dan jika fungsi-fungsi nuuu ,...,, 21 memenuhi sistem persamaan ,... ,0... ............................................ ,0... ,0... ,0... 1 2 1 21 1 1 2 2 2 21 2 1 2211 2211 2211 xa xf uyuyuy uyuyuy uyuyuy uyuyuy uyuyuy n n n n nn n n n nn nn nn nn (3) Maka nn yuyuyuy ...2211 merupakan penyelesaian khusus Persamaan (1). Contoh 1 Selesaikan persamaan diferensial .cscxyy
  • 13. Penyelesaian Penyelesaian homogen berbentuk xcxcyh cossin 21 . Fungsi-fungsi 1u dan 2u ditentkan dari sistem persamaan [lihat Persamaan (4)]. .cscsincos 0cossin 21 21 xuxux uxux Jadi, .1 sinlncsccos 22 11 xuu xuxxu Maka diperolehlah ,cossinsinln xxxxyp dan bentuk penyelesaian umumnya .cossinsinln 21 xxcxxcyyy ph Teorema 2 Misalkan bahwa nyyy ,...,, 21 membentuk sebuah himpunan fundamental penyelesaian untuk persamaan 0... 01 1 1 yxayxayxayxa n n n n Maka suatu penyelesaian khusus persamaan .... 01 1 1 xfyxayxayxayxa n n n n Diberikan oleh ds sa sf syyW syyW xyxy n x x n nk n k kp . ;,..., ;,..., 0 1 1 1 Dimana syyW n ;,...,1 adalah Wronski dari nyy ,...,1 dihitung pada s dan syyW nk ;,...,1 adalah determinan yang diperoleh dari syyW n ;,...,1 dengan mengganti kolom k oleh (0, 0, ..., 0, 1). Selanjutnya 000 xyxy pp . Sumber Bacaan: Santoso, Widiarti. (1998). Persamaan Diferensial Biasa Dengan Penerapan Modern edisi 2. Jakarta: Erlangga