1. *) Korespondensi: fauziahali20@gmail.com
Kajian Geoteknik untuk Perencanaan Pembangunan Pemukiman Baru pada
Kawasan Handil Berkat Makmur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Fauziah Ali1*
, Najib1
, Rinal Khaidar Ali1
1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Diponegoro, Semarang
Abstrak
Pengembangan dan pembangunan di Kawasan Handil Berkat Makmur, Kabupaten
Kapuas, Kalimantan Tengah semakin pesat, terutama seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat. Salah satu langkah yang perlu diambil untuk mengurangi nilai
risiko dalam mengembangkan lahan adalah dengan melakukan kajian geoteknik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis, sifat fisik, dan sifat mekanika tanah, menentukan pondasi
yang sesuai dengan kondisi tanah, dan memberikan rekomendasi rekayasa teknik untuk
menambah daya dukung tanah pada lokasi penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian meliputi pengambilan sampel, disturbed dan
undisturbed, menggunakan bor tangan, pemetaan geoteknik, dan uji sondir. Sampel bor disiapkan
untuk uji sifat fisik tanah.
Jenis tanah pada lokasi penelitian adalah endapan gambut, lempung, dan lanau berlempung,
yang bersifat jenuh, ekspansif, konsistensi sangat lunak – keras, dan kondisi air tidak dapat
mengalir keluar rongga pori. Nilai qu berdasarkan data sondir pada kedalaman 1 – 6 m, sebesar
56,80 – 66,32 ton/m2
, dan qa sebesar 18,93 – 22,11 ton/m2, sedangkan nilai qu berdasarkan
data laboratorium sebesar 0,65 – 2,48 ton/m2
, dan qa sebesar 0,22 – 0,83 ton/m2
. Rekomendasi
rekayasa teknik untuk menambah daya dukung tanah, dapat menggunakan pondasi cerucuk
untuk pondasi rumah, dan penggunaan geotekstil serta penambahan tanah urugan pada jalan
yang berada di lingkungan pemukiman.
Kata kunci: geoteknik, daya dukung tanah, Kabupaten Kapuas.
Abstract
The area development of Handil Berkat Makmur, Kapuas District, Central Kalimantan is
increasing rapidly, especially considering the increasing population growth. One of the steps that
needs to be taken to reduce the risk in developing the area is to conduct geotechnical studies. This
study aims to determine the type, physical properties, and mechanical properties of the soil,
determine the appropriate foundation based on the soil conditions, and provide engineering
recommendations to increase the soil bearing capacity within the study area.
The methods applied in the study are including sampling, disturbed and undisturbed, using
hand drill, geotechnical mapping, and sondir test. Bore samples were prepared for soil physical
properties test. The soil types at the study sites were peat deposits, clay, and silt clay, which is
saturated, expansive, very soft - hard consistency, and no water outflow from the pores. The value
of qu based on sondir data at depth of 1 - 6 m, equal to 56,80 - 66,32 ton/ m2
, and qa equal to
18,93 - 22,11 ton/ m2
, while value of qu based on laboratory data equal to 0,65 - 2 , 48 ton/ m2
,
and qa equal to 0,22 - 0,83 ton/ m2
. Technical engineering recommended to increase the carrying
capacity of the soil, is to use cerucuk foundation for the foundation of the house, and the use of
geotextiles and the addition of urugan land on the road residing in the neighborhood.
Keyword: geotechnical, soil bearing capacity, Kapuas District.
PENDAHULUAN
Pengembangan dan pembangunan di Kawasan
Handil Berkat Makmur, Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah semakin pesat, terutama
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat. Kegagalan dalam suatu
pembangunan dapat terjadi akibat eksploitasi
tanah yang melebihi daya dukung tanah secara
umum (Virman, 2013). Salah satu langkah yang
perlu diambil untuk mengurangi nilai risiko
kegagalan dalam mengembangkan lahan adalah
dengan melakukan kajian geoteknik.
