3. Pengertian Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Sebagai contoh, orang menanggapmenolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai
buruk .
4. Pengertian Nilai Menurut para Ahli
Kimball Young, mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A.W.Green, nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai
emosi terhadap objek.
Woods, mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah
berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam
kehidupan sehari-hari
M.Z.Lawang, menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang
diinginkan,yang pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari
orang yang bernilai tersebut.
Hendropuspito, menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai
masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan
kehidupan manusia.
Karel J. Veeger, menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai
pengertian-pengertian (sesuatu di dalam kepala orang) tentang baik tidaknya
perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau
pertimbangan moral.
5. Drs. Suparto, mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum
dalammasyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat
alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain
itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam
memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang
untuk mewujudkan harapan sesuaidengan peranannya. Contohnya ketika
menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan
pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai
alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu
anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga
berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan
dan dayamengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
Soerjono Soekanto, mengemukakan bahwa nilai sebagai konsepsi abstrak
dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk . Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat
B. Simajuntak, mengemukakan bahwa nilai adalah ide-ide masyarakat
tentang sesuatu yang baik.
Robert M. Z . Lawang, mengemukakan bahwa nilai adalah gambaran
mengenai apa yang diinginkan , pantas ,berharga , dan mempengaruhi perilaku
sosial orang-orang yang memiliki nilai tersebut.
6. Sumber – Sumber Nilai Sosial
1) Tuhan
Sebagian besar nilai sosial yang dimiliki masyarakat bersumber dari Tuhan.
Nilai sosial ini disampaikan melalui ajaran – ajaran agama. Nilai – nilai sosial
dari Tuhan memberikan pedoman cara bersikap dan bertindak bagi manusia.
Contoh nilai tentang hidup sendiri, kejujuran, dll. Para ahli menyebut nilai yang
bersumber dari Tuhan sebagai nilai Theonom.
2) Masyarakat
Ada juga nilai sosial yang berasal dari kesepakatan sejumlah anggota
masyarakat. Nilai sosial yang berasal dari kesepakatan banyak orang ini disebut
nilai Heteronom. Contoh pancasila yang berisi ajaran nilai sosial yang harus
dipedomani oleh seluruh warga Negara Indonesia.
3) Individu
Nilai sosial juga bias bersumber dari rumusan seseorang. Orang itu merupakan
suatu nilai, kemudian nilai tersebut dipakai masyarakat sebagai acuan bersikap
dan bertindak. Nilai sosial yang berasal dari individu disebut nilai Otonom.
Contoh konsep triad politica yang dirumuskan oleh J.J. Rousseau.
7. Tolok Ukur Nilai Sosial
Tolok ukur nilai sosial adalah daya guna fungsional suatu nilai dan
kesungguhan penghargaan, penerimaan, atau pengakuan yang diberikan oleh
seluruh atau sebagian besar masyarakat terhadap nilai sosial tersebut.
Tolok ukur hanya bersifat sementara, karena masyarakat terus berubah. Dari
pengalaman kita ketahui bahwa tolok ukur yang sudah lama berlaku di dalam
suatu masyarakat dapat goyah pada suatu saat.
Proses modernisasi dewasa ini ternyata membawa dampak yang
besar, antara lain masuknya semangat sekularisme. Salah satu akibatnya adalah
pudarnya nilai sosial tradisional. Tidak ada tolok ukur nilai yang bersifat kekal
(absolute).
Dua syarat yang harus dipenuhi agar tolok ukur nilai menjadi bersifat tetap
adalah :
a. Penghargaan itu harus diberikan dan disetujui oleh seluruh atau sebagian besar
anggota masyarakat, jadi bukan atas keinginan atau penilaian individu.
b. Tolok ukur itu harus diterima sungguh-sungguh oleh masyarakat, minimal
oleh sebagian besar.
