SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah Gambut
Tanah gambut merupakan tanah yang berbahan induk dari sisa tumbuhan
dengan proses dekomposisi anaerobic terhambat, tidak atau hanya sedikit (<5%)
mengandung tanah mineral yang berkristal. Rangkaian penyusunnya berupa bahan
karbon, yang mana bahan organik ini adalah rantai karbon yang sebagian besar
berupa lignin, hemiselulosa dan humik. Tanah gambut juga bersifat sarang
(porous) dan sangat ringan, sehingga mempunyai kemampuan menyangga sangat
rendah, kandungan hara relatif rendah dan banyak mengandung asam-asam
organik yang menyebabkan pH gambut sangat rendah (pH antara 2,7 – 5,0).
Kualitas air gambut dipengaruhi oleh bahan penyusun gambut, ketebalan, tingkat
dekomposisi dan tata air serta lingkungan gambut tersebut (Wibowo, 2010).
Potensi lahan gambut sebagai lahan pertanian di Indonesia cukup luas
sekitar 6 juta ha. Pemanfaatannya sebagai lahan pertanian memerlukan
perencanaan yang cermat dan teliti, penerapan teknologi yang sesuai, dan
pengelolaan yang tepat karena ekosistemnya yang marginal dan fragile. Lahan
gambut sangat rentan terhadap kerusakan lahan, yaitu kerusakan fisik (subsiden
dan irriversible drying) serta kerusakan kimia (defisiensi hara dan unsur beracun).
Pengembangan pertanian di lahan gambut menghadapi kendala antara lain
tingginya asam-asam organik. Pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun
dapat dikurangi dengan teknologi pengelolaan air dan menambahkan bahan-bahan
yang banyak mengandung kation polivalen seperti Fe, Al, Cu dan Zn. Kahat unsur
hara untuk memberikan hasil yang optimal pada sistem usaha tani dapat dilakukan
dengan tindakan ameliorasi dan pemupukan (Ratmini, 2012).
Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, yaitu
sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua
(Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Perluasan pemanfaatan
lahan gambut meningkat pesat di beberapa provinsi yang memiliki areal gambut
luas, seperti Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Namun karena
variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan
maupun kesuburannya, tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal
pertanian. Faktor pembatas utama adalah kondisi media perakaran dan unsur hara
5
yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di
pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian
(Agus dan Subiksa, 2008).
Susunan kandungan senyawa organik dan hara mineral dari tanah gambut
sangat beragam. Tergantung pada jenis jaringan penyusun gambut, lingkungan
pembentukan dan perlakuan reklamasi. Senyawa organik utama terdapat dalam
gambut antara lain hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Selain senyawa tersebut
jugat terdapat senyawa tanin dan resin dalam jumlah kecil. Kadar senyawa
polisakarida, hemiselulosa dan tanin menurun relatif cepat jika gambut makin
dalam sampai jeluk 40 cm dan selanjutnya menurun sangat kecil, kecuali
hemiselulosa dari hutan alami. Selulosa meningkat secara perlahan jika gambut
makin dalam kecuali hutan alami (Ratmini, 2012).
6
2.2. Kriteria Penilaian Sifat kimia Tanah
Hasil analisis yang diperoleh akan dibandingkan tingkat kesuburannya
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Balai Penelitian Tanah Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Penelitian tahun 2005 yang
akan ditampilkan pada Tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah BPT
Parameter Tanah
Nilai
Sangat
rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
tinggi
C (%) <1 1-2 2-3 3-5 >5
N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-
0,75
>0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCl 25% (mg 100g-1
) <15 15-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 11-15 >15
P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20
K2O HCl 25% (mg 100g-1
<10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK/CEC (me 100 g tanah-1
) <5 5-16 17-24 25-40 >40
Susunan kation
Ca (me 100 g tanah-1
) <2 2-5 6-10 11-20 >20
Mg (me 100 g tanah-1
) <0,3 0,4-1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8
K (me 100 g tanah-1
) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1
Na (me 100 g tanah-1
) <0,1 0,1-03 0,4-0,7 0,8-1,0 >1
Kejenuhan Basa (%) <20 20-40 41-60 61-80 >80
Kejenuhan Alumunium (%) <5 5-10 1-20 20-40 >40
Cadangan Mineral (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40
Salinitas/DHL (Ds m-1) <1 1-2 2-3 3-4 >4
Persentase natrium dapat
tukar/ESP (%)
<2 2-3 5-10 10-15 >15
Sangat
masam
Masam Agak
masam
Netral Agak
alkalis
alkalis
pH H2O <4,5 4,5-5,5 5,5-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
Sumber tanah : BPT (2005)
2.3. Deskripsi Tanah Gambut
Berdasarkan taksonomi tanah komprehensif USDA tahun 1975, tanah
gambut masuk ke dalam ordo tanah. Ordo histosol memiliki empat subordo, yaitu
7
fibrik, folik, hemik, dan saprik. Diantara lain : 1). Histosol fibrik merupakan tanah
gambut (organik) yang sangat sedikit atau baru mulai terdekomposisi. Tanah ini
tersusun atas beragaman vegetasi, cenderung memiliki kerapatan dan kandungan
endapan yang rendah serta memiliki kapasitas menahan air yang tinggi, 2).
Histosol folik merupakan tanah organik yang tergenang dan sudah mulai
terdekomposisi, 3). Histosol hemik merupakan tanah organik yang sudah
mengalami dekomposisi sebagian, 4). Histosol saprik merupakan tanah organik
yang telah mengalami dekomposisi sempurna. Tanah ini memiliki kerapatan yang
relatif tinggi dan memiliki kapasitas menahan air yang rendah. Histosol jenis
fibrik dan hemik akan melapuk menjadi saprik jika digenangi air.
Menurut Sani (2011), menyatakan bahwa karakteristik kimia lahan gambut
di Indonesia sangat ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis mineral
pada substratum (di dasar gambut), dan tingkat dekomposisi gambut. Secara
kimiawi gambut bereaksi masam (pH di bawah 4). Gambut dangkal pH lebih
tinggi (4,0-5,1), gambut dalam (3,1-3,9). Kandungan N total tinggi tetapi tidak
tersedia bagi tanaman karena rasio C/N yang tinggi. Kandungan unsur mikro
khususnya Cu, B dan Zn sangat rendah. Secara alamiah lahan gambut memiliki
tingkat kesuburan rendah karena kandungan unsur haranya rendah dan
mengandung beragam asam-asam organik yang sebagian bersifat racun bagi
tanaman. Namun demikian asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah
yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur hara. Karakteristik
dari asam-asam organik ini akan menentukan sifat kimia gambut. Sifat dan ciri
tanah gambut dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Sifat Fisik
dan kimia tersebut berupa: a). Warna. Tanah gambut berwarna coklat tua sampai
kehitaman, meski bahan dasarnya berwarna kelabu, cokelat atau kemerah-
merahan, tetapi setelah mengalami dekomposisi muncul senyawa humik berwarna
gelap, b). Berat isi. Berat isi tanah organik bila dibandingkan tanah mineral adalah
rendah. Tanah gambut yang telah mengalami dekomposisi lanjut memiliki berat
isi berkisar antara 0,2 – 0,3, c). Kapasitas menahan air. Akibat berat isi yang
rendah, maka gambut memiliki kapasitas menyimpan air yang besar, sekitar 2 – 4
kari dari berat bobot keringnya, bahkan gambut lumut yang belum terdekomposisi
dapat menyimpan air 12 atau 15 bahkan 20 kali dari bobotnya sendiri, d). Sifat
8
kolidal. Tanah gambut memiliki luas adsorbsi yang besar, yaitu sampai 4 kali
lebih besar dibanding liat montmorillonit; e). Reaksi masam. Dekomposisi bahan
organik akan akan menghasilkan asam-asam organik yang terakumulasi pada
tubuh tanah, sehingga akan meningkatkan keasaman tanah gambut, f). Sifat
penyangga.
Pada umumnya tanah gambut memperlihatkan daya resistensi yang nyata
terhadap perubahan pH bila dibandingkan dengan tanah mineral. Akibatnya, tanah
gambut membutuhkan lebih banyak kapur untuk menaikkan pH pada tingkat nilai
yang sama dengan tanah mineral. Tanah gambut juga membutuhkan dosis pupuk
yang lebih tinggi dari tanah mineral. Kadar N dan bahan organik tinggi pada tanah
gambut juga mempunyai perbandingan C dan N yang tinggi, namun walaupun
