SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Nama :Wida Gustian.S
Kelas :II.B
Prodi :Pendidikan Ekonomi
Tugas : Kurikulim Pembelajaran
Keterangan Buku

•   Judul Buku       : Pembelajaran Moral
•   Pengarang Buku   : Dr. C. Asri Budiningsih
•   Tahun Terbit     : mei 2008
•   Penerbit         : Rineka Cipta
KARAKTERISTIK
              SISWA DAN
             BUDAYANYA




KARAKTERISTIK           KARAKTERISTIK
    SISWA                  BUDAYA
 Karakteristik siswa adalah bagian-bagian pengalaman
  siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar.
  Pemahaman tentang karakteristik siswa bertujuan untuk
  mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang
  perlu    di perhatikan untuk kepentingan rancangan
  pembelajaran.        Menganalis karakteristik siswa
  dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan
  siswa. Hasil dari kegiatan ini akan berupa daftar yang
  memuat pengelompokan karakteristik siswa, sebagian
  untuk mempreskripsikan metode yang optimal untuk
  mencapai hasil belajar tertentu. Karakteristik siswa
  sebagian salah satu variabel dalam domain desain
  pembelajaran akan memberikan dampak terhadap
  keefektifan belajar.
 Karakteristik Budaya merupakan suatu kesatuan yang unik dan bukan jumlah dari
  bagian-bagian. Budaya dapat berbentuk fisik seperti hasil seni, dapat juga
  berbentuk kelompok-kelompok masyarakat sebagai realitas objektif yang diperoleh
  dari lingkungan dan tidak terjadi dalam kehidupan manusia.

Unsur-unsur sosial dan budaya terdapat dua unsur yaitu:
1.    Kerangka aspirasi-aspirasi.
2.    Unsur-unsur yang mengatur kegiatan-kegiatan untuk mencapai aspirasi-aspirasi
      tersebut.
Nilai sosial budaya yang merupakan rangkaian dari konsepsi-konsepsi dostrak yang
hidup di dalam alam pikiran bagian tersebar dari warga masyarakat mengenai apa yang
baik dan apa yang buruk dan norma-norma yang mengatur kegiatan-kegiatan manusia
untuk mencapai cita-cita tersebut . Nilai sosial budaya tadi berfungsi sebagai pedoman
dan pendorong perilaku individu di dalam hidupnya.
Pemahaman tentang budaya sebagai bentuk-bentuk prestasi spikologis yaitu sebagai
kompleks gagasan yang bersifat abstrak, spesifik, subjektif, dan tidak teramati yang
akan mewarnai kehidupan moral para remajanya, perlu dipahami oleh para guru dan
pendidik moral, sebagai dasar pengembangan-pengembangan program pendidikan
moral yang kontekstual.
PENALARAN MORAL




  KONSEP DASAR        TAHAP-TAHAP
   MORAL DAN         PERKEMBANGAN
PENALARAN MORAL          MORAL
• Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia
  sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang
  kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai
  manusia. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap
  yang baik karena dia sadar akan kewajiban dan tanggung
  jawabnya dan bukan karena dia mencari keuntungan.
  Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-
  betul tanpa pamrih. Penaralan moral dipandang sebagai
  struktur pemikiran bukan isi, dengan demikian penaralan
  moral bukanlah tentang apa yang baik atau yang buruk tetapi
  tentang bagaimana seseorang berfikir sampai pada keputusan
  bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Penalaran moral pada
  intinya bersipat rasional, suatu keputusan moral bukanlah soal
  perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung tafsiran
  kognitif yang bersifat kontruksi kognitif yang aktif dengan
  memperhatikan tuntutan, hak, kewajiban dan keterlibatan
  individu atau kelompok terhadap hal-hal yang baik.
•    Tahap-Tahap Perkembangan Moral
      ada 3 yaitu:
1.   Tingkat Pra Konvensional
Pada tingkat ini seseorang sangat tanggap terhadap aturan-aturan kebudayaan dan penilaian baik atau buruk, tetapi ia menafsirkan baik atau
buruk ini dalam rangka maksimalisasi, kenikmatan atau akibat-akibat fisik-fisik dari tindakannya.
Tingkat ini dibagi 2 tahap:
a)    Tahap 1 : Orientasi Hukuman dan Kepatuhan
       Pada tahap ini, baik atau buruknya suatu tindakan ditentukan oleh akibat-akibat fisik yang akan di alami, sedangkan arti atau nilai
       manusiawi tidak diperhatikan.
b)    Tahap 2 : Orientasi Intrumentalistis
      Pada tahap ini tindakan seseorang selalu diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan memperalat orang lain.
2.   Tingkat Konvensional
     Pada tingkat ini seseorang menyadari dirinya sebagai seorang individu di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bini
     bangsanya
     Tingkat ini terdiri dari 2 tahap :
c)   tahap 3 : Orientasi kerukunan atau Orientasi good boy-nice girl
     Pada tahap ini orang berpandangan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan atau menolong lain serta
     diakui oleh yang lain
d)   tahap 4 : Orientasi Ketertiban Masyarakat
     pada tahap ini tindakan seseorang didorong oleh keinginannya untuk menjaga tertib legal.
3.   Tingkat Pasca – Konvensional atau Tingkat Otonom
     Pada tahap ini, orang bertindak sebagai subjek hukum dengan mengatasi hukum yang ada.
     Tingkat ini terdiri dari 2 tahap :
e)   tahap 5 : Orientasi Kontrak sosial
     Tindakan yang benar pada tahap ini cenderung ditafsirkan sebagai tindakan yang sesuai dengan kesepakatan umum.
f)   tahap 6: Orientasi Prinsip Etis Universal
     pada tahap ini orang tidak hanya memandang dirinya sebagai subjek hukum tetapi juga sebagai pribadi yang harus di hormati
Konsep dasar kepercayaan eksistensial
                                 (iman) menurut fowler