8. Ciri – Ciri Nilai Sosial
1. Merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi sosial
antarwarga masyarakat
2. Ditransformasikan melalui proses belajar/ Terbentuk melalui sosialisasi (
proses belajar )
3. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan
sosial manusia
4. Berbeda-beda pada tiap kelompok manusia/ Bervariasi antara
kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
5. Memiliki efek yang berbeda-beda terhadap tindakan manusia/ memiliki
pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
6. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat
7. Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
8. Dapat memengaruhi pengembangan diri social
9. Cenderung berkaitan satu sama lain.
9. Kualitas Nilai Sosial
Menurut Robin Williams terdapat empat kualitas nilai, yaitu:
(a) Nilai itu mempunyai sebuah elemen konsepsi yang lebih mendalam dibandingkan
hanya sekedar emosi tau kebutuhan. Dalam pengertian ini, nilai dapat dianggap sebagai
absraksi yang ditarik dari pengalaman-pengalaman galaman seseorang.
(b) Nilai memiliki suatu aspek emosi. Emosi boleh jadi tidak dimunculkan dengan
sebenarnya, tetapi selamanya emosi merupakan suatu potensi.
(c) Nilai bukanlah merupakan tujuan konkret dari tindakan, tetapi ia tetap mempunyaai
hubungan dengan tujuan. Hal tersebut karena nilai berfungsi sebagai criteria dalam
memilih tujuan-tujuannya tadi. Seseorang akan berusaha mencapai segala sesuatu yang
menurut pandangannya mempunyai nilai-nilai.
(d) Nilai merupakan unsure paling penting dan sama sekali tidak dapat diremehkan oleh
orang bersangkutan. Dalam kenyataan terlihat bahwa nilai berhubngan dengan pilihan.
Pilihan tersebut merupakan syarat untuk megambil tindakan.
10. Fungsi Nilai Sosial
1) Sebagai petunjuk arah bertindak dan bersikap.
2) Sebagai pemandu serta pengontrol sikap dan
tindakan manusia.
3) Sebagai motivator.
4) Menjadi tujuan akhir dalam memenuhi
peranan-peranan sosialnya.
5) Sebagai pengawas daya tekan daya pengikat
tertentu.
11. Macam Nilai Sosial
Berdasarkan Cirinya
1) Nilai yang tercernakan atau mendarah daging ( internalized value
), yaitu nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata
lain nilai yang dapat mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir
panjang. Sebagai contohnya seorang ayah dengan sangat berani dan
penuh kerelaan menolong anaknya yang terperangkap api di
rumahnya, meskipun risikonya sangat besar.
2) Nilai dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-
nilai yang lainnya. Mengapa suatu nilai dikatakan dominan? Ada
beberapa ukuran yang digunakan untuk menentukan dominan atau
tidaknya suatu nilai, yaitu sebagai berikut.
a) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
b) Lamanya nilai dirasakan oleh anggota kelompok yang menganut nilai
itu.
c) Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai tersebut.
d) Tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai itu.
13. Berdasarkan Sifatnya
1) Nilai kepribadian, yaitu nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang,
seperti emosi, ide, gagasan, dan lain sebagainya.
2) Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari kedayagunaan usaha manusia
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai ini
disebut dengan nilai yang bersifat ekonomis.
3) Nilai biologis, yaitu nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan unsur
biologis manusia. Misalnya dengan melakukan olahraga untuk menjaga
kesehatan.
4) Nilai kepatuhan hukum, yaitu nilai yang berhubungan dengan undang-undang
atau peraturan negara. Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap warga negara
agar mengetahui hak dan kewajibannya.
5) Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan dan mencari kebenaran
sesuai dengan konsep keilmuannya.
6) Nilai agama, yaitu nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan
yang dianut oleh anggota masyarakat. Nilai ini bersumber dari masing-masing
ajaran agama yang menjelaskan sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan
larangan bagi umat manusia.
7) Nilai keindahan, yaitu nilai yang berhubungan dengan kebutuhan akan
estetika (keindahan) sebagai salah satu aspek dari kebudayaan.
14. Berdasarkan Tingkat Keberadaannya
Kita mengenal dua jenis nilai berdasarkan tingkat keberadaannya, yaitu nilai
yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri.
