SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
MEKANIKA TANAH
1.1. PENGERTIAN TANAH
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain
dari bahan-bahan organic yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel
padat tersebut.
Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics):
Adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan
kelakukan massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya.
Ilmu Rekayasa Tanah (Soil Engineering)
Merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip mekanika tanah dan problema
praktisnya.
1. 2. JENIS DAN UKURAN PARTIKEL TANAH
Tanah berasal dari pelapukan kimia/fisik pada pada batuan. Yang hal itu
sangat mempengaruhi perilaku engineeringnya.
Tanah merupakan campuran dari partikel-partikel yang terdiri dari salah
satu/seluruh jenis berikut :
1. Berangkal (boulder) : batuan yang besar (> 250 mm – 300 mm)
2. Kerikil (gravel) : 5 mm – 150 mm
3. Pasir (sand) : 0,0074 mm - 5 mm.
Mulai dari pasir kasar sampai dengan pasir halus.
4. Lanau (silt) : 0,002 mm – 0,0074 mm
5. Lempung (clay) : < 0,002 mm dan kohesif
6. Koloid : partikel mineral yang diam
Tabel 1.1. Penggolongan tanah oleh beberapa lembaga berdasarkan ukuran
butir.
1. 3. SIFAT-SIFAT KHUSUS PADA TANAH
• Tingkat empiris tinggi dan lebih berseni disbanding ilmu lain. Pada jarak yang
berbeda sifat-sifat tanah bisa berbeda.
• Tanah adalah material yang heterogen.
• Tanah adalah material yang non linear.
• Tanah adalah material yang tidak konservatif, yaitu mempunyai memori
apabila pernah dibebani. Hal ini sangat mempengaruhi engineering properties
tanah.
Dengan mengenal dan mempelajari sifat-sifat tersebut, keputusan yang diambil
dalam perancangan akan lebih ekonomis.
Karena sifat-sifat tersebut maka penting dilakukan penyelidikan tanah (soil
investigation) yang terdiri dari : Uji laboratorium dan uji lapangan
Soil investigation dilakukan untuk tiap lokasi proyek yang akan didirikan
struktur bangunan. Soil investigation yang dilakukan biasanya terdiri dari :
Pengujian lapangan :
1. Sondir
2. Bor dan SPT (Standart Penetration Test)
Pada uji pengeboran juga dilakukan pengambilan sampel tanah untuk diuji di
laboratorium antara lain : kadar air, kepadatan tanah dsb
1. 4. TEKSTURE TANAH dan KARAKTERISTIK LAIN PADA TANAH
• Teksture adalah bagian solid / padat pada massa tanah terdiri secara primer
dari partikel mineral & bahan organik dalam ukuran yang bervariasi dan
jumlahnya bervariasi.
• Teksture tanah tergantung pada ukuran relatif dan bentuk partikel. Gravel
atau sand lebih kasar daripada silt dan clay.
• Pada tanah berbutir kasar, teksture mempunyai hubungan erat dengan
perilaku engineering. (Merupakan dasar dari klasifikasi tanah)
• Untuk tanah berbutir halus , pengaruh yang penting adalah kehadiran air.
Tabel 1.1. Teksture dan Karekteristik Lain pada Tanah
Nama Tanah Gravel, Sand Silt Clay
Grain size
Berbutir kasar
Butiran tampak
mata
Berbutir halus
Butiran tunggal
tidak tampak mata
Berbutir halus
Butiran tunggal
tidak tampak
mata
Karakteristik
Non kohesif
Non plastis
Berbutir
Non kohesif
Non plastis
Berbutir
Kohesif
Plastis
Pengaruh air
pada perilaku
engineering
Relatif tidak penting
(kecuali : material
berbutir, lepas
dengan
pembebanan
dinamis)
Penting Sangat Penting
Pengaruh
distribusi
ukuran butir
pada perilaku
engineering
Penting Relatif tidak
penting
Relatif tidak
penting
2. KOMPOSISI TANAH DAN HUBUNGAN ANTAR FASE
• Tiap massa tanah terdiri dari kumpulan partikel padat dengan rongga di
antaranya.
• Rongga dapat diisi air udara, sebagian air dan udara.
• Partikel tanah padat adalah butiran tanah padat dengan mineral yang
berbeda-beda.
Volume solid /butiran (Vs)
Total volume tanah /Vt
Volume water/ air (Vw)
Volume void / pori (Vv)
Volume air/ udara (Va)
Penyajian ketiga komponen tanah tersebut dapat digambarkan dalam diagram fase ,
Sebagai berikut :
• Perbandingan Volumetric
1. void ratio e,
Vs
Vv
e =
, 0 < e < ~
sands : 0,4 s/d 1,0
clays : 0,3 s/d 1,5
2. porositas n ,
%100x
Vt
Vv
n = , 0 < n < 100%
e
e
n
+
=
1 dan n
n
e
−
=
1
3. Derajat kejenuhan S,
%100x
Vt
Vw
S =
Tanah kering, S = 0%
Jika pori berisi jenuh air, S = 100%