                               KEPERCAYAAN
                               EKSISTENSIAL
                                  (IMAN)


Tahap-tahap kepercayaan eksistensial                  Hubungan kepercayaan eksistensial
              ( iman )                                (iman) dengan pekembangan moral
Kepercayaan eksistensial (iman) menurut fowler adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta
menemukan atau memberikan makna terhadap berbagai kondisi atau keadaan hidupnya. Kepercayaan eksistensial
memiliki dimensi sosial atau relasional yang bersifat triadik atau 3 serangkai, yang meliputi kepercayaan dan kesetiaan
manusia terhadap sesamannya dalam komunitas bersama serta terhadap pusat-pusat nilai dan kekuasaan akhir yang
bersama-sama diyakini dan disetiai.
•    Tahap-Tahap Kepercayaan Eksistensial (iman)
Ada 7 tahap yaitu :
1. Tahap 0 : Kepercayaan elementer awal (prima falth)
     Tahap ini timbul sebagai pratahap ( pre-strage, yaitu masa bayi 0 sampai 2 atau 3 tahun ).
     Kepercayaan juga disebut pratahap “kepercayaan yang belum terdiferensiasi”. Pola
     kepercayaan ini di sebut elementer.
2. Tahap 1 : Kepercayaan intuitif –proyektif ( intuitive – projective falth) menandai tahap perkembangan pertama 3-7
tahun
     karena daya imajinasi dan dunia gambaran sangat berkembang. Dengan timbulnya kemampuan simbolis dan
bahasa, maka
     imajinasi dan dunia gambaran dirangsang oleh cerita, gerak, isyarat, upacara, simbol-simbol, dan kata-kata.
3. Tahap 2 : Kepercayaan mistis – harfiah ( misthic-literal falth)
     Bentuk kepercayaan ini muncul biasanya pada umur 7-12 tahun. Seluruh bekal gambaran
     emosional dan imajinal masih berpengaruh kuat, namun muncul pula operasi-operasi logis
     tersebut yang melampaui tingkat perasaan dn imajinasi tahap sebelumnya.
4. Tahap 3 : Kepercayaan sintetis – konvensional ( syinthetic – convensional falth ).
     Kepercayaan ini timbul pada masa adolesen (umur 12-20 tahun) anatara umur 12 tahun remaja
     biasanya mengalami suatu perubahan radikal dalam caranya memberi arti.
5. Tahap 4 : kepercayaan individuatif –reflektif ( individuative-fefletive falth ).
     Kepercayaan ini muncul pada umur 20 tahun keatas. Pola kepercayaan ini di tandai oleh lahirnya refleksi kritis atas
seluruh
     pendapat, keyakinan dan nilai ( religius ) lama.
6.     Tahap 5 : kepercayaan eksistensialb- kongjungtif ( konjungtive
falth ).
     Kepercaayan ini timbul pada usiasekitar umur 35 tahun ke atas .
Semua yang di upayakan dibawah kuasa kesadaran dan
     pengontrolan rasio pada tahap sebelumnya.
7.        Tahap 6 : kepercayaan eksistensial yang mengacu pada
universalitas ( universalitas – falth ).
     Kepercayaan ini ( jarang terwujud sepenuhnya ) dapat berkembang
pada umur 45 tahun keatas.
• Hubungan Kepercayaan Eksistensial( iman ) dengan Perkembangan
    Moral. Kepercayaan keagamaan adalah persoalan alam karena
    menyangkut jiwa atau batin manusia. Kepercayaan merupakan cara
    seorang melihat seluruh nilai dan kekuatan sebagai realitas paling
    akhir dan pasti bagi dir dan sesamanya, dan dapat menggerakan
    program pendidikan moral untuk meningkatkan kepercayaan
    eksistensial (iman)
Konsep dasar Empati
EMPATI
             Skala Empati