1) Nilai yang berdiri sendiri, yaitu suatu nilai yang diperoleh semenjak manusia
atau benda itu ada dan memiliki sifat khusus yang akhirnya muncul karena
memiliki nilai tersebut. Contohnya pemandangan alam yang indah, manusia
yang cantik atau tampan, dan lain-lain.
2) Nilai yang tidak berdiri sendiri, yaitu nilai yang diperoleh suatu benda atau
manusia karena bantuan dari pihak lain. Contohnya seorang siswa yang pandai
karena bimbingan dan arahan dari para gurunya. Dengan kata lain nilai ini
sangat bergantung pada subjeknya.
15. Berdasarkan para ahli :
• Prof. Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam,
yaitu:
– (1) Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala
sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
16. – (2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang
berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi
manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas,
dan
– (3) Nilai kerohanian, yakni meliputi berbagai
konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu
yang berhubungan dengan kebutuhan rohani
manusia:
• nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia
(cipta)
• nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur
perasaan (estetika)
• nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak
(karsa), dan
• nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber
pada revelasi (wahyu) dari Tuhan.
19. • Menurut Walter G. Everest dikelompokkan
dalam 8 kelompok
₋ Nilai ekonomis - Nilai watak
₋ Nilai kejasmanian - Nilai estetis
₋ Nilai hiburan - Nilai intelektual
₋ Nilai sosial - nilai keagamaan
• Menurut C. Kluckhohn setiap kebudayaan
mencakup lima pokok yaitu:
• Mengenai hakikat hidup manusia
• Mengenai hakikat karya manusia
• Mengenai hakikat kedudukan manusia
• Mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam
• Mengenai hakikat manusia dengan sesamanya
20. Hierarki Nilai Sosial
• Nilai sosial yang dianut seseorang sangat mempengaruhi tingkah lakunya karena
segala hal yang dilakukan oleh orang tersebut berpedoman pada nilai-nilai yang
dianutnya. Seorang tokoh yang bernama Graves dalam buku Mulyadi yang berjudul
"Organisasi, Teori Struktur, dan Proses" menyatakan bahwa nilai sosial yang dianut
oleh seseorang mempunyai tingkatan yang tersusun secara hierarki.
• a. Tingkat pertama : Reaktif
• Seorang individu tidak menyadari dirinya sendiri dan orang lain sebagai makhluk yang
berbudaya. Individu tersebut memberikan reaksi bersifat stimulus yang datang
semata-mata berdasarkan kebutuhan biologisnya saja. Pada tingkatan ini hanya
cocok digunakan untuk menjelaskan kondisi bayi yang baru lahir.
• b. Tingkat Kedua : Tribalistik
• Nilai-nilai individu ditandai oleh tingkat ketergantungan yang tinggi karena mereka
berpegang pada tradisi kelompok dan taat pada perintah.
• c. Tingkat Ketiga : Egosentris
• Individu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri dan tidak menghiraukan
kepentingan orang lain.
21. • d. Tingkat Keempat : Konformis
• Individu tidak begitu toleransi terhadap nilai-nilai yang dianut
oleh orang lain sehingga ia cenderung memaksa orang lain
untk menerima nilai-nilai yang dianutnya.
• e. Tingkat Kelima : Manipulatif
• Tipe individu pada tingkatan ini dicirikan oleh adanya upaya
memanipulasi segala sesuatu, termasuk juga orang lain demi
kepentingan pencapaian tujuan pribadinya.
• f. Tingkat Keenam : Sosiosentrik
• individu cenderung berpendapat bahwa kerjasama dengan
orang lain lebih baik daripada bekerja sendiri. Mereka menolak
paham materialistis dan manipulatif.
• g. Tingkat Ketujuh : Eksistensial
• Pada tingkatan ini, individu mempunyai tingkat toleransi yang
tinggi terhadap berbagai perbedaan nilai yang dianut oleh
orang lain.