• Perbandingan Massa
Kadar air w,
%100x
Ms
Mw
w =
Perhitungan kadar air dihitung di laboratorium (ASTM D : 2216(1980 ))
• Perbandingan yang menghubungkan sisi Volumetric dan sisi Massa
Densitas/ kepadatan ρ
Vt
MwMs
Vt
Mt +
==ρ
Vw
Mw
w
Vs
Ms
s =ρ,=ρ
Besar ρ akan tergantung bagaimana air tejadi dalam rongga, dan berbeda pada tiap-
tiap jenis tanah. Ada 3 harga ρ yang berguna dalam mekanika tanah.
Dry density/ kepadatan kering :
,=ρ
Vt
Ms
d
Saturated density/ kepadatan jenuh : Vt
MwMs +
=ρ
( Va = 0, S= 100%)
Submerged density/ kepadatan tercelup : ρ’= ρsat – ρw
2.1. Pengujian Kadar Air (laboratorium) (ASTM D : 2216(1980 )
Kegunaan :
Untuk menentukan kadar air tanah yaitu perbandingan berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah. Dinyatakan dalam prosen
Prosedur Pelaksanaan :
Tanah yang akan diperiksa ditempatkan dalam cawan yang bersih dan telah
diketahui beratnya
 Cawan dan isinya ditimbang dan beratnya dicatat
 Cawan dan tanah basah dimasukkan di oven pengering sampai beratnya
konstan.
 Keluarkan dari oven, kemudian dinginkan dalam desikator.
 Setelah dingin ditimbang beratnya dan dicatatat
Perhitungan :
 Berat cawan + tanah basah = W1 gram
 Berat cawan + tanah kering = W2 gram
 Berat cawan kosong = W3 gram
 Berat air = (W1-W2) gram
 Berat tanah kering = (W2-W3) gram
 Kadar air = (W1-W2) / (W2-W3) x 100%
3. KLASIFIKASI TANAH
Dua golongan tanah, yaitu :
 tanah berbutir kasar, yaitu : gravel dan sand
 tanah berbutir halus, yaitu : silt dan clay
Telah dijelaskan bahwa pada tanah berbutir kasar hal yang paling
berpengaruh terhadap perilaku engineeringnya adalah tekstur dan distribusi ukuran
butir. Sedang pada tanah berbutir halus yang mempengaruhi perilaku
engineeringnya adalah kehadiran air.
Sehingga untuk menentukan sifat-sifat tanah berbutir kasar yaitu dengan cara
melihat kurva distribusi ukuran butir yang dihasilkan dari pengujian ANALISA
SARINGAN (SIEVE ANALYSIS) di laboratorium .
Untuk menentukan sifat-sifat tanah berbutir halus dengan melihat hasil dari
pengujian BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMITS) di laboratorium.
4. UKURAN BUTIR DAN DISTRIBUSI UKURAN BUTIR
• Ukuran partikel pada tanah berbutir mempengaruhi perilaku tanah
• Tanah berada pada range berangkal (boulder)sampai butiran yang sangat halus
(koloid)
• Bagaimana distribusi ukuran butir dihasilkan ?
Dengan analisa saringan (sieve analysis) atau uji gradasi
ASTM (1980) : C 136 dan D 422
AASHTO (1978) T27 dan T 88
Table 1. Standar ukuran saringan dan hubungannya dengan lubang
Saringan
US Standart Sieve
No
Sieve opening (mm)
4
10
20
40
60
100
140
200
4,75
2,00
0,85
0,425
0,25
0,15
0,106
0,075
Untuk tanah berbutir halus(labih halus dari saringan no 200 US Standart
Sieve)
Menggunakan analisa hidrometer :
Analisa Hidrometer didasarkan pada Hukum Stokes : butiran yang mengendap
dalam cairan mempunyai kecepatan mengendap yang tergantung pada diameter
butir dan kerapatan butir dalam cairan. ASTM (1980) D422, AASHTO (1978)
T88.
Gambar 1.Alat Uji Analisa Saringan
4. 1. KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIR
Hasil dari analisa mekanik (sieve analysis dan hidrometer), umumnya
digambar di atas kertas semi logaritmik , dikenal sebagai kurva distribusi ukuran
butir.
Dari kurva tersebut dapat dibedakan :
 well graded : tanah bergradasi tidak seragam
 uniform graded : tanah bergradasi seragam poorly graded
 gap graded/ skip graded : tanah bergradasi berjenjang
Kurva distribusi ukuran butir dapat dilihat pada Gambar 2.
Untuk menentukan tipe gradasi tersebut ada parameter lain, yaitu :
• Koefisien keseragaman :
10
60
D
D
Cu =
D60 = diameter butir (dalam mm) yang berhubungan dengan 60% lolos
D10 = diameter butir (dalam mm) yang berhubungan dengan 10% lolos
- Harga Cu makin kecil : tanah makin seragam - Cu = 1
: tanah hanya mempunyai 1 ukuran
- Tanah yang bergradasi sangat jelek misalnya : pasir pantai, Cu = 2 atau 3
- Tanah dengan gradasi sangat baik Cu>15 atau lebih
- Harga Cu sampai dengan 1000
• Koefisien kelengkungan :
)60)(10(
)30( 2
DD
D
Cc =
 D30 = diameter butir (dalam mm) dimana 30%
lolos saringan
 Cc di antara 1 dan 3 : gradasi baik Sepanjang