         Peranan Empati Dalam
          Perkembangan Moral
• Empati berasal dari kata photos ( dalam bahasa
  yunani ) yang berarti perasaan yang mendalam.
  Empati pada awalnya digunakan untuk
  menggambarkan sesuatu pengalaman estetika
  kedalam berbagai bentuk kesenian empati lebih
  memusatkan perasaannya pada kondisiorang lain
  atau lawan bicaranya. Kata empati mengandung
  makna bahwa seseorang mencoba untuk mengerti
  keadaan orang lain sebagai mana orang tersebut
  mengertinya dan menyampaikan kepadannya.
•    Skala Emapati
Tingkat 1 : Respon tidak relevan atau menyakitkan, tidak mengarah pada perasaan pembicara, jika   isi
pembicaraan dikomukasikan secara akurat maka dapat menaikan tingkat respon.
Tingkat 2 : Respon hanya berhubungan sedikit dengan apa yang dikatakan atau dirasakan oleh pembicara. Jika
isi pembicaraan dikomunikasikan secara akurat dapat menaikan tingkat respon, sebaliknya jika tidak akurat
dapat menurunkan respon.
Tingkat 3 : Respon menunjukan bahwa perasaan pembicaraan dipahami secara pribadi oleh responden. Isi
pembicaraan kurang penting , tetapi ketika isi pembicaraan harus dicermati. Jika tidak akurat tingkat respon
akan turun.
Tingkat 4 : Respon dapat meningkatkan kesadaran pembicara dan dapat mengidentifikasi perasaannya yang
mendasar. Isi pembicaraan digunakan untuk memperdalam makna (arti). Jika isi tidak akurat, tingkat respon
dapat diturunkan.

•    Peranan Empati Dalam Perkembangan Moral
Dalam suatu budaya tertentu sebagai contoh budaya yogyakarta, dapat dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahwa
pertimbangan-pertimbangan moral masyarat yogyakarta terkenal oleh batasan prinsip kerukunan dan prinsip
hormat pertimbangan moral pribadi seseorang harus memperhatikan tuntutan-tuntutan prinsip keselarasan.
Upaya pemberian bantuan kepada orang lain merupakam bentuk-bentuk empati seseorang .
Dengan kata lain, masyarat yogyakarta menuntut agar individu-individu jangan bertindak hanya berdasarkan
pertimbangannya sendiri, melainkan harus memperhatikan prinsip keselarasan dalam masyarakat, dan itu
berlaku pula apabila pertimbangan-pertimbangannya mangandung nilai-nilai moral.
Peran sosial   Interaksi didalam situasi
                   kelompok sosial

               Sumbangan peran sosial
                dalam perkembangan
                       moral
•   Interaksi merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana pelaku individu yang
    satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki prilaku individu yang lain sedangkan
    situasi kelompok sosial yaitu situasi yang terjadi dan sumbangan yang ditentukan dalam
    kelompok sosial tempat orang-orang berinteraksi dan didalam kelompok mempunyai tujuan
    bersama, semakin giat angota angota kolompok tersebut melaksanakan tugasnya, semakin
    produktif pula usaha kelompok dan semakin kokoh persatuan diantara anggotanya.
•   Posisi sosial yaitu penempatan seseorang dalam kelompok masyarakat sehubungan dengan
    sumbangan yang ditentukan bagi suatu tata hubungan dengan orang lain yang sudah
    menempati tempat dalam masyarakatnya setiap posisi yang diakvi oleh angota-anggota suatu
    kelompok, akan mendukung tujuan-tujuan kelompok tersebut, setiap posisi merupakan bagian
    dari suatu sistem posisi, sehingga tidak ada posisi yang mempunyai arti bila terpisah dari
    posisi-posisi lainya. Pesan seseorang dalam posisinya mencakup semua pelaku yang
    dilakukan oleh kelompok untuk dilakukanya, ada kewajiban dan ada hak-haknya, dengan
    demikian maka setiap pesan merupakan bagian dan dari sistem peran yang interdependensi
    dan dapat berubah, jika sistem berubah.
• Faktor-faktor penentu lingkungan sosial terhadap
  perkembangan moral yaitu kesempatan untuk
  mengambil peran sosial, perkembangan moral
  sebagai urutan peralihan tahap merupakan proses
  transpormasi struktur kognitif yang berurutan.
  Perkembangan        struktural    tersebut    tidak
  disebabkan        oleh      proses      pematangn
  biologis, perkembangan merupakan hasilinteraksi
  antara terdensi-terdensi struktural organisasi dan
  ciri-ciri struktural lingkungan sekitar, dalam
  bahasa struktural format tahap diuraikan sebagai
  pola pengenalan sosial – afektif proses
  perkembangan pribadi yang menjadi ciri khas
  manusia sebagai mahluk sosial yang hidup di
  dalam masyarakat.
Karakteristik
                          siswa
                      berhubungan
                         dengan
                    pemahaman/pena
                          laran