22. Hal – Hal yang Berhubungan
dengan Nilai Sosial
• a. Naluri Ketuhanan
• Sejak manusia diciptakan Tuhan di dunia, secara otomatis timbul kesadarann di
dalam kalbu tiap-tiap manusia naluri ketuhanan yang sangat kuat. Bahkan, apabila
bertolak pada masa primitif hingga saat ini, sesungguhnya manusia telah memiliki
kesadaran naluri ketuhanan, hanya saja kadar naluri tersebut tidak sama besarnya.
23. • b. Prinsip Moral
Setiap anggota masyarakat pasti ditintut untuk memiliki moral yang
tinggi. Dan bila melanggar prinsip moral yang telah ditentukan, akan
diberikan sanksi. Yang termasuk moral tidak disenangi oleh masyarakat
luas adalah koruptor, pemabuk, penjudi, penodong, pemeras,
perampok, dll. Setiap masyarakat mempunyai tolak ukur tentang moral
yang sama karena prinsip moral bersifat universal. Namun
kenyataannya, dalam pelaksanaannya aturan moral tersebut masih ada
yang menyalahi aturan dan lebih meniru aturan gaya hidup Barat
dengan Timur yang menyangkut moral yang tidak sama.
• c. Kasih sayang
• Merupakan faktor yang penting dalam proses interaksi sosial, sebab
kasih sayang merupakan dasar terciptanya hubungan yang harmonis.
apabila dalam suatu interaksi tercipta keharmonisan, maka tujuan suatu
hubungan akan dapat tercapai.
25. Definisi Norma Sosial
Apa itu norma ?
Norma adalah aturan tingkah laku manusia yang bersifat mengikat
dan bila dilanggar bisa dikenai sangsi atau disebut juga aturan yang
mengikuti nilai.
26. Proses Terbentuknya Norma
Secara sosiologis : norma yang tumbuh dalam
proses kemasyarakatan, hasil dari kehidupan
masyarakat. Individu lahir dalam suatu masyarakat
dan disosialisasikan untuk menerima aturan dari
masyarakat yang sudah ada sebelumnnya
Berry : unsur pokok suatu norma adalah tekanan
social terhadap anggota masyarakat untuk
menjalankan semua norma tersebut, sebab norma
yang telah mendapat sifat kemasyarakatan, dan telah
dijadikan patokan dalam perilaku
27. Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai
mahluk social.
Awalnya aturan dibentuk secara tidak sengaja tapi
lama kelamaan norma dibentuk dan disusun secara
sadar.
Norma berisi tata tertib, aturan dan petunjuk standar
perilaku yang pantas.
28. Tingkatan Penegakan dalam Norma
Pelanggaran norma yang dikenakan sanksi
hukum, bisanya termasuk penegakan hukum
Pelanggar norma yang diterapkan dianggap
ekstrensik atau tidak normal ( perilaku diluar
kebiasaan)
Perilaku yang lainnya diluar norma tidak diakui.
Norma-norma telah diasumsikan lebih dahlu dan
sering kali pada tingkat ekstrem dimana pada setiap
penentangan norma bisa memprovokasi stigma atau
sanksi
29. Syarat norma
(agar bisa berfungsi baik)
Norma harus diketahui, dipahami dan dimengerti
oleh masyarakat
Norma tersebut harus dihargai oleh warga karena
bermanfaat bagi kelangsungan hidup bermasyarakat
Norma harus ditaati dan dilaksanakan oleh warga
masyarakat
30. Ciri - Ciri Norma Sosial
Tidak tertulis : hanya diingat dan diserap melalui proses
interaksi antaranggota kelompok masyarakat yang terkait
Hasil kesepakatan bersama : dibuat dan disepakati bersama
oleh warga masyarakat sebagai peraturan social yang
berguna untuk mengarahkan perilaku setiap anggota
masyarakat
Ditaati bersama : seperangkat aturan social untuk
mengarahkan dan menertibkan perilaku setiap anggota
masyarakat agar selaras dengan keinginan bersama, maka
didukung dan ditaati bersama-sama oleh seluruh masyarakat
31. Melanggar akan dikenai sanksi : bagi siapa saja yang
melanggar norma akan dikenai sanksi sesuai
tingkatan norma yang dilanggar
Mengalami perubahan : berubah seiring dengan
perubahan kebutuhan dan keinginan anggota
masyarakat yang bersangkutan
32. Fungsi Norma Sosial
a) Pedoman hidup yang berlaku bagi semua anggota masyarakat
pada wilayah tertentu.