demikian prosis nitrifikasi N juga tinggi, akibat tingginya kadar N, sebagian Ca
karbon tidak aktif dari bahan yang resisten, sehingga kegiatan organisme
heterotropik tidak terlalu dirangsang, akibatnya organisme yang aktif dalam
proses nitrifikasi memperoleh kesempatan melakukan aktifitasnya. Selain itu,
kadar P dan K tanah gambut umumnya rendah dibanding tanah mineral, oleh
sebab itu tanaman yang diusahakan diatas tanah gambut sangat respon terhadap
pemupukan P dan K (Sani, 2011).
Berdasarkan ciri kematangannya, tanah gambut dibedakan atas fibrik,
saprik dan hemik. Fibrik adalah bahan organik dengan tingkat penguraian yang
masih rendah, kandungan serabut sangat banyak, kerapatan jenis < 0,1 g/cm3,
kadar air tinggi dan berwarna kuning sampai pucat: hemik adalah bahan organik
dengan tingkat penguraian menengah, kandungan serabut masing banyak,
kerapatan jenis 0,07 – 0,18 g/cm3, kadar air tinggi dan berwarna cokelat muda
sampai tua; sedang saprik adalah bahan organik dengan tingkat penguraian lanjut,
kandungan serabut sedikit, kerapatan jenis > 0,2 g/cm3, kadar air tidak terlalu
tinggi dan berwarna cokelat kelam sampai hitam (Hikmatullah & Al-Jabary,
2007).
Klasifikasi gambut berdasarkan kesuburannya dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu, gambut eutrofik, mesotrofik, dan oliogrotofik. Gambut eutrofik adalah
gambut yang subur akan bahan mineral dan basa-basa serta unsur hara lainnya.
Hal ini dikarenakan gambut eutrofik biasanya menempati cekungan-cekungan
9
kecil di rawa belakang sungai sehingga mendapat kesuburan dari endapan sungai.
Gambut mesotrofik yaitu gambut yang memiliki kandungan mineral dan basa-basa
yang sedang. Sedangkan gambut oliogrotofik merupakan gambut yang tidak subur
karena miskin akan mineral dan basa-basa. Gambut hemik dan saprik tergolong
kedalam gambut oliogrotofik (Agus et al.,2008)
Dalam sistem Klasifikasi Tanah Soil Taxonomy tanah gambut yang
biasanya disebut organic soils, bog soils, tanah merawang (half-bog soils), mucks,
atau peats dikelompokkan menjadi satu ordo tanah tersendiri yang disebut
Histosols. Histosols: “merupakan tanah yang secara dominan tersusun dari bahan
tanah organik, berupa sisa-sisa jaringan tumbuh-tumbuhan (histos = tissue =
jaringan tumbuh-tumbuhan)’. Dalam klasifikasi tanah di Indonesia tanah gambut
diklasifikasi sebagai ’Organosol’.
Dalam Soil Survey Staff (2003), tanah dapat dikategorikan sebagai gambut
berdasarkan kandungan C-Organik dan Kandungan liatnya; Bila fraksi mineral
liatnya 0%, maka kadar C organiknya minimal 12%, namun bila fraksi liatnya
>60%, maka C organiknya harus lebih 18%. Selain dicirikan oleh kandungan liat
dan kadar C-organiknya, syarat suatu tanah dikatakan gambut juga dicirikan oleh
ketebalan dan bulk density-nya. Tanah yang memiliki lapisan bahan organik
dengan berat jenis (BD) dalam keadaan lembab 0,1 g cm-3 dengan tebal 60 cm
atau lapisan organik dengan BD 0,1 g cm-3 dengan tebal 40 cm.
2.4. Karakteristik Sifat Kimia Tahan Gambut
Lahan gambut memiliki karakteristik sifat kimia tanah gambut di
Indonesia sangat bervariasi tergantung pada tingkat kesuburan dan kematanganya,
kedalaman lapisan, jenis tanaman penyusun gambut, jenis bahan organik
pembentuknya, tingkat dekomposisi gambut dan jenis lapisan bawahnya.
Karakteristik ini yang membedakan dengan tanah mineral, sehingga
membutuhkan penanganan khusus dalam pengelolaannya. Gambut ombrogen
dominan memiliki tingkat kesuburan yang rendah dibanding dengan gambut
tapogen, hal ini karena gambut ombrogen tidak dapat pengkayaan mineral (Alwi,
2006).
10
Pengukuran sifat kimia gambut dalam menilai tingkat kematangan
menunjukan keragaman yang sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh proses
transformasi bahan kimia yang ada dalam gambut. Sifat kimia tanah gambut dapat
meningkatkan terjadinya perombakan bahan organik. Tanah gambut yang ada di
Sumatera dan Kalimantan umumnya didominasi oleh bahan kayu-kayuan. Oleh
karena itu komposisi bahan organiknya sebagian besar adalah lignin yang
umumnya melebihi 60% dari bahan kering, sedangkan kandungan komponen
lainnya seperti selulosa, hemiselulosa, dan protein umumnya tidak melebihi 11%
(Kurnain, 2010).
2.4.1. Keasaman Tanah (pH)
pH tanah merupakan unsur yang sangat penting karena mengandung
nitrogen (N), potassium (K), dan Phosphorus (P) yang dibutuhkan tumbuhan
untuk berkembang. Jika pH tanah dibawah 5,5 maka tumbuhan dapat membentuk
nitrogen dalam bentuk nitrat. Sedangkan Phosphorus ada pada pH tanah antara 6
dan 7. Tingkat keasaman tanah disebabakan oleh leaching mineral, dekomposisi
tumbuhan (seperti pohon jarum), limbah industri, hujan asam, dan beberapa
bentuk aktivitas mikrobiologi (Harjdjowigeno, 2007).
Reaksi tanah (pH tanah) menunjukkan sifat kemasaman dan alkalinitas
tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion
hidrogen (H+
) dalam tanah. Semakin banyak H+
dalam tanah, maka semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah, selain H+
dan ion-ion lain, ditemukan
pulaion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan H+
. Bila
kandungan H+
sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai
nilai pH 7. Penurunan nilai pH pada tanah masam setelah penggenangan terjadi
karena dalam kondisi anaerob Fe3
+
(ion ferri) digunakan sebagai akseptor elektron
untuk oksidasi bahan organik. Selama proses ini nilai pH tanah mendekati netral
(Harjdjowigeno, 2007).
Pada umumnya, hara mudah diserap akar pada pH sekitar netral karena
pada pH tersebut, hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam ditemukan
unsur-unsur beracun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan kelarutan
unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu dan Co) pada jumlah yang besar sehingga bersifat
toksik bagi tanaman, sedangkan Mo akan bersifat racun pada pH yang terlalu
11
alkalin. Selain itu, pH tanah juga menentukan perkembangan dan populasi
mikroba tanah. Bakteri dan jamur yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman akan
berkembang biak pada pH>5,5 apabila pH tanah terlalu rendah maka akan
terhambat aktivitasnya (Munawar, 2011).
2.4.2. Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah besar. Menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman berfungsi dalam
pembentukan protein (Hanafiah, 2005). Menurut Mindawati et al., (2010)
Nitrogen terdiri atas beberapa tingkat valiensi yang tergantung pada kondisi
lingkungan mikro dalam tanah.
Ketersediaan N untuk tanaman pada tanah gambut umumnya rendah,
walaupun analisis N total relatif tinggi karena berasal dari N-organik. Hal ini
menyebabkan Perbandingan kandungan C dan N pada tanah gambut relatif tinggi
saat dilakukan analisis N-total, dan untuk mencukupi kebutuhan N tanaman yang
optimum diperlukan pemupukan N (Hartatik et.al, 2004).
2.4.3. Fosfor (P)
Unsur hara P merupakan unsur hara makro bagi tanaman. Unsur hara P
diserap oleh tanaman dari tanah dalam bentuk H2PO4
-
dan atau HPO4
2-
. Kadar
hara P tersedia yang tinggi akan menguntungkan bagi tanaman sehingga tanah-
tanah cenderung subur (Winarso, 2005). P adalah salah satu nutrisi utama yang
sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. P tidak bisa didapatkan secara bebas
di alam karena P hanya bisa didapatkan dalam beberapa mineral, tanaman
merupakan unsur pokok dari protoplasma. P terdapat dalam air sebagai ortofosfat
dan sebagai sumber P alami dalam yang berasal dari pelepasan mineral-mineral
dan biji-bijian (Sutedjo, 2008).
P termasuk unsur hara yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman
dan kandungan didalam tanah sangat rendah nitrogen (N), kalium (K), kalsium
(Ca). Ketersediaan P didalam tanah dapat ditentukan oleh beberapa faktor, tetapi
faktor yang sangat penting adalah pH tanah. P akan bereaksi dengan ion besi dan
alumni pada tanah ber-pH rendah dan reaksi ini membentuk besi fosfat atau
alumunium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan pada
12
tanaman. Pada tanah ber pH tinggi, P akan bereaksi dengan ion kalsium. Dengan
demikian reaksi yang membentuk ion kalsium bersifat sukar larut dan tidak dapat