2. 51
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis, sifat fisik, dan sifat mekanika tanah,
menentukan pondasi yang sesuai dengan
kondisi tanah, dan memberikan rekomendasi
rekayasa teknik untuk menambah daya dukung
tanah pada lokasi penelitian.
Kemiringan lereng di daerah penelitian
berkisar antara 1o
-2o
dengan sebagian besar
wilayah masih dipengaruhi pasang surut sungai
sehingga sering dijumpai setempat genangan-
genangan air, bahkan endapan gambut
terdistribusi luas (Bappeda Kabupaten Kapuas,
2013). Berdasarkan Peta Geologi Regional
Lembar Banjarmasin (Sikumbang dan
Heryanto, 1994) dan Lembar Amuntai
(Heryanto dan Sanyoto, 1994), lokasi penelitian
tertutup oleh endapan aluvium yang terdiri dari
kerikil, pasir, lanau, lempung, lumpur, dan
gambut. Endapan gambut terbentuk secara
insitu di dalam lensa-lensa tipis yang
berundulasi dan di antara tanggul-tanggul
sungai membentuk rawa. Lokasi penelitian
sendiri sebagian besar digunakan untuk
perkebunan (68%), selebihnya pemukiman
(10%), ladang (2%), dan kawasan semak
belukar (20%) (Gambar 1).
Deskripsi Lapangan Tanah Organik
Berbutir Halus
Jenis tanah dapat disebut sebagai tanah organik
berbutir halus jika dijumpai partikel organik
dalam properti tanah. Kenampakan yang
dipakai untuk mendeskripsi tanah, yaitu: warna
(bukan bagian spesifik dari teknik tetapi dapat
dijadikan sebagai indikator dari proses yang
telah dan sedang berlangsung), konsistensi dan
kepadatan relatif (plastis dan nonplastis, sangat
lunak hingga keras, sangat lepas hingga sangat
padat), ukuran butir (halus, pasir, kerikil),
bentuk butir (pada butir kasar dapat berbentuk
menyudut, agak menyudut, membundar),
kelembaban (kering, lembab, basah), dan reaksi
HCL (tidak bereaksi, bereaksi lemah, bereaksi
kuat).
Daya Dukung Tanah
Wesley (2010) menyebutkan bahwa daya
dukung tanah adalah istilah yang menyatakan
kemampuan tanah menahan beban pada
permukaan tanah maupun menahan beban pada
kedalaman di bawah permukaan seperti halnya
dengan fondasi. Perhitungan daya dukung tanah
dapat digunakan untuk menjamin kemantapan
fondasi, yang bergantung pada kekuatan geser
tanah dan daya duukungnya, serta untuk
menjamin bahwa penurunan fondasi tidak
melebihi batas yang diperbolehkan. Fahriani
dan Apriyanti (2015) menyebutkan bahwa
estimasi daya dukung tiang tunggal dengan
beban vertikal ditentukan berdasarkan data
sondir dan sifat fisik tanah.
Tanah lempung memiliki sifat kohesif dan me-
Gambar 1. Peta tata guna lahan di daerah penelitian dan sekitarnya.
3. 52
miliki karakteristik sebagai berikut : a) kuat
geser rendah, semakin rendah bila kadar air
bertambah, b) cenderung kembang susut
(ekspansif), c) sangat dipengaruhi oleh kadar
air dan plastisitas tinggi, d) fraksi butir halus
yang sangat mempengaruhi kualitas, dan e)
memerlukan stabilisasi dan pemadatan, tidak
baik dijadikan sebagai tanah urugan.
METODOLOGI
Penelitian ditempuh melalui beberapa tahapan
setelah dilakukan studi pustaka terlebih dulu.
Tahapan pertama meliputi pengambilan data
primer di lapangan menggunakan bor tangan
dan sondir pada titik-titik yang dapat
merepresentasikan daerah penelitian.
Selanjutnya, undisturbed sample yang
diperoleh diuji di laboratorium untuk dapat
mengetahui sifat-sifat fisik tanah. Hasil
pengujian laboratorium tersebut diolah untuk
pembuatan peta geoteknik serta menjawab
tujuan penelitian.