b) Memberikan stabilitas dan keteraturan dalam kehidupan
bermasyarakat.
c) Mengikat warga masyarakat, karena norma disertai dengan sanksi
dan aturan yang tegas bagi para pelanggarnya.
d) Menciptakan kondisi dan suasana yang tertib dalam masyarakat.
e) Adanya sanksi yang tegas akan memberikan efek jera kepada para
pelanggarnya, sehingga tidak ingin mengulangi perbuatannya
melanggar norma.
33. Jenis – Jenis Norma Sosial
Menurut Tingkat Daya Ikat :
1) Cara (Usage)
2) Kebiasaan (Folkways)
3) Tata Kelakuan ( Mores )
4) Adat Istiadat ( Custom )
34. Cara ( Usage )
Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan
individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus-
menerus.
Cara (usage) adalah norma yang paling lemah daya
pengikatnya karena orang yang melanggar hanya mendapat
sanksi cemoohan atau ejekan saja. Cara (usage) lebih menonjol
di dalam hubungan antarindividu.
Contoh: Cara makan yang wajar dan baik apabila tidak
mengeluarkan suara seperti hewan.
35. Kebiasaan ( Folkways )
Kebiasaan (folkways) adalah suatu aturan dengan kekuatan mengikat
yang lebih kuat daripada usage karena kebiasaan merupakan
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi bukti
bahwa orang yang melakukannya menyukai dan menyadari
perbuatannya.
Kebiasaan ini apabila dilakukan oleh sebagian besar anggota
masyarakat disebut dengan tradisi dan menjadi identitas atau ciri
masyarakat yang bersangkutan.
Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi daripada
cara (usage).
Contoh: Kebiasaan menggunakan tangan kanan apabila hendak
memberikan sesuatu kepada orang lain, Memberi hadiah kepada
orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, Memakai baju yang bagus pada waktu pesta. kesopanan
dalam berperilaku / berpenampilan sopan
36. Tata Kelakuan ( Morse )
Tata kelakuan (mores) adalah aturan yang sudah diterima
masyarakat dan dijadikan alat pengawas atau kontrol, secara
sadar atau tidak sadar, oleh masyarakat kepada anggota-
anggotanya.
Tata kelakuan mengharuskan atau melarang anggota
masyarakat untuk menyesuaikan tindakan terhadap apa yang
berlaku.
Pelanggaran terhadap tata kelakuan akan diberi sanksi berat
seperti diarak di depan umum atau bahkan dirajam
37. Dalam masyarakat, tata kelakuan mempunyai fungsi sebagai
berikut.
a) Memberikan batas-batas pada kelakuan individu
Setiap masyarakat mempunyai tata kelakuan
masingmasing, yang seringkali berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Misalnya pada suatu masyarakat
perkawinan dalam satu suku dilarang, tetapi di suku lain tidak
ada larangan.
b) Mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya
Di satu pihak tata kelakuan memaksa orang agar
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan yang
berlaku, di lain pihak diharapkan agar masyarakat menerima
seseorang karena kesanggupannya untuk menyesuaikan diri.
c) Menjaga solidaritas di antara anggota-anggotanya
Misalnya tata pergaulan antara pria dan wanita yang
berlaku bagi semua orang, segala usia, dan semua golongan
dalam masyarakat.
38. Adat Istiadat ( Custom )
Adat istiadat (custom) adalah tata kelakuan yang kekal serta
terintegrasi kuat dengan pola perilaku masyarakat.
Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat biasanya
akan dikenakan sanksi tegas.