digunakan untuk tanaman (Sutedjo, 2008).
2.4.4. Kalium (K)
Unsur K dalam tanah merupakan unsur hara yang ketiga setelah nitrogen,
fosfor yang dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+
. Muatan positif dari
kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan
negatif nitrat, fosfat, atau unsur hara lainya. Ketersediaan kalium dapat
dipertukarkan dan dapat diserap oleh tanaman yang tergantung penambahan dari
luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya
(Sutedjo, 2008).
Unsur K rata-rata menyusun 1,0% bagian tanaman. Unsur kalium
bereperan berebeda dibandingkan unsur N, S, dan P karena sedikit berfungsi
sebagai penyusun komponen tanaman seperti protoplasma, lemak, dan selulos,
tetapi berfungsi dalam pengaturan mekanisme (bersifat katalik dan katalisator)
seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein dan lain-lain
(Hanafiah, 2005).
2.4.5. Magnesium (Mg)
Magnesium tanah berasal dari dekomposisi batuan yang mengandung
mineral biotit, dolomit, hornblende, serpentin,epsomit, dan olivin. Kandungan Mg
di dalam tanah beragam, tergantung kepada jenis tanahnya. Pada umumnya
kandungan Mg berkisar antara 0,05% di tanah-tanah berpasir atau telah
mengalami pelindian dan pelapukan lanjut, dan 0,5% pada tanah berstruktur liat
pada daerah cekungan/depresi. Seperti Ca, bentuk Mg di dalam tanah dapat
dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu larut air, Mg dapat ditukar (Mg-dd),
dan Mg tidak dapat ditukar. Ketiga bentuk Mg tersebut saling berkeseimbangan
(Arsyad, 2012).
Magnesium mempunyai peranan penting dalam berbagai proses yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Unsur ini merupakan salah satu hara yang
dibutuhkan tanaman untuk kegiatan metaboliknya. Unsur Mg di dalam tanaman
13
dijumpai di dalam kloroplas dan berperan sebagai aktivator spesifik dari beberapa
enzim (Winarso, 2005).
2.5. Limbah Kelapa Sawit
Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak
termasuk dalam produk utama atau merupakan basil ikutan dari proses
pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa
sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit
dan limbah industri kelapa sawit (Elykurniati, 2011).
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang
terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah
cair yang terjadi pada in house keeping. Pada Tabel 1 terlihat potensi limbah yang
dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tidak sedikit. Salah
satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara
yang mamapu menggantikan pupuk sintetis (Urea, TSP dan lain-lain)
(Departemen Pertanian, 2006).
Tabel 2.2. Jenis Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Jenis Potensi per ton TBS (%) Manfaat
Tandan kosong 23,0 Pupuk kompos, pulp
kertas, papan partikel,
energi
Wet Decanter Solid 4,0 Pupuk kompos,
makanan ternak
Cangkang 6,5 Arang karbon aktif,
papan partikel
Serabut (fiber) 13,0 Energi pulp kertas,
papan partikel
Limbah cair 50,0 Pupuk, air irigasi
Air kondensat Air umpan boiler
Sumber : Tim PT. SLS (Sari Lembah Subur , 2000)
2.5.1. Abu Janjang Kelapa Sawit
Abu janjang kelapa sawit merupakan hasil limbah padat janjang kosong
kelapa sawit yang telah mengalami pembakaran di dalam incinerator di pabrik
pengolahan kelapa sawit, dan abu janjang kelapa sawit juga dapat diperoleh
dengan melakukan pembakaran secara manual. Luas lahan perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Riau mencapai 1,2 juta hektar dan terus bertambah setiap
14
tahunnya sehingga berpotensi sebagai penyediaan abu janjang kelapa sawit dari
produksi sawit 20% diantaranya adalah tandan kosong (Rosyadi, 2004).
Abu janjang kelapa sawit memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9%
CaO, dan 3% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu Fe 1.200
ppm, Mn 100 ppm, Zn 400 ppm, dan Cu 100 ppm (Bangka, 2010). Sebagai
gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas
1200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan kelapa sawit sebesar 10,8
%/hari, setara dengan 5,8 ton KCl 2,2 ton kiserit dan 0,7 ton TSP dengan
penambahan polimer tertentu pada abu janjang kelapa sawit dapat dijadikan
pupuk K butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8,9 (Fauzi et al, 2008).
Menurut penelitian Mahbub dan Suryanto (2006), Aplikasi abu janjang
kelapa sawit terhadap perbaikan beberapa sifat kimia ultisol pada dosis abu
janjang kelapa sawit : 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha menunjukkan bahwa pemberian
abu janjang sawit berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH, KTK Efektif,
kejenuhan basa, dan penurunan kejenuhan Al. Peningkatan dosis pemberian abu
janjang sawit yaitu : 5 ; 10 ; 15 dan 20 ton per hektar dapat menaikkan pH dari
3,96 menjadi 4,89 ; 5,58 ; 6,93 dan 7,48. Kenaikan pH pada setiap perlakuan
dipengaruhi oleh senyawa K2O dalam abu janjang kelapa sawit. Senyawa tersebut
didalam tanah bereaksi dengan H2O dan menyumbangkan ion OH-. Sedangkan
tanah ultisol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan berasal
dari bahan induk yang sangat masam.
Menurut Lubis et al. (1984), Pemberian abu janjang kelapa sawit sebagai
bahan organik merupakan salah satu alternatif pemberi pupuk buatan seperti KCl
sebagai pupuk kalium yang jumlahnya cukup. Fungsi terpenting abu janjang
kelapa sawit adalah menaikkan pH tanah, hal ini disebabkan karena abu janjang
memiliki kandungan CaO dan MgO. Abu janjang kelapa sawit juga mengandung
unsur hara mikro yaitu mangan (Mn), besi (Fe), klor (Cl), dan seng (Zn) yang
penting untuk pertumbuhan tanaman.
2.5.2. Abu Boiler
Abu boiler adalah limbah padat pabrik kelapa sawit hasil dari sisa
pembakaran cangkang dan serat di dalam mesin boiler. Pada umumnya setiap
pabrik kelapa sawit tidak memanfaatkan limbah padat ini. Abu boiler banyak
15
mengandung unsur hara yang sangat bermanfaat dan dapat diaplikasikan pada
tanaman sawit sebagai pupuk tambahan atau pengganti pupuk anorganik. Unsur
hara yang terkandung dalam abu boiler adalah N 0,74%, P2O5 0,84%, K2O
2,07%, Mg 0,62%. Perluasan areal tanam dan peningkatan produksi kelapa sawit
sejalan dengan penambahan pabrik kelapa sawit (Ardi et al, 2012 ).
Dampak dari pertambahan pabrik kelapa sawit ini adalah bertambahnya
bobot limbah yang harus dibuang, salah satu limbah tersebut adalah abu boiler.
abu boiler pabrik kelapa sawit dihasilkan setiap proses pengolahan tandan buah
segar (TBS). Melihat kandungan abu boiler dan jumlah yang dihasilkan setiap 100
ton pengolahan TBS, abu boiler dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Selain
memberikan keuntungan secara ekonomis dan ramah lingkungan, diharapkan
pemberian abu boiler kelapa sawit sebagai pupuk pada media pembibitan dapat
menambah ketersediaan unsur hara pada tanah sehingga perkembangan dan
pertumbuhan bibit kelapa sawit juga semakin baik (Ardi et al, 2012 ).
2.5.3. Sludge
Sludge merupakan butiran berukuran koloid > 100 mesh berasal dari
limbah organik hasil saringan pada pemurnian minyak kelapa sawit (crude oil).
limbah sludge bersifat asam karena berasal dari fermentasi minyak yang
dikandungnya, sifat asam dari bahan organik ini akan mengganggu perumbuhan
tanaman seperti padi, palawija, dan tanaman perkebunan lainnya (I). Sludge yang
merupakan limbah di dalam tanah, apabila telah mengalami pelapukan akan
terbentuk sebagai humus organik. Humus organik (organic humate) adalah
merupakan bahan organik yang telah mengalami pelapukan atau pengomposan
dengan kandungan kadar asam humus (humic acid) terlarut 800%, kadar air 61
%.Nilai tukar kation (CEC) 250 meq, pH 5,0, dan ukuran butir 8 mesh. Humus
sesuai untuk digunakan sebagai pupuk atau sebagai bahan pengisi untuk
memperbaiki struktur tanah (4). Untuk menetralkan pengaruh sludge agar dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk maupun pengisi tanah (soil conditioner) dapat
dilakukan beberapa perlakuan yaitu antara lain dengan cara sterilisasi iradiasi
yang akan mempermudah proses pengomposan (Jenny dan Suwadji, 1999).

