4. Geografi, Demografi dan
Insiden PGK di Indonesia
• Indonesia adalah negara besar dengan 17.000-an pulau yang
dikelilingi lautan yang dalam dan luas
• Berdasarkan geografi, Indonesia sebagian besar adalah daerah
pegunungan dengan perkotaan
• Kurangnya transportasi darat yang baik
• Jumlah penduduk yang sangat besar 270 juta, sebagian besar di Pulau
Jawa
5. Insiden dan Prevalensi
• Berdasarkan riset Kemenkes : GBD Indonesia 2017 → CKD 27 juta
• Daftar panjang menunggu pasien HD
• Menurut registri ginjal Indonesia 2018 : 132.142 pasien dialisis aktif
• Hampir 180.000 pada tahun 2020 sebagai pasien aktif dan baru
• Unit HD : hampir 1000 unit hanya dalam 7 tahun (setelah BPJS
JKN/universal coverage 2015)
• Kematian 42% CVD
• GBD : global burden disease
6. Latar belakang
• Jumlah besar dan peningkatan tajam pasien CKD
• Daftar tunggu panjang untuk mendapatkan layanan HD
• Pemasangan kateter sebelum tahun 2008 banyak dilakukan di ruang
operasi oleh ahli bedah
• Daftar tunggu panjang untuk mendapatkan ruang operasi di rumah
sakit untuk CAPD
• Biaya kecil untuk dokter dan tim medis
• Dulu tidak ada jaminan asuransi kesehatan oleh pemerintah atau
swasta
7. Mengapa nephrologist Indonesia harus mengatasi
situasi kendala utama ini?
• Berdasarkan latar belakang tersebut, sejak tahun 2008 , sekelompok nephrologist muda
dan trainee (dipimpin oleh almarhum Dr. Rully dan trainee adalah dr. rudi dan dr. jonny )
mencoba untuk memecahkan situasi dengan memodifikasi penyisipan kateter
• Bukan di ruang operasi tetapi hanya di kamar bersih yang baik di dekat unit HD untuk
mengatasi penantian panjang OR ruang operasi
• Penyisipan masih menggunakan trocard stainless steel ( kaku dan keras dengan ujung
tajam → risiko tinggi )
• Anestesi lokal
• Tidak ada panduan USG
• Mengurangi biaya dan waktu
8. Sejarah Pemasangan Kateter
Tenckhoff untuk CAPD
Metode Bandung
Bapak CAPD Indonesia
Para pemula dan kembara jalanan
nefrologi intervensi
Bekerja sama tim dengan ahli
urologi dan ahli bedah
pencernaan
Siswa yang baik
dengan niat
baik
9. Metode Bandung 1 (2008-2010)
• Modifikasi dari teknik seldinger (hampir sama)
• Spinal needle digunakan untuk menusuk peritoneum dan kemudian
memasukkan guide wire ke dalam spinal needle
• Cabut spinal needle untuk memasukkan kateter
• Anestesi lokal
10. Goh dan Lim, Semin Dial. 2022;1–12.
• Risiko tinggi tusukan organ dalam
• Risiko tinggi pendarahan
15. Sifat jarum
• Biasanya digunakan untuk operasi laparoskopi
• Terdiri dari dua bagian : jarum tajam dan tabung tumpul dengan
pegas
• Material inert
• Memiliki pegas di bagian atas tepi tajam → sehingga dapat menahan
tepi tajam jarum di dalam tabung tumpul setelah memasukkan
peritoneum
16. Konsep Metode Bandung 2
• Sayatan tajam hanya pada kulit
• Setelah kulit: diseksi tumpul dari subkutis ke peritoneum dengan alat
diseksi, tidak ada pemotongan tajam → mengurangi risiko trauma
pembuluh darah
• Ketika kita telah mencapai peritoneum, siapkan jarum verres dengan guide
wire di dalamnya
• Dengan puncture yang kuat dengan jarum verres melalui peritoneum →
risiko lebih rendah untuk tusukan organ
• Tidak perlu menjahit peritoneum
• Pemakaian pertama lebih cepat antara 5-7 hari setelah pemasangan
• Bisa digunakan sebagai PD Akut
18. 1. Disinfeksi lokasi operasi:
• Betadine/chlorhexidine
• Alcohol
2. Sterilisasi lokasi.
Anestesi lokal
(Lidocain 2%)
Insisi kulit
1 cm dibawah umbilikus
lateral dari
m rectus abdominalis dextra
21. Insersi peritoneum dengan Verres
Insersi Verres 90 derajat sampai terdengar suara menusuk peritoneum,
kemudian diarahkan ke kaudal
22. Guide wire dimasukkan melalui Verres, hingga ke dalam
rongga peritonium. Kemudian Verres ditarik keluar (dan guide wire ditinggalkan di dalam)
Masukkan pull apart
melalui guide wire
23. Masukkan pull-apart hingga maksimal dan kemudian diarahkan ke posisi kaudal
inferior dari vesika urinaria
Guide wire ditarik keluar dan pull apart tetap di
lokasi.
Tes inflow dengan normal salin
24. Tes in-flow cairan
(flushing spuit atau infus NS melalui pull-apart)
kateter Tenckhoff dimasukkan melalui pull-apart
25. Kateter Tenchkoff didorong hingga cuff proksimal menyentuh pull-apart.
Pull-apart harus disobek secara perlahan ke arah distal dan Tenckhoff didorong hingga cuff proksimal menempel pada
peritoneum
26. Anestesi lokal untuk membuat tunneling
Tunnelling dengan klem panjang dan tunneler
27. Tenckhoff didorong ke dalam tunnel
Katether Tenckhoff
Masuk ke dalam tunnel
Tes dengan NS
29. Penyambungan titanium adaptor
dengan kateter Tenkhoff
Sambungkan transfer set
dengan titanium adaptor
NS untuk “bantalan”. Dialisat
( 1,5 %)
(waktu dwelling hingga saat
Training CAPD 5-7 hari)
INSERSI
SELESAI
32. Kesimpulan
• CAPD merupakan teknik dialisis yang lebih murah, lebih aman, dan
lebih mudah dibanding HD.
• Insersi kateter CAPD merupakan keterampilan dasar untuk nefrolog
• Nefrolog Bandung membuat modifikasi untuk mengatasi hambatan
dengan Metode Bandung-2 yang lebih aman, lebih mudah, dan lebih
cepat dilakukan disbanding metode sebelumnya.
• Practice makes perfect and high sense of crisis