 Karakteristik     Pembelajaran        Karakteristik
     siswa                                 siswa
 berhubungan      moral berpijak       berhubungan
    dengan       pada karakteristik       dengan
perasaan moral                         kepercayaan
   (empati)         siswa dan          eksestensial (
                    budayanya              iman)




                      Karakteristik
                          siswa
                      berhubungan
                         dengan
                    tinndakan moral
                      (peran sosial)
• Pembelajaran dalam mengembangkan model atau strategi
  pembelajaran moral menggunakan pendekatan struktural
  kognitif. Pendekatan struktural kognitif lebih menaruh
  perhatianpada penalaran moral dari pada tindakan moral
  dengan asumsi bahwa pemikiran moral akan mengarahkan
  tindakan moral, dan ia menganggap tahap-tahap yang lebih
  tinggi sebagai lebih bermoral dari pada tahap-tahap yang
  lebih rendah.
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan
  dengan kata-kata, aksi dan kontemplasi kepercayaan yang
  ada dalam diri mereka. Hal ini memungkinkan siswa untuk
  lebih terbuka dan sadar akan perkembangan kepercayaan
  mereka sendiri.
• Diperlukan suatu keadaan jiwa atau sikap batin berbudi
  luhur, yang artinya mempunyai perasaan yang tepat
  bagaimana cara bersikap terhadap orang lain, untuk itu
  pengelolaan pembelajaran       moral yang bertujuan
  meningkatkan empati perlu di kembangkan
• Kesempatann untuk mengambil peran sosial tampaknya
  merupakan suatu yang penting dalam perkembangan
  moral. Memperlihatkan bahwa anak-anak yang maju
  dalam perkembangan moral, memiliki orang tua yang
  juga maju dalam penalaran moral dan berusaha
  mengenal pandangan anak dan yang mendorong
  terjadinya dialog, mempunyai anak yang secara moral
  lebih matang.
KOMENTAR
• Buku ini sangat bagus dan menarik untuk
  dibaca oleh semua orang, dengan adanya
  buku pembelajaran moral ini, agar para
  remaja memiliki kesadaran moral yaitu agar
  dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk
  dan hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak
  boleh dilakukan. Moralitas remaja ini juga
  perlu di perhatikan, sebab akan menentukan
  nasib dan masa depan mereka.
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Nanang Galing
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPoetra Chebhungsu
 
Peta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkPeta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkbaeniikhwati
 
Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Landasan Psikologis Pengembangan KurikulumLandasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulumtitiwerdhy
 
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta DidikPendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta DidikNur Rizki
 
Karakteristik dan perbedaan individu
Karakteristik dan perbedaan individuKarakteristik dan perbedaan individu
Karakteristik dan perbedaan individuDeasy Katiandagho
 
makna baik dan buruk dalam budi pekerti
makna baik dan buruk dalam budi pekertimakna baik dan buruk dalam budi pekerti
makna baik dan buruk dalam budi pekertiwicildewikecil
 
Teori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan SosiokognitifTeori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan SosiokognitifNURUL NADIAH AHMAD KAMAL
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosialiin70
 
Perkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia diniPerkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia dini0205993
 
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)Dewi Kartika
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 

What's hot (20)

Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isi
 
Peta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkPeta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bk
 
Psisos.9.05
Psisos.9.05Psisos.9.05
Psisos.9.05
 
Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Landasan Psikologis Pengembangan KurikulumLandasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
 
2 teori pemusatan insan
2 teori pemusatan insan2 teori pemusatan insan
2 teori pemusatan insan
 
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta DidikPendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
 
komponen karakter
komponen karakterkomponen karakter
komponen karakter
 
Karakteristik dan perbedaan individu
Karakteristik dan perbedaan individuKarakteristik dan perbedaan individu
Karakteristik dan perbedaan individu
 
makna baik dan buruk dalam budi pekerti
makna baik dan buruk dalam budi pekertimakna baik dan buruk dalam budi pekerti
makna baik dan buruk dalam budi pekerti
 