More Related Content

What's hot

01 struktur sosial nelayan
01 struktur sosial nelayan01 struktur sosial nelayan
01 struktur sosial nelayanAbdul Aziz
 
HS-Tempat Pengolahan Makanan.ppt
HS-Tempat Pengolahan Makanan.pptHS-Tempat Pengolahan Makanan.ppt
HS-Tempat Pengolahan Makanan.pptssuser27c05a
 
Tentang jahe dalam bahasa inggris
Tentang jahe dalam bahasa inggrisTentang jahe dalam bahasa inggris
Tentang jahe dalam bahasa inggrischiroiz
 
Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah
Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah
Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah Dadang Solihin
 
Debirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan DeregulasiDebirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan DeregulasiGrahat Nagara
 
Retribusi Persampahan.pptx
Retribusi Persampahan.pptxRetribusi Persampahan.pptx
Retribusi Persampahan.pptxannaprimadona
 
Memahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Memahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahMemahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Memahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahDadang Solihin
 
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan HidupKebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan HidupArmadira Enno
 
EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...
EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...
EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...Repository Ipb
 
3. struktur jaringan daging Ikan
3. struktur jaringan daging Ikan3. struktur jaringan daging Ikan
3. struktur jaringan daging IkanHeru Pramono
 
Laporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisataLaporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisataRahman Klu
 
Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat Pesisir
Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat PesisirPemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat Pesisir
Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat PesisirSugeng Budiharsono
 
Makalah pangan tentang Ikan dan Seafood
Makalah pangan tentang Ikan dan SeafoodMakalah pangan tentang Ikan dan Seafood
Makalah pangan tentang Ikan dan Seafoodnafarani
 
2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahuna2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahunaEly John Karimela
 
Kepemimpinan Birokrasi Pemerintah Daerah
Kepemimpinan Birokrasi Pemerintah DaerahKepemimpinan Birokrasi Pemerintah Daerah
Kepemimpinan Birokrasi Pemerintah DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Integrasi slims atau eprints dengan dspace
Integrasi slims atau eprints dengan dspaceIntegrasi slims atau eprints dengan dspace
Integrasi slims atau eprints dengan dspaceDwi Fajar Saputra
 
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413hutanindonesia
 

What's hot (20)

01 struktur sosial nelayan
01 struktur sosial nelayan01 struktur sosial nelayan
01 struktur sosial nelayan
 
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURANKONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
 
HS-Tempat Pengolahan Makanan.ppt
HS-Tempat Pengolahan Makanan.pptHS-Tempat Pengolahan Makanan.ppt
HS-Tempat Pengolahan Makanan.ppt
 
Tentang jahe dalam bahasa inggris
Tentang jahe dalam bahasa inggrisTentang jahe dalam bahasa inggris
Tentang jahe dalam bahasa inggris
 
Paradigma Pembangunan
Paradigma PembangunanParadigma Pembangunan
Paradigma Pembangunan
 
Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah
Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah
Pelaksanaan Evaluasi Program dan Kegiatan di Lingkungan Instansi Pemerintah
 
Debirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan DeregulasiDebirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan Deregulasi
 
Retribusi Persampahan.pptx
Retribusi Persampahan.pptxRetribusi Persampahan.pptx
Retribusi Persampahan.pptx
 
Memahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Memahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahMemahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Memahami Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
 
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan HidupKebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 
EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...
EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...
EFEKTIFITAS REBUSAN CAMPURAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nes...
 