Cu > 4 untuk kerikil dan Cu > 6 untuk pasir
Cu > 6 untuk pasir
Gambar 2. Kurva distribusi ukuran Butir
5. BATAS-BATAS ATTERBERG
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah
tersebut dapat diremas-remas tanpa menimbulkan retakan . Sifat kohesif ini
disebabkan oleh karena adanya air yang terserap di sekeliling permukaan dari
partikel lempung. Pada awal tahun 1900 an seorang ilmuwan dari Swedia bernama
Atterberg menjelaskan pengaruh dari variasi kadar air terhadap konsistensi tanah
berbutir halus. Bila kandungan air sangat tinggi , maka campuran tanah dan air akan
menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh sebab itu atas dasar kandungan air pada
tanah, dapat dipisahkan ke dalam empat keadaan dasar , Yaitu : padat, semi padat,
plastis dan cair seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini .
Padat/solid semi padat/semi solid plastis cair
Kadar air
bertambah
Batas Susut (SL) Batas Plastis (PL) Batas Cair (LL)
Gambar 3. Pengertian batas-batas Atterberg
Kadar air dinyatakan dalam prosen , dimana terjadi transisi dari keadaan
padat ke semi padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limits). Kadar air
dimana transisi dari keadaan semi padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas
plastis (plastic limits), dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair
(liquid limits).
Batas-batas ini dinamakan dengan BATAS-BATAS ATTERBERG
Karena batas-batas Atterberg adalah kadar air dimana perilaku tanah
berubah, keadaan ini dapat dihubungankan dengan kurva tegangan-regangan yang
dihasilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan tegangan –regangan pada masing-masing fase tanah
5.1. PENGUJIAN BATAS CAIR, BATAS PLASTIS, BATAS SUSUT
Pengujian tersebut dilakukan di laboratorium berdasarkan ASTM sbb :
Batas cair (LL) ASTM D-423 c
Batas plastis(PL) ASTM D-424
Batas susut ASTM D-427
• BATAS CAIR (LL)
Skema dari alat (tampak samping) yang digunakan untuk menentukan batas
cair diberikan dalam Gambar 5 Alat tersebut terdiri dari mangkok kuningan yang
bertumpu pada dasar karet yang keras . Mangkok kuningan dapat diangkat dan
dijatuhkan di atas dasar karet keras tersebut dengan sebuah pengungkit
eksentris (cam) dijalankan oleh suatu alat pemutar. Untuk melakukan uji batas
cair, pasta tanah diletakkan dalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di
tengahnya dengan menggunakan alat penggores standar (gambar 5b). Dengan
menjalankan alat pemutar , mangkok kemudian dinaikturunkan dari ketinggian
0,3937 in (10 mm). Kadar air dinyatakan dalam persen, dari tanah yang
dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 in (12,7 mm) sepanjang
dasar contoh tanah di dalam mangkok (lihat gambar 2.3c dan 2.3d) sesudah 25
pukulan didefinisikan sebagai batas cair (liquid limit).
Untuk mengatur kadar air dari tanah yang bersangkutan agar dipenuhi
persyaratan di atas ternyata sangat sulit. Oleh karena itu kalau dilakukan uji
batas cair paling sedikit empat kali pada tanah yang sama tetapi pada kadar air
yang berbeda-beda sehingga jumlah pukulan N, yang dibutuhkan bervariasi
antara 15 dan 35. Kadar air dari tanah, dalam persen, dan jumlah pukulan
masing-masing uji digambarkan di atas kertas grafik semi log (Gambar 6).
Hubungan antara kadar air dan log N dapat dianggap sebagai garis lurus. Garis
lurus tersebut dinamakan sebagai kurva aliran (flow curve). Kadar air yang
bersesuaian dengan N = 25, yang ditentukan dari kurva aliran, adalah batas cair
dari tanah yang bersangkutan.
Kemiringan dari garis aliran (flow line) didefinisikan sebagai indeks aliran
(flow index) dan dapat ditulis sebagai :
1
2
log
21
N
N
ww
If
−
=
dimana :
If = indeks aliran
w1 = kadar air, dalam persen dari tanh yang bersesuaian dengan jumlah pukulan
N1
w2 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang besesuaian dengan jumlah
pukulan N2
Jadi, persamaan garis aliran dapat dituliskan dalam bentuk yang umum, sebagai
berikut
CNIfw +−= log
Atas dasar hasil analisis dari beberapa uji batas cair, US waterways Experiment
Station, Vicksburg, Mississippi (1949) mengajukan suatu persamaan empiris untuk
menentukan batas cair yaitu :
β