Pengeboran tangan
Pengeboran dilakukan pada 2 titik HB-1 dan
HB-2 (Gambar 2) hingga kedalaman 4 m.
Undisturbed sampel diambil dari interval 3,5 m
– 4 m yang selanjutnya diterapkan beberapa
pengujian di laboratorium.
Sondir
Pada 5 titik (S-1, S-2, S-3, S-4, S-5) di lokasi
penelitian (Gambar 2) dilakukan uji sondir
hingga kedalaman 25 m dengan alat sondir lokal
berkapasitas 2,5 ton yang dilengkapi rod
berdiameter ¾ inchi. Uji dioperasikan hingga
sondir mencapai nilai perlawanan konus qc >
150 kg/cm2 atau kedalaman 25 m.
Uji sondir bertujuan untuk mengetahui
perlawanan atau penetrasi konus (qc) dan
hambatan lekat (LF) (Paulus, 1997 dalam Utami
dan Hermawan, 2003). Rasio friksi (FR) tanah
ditentukan berdasarkan rentang nilai penetrasi
konus yang ditetapkan oleh Terzaghi dan Peck
(1948). Selanjutnya klasifikasi tanah dilakukan
dengan cara mengeplot nilai qc dan FR pada
diagram Robertson dkk. (1986) yang
ditunjukkan di Gambar 3.
Uji Laboratorium
Uji dilakukan terhadap sampel bor tangan
dari titik bor HB-1 dan HB-2. Pengujian
dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
serta Laboratorium Ekologi dan Produksi
Tanaman, Universitas Diponegoro, dan
Laboratorium Mekanika Tanah, Universitas
Lambung Mangkurat.
Gambar 2. Lokasi titik sondir dan sumur bor tangan.
4. 53
Gambar 3. Klasifikasi tanah berdasarkan nilai
penetrasi konus dan rasio gesekan (Robertson,
1986).
Pengujian yang dilakukan adalah :
1. Uji fisik tanah meliputi pengukuran water
content, volumetric weight (berat isi sampel
tanah) yang merupakan perbandingan antara
berat total dan volume total, dan specific
gravity (berat jenis sampel tanah) yang
diperoleh dari perbandingan berat isi partikel
padat dengan berat isi air.
2. Uji atterberg limit dilakukan untuk
mengetahui batas cair, batas plastis, dan
indeks plastisitas sampel tanah.
3. Uji hydrometer diperlukan untuk
memperoleh nilai persentase tanah berbutir
halus pada sampel.
4. Uji permeabilitas merupakan uji untuk
mengetahui koefisien permeabilitas sampel
tanah.
5. Unconfined Compression Strength Test
dilakukan untuk dapat menentukan nilai kuat
tekan sampel tanah.
6. Consolidation test dan direct shear test
masing-masing dilakukan untuk mengetahui
koefisien konsolidasi dan kohesi serta sudut
geser tanah.
Estimasi Daya Dukung Tanah
Nilai qc dari hasil sondir digunakan untuk
mengestimasi daya dukung tanah. Penelitian ini
mengaplikasikan rumus perhitungan daya
dukung tanah (qult) Bowles (Chairullah, 2013)
dalam kasus pemakaian pondasi segiempat pada
jenis tanah lempung yang bersifat kohesif,
yaitu:
qult = 5 + 0,34 qc (kg/cm2
)
dan estimasi daya dukung izin tanah (qa)
menggunakan persamaan Meryerhoff
(Sugiyanto, 2003), yaitu :
𝑞
𝑞
3
Akan tetapi, nilai daya dukung tanah yang
diestimasi berdasarkan hasil uji sondir sangat
dipengaruhi oleh penetrasi konus. Lain halnya
dengan estimasi daya dukung tanah yang
diperoleh dari data hasil uji laboratorium
mempertimbangkan berbagai parameter, yaitu :
nilai kohesi, berat isi tanah, kedalaman tanah
yang ditinjau, dan lebar fondasi. Dengan
demikian, diharapkan nilai daya dukung tanah
lebih merepresentasikan kondisi sebenarnya di
lapangan. Estimasi daya dukung tanah
berdasarkan data uji laboratorium dilakukan
dengan menggunakan persamaan dari Panduan
Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005,
yaitu :
Qu = cNc + γDNq + 0,5BNγ
keterangan : Qu = daya dukung tanah (kPa); C
= kohesi (kPa); γ = berat isi tana (kN/m3
); D =
kedalaman tanah yang ditinjau (m); B = lebar
fondasi atau timbunan (m); Nc, Nq, Nγ = faktor
daya dukung.