3. struktur jaringan daging Ikan
3. struktur jaringan daging Ikan3. struktur jaringan daging Ikan
3. struktur jaringan daging Ikan
 
Laporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisataLaporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisata
 
Presentasi potensi SDM sebatik/ Perbatasan
Presentasi potensi SDM sebatik/ PerbatasanPresentasi potensi SDM sebatik/ Perbatasan
Presentasi potensi SDM sebatik/ Perbatasan
 
Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat Pesisir
Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat PesisirPemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat Pesisir
Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat Pesisir
 
Makalah pangan tentang Ikan dan Seafood
Makalah pangan tentang Ikan dan SeafoodMakalah pangan tentang Ikan dan Seafood
Makalah pangan tentang Ikan dan Seafood
 
2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahuna2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahuna
 
Kepemimpinan Birokrasi Pemerintah Daerah
Kepemimpinan Birokrasi Pemerintah DaerahKepemimpinan Birokrasi Pemerintah Daerah
Kepemimpinan Birokrasi Pemerintah Daerah
 
Integrasi slims atau eprints dengan dspace
Integrasi slims atau eprints dengan dspaceIntegrasi slims atau eprints dengan dspace
Integrasi slims atau eprints dengan dspace
 
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
 

Similar to Bab. ii. tinjauan pustaka

Materi Budidaya Perairan Air Rawa Ridho Aha
Materi Budidaya Perairan Air Rawa Ridho AhaMateri Budidaya Perairan Air Rawa Ridho Aha
Materi Budidaya Perairan Air Rawa Ridho Aharidhoahadana1
 
TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT RiaAnggun
 
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanianAndrew Hutabarat
 
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009walhiaceh
 
Andrew hidayat 221891-none
 Andrew hidayat   221891-none Andrew hidayat   221891-none
Andrew hidayat 221891-noneAndrew Hidayat
 
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A H
M A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A HM A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A H
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A HBBAP takalar
 
Tugas pak makruf
Tugas pak makrufTugas pak makruf
Tugas pak makrufAbdiHalim1
 
4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanahjufrikarim
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahAndrew Hutabarat
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Bab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanahBab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanahAndrew Hutabarat
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)rizky hadi
 
soil quality and food security
soil quality and food securitysoil quality and food security
soil quality and food securityAila Yumeko
 

Similar to Bab. ii. tinjauan pustaka (20)

Materi Budidaya Perairan Air Rawa Ridho Aha
Materi Budidaya Perairan Air Rawa Ridho AhaMateri Budidaya Perairan Air Rawa Ridho Aha
Materi Budidaya Perairan Air Rawa Ridho Aha
 
Tanah Masam 2023.pptx
Tanah Masam 2023.pptxTanah Masam 2023.pptx
Tanah Masam 2023.pptx
 
Gambut real
Gambut   realGambut   real
Gambut real
 
TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT
 
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
 
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
 
Andrew hidayat 221891-none
 Andrew hidayat   221891-none Andrew hidayat   221891-none
Andrew hidayat 221891-none
 
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A H
M A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A HM A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A H
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A H
 
Presentasi kompos
Presentasi komposPresentasi kompos
Presentasi kompos
 
Tugas pak makruf
Tugas pak makrufTugas pak makruf
Tugas pak makruf
 
4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah
 
Tanah gambut
Tanah gambut Tanah gambut
Tanah gambut
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanah
 
Bahan organik tanah
Bahan organik tanah Bahan organik tanah
Bahan organik tanah
 
Chapter ii tanaman sawi
Chapter ii tanaman sawiChapter ii tanaman sawi
Chapter ii tanaman sawi
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Bab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanahBab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanah
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
soil quality and food security
soil quality and food securitysoil quality and food security
soil quality and food security
 

Recently uploaded

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxFahrizalTriPrasetyo
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASMuhammadFiqi8
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 

Recently uploaded (16)