Ppt
Ppt Ppt
Ppt
 
Teori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan SosiokognitifTeori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
 
Manusia nilai norma dan hukum
Manusia nilai norma dan hukumManusia nilai norma dan hukum
Manusia nilai norma dan hukum
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosial
 
Teori Konseling PPK
Teori Konseling PPKTeori Konseling PPK
Teori Konseling PPK
 
Perkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia diniPerkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia dini
 
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
 
PIO Well being
PIO Well beingPIO Well being
PIO Well being
 
Self concept
Self conceptSelf concept
Self concept
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
 

Similar to Kurikulum pembelajaran

Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...Istna Zakia Iriana
 
Membangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSN
Membangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSNMembangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSN
Membangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSNSeta Wicaksana
 
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdfBhinekaTemplate
 
4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didikMuhammad Munandar
 
4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didikMuhammad Munandar
 
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122Rame Priyanto
 
perkembangan kepribadian.pptx
perkembangan kepribadian.pptxperkembangan kepribadian.pptx
perkembangan kepribadian.pptxDeskijulianda
 
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikapPerkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikapodaxboy
 
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptxLanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptxkikiaisyah
 
Tugas v evaluasi nina ruspina
Tugas v evaluasi nina ruspinaTugas v evaluasi nina ruspina
Tugas v evaluasi nina ruspinaNina Ruspina
 
Psikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganPsikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganAli Murfi
 
Psikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganPsikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganAli Murfhy
 
kel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxkel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxshakila60
 

Similar to Kurikulum pembelajaran (20)

Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 4- Perkembangan Moral Dan Spiritual Peser...
 
Membangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSN
Membangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSNMembangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSN
Membangun Karakter Disiplin Kepada Taruna Di Poltek SSN
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik
 
Semua norma dan nilai ^^
Semua norma dan nilai ^^Semua norma dan nilai ^^
Semua norma dan nilai ^^
 
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
 
Perkembangan afektif
Perkembangan afektifPerkembangan afektif
Perkembangan afektif
 
4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik
 
4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik
 
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
perkembangan kepribadian.pptx
perkembangan kepribadian.pptxperkembangan kepribadian.pptx
perkembangan kepribadian.pptx
 
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikapPerkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
 
Pengaruh kematangan beragama terhadap kompetensi
Pengaruh kematangan beragama terhadap kompetensiPengaruh kematangan beragama terhadap kompetensi
Pengaruh kematangan beragama terhadap kompetensi
 
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptxLanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
 
Tugas v evaluasi nina ruspina
Tugas v evaluasi nina ruspinaTugas v evaluasi nina ruspina
Tugas v evaluasi nina ruspina
 
Psikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganPsikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan
 
Psikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganPsikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan
 
Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan Sepanjang HayatPendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan Sepanjang Hayat
 
Ppt dimensi
Ppt dimensiPpt dimensi
Ppt dimensi
 
kel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxkel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptx
 