HASIL
Observasi lapangan menunjukkan bahwa lokasi
penelitian didominasi oleh tanah berwarna
coklat kehitaman, berukuran butir lempung
(<1/256 mm) hingga lanau (1/256 – 1/16 mm).
Tanah memiliki konsistensi lunak – sangat
lunak, persentase butir halus > 70% dan banyak
ditemukan akar tanaman, sehingga dapat
disebut sebagai tanah organik (gambut).
Kelembaban tanah tersebut berkisar antara
lembab hingga basah yang ditandai dengan
adanya tanah yang basah dan air yang bebas
terlihat.
Uji Sondir
Pada titik S-1, S-2, dan S-3, uji dihentikan
ketika mencapai kedalaman 25 m walaupun
nilai qc belum menembus 150 kg/cm2
. Nilai qc
telah mencapai 150 kg/cm2 pada kedalaman 24
m di titik S-4 dan S-5. Hasil uji sondir yang
diplot pada diagram rasio gesekan dan qc
(Gambar 5) sebagian besar berada pada area
lempung berlanau-lanau berlempung dan
lempung. Hanya dua nilai, masing-masing
berasal dari S- 4 dan S-5, yang berada pada
area lanau berpasir dan lanau. Estimasi daya
dukung tanah juga dilakukan dan hasilnya
ditampilkan pada Tabel 2 dan 3).
5. 54
Pengambilan Sampel Bor Tangan
Sampel HB-1 memiliki topsoil dengan
ketebalan 0,2 m, selanjutnya kedalaman 0,2 –
0,8 m merupakan interval lempung berwarna
abu-abu kecoklatan dengan konsistensi lunak,
pada kedalaman 1,0 – 3,4 m teramati lempung
berwarna abu-abu kehitaman konsistensi lunak.
Selanjutnya undisturbed sampel diambil dari
kedalaman 3,5 – 4,0 m (Gambar 4).
Muka airtanah berada pada kedalaman 0,8 m.
Pada titik HB-2 dijumpai topsoil setebal 0,2
cm, selanjutnya di kedalaman 0,2 – 0,6 m
tersusun dari lempung berwarna abu-abu
kecoklatan sangat lunak, dan pada interval 0,8 –
3,4 terdiri dari lempung berwarna abu-abu
kehitaman dan lunak. Undisturbed sample
diambil dari kedalaman 3,5 – 4,0 m. Air mulai
keluar pada kedalaman 0,6 m yang sekaligus
menjadi indikator muka airtanah.
Sifat Fisik Tanah
Sampel HB-1 (Gambar 4) memiliki kadar air
rata-rata sebanyak 76,07 %, sedangkan pada
sampel tanah HB-2 memiliki kadar air rata-rata
sebanyak 91,86 %. Hasil uji atterberg limit dari
sampel tanah HB-1 menunjukkan nilai batas
cair 66,60, batas plastis 33,33, dan nilai indeks
plastisitas 33,27. Sampel tanah HB-2 memiliki
nilai batas cair 69,70, batas plastis 34,64, dan
indeks plastisitas 35,06. Nilai berat isi sampel
tanah memiliki nilai 1,47 – 1,62.
Uji Permeabilitas
Sampel tanah HB-1 memiliki koefisien
permeabilitas 1.077x10-8
m/detik sedangkan
pada sampel HB-2 memiliki koefisien
permeabilitas 1.620x10-8
m/detik.