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 

Bab. ii. tinjauan pustaka

  • 1. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Gambut Tanah gambut merupakan tanah yang berbahan induk dari sisa tumbuhan dengan proses dekomposisi anaerobic terhambat, tidak atau hanya sedikit (<5%) mengandung tanah mineral yang berkristal. Rangkaian penyusunnya berupa bahan karbon, yang mana bahan organik ini adalah rantai karbon yang sebagian besar berupa lignin, hemiselulosa dan humik. Tanah gambut juga bersifat sarang (porous) dan sangat ringan, sehingga mempunyai kemampuan menyangga sangat rendah, kandungan hara relatif rendah dan banyak mengandung asam-asam organik yang menyebabkan pH gambut sangat rendah (pH antara 2,7 – 5,0). Kualitas air gambut dipengaruhi oleh bahan penyusun gambut, ketebalan, tingkat dekomposisi dan tata air serta lingkungan gambut tersebut (Wibowo, 2010). Potensi lahan gambut sebagai lahan pertanian di Indonesia cukup luas sekitar 6 juta ha. Pemanfaatannya sebagai lahan pertanian memerlukan perencanaan yang cermat dan teliti, penerapan teknologi yang sesuai, dan pengelolaan yang tepat karena ekosistemnya yang marginal dan fragile. Lahan gambut sangat rentan terhadap kerusakan lahan, yaitu kerusakan fisik (subsiden dan irriversible drying) serta kerusakan kimia (defisiensi hara dan unsur beracun). Pengembangan pertanian di lahan gambut menghadapi kendala antara lain tingginya asam-asam organik. Pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun dapat dikurangi dengan teknologi pengelolaan air dan menambahkan bahan-bahan yang banyak mengandung kation polivalen seperti Fe, Al, Cu dan Zn. Kahat unsur hara untuk memberikan hasil yang optimal pada sistem usaha tani dapat dilakukan dengan tindakan ameliorasi dan pemupukan (Ratmini, 2012). Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua (Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Perluasan pemanfaatan lahan gambut meningkat pesat di beberapa provinsi yang memiliki areal gambut luas, seperti Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Namun karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya, tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian. Faktor pembatas utama adalah kondisi media perakaran dan unsur hara
  • 2. 5 yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian (Agus dan Subiksa, 2008). Susunan kandungan senyawa organik dan hara mineral dari tanah gambut sangat beragam. Tergantung pada jenis jaringan penyusun gambut, lingkungan pembentukan dan perlakuan reklamasi. Senyawa organik utama terdapat dalam gambut antara lain hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Selain senyawa tersebut jugat terdapat senyawa tanin dan resin dalam jumlah kecil. Kadar senyawa polisakarida, hemiselulosa dan tanin menurun relatif cepat jika gambut makin dalam sampai jeluk 40 cm dan selanjutnya menurun sangat kecil, kecuali hemiselulosa dari hutan alami. Selulosa meningkat secara perlahan jika gambut makin dalam kecuali hutan alami (Ratmini, 2012).
  • 3. 6 2.2. Kriteria Penilaian Sifat kimia Tanah Hasil analisis yang diperoleh akan dibandingkan tingkat kesuburannya dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Penelitian tahun 2005 yang akan ditampilkan pada Tabel 2.1 di bawah ini : Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah BPT Parameter Tanah Nilai Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi C (%) <1 1-2 2-3 3-5 >5 N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51- 0,75 >0,75 C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25 P2O5 HCl 25% (mg 100g-1 ) <15 15-20 21-40 41-60 >60 P2O5 Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 11-15 >15 P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20 K2O HCl 25% (mg 100g-1 <10 10-20 21-40 41-60 >60 KTK/CEC (me 100 g tanah-1 ) <5 5-16 17-24 25-40 >40 Susunan kation Ca (me 100 g tanah-1 ) <2 2-5 6-10 11-20 >20 Mg (me 100 g tanah-1 ) <0,3 0,4-1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8 K (me 100 g tanah-1 ) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1 Na (me 100 g tanah-1 ) <0,1 0,1-03 0,4-0,7 0,8-1,0 >1 Kejenuhan Basa (%) <20 20-40 41-60 61-80 >80 Kejenuhan Alumunium (%) <5 5-10 1-20 20-40 >40 Cadangan Mineral (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40 Salinitas/DHL (Ds m-1) <1 1-2 2-3 3-4 >4 Persentase natrium dapat tukar/ESP (%) <2 2-3 5-10 10-15 >15 Sangat masam Masam Agak masam Netral Agak alkalis alkalis pH H2O <4,5 4,5-5,5 5,5-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5 Sumber tanah : BPT (2005) 2.3. Deskripsi Tanah Gambut Berdasarkan taksonomi tanah komprehensif USDA tahun 1975, tanah gambut masuk ke dalam ordo tanah. Ordo histosol memiliki empat subordo, yaitu
  • 4. 7 fibrik, folik, hemik, dan saprik. Diantara lain : 1). Histosol fibrik merupakan tanah gambut (organik) yang sangat sedikit atau baru mulai terdekomposisi. Tanah ini tersusun atas beragaman vegetasi, cenderung memiliki kerapatan dan kandungan endapan yang rendah serta memiliki kapasitas menahan air yang tinggi, 2). Histosol folik merupakan tanah organik yang tergenang dan sudah mulai terdekomposisi, 3). Histosol hemik merupakan tanah organik yang sudah mengalami dekomposisi sebagian, 4). Histosol saprik merupakan tanah organik yang telah mengalami dekomposisi sempurna. Tanah ini memiliki kerapatan yang relatif tinggi dan memiliki kapasitas menahan air yang rendah. Histosol jenis fibrik dan hemik akan melapuk menjadi saprik jika digenangi air. Menurut Sani (2011), menyatakan bahwa karakteristik kimia lahan gambut di Indonesia sangat ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), dan tingkat dekomposisi gambut. Secara kimiawi gambut bereaksi masam (pH di bawah 4). Gambut dangkal pH lebih tinggi (4,0-5,1), gambut dalam (3,1-3,9). Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena rasio C/N yang tinggi. Kandungan unsur mikro khususnya Cu, B dan Zn sangat rendah. Secara alamiah lahan gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam organik yang sebagian bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur hara. Karakteristik dari asam-asam organik ini akan menentukan sifat kimia gambut. Sifat dan ciri tanah gambut dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Sifat Fisik dan kimia tersebut berupa: a). Warna. Tanah gambut berwarna coklat tua sampai kehitaman, meski bahan dasarnya berwarna kelabu, cokelat atau kemerah- merahan, tetapi setelah mengalami dekomposisi muncul senyawa humik berwarna gelap, b). Berat isi. Berat isi tanah organik bila dibandingkan tanah mineral adalah rendah. Tanah gambut yang telah mengalami dekomposisi lanjut memiliki berat isi berkisar antara 0,2 – 0,3, c). Kapasitas menahan air. Akibat berat isi yang rendah, maka gambut memiliki kapasitas menyimpan air yang besar, sekitar 2 – 4 kari dari berat bobot keringnya, bahkan gambut lumut yang belum terdekomposisi dapat menyimpan air 12 atau 15 bahkan 20 kali dari bobotnya sendiri, d). Sifat