Adat istiadat merupakan ide atau gagasan yang telah diterima
oleh semua warga masyarakat dan harus dipraktikkan dalam
keseharian mereka. Misalnya, adat pembagian harta waris
orang yang telah meninggal. Pelanggaran terhadap norma
semacam ini mendapat sanksi berupa hukum adat. Di berbagai
masyarakat di negara kita, dikenal hukum adat. Inilah bentuk
norma yang dibuat oleh masyarakat adat.
39. Menurut Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu :
1. Norma Hukum ( Laws )
2. Norma Agama
3. Norma Kesopanan
4. Norma Kesusilaan
5. Norma Fatsoen
6. Norma Kelaziman
7. Norma Mode ( Fashion )
40. Norma Hukum ( Laws )
Hukum adalah peraturan yang dibuat secara resmi oleh lembaga
pembuat undang-undang (legislatif). Pada umumnya, hukum bersifat
tertulis dan disahkan lewat lembaran negara. Namun, ada pula hukum
yang tidak tertulis (konvensi). Pada zaman sekarang semua aturan hukum
telah dikodifikasi (ditulis) dalam berbagai kitab undang-undang. Norma
hukum memiliki istilah yang beragam bergantung tingkatannya.
Hukum sebagai sistem norma berfungsi untuk menertibkan dan
menstabilkan kehidupan sosial. Selain itu, hukum juga berfungsi sebagai
sistem kontrol sosial. Oleh sebab itu, setiap tindakan akan dikontrol oleh
norma hukum dan hukum tersebut akan menjatuhkan sanksi terhadap
orang yang melanggarnya. Akhirnya, hukum dapat mengaktifkan kembali
suatu proses interaksi yang macet dan sekaligus menentukan ketertiban
dalam hubungan. Misalnya, dalam kasus perselisihan wilayah
Israel, Palestina, dan Lebanon yang berbuntut pada pengeboman wilayah
Lebanon oleh Israel, dan PBB bertindak sebagai penengah. Ini
menunjukkan bahwa hukum berlaku untuk memfungsikan hubungan
antarkekuasaan dan menjamin ketertiban.
41. Norma Agama
Norma agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan
bagi penganut-Nya agar mereka mematuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Para pemeluk agama mengakui dan berkeyakinan bahwa peraturan-
peraturan hidup itu berasal dari Tuhan dan merupakan tuntunan
hidup ke jalan yang benar. Daya ikat norma agama sebenarnya
cukup kuat, namun karena sanksi yang diterima tidak
langsung, masyarakat cenderung bersikap biasa-biasa saja apabila
melanggar aturan yang telah digariskan agama.
Namun, bagi orang yang tingkat pemahaman agamanya
tinggi, melanggar aturan dalam agama berarti dia akan masuk
neraka kelak dalam kehidupan di akhirat. Contohnya larangan
mengambil barang milik orang lain, larangan berdusta, larangan
berzina, dan lain-lain.
42. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari
pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntunan
pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat. Peraturan hidup
yang dijabarkan dari rasa kesopanan ini diikuti dan ditaati
sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat. Norma kesopanan ini lebih bersifat khusus.
Mengapa demikian? Karena setiap wilayah memiliki aturan
dan tata pergaulan yang berbeda-beda. Selain itu, sesuatu yang
dianggap sopan oleh suatu masyarakat tertentu belum tentu
sopan untuk masyarakat lain. Misalnya, di sebagian besar
negara Eropa, memegang kepala orang yang lebih tua
merupakan hal yang biasa, bahkan pada peristiwa tertentu hal
itu justru dianggap sebuah penghormatan. Namun, di Indonesia
hal itu dianggap tidak sopan dan merupakan penghinaan.
43. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan dianggap sebagai aturan yang datang dari
suara hati sanubari manusia. Peraturan-peraturan hidup ini datang
dari bisikan kalbu atau suara batin yang diakui dan diinsyafi oleh
setiap orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.