Gambar 4. Kolom tanah dan deskripsi sumur HB-1.
Gambar 5. Nilai penetrasi konus terhadap rasio gesekan hasil uji sondir di lokasi penelitian.
6. 55
Tabel 1. Hasil Pengujian Berat Jenis Sampel HB-1
Kondisi sampel
Nomor Piknometer
3 5 7
Berat Piknometer kosong (m1) (gr) 27,10 27,23 28,12
Berat Piknometer kosong + sampel tanah (m2) (gr) 36,60 36,73 37,62
Berat Piknometer kosong + sampel tanah + air hingga penuh (m3) (gr) 82,98 83,12 87,62
Berat Piknometer + air (m4) (gr) 7,11 77,23 78,12
Berat jenis 𝐺 2,62 2,63 2,61
Rata-rata berat jenis 2,62
Tabel 2. Hasil estimasi nilai daya dukung tanah
berdasarkan data uji sondir
Kedalaman (m) qult (ton/m2
) qa (ton/m2
)
1 56,80 18,93
3 60,20 20,07
6 66,32 22,11
Tabel 3. Hasil estimasi nilai daya dukung tanah
berdasarkan data uji laboratorium
Kedalaman (m) qult (ton/m2
) qa (ton/m2
)
1 0,65 0,22
3 1,32 0,44
6 2,48 0,83
Uji Unconfined Compression Strength (UCS)
Pada saat uji UCS, sampel undisturbed dari HB-
1 retak pada tegangan 0,257 kg/cm2
atau sama
dengan 25,2 MPa dan memiliki nilai regangan
sebesar 16,7%. Sampel undisturbed HB-2 retak
pada uji UCS dengan tekanan 0,205 kg/cm2
(=20,1 MPa) dan memiliki nilai regangan
sebesar 23,1%. Kedua sampel tersebut memiliki
skala kekuatan lemah (Deere, 1990 dalam
Verhoef, 1994).
Uji Konsolidasi dan Direct Shear
Hasil uji konsolidasi menyebutkan bahwa
sampel HB-2 memiliki nilai koefisien
konsolidasi (Cv) sebesar 0,02 cm2
/detik dengan
indeks kompresi (Cc) sebesar 0,61 – 0,82 dan
dikategorikan sebagai lempung lunak. Uji direct
shear terhadap sampel undisturbed bor tangan
menghasilkan nilai kohesi 0,09 – 0,1 kg/cm2
,
nilai sudut geser dalam sebesar 10,04o
– 11,58o
,
dan nilai kuat geser 12,00 kPa.
Estimasi Daya Dukung Tanah
Estimasi menggunakan data hasil uji sondir
(Tabel 2) dan hasil uji laboratorium (Tabel 3)
membuktikan bahwa tanah di lokasi penelitian
memiliki daya dukung tanah yang sangat
rendah karena memiliki nilai rata-rata qult dan
qa di bawah ambang batas tanah dengan daya
dukung kuat, masing-masing 440 ton/m2
dan
146,67 ton/m2
.
PEMBAHASAN
Kondisi Geoteknik Lokasi Penelitian
Berdasarkan hasil observasi lapangan, tanah di
lokasi penelitian memiliki jenis tanah gambut
berlempung kelanauan dengan konsistensi
lunak – sangat lunak, dan kelembaban lembab –
basah. Nilai kadar air yang diperoleh dari uji
laboratorium menunjukan bahwa tanah di
lokasi penelitian memiliki sifat jenuh air
(Das, 2000). Hal tersebut juga dipengaruhi oleh
adanya pasang surut sungai yang berada pada
lokasi penelitian.
