Teknologi pertanian Indonesia berkembang dari yang bergantung pada alam menjadi revolusi hijau dengan penerapan irigasi, pupuk, dan pestisida yang meningkatkan produksi pangan namun juga merusak lingkungan. Pertanian berkelanjutan bertujuan menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan dengan meningkatkan efisiensi sumber daya tanah dan mengurangi ketergantungan pupuk yang dapat merusak kesuburan tanah.
2. A. Kegiatan Pertanian Indonesia
Tergantung
terhadap alam
1. Menggunakan alat
pertanian dari batu dan
bercocok tanam
beberapa jenis tanaman
2. Berkembangnya
masyarakat pra-
pertanian (menetap,
bercocok tanam dan
beternak)
penggunaan lahan
lebih intensif (2 kali
rotasi tanaman),
(i) pemicu revolusi pertanian:
perubahan cara hidup dari berburu
makanan menjadi bercocok tanam
secara menetap, (ii) ekstersifikasi
pertanian, (iii) tenaga kerja berharga.
shifting
cultivation
hutan ditebang kemudian
dibakar, setelah itu dibiarkan
untuk waktu beberapa lama
3. B. REVOLUSI HIJAU
Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang
dipakai untuk menggambarkan perubahan
fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya
pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga
1980-an di banyak negara berkembang, terutama di
Asia (Norman Borlaug).
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar
penting: penyediaan air melalui sistem irigasi,
pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan
pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme
pengganggu, dan penggunaan varietas unggul
sebagai bahan tanam berkualitas.
4. B. REVOLUSI HIJAU
Dampak + :
1. meningkatkan produktifitas tanaman pangan
2. peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan
primer masyarakat industri menjadi terpenuhi
3. indonesia berhasil mencapai swasembada beras
4. kualitas tanaman pangan semakin meningkat
Dampak - :
1. Penurunan keanekaragaman hayati.
2. Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan
ketergantungan tanaman pada pupuk.
3. Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain
baru yang resisten.
4. Berbagai organisme penyubur tanah musnah
5. Kesuburan tanah merosot atau tandus
6. Tanah mengandung residu (endapan) pestisida
7. Hasil pertanian mengandung residu pestisida
5. C. PERTANIAN BERKELANJUTAN
Yaitu : pertanian yang dapat mengarahkan pemamfaatan
oleh manusia lebih besar, efisiensi penggunaan sumberdaya
lahan lebih tinggi besar dan seimbang dengan lingkungan,
baik manusia maupun dengan hewan.
Sedangkan multidisplin ilmu tanah berkelanjutan atau
Sustainable Soil Management (SSM). Menurut Steiner
(1996) dalam Winarso (2005) ada tiga aspek sistem
pengolahan tanah berkelanjutan yaitu:
1. Aspek bio fisik yaitu pengolahan tanah berkelanjutan
harus memelihara da meningkatkan kondisi fisik dan
biologi tanah untuk produksi tanaman dan keragaman
hayati (biodiversity).
2. Aspek sosial budaya yaitu pengolahan tanah
berkelanjutan harus cocok atau sesuai dengan
kebutuhan manusia baik secara sosial dan budaya pada
tingkatan nasional dan regional.
3. Aspek ekonomi yaitu pengolahan tanah berkelanjutan
harus mencakup semua penggunaan lahan.
6. C. PERTANIAN BERKELANJUTAN
Salah satu aspek teknis yang terpenting pada pertanian
berkelanjutan baik di negara maju maupun berkembang
adalah peningkatan efisiensi pupuk.
Peningkatan efisiensi pupuk akan dapat mengurangi
pemakaian pupuk dan biaya produksi, serta akan
menurunkan resiko permasalahan lingkungan. Mengenai
permasalahan lingkungan ini dapat di contohkan pada
degradasi dan polusi tanah. Tanah yang digunakan untuk
pertanian mengalami penurunan kesuburannya karena
berbagai faktor antara lain erosi, terpolusi, tidak seimbang
unsur hara dalam tanah, adanya ketergantungan tanah
terhadap masukan aspek pupuk, pestisida dan produksi
tanaman lebih rendah.