  • 5. 8 kolidal. Tanah gambut memiliki luas adsorbsi yang besar, yaitu sampai 4 kali lebih besar dibanding liat montmorillonit; e). Reaksi masam. Dekomposisi bahan organik akan akan menghasilkan asam-asam organik yang terakumulasi pada tubuh tanah, sehingga akan meningkatkan keasaman tanah gambut, f). Sifat penyangga. Pada umumnya tanah gambut memperlihatkan daya resistensi yang nyata terhadap perubahan pH bila dibandingkan dengan tanah mineral. Akibatnya, tanah gambut membutuhkan lebih banyak kapur untuk menaikkan pH pada tingkat nilai yang sama dengan tanah mineral. Tanah gambut juga membutuhkan dosis pupuk yang lebih tinggi dari tanah mineral. Kadar N dan bahan organik tinggi pada tanah gambut juga mempunyai perbandingan C dan N yang tinggi, namun walaupun demikian prosis nitrifikasi N juga tinggi, akibat tingginya kadar N, sebagian Ca karbon tidak aktif dari bahan yang resisten, sehingga kegiatan organisme heterotropik tidak terlalu dirangsang, akibatnya organisme yang aktif dalam proses nitrifikasi memperoleh kesempatan melakukan aktifitasnya. Selain itu, kadar P dan K tanah gambut umumnya rendah dibanding tanah mineral, oleh sebab itu tanaman yang diusahakan diatas tanah gambut sangat respon terhadap pemupukan P dan K (Sani, 2011). Berdasarkan ciri kematangannya, tanah gambut dibedakan atas fibrik, saprik dan hemik. Fibrik adalah bahan organik dengan tingkat penguraian yang masih rendah, kandungan serabut sangat banyak, kerapatan jenis < 0,1 g/cm3, kadar air tinggi dan berwarna kuning sampai pucat: hemik adalah bahan organik dengan tingkat penguraian menengah, kandungan serabut masing banyak, kerapatan jenis 0,07 – 0,18 g/cm3, kadar air tinggi dan berwarna cokelat muda sampai tua; sedang saprik adalah bahan organik dengan tingkat penguraian lanjut, kandungan serabut sedikit, kerapatan jenis > 0,2 g/cm3, kadar air tidak terlalu tinggi dan berwarna cokelat kelam sampai hitam (Hikmatullah & Al-Jabary, 2007). Klasifikasi gambut berdasarkan kesuburannya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, gambut eutrofik, mesotrofik, dan oliogrotofik. Gambut eutrofik adalah gambut yang subur akan bahan mineral dan basa-basa serta unsur hara lainnya. Hal ini dikarenakan gambut eutrofik biasanya menempati cekungan-cekungan
  • 6. 9 kecil di rawa belakang sungai sehingga mendapat kesuburan dari endapan sungai. Gambut mesotrofik yaitu gambut yang memiliki kandungan mineral dan basa-basa yang sedang. Sedangkan gambut oliogrotofik merupakan gambut yang tidak subur karena miskin akan mineral dan basa-basa. Gambut hemik dan saprik tergolong kedalam gambut oliogrotofik (Agus et al.,2008) Dalam sistem Klasifikasi Tanah Soil Taxonomy tanah gambut yang biasanya disebut organic soils, bog soils, tanah merawang (half-bog soils), mucks, atau peats dikelompokkan menjadi satu ordo tanah tersendiri yang disebut Histosols. Histosols: “merupakan tanah yang secara dominan tersusun dari bahan tanah organik, berupa sisa-sisa jaringan tumbuh-tumbuhan (histos = tissue = jaringan tumbuh-tumbuhan)’. Dalam klasifikasi tanah di Indonesia tanah gambut diklasifikasi sebagai ’Organosol’. Dalam Soil Survey Staff (2003), tanah dapat dikategorikan sebagai gambut berdasarkan kandungan C-Organik dan Kandungan liatnya; Bila fraksi mineral liatnya 0%, maka kadar C organiknya minimal 12%, namun bila fraksi liatnya >60%, maka C organiknya harus lebih 18%. Selain dicirikan oleh kandungan liat dan kadar C-organiknya, syarat suatu tanah dikatakan gambut juga dicirikan oleh ketebalan dan bulk density-nya. Tanah yang memiliki lapisan bahan organik dengan berat jenis (BD) dalam keadaan lembab 0,1 g cm-3 dengan tebal 60 cm atau lapisan organik dengan BD 0,1 g cm-3 dengan tebal 40 cm. 2.4. Karakteristik Sifat Kimia Tahan Gambut Lahan gambut memiliki karakteristik sifat kimia tanah gambut di Indonesia sangat bervariasi tergantung pada tingkat kesuburan dan kematanganya, kedalaman lapisan, jenis tanaman penyusun gambut, jenis bahan organik pembentuknya, tingkat dekomposisi gambut dan jenis lapisan bawahnya. Karakteristik ini yang membedakan dengan tanah mineral, sehingga membutuhkan penanganan khusus dalam pengelolaannya. Gambut ombrogen dominan memiliki tingkat kesuburan yang rendah dibanding dengan gambut tapogen, hal ini karena gambut ombrogen tidak dapat pengkayaan mineral (Alwi, 2006).
  • 7. 10 Pengukuran sifat kimia gambut dalam menilai tingkat kematangan menunjukan keragaman yang sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh proses transformasi bahan kimia yang ada dalam gambut. Sifat kimia tanah gambut dapat meningkatkan terjadinya perombakan bahan organik. Tanah gambut yang ada di Sumatera dan Kalimantan umumnya didominasi oleh bahan kayu-kayuan. Oleh karena itu komposisi bahan organiknya sebagian besar adalah lignin yang umumnya melebihi 60% dari bahan kering, sedangkan kandungan komponen lainnya seperti selulosa, hemiselulosa, dan protein umumnya tidak melebihi 11% (Kurnain, 2010). 2.4.1. Keasaman Tanah (pH) pH tanah merupakan unsur yang sangat penting karena mengandung nitrogen (N), potassium (K), dan Phosphorus (P) yang dibutuhkan tumbuhan untuk berkembang. Jika pH tanah dibawah 5,5 maka tumbuhan dapat membentuk nitrogen dalam bentuk nitrat. Sedangkan Phosphorus ada pada pH tanah antara 6 dan 7. Tingkat keasaman tanah disebabakan oleh leaching mineral, dekomposisi tumbuhan (seperti pohon jarum), limbah industri, hujan asam, dan beberapa bentuk aktivitas mikrobiologi (Harjdjowigeno, 2007). Reaksi tanah (pH tanah) menunjukkan sifat kemasaman dan alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (H+ ) dalam tanah. Semakin banyak H+ dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah, selain H+ dan ion-ion lain, ditemukan pulaion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan H+ . Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai nilai pH 7. Penurunan nilai pH pada tanah masam setelah penggenangan terjadi karena dalam kondisi anaerob Fe3 + (ion ferri) digunakan sebagai akseptor elektron untuk oksidasi bahan organik. Selama proses ini nilai pH tanah mendekati netral (Harjdjowigeno, 2007). Pada umumnya, hara mudah diserap akar pada pH sekitar netral karena pada pH tersebut, hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam ditemukan unsur-unsur beracun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan kelarutan unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu dan Co) pada jumlah yang besar sehingga bersifat toksik bagi tanaman, sedangkan Mo akan bersifat racun pada pH yang terlalu
  • 8. 11 alkalin. Selain itu, pH tanah juga menentukan perkembangan dan populasi mikroba tanah. Bakteri dan jamur yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman akan berkembang biak pada pH>5,5 apabila pH tanah terlalu rendah maka akan terhambat aktivitasnya (Munawar, 2011). 2.4.2. Nitrogen (N) Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman berfungsi dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2005). Menurut Mindawati et al., (2010) Nitrogen terdiri atas beberapa tingkat valiensi yang tergantung pada kondisi lingkungan mikro dalam tanah. Ketersediaan N untuk tanaman pada tanah gambut umumnya rendah, walaupun analisis N total relatif tinggi karena berasal dari N-organik. Hal ini menyebabkan Perbandingan kandungan C dan N pada tanah gambut relatif tinggi saat dilakukan analisis N-total, dan untuk mencukupi kebutuhan N tanaman yang optimum diperlukan pemupukan N (Hartatik et.al, 2004). 2.4.3. Fosfor (P) Unsur hara P merupakan unsur hara makro bagi tanaman. Unsur hara P diserap oleh tanaman dari tanah dalam bentuk H2PO4 - dan atau HPO4 2- . Kadar hara P tersedia yang tinggi akan menguntungkan bagi tanaman sehingga tanah- tanah cenderung subur (Winarso, 2005). P adalah salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. P tidak bisa didapatkan secara bebas di alam karena P hanya bisa didapatkan dalam beberapa mineral, tanaman merupakan unsur pokok dari protoplasma. P terdapat dalam air sebagai ortofosfat dan sebagai sumber P alami dalam yang berasal dari pelepasan mineral-mineral dan biji-bijian (Sutedjo, 2008). P termasuk unsur hara yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan kandungan didalam tanah sangat rendah nitrogen (N), kalium (K), kalsium (Ca). Ketersediaan P didalam tanah dapat ditentukan oleh beberapa faktor, tetapi faktor yang sangat penting adalah pH tanah. P akan bereaksi dengan ion besi dan alumni pada tanah ber-pH rendah dan reaksi ini membentuk besi fosfat atau alumunium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan pada