Kurikulum pembelajaran

  • 1. Nama :Wida Gustian.S Kelas :II.B Prodi :Pendidikan Ekonomi Tugas : Kurikulim Pembelajaran
  • 2. Keterangan Buku • Judul Buku : Pembelajaran Moral • Pengarang Buku : Dr. C. Asri Budiningsih • Tahun Terbit : mei 2008 • Penerbit : Rineka Cipta
  • 3. KARAKTERISTIK SISWA DAN BUDAYANYA KARAKTERISTIK KARAKTERISTIK SISWA BUDAYA
  • 4.  Karakteristik siswa adalah bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar. Pemahaman tentang karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang perlu di perhatikan untuk kepentingan rancangan pembelajaran. Menganalis karakteristik siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan siswa. Hasil dari kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokan karakteristik siswa, sebagian untuk mempreskripsikan metode yang optimal untuk mencapai hasil belajar tertentu. Karakteristik siswa sebagian salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.
  • 5.  Karakteristik Budaya merupakan suatu kesatuan yang unik dan bukan jumlah dari bagian-bagian. Budaya dapat berbentuk fisik seperti hasil seni, dapat juga berbentuk kelompok-kelompok masyarakat sebagai realitas objektif yang diperoleh dari lingkungan dan tidak terjadi dalam kehidupan manusia. Unsur-unsur sosial dan budaya terdapat dua unsur yaitu: 1. Kerangka aspirasi-aspirasi. 2. Unsur-unsur yang mengatur kegiatan-kegiatan untuk mencapai aspirasi-aspirasi tersebut. Nilai sosial budaya yang merupakan rangkaian dari konsepsi-konsepsi dostrak yang hidup di dalam alam pikiran bagian tersebar dari warga masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk dan norma-norma yang mengatur kegiatan-kegiatan manusia untuk mencapai cita-cita tersebut . Nilai sosial budaya tadi berfungsi sebagai pedoman dan pendorong perilaku individu di dalam hidupnya. Pemahaman tentang budaya sebagai bentuk-bentuk prestasi spikologis yaitu sebagai kompleks gagasan yang bersifat abstrak, spesifik, subjektif, dan tidak teramati yang akan mewarnai kehidupan moral para remajanya, perlu dipahami oleh para guru dan pendidik moral, sebagai dasar pengembangan-pengembangan program pendidikan moral yang kontekstual.
  • 6. PENALARAN MORAL KONSEP DASAR TAHAP-TAHAP MORAL DAN PERKEMBANGAN PENALARAN MORAL MORAL
  • 7. • Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena dia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena dia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul- betul tanpa pamrih. Penaralan moral dipandang sebagai struktur pemikiran bukan isi, dengan demikian penaralan moral bukanlah tentang apa yang baik atau yang buruk tetapi tentang bagaimana seseorang berfikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Penalaran moral pada intinya bersipat rasional, suatu keputusan moral bukanlah soal perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung tafsiran kognitif yang bersifat kontruksi kognitif yang aktif dengan memperhatikan tuntutan, hak, kewajiban dan keterlibatan individu atau kelompok terhadap hal-hal yang baik.
  • 8. Tahap-Tahap Perkembangan Moral ada 3 yaitu: 1. Tingkat Pra Konvensional Pada tingkat ini seseorang sangat tanggap terhadap aturan-aturan kebudayaan dan penilaian baik atau buruk, tetapi ia menafsirkan baik atau buruk ini dalam rangka maksimalisasi, kenikmatan atau akibat-akibat fisik-fisik dari tindakannya. Tingkat ini dibagi 2 tahap: a) Tahap 1 : Orientasi Hukuman dan Kepatuhan Pada tahap ini, baik atau buruknya suatu tindakan ditentukan oleh akibat-akibat fisik yang akan di alami, sedangkan arti atau nilai manusiawi tidak diperhatikan. b) Tahap 2 : Orientasi Intrumentalistis Pada tahap ini tindakan seseorang selalu diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan memperalat orang lain. 2. Tingkat Konvensional Pada tingkat ini seseorang menyadari dirinya sebagai seorang individu di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bini bangsanya Tingkat ini terdiri dari 2 tahap : c) tahap 3 : Orientasi kerukunan atau Orientasi good boy-nice girl Pada tahap ini orang berpandangan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan atau menolong lain serta diakui oleh yang lain d) tahap 4 : Orientasi Ketertiban Masyarakat pada tahap ini tindakan seseorang didorong oleh keinginannya untuk menjaga tertib legal. 3. Tingkat Pasca – Konvensional atau Tingkat Otonom Pada tahap ini, orang bertindak sebagai subjek hukum dengan mengatasi hukum yang ada. Tingkat ini terdiri dari 2 tahap : e) tahap 5 : Orientasi Kontrak sosial Tindakan yang benar pada tahap ini cenderung ditafsirkan sebagai tindakan yang sesuai dengan kesepakatan umum. f) tahap 6: Orientasi Prinsip Etis Universal pada tahap ini orang tidak hanya memandang dirinya sebagai subjek hukum tetapi juga sebagai pribadi yang harus di hormati