=
tan
25
N
LL
dimana :
N = jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk menutup goresan selebar 0,5 in pada
dasar contoh tanah yang diletakkan dalam mangkok kuningan dari alat uji
batas cair.
WN = kadar air dimana untuk menutup dasar goresan dari contoh tanah dibutuhkan
pukulan sebanyak N
Tanβ = 0,121 (harap dicatat bahwa tidak semua tanah mempunyai harga
Tanβ=0,121)
Gambar 5. Uji batas cair : a)alat untuk uji batas cair, b) alat untuk menggores,
d)contoh tanah sebelum diuji, d)contoh tanah setelah diuji
Gambar 6. Kurva aliran
Gambar 7. Awal uji batas cair dengan contoh tanah di dalam mangkok
kuningan
• BATAS PLASTIS (PL)
Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen,
dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm) menjadi
retak-retak. Batas plastis adalah batas terendah dari tingkat keplastisan suatu
tanah. Cara pengujiannya sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung
tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar ( gambar 8a
dan 8b)
Indeks Plastisitas (plasticity index (PI)) adalah perbedaan antara batas cair
dan batas plastis suatu tanah, atau :
PLLLPI −=
Gambar 8. Uji batas plastis. a) Contoh yang sedang digulung,
b)gulungan tanah yang retak-retak
• BATAS SUSUT (SL)
Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara perlahan-
lahan hilang dari dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus, air akan
mencapai tingkat keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan
menyebabkan perubahan volume (gambar 9). Kadar air, dinyatakan dalam persen di
mana perubahan volume suatu massa tanah berhenti dinamakan batas susut.
Uji batas susut di laboratorium dilakukan di laboratorium menggunakan mangkok
poselin dengan diameter kira – kira 1,75 in (44,4 mm) dan tinggi kira-kira 0,5 in ( 12,7
mm). Bagian dalam dari mangkok diolesi vaselin kemudian diisi tanah basah sampai
penuh. Permukaan tanah di dalam mangkok kemudian diratakan dengan
menggunakan penggaris yang bersisi lurussehingga permukaan tanah tersebut
menjadi sama tinggi dengan sisi mangkok. Berat tanah basah di dalam mangkok
ditentukan. Tanah dalam mangkok kemudian dikeringkan di dalam oven. Volume dari
contoh tanah yang telah dikeringkan ditentukan dengan menggunakan air raksa.
Gambar 9. Definisi batas susut
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 9. batas susut ditentukan dengan cara berikut :
(%)(%) wwiSL ∆−=
dimana :
wi = kadar air tanah mula-mula pada saat ditempatkan di dalam mangkok uji batas
susut
Δw = perubahan kadar air (yaitu antara kadar air mula-mula dan kadar air pada
batas susut
Tetapi :
100
2
21
(%) x
m
mm
wi
−
=
dimana :
m1 = massa tanah basah dalam mangkok pada saat permulaan pengujian (gram)
m2 = massa tanah kering (gram), lihat gambar…..
Selain itu :
100
2
)(
(%) x
m
wVfVi
w
ρ−
=∆
dimana :
Vi = volume contoh tanah basah pada sat permulaan pengujian (yaitu volume
mangkok, cm3.
Vf = volume tanah kering sesudah dikeringkan di dalam oven
Ρw = kerapatan air (gr/cm3)
Dengan menggabungkan persamaan-persamaan di atas, maka didapat :
)100(
)(
)100(
22
21





