2. A. PENGERTIAN NIKAH
• Nikah menurut bahasa : mengumpulkan (Adl-dlammu),
bersetubuh (wathi)
• Menurut istilah hukum Islam: perkawinan menurut syara
yaitu akad yang ditetapkan syara untuk membolehkan
bersenang-senang antara laki-laki dan perempuan dan
menghalalkan bersenang-senangnya antara laki-laki dengan
perempuan.
• Nikah menurut istilah syara ialah Akad yang mengandung
ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz
nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya.(Abu
yahya zakaria al-anshary)
3. • Akad yang memberikan faedah hukum kebolehan
mengadakan hubungan keluarga (suami isteri) antara pria
dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi
batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi
masing-masing (Muhammad Abu Ishrah)
• Perkawinan mengandung aspek akibat hukum saling
mendapat hak dan kewajiban, bertujuan mengadakan
hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong.
Karena perkawinan merupakan pelaksanaan agama maka
terdapat tujuan dan maksud untuk mengharapkan
keridhoan Allah SWT.
4. B. HUKUM NIKAH
•
•
•
•
•
Sunnat (Jumhur Ulama)
Wajib (Zhahiriyah)
Wajib untuk sebagian orang, sunnat untuk sebagian
lainnya, mubah untuk segolongan yang lain (Malikiyah
Mutaakhirin)
Annisa ayat 3 : maka kawinilah wanita-wanita yang kamu
senangi dua, tiga atau empat
Hadist ; Kawinlah kamu, karena sesungguhnya dengan
kamu kawin, aku akan berlomba-lomba dengan umat-umat
yang lain.
5. • Dilihat dari kondisi orang yang
melaksanakan serta tujuan
melaksanakannya :
- Wajib bagi yang mempunyai kemauan
dan kemampuan untuk kawin dan
khawatir akan tergelincir pada perbuatan
zina
- Sunnat bagi yang mempunyai kemauan
dan kemampuan untuk kawin, tetapi kalau
tidak kawin tidak dikhawatirkan berbuat
zina (QS. An-Nur ayat 32)
6. - Haram : Bagi orang yang tidak
mempunyai keinginan dan tidak
mempunyai kemampuan serta tanggung
jawab dalam melaksanakan kewajibankewajiban dalam rumah tangga.
- Makruh : bagi orang yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan perkawinan
dan mampu menahan diri, hanya saja
orang ini tidak mempunayai keinginan
yang kuat untuk dapat memenuhi
kewajiban suami isteri dengan baik.
7. • Mubah : Bagi orang yang mempunyai
kemampuan untuk melakukannya, tetapi
apabila tidak melakukannnya tidak
khawatir akan berbuat zina dan apabila
melakukannya juga tidak akan
menelantarkan isteri.
8. C. PRINSIP-PRINSIP PERNIKAHAN
Memenuhi dan melaksanakan perintah agama
Kerelaan dan persetujuan
Perkawinan untuk selamanya
Suami sebagai penanggung jawab umum dalam rumah
tangga
9. D. TUJUAN PERNIKAHAN
•
•
•
•
•
Mendapatkan dan melangsungkan keturunan
Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya
dan menumpahkan kasih sayangnya
Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan
dan kerusakan
Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab
menerima hak serta kewajiban, juga nersungguh-sungguh
menerima harta kekayaan yang halal
Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat
yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang.
10. E. HIKMAH PERNIKAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
Merupakan jalan keluar untuk menyalurkan naluri seks dan
mendapatkan ketenangan (Ar_rum ayat 21)
Jalan terbaik untuk mendidik anak-anak dan melestarikan
keturunan
Menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan
Menumbuhkan rasa tanggung jawab
Adanya pembagian tugas