Nilai berat jenis tanah (2,6 – 2,9) dari hasil
uji laboratorium selaras dengan hasil observasi
lapangan yang menentukan bahwa lokasi
penelitian terusun dari tanah berlempung atau
berlanau. Nilai plastisitas pada sampel tanah
yang telah diuji memiliki nilai >17, hal tersebut
menunjukkan bahwa tanah yang terdapat pada
lokasi penelitian merupakan lempung yang
kohesif. Semakin tinggi nilai indeks plastisitas
maka akan semakin bersifat expansive, artinya
sangat mudah terpengaruh kadar air. Dengan
demikian, tanah akan sangat mengembang jika
kadar air tinggi (jenuh air) dan akan sangat
menyusut jika kadar air rendah (kering)
(Wesley, 2010).
Koefisien permeabilitas merepresentasikan
bahwa kondisi air pada daerah penelitian secara
umum tidak dapat mengalir keluar dari rongga
karena gravitasi, sehingga hampir tidak dapat
dirembesi oleh air.
Integrasi dari data lapangan dan hasil analisis
laboratorium menghasilkan peta geoteknik
lokasi penelitian. Peta menunjukkan bahwa
endapan gambut lempung lanauan terdistribusi
di seluruh permukaan lokasi penelitian (Gambar
6). Penampang sayatan geologi yang
direkonstruksi dari data sumur menunjukkan
endapan gambut semakin tebal relatif ke
timurlaut (Gambar 6).
7. 56
Gambar 6. Peta Geoteknik lokasi penelitian dan penampang sayatan A-B.
Rekomendasi Pondasi
Hasil analisis dalam penelitian ini dijadikan
landasan untuk mengeluarkan rekomendasi
pondasi yang dapat dipasang di lokasi
penelitian. Penentuan pondasi sendiri
dilakukan dengan mempertimbangkan lapisan
keras. Pada lokasi penelitian, lapisan keras
ditandai dengan nilai penetrasi konus >150
kg/cm2
hanya dijumpai pada titik S-4 dan S-5 di
kedalaman >5 m.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka
disarankan untuk menggunakan pondasi
dangkal, yaitu pondasi yang dasarnya dekat
dengan permukaan tanah. Jenis pondasi dangkal
yang umum digunakan untuk rumah dan
bangunan sederhana adalah pondasi segiempat,
sedangkan untuk bangunan penahan air dapat
menggunakan pondasi lajur biasa. Di antara
kedua pondasi tersebut, pondasi segiempat
memiliki nilai kekuatan lebih besar jika
dibandingkan pondasi lajur.
Asumsi pembebanan (beban mati, hidup,
dan balok) rumah 1 lantai seluas 36 m2
dibuat
sebesar 15.573 kg (15,57 ton) dengan rincian
sebagai berikut:
Dinding ½ batu 250 kg
Beton polos 2.100 kg
Partisi dinding 50 kg
Air 1.000 kg
Baja 7.750 kg
Beton 2.400 kg
Lantai 250 kg
Manusia 200 kg
Air Hujan 20 kg
Toilet 250 kg
Atap 250 kg
Sloof 90 kg
Balok atap 875 kg
Balok dinding 88 kg
8. 57
Tanah seluas 36 m2
pada kedalaman 3 m di
lokasi penelitian dapat memberikan daya
dukung untuk beban sebesar 15,84 ton (qa =
0,44 ton/m2
). Rekayasa teknik yang dapat
dilakukan adalah menambahkan pondasi
segiempat dengan cerucuk sebagai tambahan
(Gambar 7). Cerucuk sendiri sangat disarankan
untuk jenis tanah lunak karena mampu
memperlambat kecepatan penurunan tanah dan
menghemat biaya jika dibandingkan dengan
penambahan tanah urugan (Departemen
Pekerjaan Umum, 2005). Perbaikan kekuatan
tanah sebaiknya didahului dengan pengerukan
hingga 1 m untuk menghilangkan tanah penutup
di permukaan, lalu cerucuk kayu ditusukkan di
bawahnya.
Gambar 7. Contoh instalasi cerucuk pada tanah.
KESIMPULAN
Tanah di lokasi penelitian pada kawasan Handil
Berkat Makmur termasuk jenis gambut
berlempung kelanauan dengan konsistensi
lunak – sangat lunak, dan kelembaban lembab –
basah. Fragmen-fragmen tumbuhan juga
dijumpai pada tanah sehingga juga
dikategorikan sebagai tanah organik.