 −
−




 −
=
m
wVfVi
m
mm
SL
ρ
Sumber :
a. http://infobenazer.blogspot.com/2011/01/modul-mekanika-tanah-
1.html, Komunitas sipil (mekanika tanah)
b. Braja M.Das, Noor Endah, Indrasurya B Mochtar, Mekanika Tanah
(Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis), jilid 1, Erlangga
c. Craig . R.F, Budi Susilo, Mekanika Tanah, Erlangga1989
d. Holtz & WD Kovacs, An Introduction to Geotechnical Engineering.
e. Joseph E.Bowlesh, Physical and Geotechnical Properties of Soils,
McGraw Hill,1984.

More Related Content

What's hot

Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalMira Pemayun
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergIwan Sutriono
 
Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanJaka Jaka
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)candrosipil
 
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptT1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptIwan Sutriono
 
Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah IZul Anwar
 
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahMekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahReski Aprilia
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDmuhamad ulul azmi
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencanavieta_ressang
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirEdi Supriyanto
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 

What's hot (20)

Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutan
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
 
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptT1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
 
Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah I
 
Bab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsungBab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsung
 
Mektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanahMektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanah
 
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahMekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
 
Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur TanahPengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Pengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap betonPengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap beton
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji Sondir
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Mekanika Tanah II (Teori Tekanan Tanah Lateral)
Mekanika Tanah II (Teori Tekanan Tanah Lateral)Mekanika Tanah II (Teori Tekanan Tanah Lateral)
Mekanika Tanah II (Teori Tekanan Tanah Lateral)
 
Bab 1 sondir
Bab 1 sondirBab 1 sondir
Bab 1 sondir
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 

Viewers also liked

Tugas iv mekanika tanah
Tugas iv mekanika tanahTugas iv mekanika tanah
Tugas iv mekanika tanahapaAPAaja82
 
Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahBuku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahHendra Supriyanto
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1fahmi09
 
mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *
mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *
mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *speaklouder77
 
Laporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika TanahLaporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika TanahReza Bae
 
Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *
Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *
Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *speaklouder77
 
Tugas mektan 1
Tugas mektan 1Tugas mektan 1
Tugas mektan 1Zul Anwar
 
T2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptT2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptIwan Sutriono
 
soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60
soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60
soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60Radi Yosra
 
batas batas-atterberg
batas batas-atterbergbatas batas-atterberg
batas batas-atterbergleekprie
 
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETONPENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETONOmer Kanan
 
Prak.mekanika tanah i v1 (1)
Prak.mekanika tanah i v1 (1)Prak.mekanika tanah i v1 (1)
Prak.mekanika tanah i v1 (1)Subandy Civil
 