  • 9. Konsep dasar kepercayaan eksistensial (iman) menurut fowler KEPERCAYAAN EKSISTENSIAL (IMAN) Tahap-tahap kepercayaan eksistensial Hubungan kepercayaan eksistensial ( iman ) (iman) dengan pekembangan moral
  • 10. Kepercayaan eksistensial (iman) menurut fowler adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta menemukan atau memberikan makna terhadap berbagai kondisi atau keadaan hidupnya. Kepercayaan eksistensial memiliki dimensi sosial atau relasional yang bersifat triadik atau 3 serangkai, yang meliputi kepercayaan dan kesetiaan manusia terhadap sesamannya dalam komunitas bersama serta terhadap pusat-pusat nilai dan kekuasaan akhir yang bersama-sama diyakini dan disetiai. • Tahap-Tahap Kepercayaan Eksistensial (iman) Ada 7 tahap yaitu : 1. Tahap 0 : Kepercayaan elementer awal (prima falth) Tahap ini timbul sebagai pratahap ( pre-strage, yaitu masa bayi 0 sampai 2 atau 3 tahun ). Kepercayaan juga disebut pratahap “kepercayaan yang belum terdiferensiasi”. Pola kepercayaan ini di sebut elementer. 2. Tahap 1 : Kepercayaan intuitif –proyektif ( intuitive – projective falth) menandai tahap perkembangan pertama 3-7 tahun karena daya imajinasi dan dunia gambaran sangat berkembang. Dengan timbulnya kemampuan simbolis dan bahasa, maka imajinasi dan dunia gambaran dirangsang oleh cerita, gerak, isyarat, upacara, simbol-simbol, dan kata-kata. 3. Tahap 2 : Kepercayaan mistis – harfiah ( misthic-literal falth) Bentuk kepercayaan ini muncul biasanya pada umur 7-12 tahun. Seluruh bekal gambaran emosional dan imajinal masih berpengaruh kuat, namun muncul pula operasi-operasi logis tersebut yang melampaui tingkat perasaan dn imajinasi tahap sebelumnya. 4. Tahap 3 : Kepercayaan sintetis – konvensional ( syinthetic – convensional falth ). Kepercayaan ini timbul pada masa adolesen (umur 12-20 tahun) anatara umur 12 tahun remaja biasanya mengalami suatu perubahan radikal dalam caranya memberi arti. 5. Tahap 4 : kepercayaan individuatif –reflektif ( individuative-fefletive falth ). Kepercayaan ini muncul pada umur 20 tahun keatas. Pola kepercayaan ini di tandai oleh lahirnya refleksi kritis atas seluruh pendapat, keyakinan dan nilai ( religius ) lama.
  • 11. 6. Tahap 5 : kepercayaan eksistensialb- kongjungtif ( konjungtive falth ). Kepercaayan ini timbul pada usiasekitar umur 35 tahun ke atas . Semua yang di upayakan dibawah kuasa kesadaran dan pengontrolan rasio pada tahap sebelumnya. 7. Tahap 6 : kepercayaan eksistensial yang mengacu pada universalitas ( universalitas – falth ). Kepercayaan ini ( jarang terwujud sepenuhnya ) dapat berkembang pada umur 45 tahun keatas. • Hubungan Kepercayaan Eksistensial( iman ) dengan Perkembangan Moral. Kepercayaan keagamaan adalah persoalan alam karena menyangkut jiwa atau batin manusia. Kepercayaan merupakan cara seorang melihat seluruh nilai dan kekuatan sebagai realitas paling akhir dan pasti bagi dir dan sesamanya, dan dapat menggerakan program pendidikan moral untuk meningkatkan kepercayaan eksistensial (iman)
  • 12. Konsep dasar Empati EMPATI Skala Empati Peranan Empati Dalam Perkembangan Moral
  • 13. • Empati berasal dari kata photos ( dalam bahasa yunani ) yang berarti perasaan yang mendalam. Empati pada awalnya digunakan untuk menggambarkan sesuatu pengalaman estetika kedalam berbagai bentuk kesenian empati lebih memusatkan perasaannya pada kondisiorang lain atau lawan bicaranya. Kata empati mengandung makna bahwa seseorang mencoba untuk mengerti keadaan orang lain sebagai mana orang tersebut mengertinya dan menyampaikan kepadannya.
  • 14. Skala Emapati Tingkat 1 : Respon tidak relevan atau menyakitkan, tidak mengarah pada perasaan pembicara, jika isi pembicaraan dikomukasikan secara akurat maka dapat menaikan tingkat respon. Tingkat 2 : Respon hanya berhubungan sedikit dengan apa yang dikatakan atau dirasakan oleh pembicara. Jika isi pembicaraan dikomunikasikan secara akurat dapat menaikan tingkat respon, sebaliknya jika tidak akurat dapat menurunkan respon. Tingkat 3 : Respon menunjukan bahwa perasaan pembicaraan dipahami secara pribadi oleh responden. Isi pembicaraan kurang penting , tetapi ketika isi pembicaraan harus dicermati. Jika tidak akurat tingkat respon akan turun. Tingkat 4 : Respon dapat meningkatkan kesadaran pembicara dan dapat mengidentifikasi perasaannya yang mendasar. Isi pembicaraan digunakan untuk memperdalam makna (arti). Jika isi tidak akurat, tingkat respon dapat diturunkan. • Peranan Empati Dalam Perkembangan Moral Dalam suatu budaya tertentu sebagai contoh budaya yogyakarta, dapat dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahwa pertimbangan-pertimbangan moral masyarat yogyakarta terkenal oleh batasan prinsip kerukunan dan prinsip hormat pertimbangan moral pribadi seseorang harus memperhatikan tuntutan-tuntutan prinsip keselarasan. Upaya pemberian bantuan kepada orang lain merupakam bentuk-bentuk empati seseorang . Dengan kata lain, masyarat yogyakarta menuntut agar individu-individu jangan bertindak hanya berdasarkan pertimbangannya sendiri, melainkan harus memperhatikan prinsip keselarasan dalam masyarakat, dan itu berlaku pula apabila pertimbangan-pertimbangannya mangandung nilai-nilai moral.