Nilai daya dukung tanah yang dimiliki oleh
tanah di lokasi penelitian termasuk rendah
karena berada di bawah batas nilai rata-rata qult
= 440 ton/m2
dan qa = 146 ton/m2
yang
ditetapkan dalam Panduan Departemen
Pekerjaan Umum Tahun 2005. Asumsi beban
rumah yang akan dibangun sama dengan beban
yang mampu ditahan oleh daya dukung tanah di
lokasi penelitian, sehingga sangat dibutuhkan
pondasi yang tepat dan rekayasa teknik untuk
menambah daya dukung. Pondasi yang
direkomendasikan adalah pondasi segiempat
dengan cerucuk sebagai tambahan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis bermaksud menyampaikan terima kasih
kepada PT. Paksigurdha Paramarta, terutama
Bapak Suciarso, Bapak Eko, dan Bapak Fatir,
serta staf atas bantuan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Informasi Geografis, 1994. Peta
Penggunaan Lahan Kabupaten Kapuas.
Badan Informasi Geografis: Jakarta.
Bappeda Kabupaten Kapuas, 2013. Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Kota
Kualakapuas. Bappeda Kabupaten Kapuas:
Palangkaraya.
Chairullah, B., 2013. Analisa Daya Dukung
Pondasi dengan Metoda SPT, CPT, dan
Meyerhof pada Lokasi Rencana Konstruksi
PLTU Nagan Raya Provinsi Aceh. Teras
Jurnal, Vol. 3 No. 1.
Das, B. M., 1995. Mekanika Tanah Jilid II.
Erlangga: Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Pedoman
Analisis Daya Dukung Pondasi Dangkal.
Bada Litbang PU Departemen Pekerjaan
Umum No: Pd T-02-2005-A.
Fahriani, F. dan Apritanti, Y., 2015. Analisis
Daya Dukung Tanah dan Penurunan Pondasi
pada Daerah Pesisir Pantai Utara Kabupaten
Bangka. Jurnal Fropil, Vol. 3 No. 2.
Heryanto, R. dan Sanyoto, P., 1994. Peta
Geologi Amuntai, Kalimantan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi:
Bandung.
Roberston, P. K., Campanella, R. G., Gillespie,
D., dan Greig, J., 1986. Use of Piezometer
Cone data. In-situ Testing in Geotechnical
Engineering, ASCE Specialty Conference,
hal 1263-1280.
Sikumbang, N. dan Heryanto, R., 1994. Peta
Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi: Bandung.
Sugiyanto, 2003. Tinjauan Aspek Geologi
Teknik untuk Menunjang Rencana
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api,
Sumatera Selatan. Buletin Geologi Tata
Lingkungan, Vol. 13 No. 2.
Terzaghi, K. dan Peck, R. B., 1948. Soil
Mechanics in Engineering Practice, 1st
Edition. John Wiley and Sons: New York.
Utami, T. E. dan Hermawan, 2003.
Perbandingan Nilai Daya Dukung Pondasi
Dangkal Berdasarkan Data Sondir dan
Parameter Tanah pada Satuan Lempung
Endapan Rawa (Qs) di daerah Kabupaten
Musi Banyuasin Bagian Timur, Sumatera
Selatan. Jurnal Geologi Tata Lingkungan,
Vol. 13 No.2, hal. 110-116.
Verheof, P. N. W., 1994. Geologi untuk Teknik
Sipil. Erlangga: Jakarta.
9. 58
Virman, 2013. Analisis Data Geolistrik dan
Data Uji Tanah untuk Menentukan Struktur
Bawah Tanah Daerah Skyland Distrik
Abepura Papua. Jurnal Fisika, Vol. 3 No. 1.
Wesley, L. D., 2010. Mekanika Tanah untuk
Tanah Endapan dan Residu. Penerbit Andi :
Yogyakarta.