4. BOWLING
1962
Pamatmat
1960, dan
Arce
dan Boyd, 19
75.
menyatakan bahwa pengapuran dapat meningkatkan
jumlah bentos di dalam kolam berpupuk, yang
selanjutnya dapat meningkatkan ketersediaan nutrien
tetapi tidak terjadi peningkatan Ph.
pengapuran dapat meningkatkan aktivitas mikroba di
dalam lumpur dan dapat menyebabkan peningkatan
pH. Pengapuran dapat meningkatkan kealkalian air
dan menyebabkan peningkatan karbon dioksida
untuk fotosintesa
5. Secara singkat fungsi pengapuran adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan pH air dan tanah.
2. Menaikkan alkalinitas air
3. Menaikkan kesadahan air dan tanah
4. Meningktkan kelarutan P dan C (CO₂
5. Membasmi hama
6. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam lumpur
Meningkatkan kemampuan penyangga terhadap perubahan pH (efekbuffer
meningkat)
7. Meningkatkan kecerahan/menghilangkan kekeruhan air
8. Meningkatkan produktifitas kolam (fitoplankton, zooplankton, organisme
bentos, dan ahirnya ikan yang dipelihara di dalamnya).
7. Tujuan dan Manfaat Pengapuran
a. membuat tanah dasar kolam memiliki pH (keasaman) yang sesuaidengan standar
yang diinginkan dan mengatur kelarutan Al dalam tanah kolam
b. membunuh mikroorganisme kebanyakan, terutama parasit, karenareaksi
kaustiknya
c. menaikkan pH air yang asam ke nilai netral atau sedikit basa
d meningkatkan cadangan alkali dalam air dan lumpur yang mencegah perubahan pH
yang ekstrime.
e. meningkatkan produktivitas biologi, karena meningkatkan pemecahan zat organik
oleh bakteri, menciptakan peningkatan oksigen dan cadangan karbond. f.
mempercepat pemecahan atau pelarutan bahan organik
f. mengurangi kebutuhan oksigen biologis (BOD).
g. meningkatkan penetrasi cahaya
h. meningkatkan nitrifikasi karena kebutuhan kalsium denganorganisme
i. nitrifikasih. menetralisir aksi berbahaya dari zat tertentu seperti sulfida dan asam.1
j. secara tidak langsung meningkatkan tekstur tanah dasar di atas materi organik.
9. Kolam Yang Memerlukan Kapur
kolam yang airnya lunak (lembut) < 10 ppm keliatan jumlah biasanya
memerlukan kapur supaya penggunaan pupuk anorganik menjadi berkesan tetapi kolam
yang mempunyai keliatan jumlah 20 ppm atau lebih tidak bereaksi dengan kapur
(Thomaston dan Zeller, 1961; Zelles dan Montgomeny, 1957). Umumnya reaksi kapur
baik dan efektif terjad pada keliatannya di antara 10-20 ppm tetapi reaksinya tidak
setinggi di dalam kolam yang keliatan jumlahnya kurang dari 10 ppm.Semakin rendah
keliatan jumlah air dari 20 ppm semakin tinggi reaksi yang terjadi dalam kolam
terhadap pengapuran. Boyd (1974) menyatatakan hal yang sama di Alabama bahwa
keliatan jumlah kurang dan menyatu perlu pengapuran dan pemupukan menunjukkan
kesan yang signifikan. Produksi ikan setelah pengapuran adalah sekitar 20-25% keliatan
jumlah air antara 12-15 ppm dan kadar peningkatan yang lebih kecil didapati jika
keliatan jumlah air di antara 15-20 ppm. Pengapuran mungkin tidak perlu dilakukan
sekiranya keliatan jumlah air hanya kurang sedikit dari 20 ppm.
10. Kolam Yang Memerlukan Kapur
Alkalinitas total sebenarnya merupakan salah satu indikator terbaik untuk
menentukan perlunya pengapuran dari kesadahan total. Beberapa kolam memiliki
kesadahan air total yang rendah dan alkalinitas yang tinggi atau sebaliknya. Seperti
kolam di tempat pemancingan di Mississippi yang memiliki kekerasan total 20 ppm
tetapi alkalinitas total sekitar 150 ppm. Hal ini dikarenakan kadar logam alkali lebih
tinggi dibandingkan dengan alkali tanah bikarbonat. Terkadang klorida atau sulfat dapat
bergabung dengan kalsium dan magnesium. dengan itu keliatan lebih tinggi dari
kealkalian.