  • 15. Peran sosial Interaksi didalam situasi kelompok sosial Sumbangan peran sosial dalam perkembangan moral
  • 16. Interaksi merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana pelaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki prilaku individu yang lain sedangkan situasi kelompok sosial yaitu situasi yang terjadi dan sumbangan yang ditentukan dalam kelompok sosial tempat orang-orang berinteraksi dan didalam kelompok mempunyai tujuan bersama, semakin giat angota angota kolompok tersebut melaksanakan tugasnya, semakin produktif pula usaha kelompok dan semakin kokoh persatuan diantara anggotanya. • Posisi sosial yaitu penempatan seseorang dalam kelompok masyarakat sehubungan dengan sumbangan yang ditentukan bagi suatu tata hubungan dengan orang lain yang sudah menempati tempat dalam masyarakatnya setiap posisi yang diakvi oleh angota-anggota suatu kelompok, akan mendukung tujuan-tujuan kelompok tersebut, setiap posisi merupakan bagian dari suatu sistem posisi, sehingga tidak ada posisi yang mempunyai arti bila terpisah dari posisi-posisi lainya. Pesan seseorang dalam posisinya mencakup semua pelaku yang dilakukan oleh kelompok untuk dilakukanya, ada kewajiban dan ada hak-haknya, dengan demikian maka setiap pesan merupakan bagian dan dari sistem peran yang interdependensi dan dapat berubah, jika sistem berubah.
  • 17. • Faktor-faktor penentu lingkungan sosial terhadap perkembangan moral yaitu kesempatan untuk mengambil peran sosial, perkembangan moral sebagai urutan peralihan tahap merupakan proses transpormasi struktur kognitif yang berurutan. Perkembangan struktural tersebut tidak disebabkan oleh proses pematangn biologis, perkembangan merupakan hasilinteraksi antara terdensi-terdensi struktural organisasi dan ciri-ciri struktural lingkungan sekitar, dalam bahasa struktural format tahap diuraikan sebagai pola pengenalan sosial – afektif proses perkembangan pribadi yang menjadi ciri khas manusia sebagai mahluk sosial yang hidup di dalam masyarakat.
  • 18. Karakteristik siswa berhubungan dengan pemahaman/pena laran Karakteristik Pembelajaran Karakteristik siswa siswa berhubungan moral berpijak berhubungan dengan pada karakteristik dengan perasaan moral kepercayaan (empati) siswa dan eksestensial ( budayanya iman) Karakteristik siswa berhubungan dengan tinndakan moral (peran sosial)
  • 19. • Pembelajaran dalam mengembangkan model atau strategi pembelajaran moral menggunakan pendekatan struktural kognitif. Pendekatan struktural kognitif lebih menaruh perhatianpada penalaran moral dari pada tindakan moral dengan asumsi bahwa pemikiran moral akan mengarahkan tindakan moral, dan ia menganggap tahap-tahap yang lebih tinggi sebagai lebih bermoral dari pada tahap-tahap yang lebih rendah. • Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan dengan kata-kata, aksi dan kontemplasi kepercayaan yang ada dalam diri mereka. Hal ini memungkinkan siswa untuk lebih terbuka dan sadar akan perkembangan kepercayaan mereka sendiri. • Diperlukan suatu keadaan jiwa atau sikap batin berbudi luhur, yang artinya mempunyai perasaan yang tepat bagaimana cara bersikap terhadap orang lain, untuk itu pengelolaan pembelajaran moral yang bertujuan meningkatkan empati perlu di kembangkan
  • 20. • Kesempatann untuk mengambil peran sosial tampaknya merupakan suatu yang penting dalam perkembangan moral. Memperlihatkan bahwa anak-anak yang maju dalam perkembangan moral, memiliki orang tua yang juga maju dalam penalaran moral dan berusaha mengenal pandangan anak dan yang mendorong terjadinya dialog, mempunyai anak yang secara moral lebih matang.
  • 21. KOMENTAR • Buku ini sangat bagus dan menarik untuk dibaca oleh semua orang, dengan adanya buku pembelajaran moral ini, agar para remaja memiliki kesadaran moral yaitu agar dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk dan hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Moralitas remaja ini juga perlu di perhatikan, sebab akan menentukan nasib dan masa depan mereka.