Penyimpangan dari norma kesusilaan dianggap salah atau
jahat, sehingga pelanggarnya akan diejek atau disindir.
Misalnya, anak yang tidak menghormati orang tua akan diejek dan
disindir karena tindakan itu dianggap tindakan asusila.
Apabila penyimpangan kesusilaan dianggap keterlaluan, maka
pelakunya akan diusir atau diisolasi. Contohnya, orang yang
melakukan perkawinan sumbang (incest) akan diusir dari
lingkungan kelompok tempat tinggalnya karena tindakan itu dapat
meresahkan masyarakat. Pelanggaran terhadap norma kesusilaan
tidak dihukum secara formal, tetapi masyarakatlah yang
menghukumnya secara tidak langsung.
44. Norma Fatsoen
Norma ini hampir sama dengan norma kesopanan. Norma
fatsoen adalah suatu norma yang mengatur dalam hal etis sopan
santun. Hal ini dilakukan karena seseorang merasa takut atas
tindakannya yang tidak etis tersebut.
45. Norma Kelaziman
Segala tindakan tertentu yang dianggap
baik, patut, sopan, dan mengikuti tata laksana seolah-olah
sudah tercetak dalam kebiasaan sekelompok manusia disebut
dengan norma kelaziman. Jumlah kelaziman sangat banyak dan
hampir memengaruhi setiap tindakan dan gerak-gerik kita.
Sifatnya pun berbeda-beda dari masa ke masa, dalam setiap
bangsa, dan di setiap tempat.
Perbedaan sifat kelaziman itu disebabkan oleh berubahnya
cara-cara untuk berbuat sesuatu dari masa ke masa. Serta
tergantung pada kebudayaan yang bersangkutan.
Umpamanya, masyarakat kita dulu makan dengan
menggunakan tangan, kini sudah menggunakan sendok. Ada
juga bangsa atau masyarakat yang tidak mengenal
sendok, tetapi menggunakan sumpit. Orang yang melakukan
penyimpangan dari kelaziman ini dianggap
aneh, ditertawakan, atau diejek.
46. Norma Mode ( Fashion )
Mode (fashion) adalah cara dan gaya dalam melakukan dan
membuat sesuatu yang sifatnya berubah-ubah serta diikuti oleh banyak
orang. Ciri utama mode adalah bahwa orang yang mengikutinya bersifat
massal, dan kalangan luas menggandrunginya. Mode banyak dipengaruhi
oleh gaya. Gaya dimaksudkan sebagai penjelmaan dari cita-cita dan
konsep keindahan baru serta teknologi baru. Cita-cita dan konsep baru itu
mempunyai dasar yang lebih dalam dan mencerminkan perubahan-
perubahan kemasyarakatan yang penting.
Misalnya mode pakaian, sepatu, tas, rambut, dan lainlain.
Contohnya pada suatu waktu di masyarakat berkembang tren rambut
keriting, kemudian berubah menjadi tren rambut lurus yang dikenal
dengan istilah rebonding setelah ditemukannya teknologi baru di bidang
pelurusan rambut. Contoh lainnya adalah perubahan mode pakaian pada
wanita, di mana suatu waktu berkembang tren para wanita memakai rok
mini, kemudian berubah ke rok panjang, dan selanjutnya kembali lagi ke
rok mini.
48. Norma Formal
Merupakan aturan yang berisi perintah atau larangan
yang dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas serta
tegas oleh pihak berwenang (pemerintah) kepada
seluruh warga masyarakat.
Norma ini biasanya tertulis.
Contoh:
Aturan-aturan yang berasal atau bersumber dari
negara, seperti konstitusi, surat keputusan, dan
peraturan daerah.
49. Norma Informal
Norma ini tumbuh berdasarkan kebiasaan bertindak yang
seragam, sehingga diterima oleh sebagian besar anggota
masyarakatnya.
Norma ini biasanya tidak tertulis.
Contoh:
Kaidah dan aturan yang terdapat di masyarakat, seperti
pantangan-pantangan, aturan dalam keluarga, dan adat-istiadat.