12. Komposisi kapur
Kapur mengandung unsur kation Ca2 dan Mg2 berperan dalam
peningkatan hardness dan anion OH, O, dan CO3 berperan dalampeningkatan
alkalinitas.
a. Kation: Mg atau dan Ca
b. B. Anion: O, CO3, ОН
c. Jenis kapur: ada beberapa jenis kapur yaitu:
1. Kapur pertanian (pertanian batu kapur CaCO3 (kalsit),CaMg(CO3)2
(dolomit))
2. Kapur tohor/tembok (kapur cepat/tanpa kapur = CaO)
3. Kapur sirih (hydrated/slaked lime) = Ca(OH)2
4. Terak dasar (kapur tak murni)
d. Reaksi berbagai jenis kapur dalam air
CaO + H₂O → Ca(OH)2
CaO+H2O + 2CO2 → Ca+2 + 2HCO3
Ca(OH)2 + 2CO2 → Ca+2 + 2HCO3
CaCO3+H2O + CO2 → Ca+2 + 2HCO3
CaMg(CO3)2 + 2H2O + 2CO2 → Ca+2 + Mg++ + 4 H
CO3
CaCO3 dibakar → CaO + CO2
13. Komposisi kapur
Dari jenis-jenis kapur di atas kalsium karbonat merupakan kapur yang
penting untuk dibahas, karena karbon dioksida di dalam air akan bereaksi
dengan kalsium karbonat, sebagai berikut :
CaCO3 + H2O + CO2 → Ca2 + 2HCO3
Reaksi tersebut di atas menunjukkan bahwa CaCO3 akan bersaing dengan
fitoplankton untuk mendapatkan CO2 dan berkemungkinan mengurangi kadar
fotosintesis. Selain mengambil semua CO2 bebas yang dalam air, Caugabeaksi
dengan pada asain dari penguraian bahan organisetelah pengapa yang terbaur
ke dalam air. Kemudian beberapa minggu setelah pengapuran, konsentrasi ke
dalawangan CO2 menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini terjadi keseim
CaCO3 menangkap CO2 yang seharusnya hilang ke atmosfir. CaCO kaun
memberi kation dan anion dalam jumlah yang setara supaya pertambahan
keliatan jumlah dan kealkalian jumlah selepas pemupukan menjadi
sama.Jumlah CaCO3 yang dibutuhkan untuk menaikkan keliatan jumlah
sebuah kolam seluas 1 ha dan sedalam 1 meter adalah 5-20 ppm adalah 15 mg
untuk setiap liter air atau 15 gram untuk setiap satu meter kubik Volume air
kolam 10000 m³ membutuhkan kapur CaCO3 sebanyak 150 kg. Walaupun
demikian, namun jumlah CaCO3 tidak mungkin mampu merubah keliatan
jumlah sebuah kolam yang airnya bersifat asam dengan volume 10000 m³.
15. .
APA ITU PENGAPURAN DALAM ILMU
PERIKANAN ?
Pengapuran dalam ilmu perikanan merujuk pada proses pemberian
kapur ke dalam kolam budidaya ikan, yang dilakukan untuk mengatur pH dan
mengurangi kadar asam dalam air kolam. Pengapuran ini bertujuan untuk
memperbaiki kualitas air kolam dan membantu mengurangi gangguan yang
dapat terjadi pada ikan yang tinggal dalam kolam. Kapur yang digunakan
dalam pengapuran biasanya adalah kapur pertanian atau kapur mati, yang
disesuaikan dengan pH tanah dan kondisi kolam. Pengapuran harus dilakukan
pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, seperti pemberian kapur
saat dasar kolam kering, setelah pembilasan, dan setelah proses pengeringan
kolam. Dosis kapur yang digunakan juga harus sesuai dengan kebutuhan tanah
dan kolam, yang biasanya disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah.
Setelah pengapuran, kolam harus diisi dengan air laut dan dilakukan
pemeriksaan pH air untuk menunjukkan bahwa proses pengapuran telah
berhasil