  • 9. 12 tanaman. Pada tanah ber pH tinggi, P akan bereaksi dengan ion kalsium. Dengan demikian reaksi yang membentuk ion kalsium bersifat sukar larut dan tidak dapat digunakan untuk tanaman (Sutedjo, 2008). 2.4.4. Kalium (K) Unsur K dalam tanah merupakan unsur hara yang ketiga setelah nitrogen, fosfor yang dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+ . Muatan positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat, atau unsur hara lainya. Ketersediaan kalium dapat dipertukarkan dan dapat diserap oleh tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya (Sutedjo, 2008). Unsur K rata-rata menyusun 1,0% bagian tanaman. Unsur kalium bereperan berebeda dibandingkan unsur N, S, dan P karena sedikit berfungsi sebagai penyusun komponen tanaman seperti protoplasma, lemak, dan selulos, tetapi berfungsi dalam pengaturan mekanisme (bersifat katalik dan katalisator) seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein dan lain-lain (Hanafiah, 2005). 2.4.5. Magnesium (Mg) Magnesium tanah berasal dari dekomposisi batuan yang mengandung mineral biotit, dolomit, hornblende, serpentin,epsomit, dan olivin. Kandungan Mg di dalam tanah beragam, tergantung kepada jenis tanahnya. Pada umumnya kandungan Mg berkisar antara 0,05% di tanah-tanah berpasir atau telah mengalami pelindian dan pelapukan lanjut, dan 0,5% pada tanah berstruktur liat pada daerah cekungan/depresi. Seperti Ca, bentuk Mg di dalam tanah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu larut air, Mg dapat ditukar (Mg-dd), dan Mg tidak dapat ditukar. Ketiga bentuk Mg tersebut saling berkeseimbangan (Arsyad, 2012). Magnesium mempunyai peranan penting dalam berbagai proses yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Unsur ini merupakan salah satu hara yang dibutuhkan tanaman untuk kegiatan metaboliknya. Unsur Mg di dalam tanaman
  • 10. 13 dijumpai di dalam kloroplas dan berperan sebagai aktivator spesifik dari beberapa enzim (Winarso, 2005). 2.5. Limbah Kelapa Sawit Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan basil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit (Elykurniati, 2011). Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping. Pada Tabel 1 terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mamapu menggantikan pupuk sintetis (Urea, TSP dan lain-lain) (Departemen Pertanian, 2006). Tabel 2.2. Jenis Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Jenis Potensi per ton TBS (%) Manfaat Tandan kosong 23,0 Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energi Wet Decanter Solid 4,0 Pupuk kompos, makanan ternak Cangkang 6,5 Arang karbon aktif, papan partikel Serabut (fiber) 13,0 Energi pulp kertas, papan partikel Limbah cair 50,0 Pupuk, air irigasi Air kondensat Air umpan boiler Sumber : Tim PT. SLS (Sari Lembah Subur , 2000) 2.5.1. Abu Janjang Kelapa Sawit Abu janjang kelapa sawit merupakan hasil limbah padat janjang kosong kelapa sawit yang telah mengalami pembakaran di dalam incinerator di pabrik pengolahan kelapa sawit, dan abu janjang kelapa sawit juga dapat diperoleh dengan melakukan pembakaran secara manual. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 1,2 juta hektar dan terus bertambah setiap
  • 11. 14 tahunnya sehingga berpotensi sebagai penyediaan abu janjang kelapa sawit dari produksi sawit 20% diantaranya adalah tandan kosong (Rosyadi, 2004). Abu janjang kelapa sawit memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO, dan 3% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu Fe 1.200 ppm, Mn 100 ppm, Zn 400 ppm, dan Cu 100 ppm (Bangka, 2010). Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan kelapa sawit sebesar 10,8 %/hari, setara dengan 5,8 ton KCl 2,2 ton kiserit dan 0,7 ton TSP dengan penambahan polimer tertentu pada abu janjang kelapa sawit dapat dijadikan pupuk K butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8,9 (Fauzi et al, 2008). Menurut penelitian Mahbub dan Suryanto (2006), Aplikasi abu janjang kelapa sawit terhadap perbaikan beberapa sifat kimia ultisol pada dosis abu janjang kelapa sawit : 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha menunjukkan bahwa pemberian abu janjang sawit berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH, KTK Efektif, kejenuhan basa, dan penurunan kejenuhan Al. Peningkatan dosis pemberian abu janjang sawit yaitu : 5 ; 10 ; 15 dan 20 ton per hektar dapat menaikkan pH dari 3,96 menjadi 4,89 ; 5,58 ; 6,93 dan 7,48. Kenaikan pH pada setiap perlakuan dipengaruhi oleh senyawa K2O dalam abu janjang kelapa sawit. Senyawa tersebut didalam tanah bereaksi dengan H2O dan menyumbangkan ion OH-. Sedangkan tanah ultisol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan berasal dari bahan induk yang sangat masam. Menurut Lubis et al. (1984), Pemberian abu janjang kelapa sawit sebagai bahan organik merupakan salah satu alternatif pemberi pupuk buatan seperti KCl sebagai pupuk kalium yang jumlahnya cukup. Fungsi terpenting abu janjang kelapa sawit adalah menaikkan pH tanah, hal ini disebabkan karena abu janjang memiliki kandungan CaO dan MgO. Abu janjang kelapa sawit juga mengandung unsur hara mikro yaitu mangan (Mn), besi (Fe), klor (Cl), dan seng (Zn) yang penting untuk pertumbuhan tanaman. 2.5.2. Abu Boiler Abu boiler adalah limbah padat pabrik kelapa sawit hasil dari sisa pembakaran cangkang dan serat di dalam mesin boiler. Pada umumnya setiap pabrik kelapa sawit tidak memanfaatkan limbah padat ini. Abu boiler banyak
  • 12. 15 mengandung unsur hara yang sangat bermanfaat dan dapat diaplikasikan pada tanaman sawit sebagai pupuk tambahan atau pengganti pupuk anorganik. Unsur hara yang terkandung dalam abu boiler adalah N 0,74%, P2O5 0,84%, K2O 2,07%, Mg 0,62%. Perluasan areal tanam dan peningkatan produksi kelapa sawit sejalan dengan penambahan pabrik kelapa sawit (Ardi et al, 2012 ). Dampak dari pertambahan pabrik kelapa sawit ini adalah bertambahnya bobot limbah yang harus dibuang, salah satu limbah tersebut adalah abu boiler. abu boiler pabrik kelapa sawit dihasilkan setiap proses pengolahan tandan buah segar (TBS). Melihat kandungan abu boiler dan jumlah yang dihasilkan setiap 100 ton pengolahan TBS, abu boiler dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Selain memberikan keuntungan secara ekonomis dan ramah lingkungan, diharapkan pemberian abu boiler kelapa sawit sebagai pupuk pada media pembibitan dapat menambah ketersediaan unsur hara pada tanah sehingga perkembangan dan pertumbuhan bibit kelapa sawit juga semakin baik (Ardi et al, 2012 ). 2.5.3. Sludge Sludge merupakan butiran berukuran koloid > 100 mesh berasal dari limbah organik hasil saringan pada pemurnian minyak kelapa sawit (crude oil). limbah sludge bersifat asam karena berasal dari fermentasi minyak yang dikandungnya, sifat asam dari bahan organik ini akan mengganggu perumbuhan tanaman seperti padi, palawija, dan tanaman perkebunan lainnya (I). Sludge yang merupakan limbah di dalam tanah, apabila telah mengalami pelapukan akan terbentuk sebagai humus organik. Humus organik (organic humate) adalah merupakan bahan organik yang telah mengalami pelapukan atau pengomposan dengan kandungan kadar asam humus (humic acid) terlarut 800%, kadar air 61 %.Nilai tukar kation (CEC) 250 meq, pH 5,0, dan ukuran butir 8 mesh. Humus sesuai untuk digunakan sebagai pupuk atau sebagai bahan pengisi untuk memperbaiki struktur tanah (4). Untuk menetralkan pengaruh sludge agar dapat dimanfaatkan sebagai pupuk maupun pengisi tanah (soil conditioner) dapat dilakukan beberapa perlakuan yaitu antara lain dengan cara sterilisasi iradiasi yang akan mempermudah proses pengomposan (Jenny dan Suwadji, 1999).