3.mekanika tanah dan teknik pondasi
3.mekanika tanah dan teknik pondasi3.mekanika tanah dan teknik pondasi
3.mekanika tanah dan teknik pondasiYuniarni Cfs
 
Mekanika Tanah - Sieve Analysis
Mekanika Tanah - Sieve AnalysisMekanika Tanah - Sieve Analysis
Mekanika Tanah - Sieve AnalysisReski Aprilia
 

Viewers also liked (20)

Tugas iv mekanika tanah
Tugas iv mekanika tanahTugas iv mekanika tanah
Tugas iv mekanika tanah
 
Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahBuku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
 
Mektan 2015
Mektan  2015 Mektan  2015
Mektan 2015
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1
 
mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *
mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *
mekanika tanah jilid 2 * Braja M Das *
 
Laporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika TanahLaporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika Tanah
 
Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *
Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *
Mekanika tanah jilid 1 * braja m das *
 
Mekanika tanah 1 ppt
Mekanika tanah 1 pptMekanika tanah 1 ppt
Mekanika tanah 1 ppt
 
Tugas MEKTAN 4
Tugas MEKTAN 4Tugas MEKTAN 4
Tugas MEKTAN 4
 
Tugas mektan 1
Tugas mektan 1Tugas mektan 1
Tugas mektan 1
 
T2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptT2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T2 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
 
soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60
soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60
soal dan pembahasan buku braja m.das hal 59-60
 
batas batas-atterberg
batas batas-atterbergbatas batas-atterberg
batas batas-atterberg
 
Met
MetMet
Met
 
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETONPENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
 
Prak.mekanika tanah i v1 (1)
Prak.mekanika tanah i v1 (1)Prak.mekanika tanah i v1 (1)
Prak.mekanika tanah i v1 (1)
 
Geoteknik
GeoteknikGeoteknik
Geoteknik
 
Geotek ke4
Geotek ke4Geotek ke4
Geotek ke4
 
3.mekanika tanah dan teknik pondasi
3.mekanika tanah dan teknik pondasi3.mekanika tanah dan teknik pondasi
3.mekanika tanah dan teknik pondasi
 
Mekanika Tanah - Sieve Analysis
Mekanika Tanah - Sieve AnalysisMekanika Tanah - Sieve Analysis
Mekanika Tanah - Sieve Analysis
 

Similar to Mekanika tanah

Mekanika tanah
Mekanika tanahMekanika tanah
Mekanika tanahfrans2014
 
Kuliah 1 Tanah dan Batuan.pptx
Kuliah 1 Tanah dan Batuan.pptxKuliah 1 Tanah dan Batuan.pptx
Kuliah 1 Tanah dan Batuan.pptxIlham Ipong
 
Kuliah 3 Konsistensi Tanah.pptx
Kuliah 3 Konsistensi Tanah.pptxKuliah 3 Konsistensi Tanah.pptx
Kuliah 3 Konsistensi Tanah.pptxIlham Ipong
 
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptxandreapriharyandi
 
1. sifat tanah
1. sifat tanah1. sifat tanah
1. sifat tanahEri Niño
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATmahviro vivi
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikInri Pata'dungan
 
2. Tanah.pdf
2. Tanah.pdf2. Tanah.pdf
2. Tanah.pdfLdGafrin
 
TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2
TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2
TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2ululnafiah89
 
8 sifat fisika tanah 23 juli 07
8 sifat fisika tanah 23 juli 078 sifat fisika tanah 23 juli 07
8 sifat fisika tanah 23 juli 07aries-son
 
BATAS-BATAS ATTERBERG.docx
BATAS-BATAS ATTERBERG.docxBATAS-BATAS ATTERBERG.docx
BATAS-BATAS ATTERBERG.docxMuh. Aksal
 
Sop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganSop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganCV_DINAR_GEOLOG
 
Sop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganSop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganCV_DINAR_GEOLOG
 
PengujianSondirRevisi.pdf
PengujianSondirRevisi.pdfPengujianSondirRevisi.pdf
PengujianSondirRevisi.pdfAndrieJamin1
 
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Ganisa Elsina Salamena
 

Similar to Mekanika tanah (20)

Fisika Tanah -- Pertanian
Fisika Tanah -- PertanianFisika Tanah -- Pertanian
Fisika Tanah -- Pertanian
 
Mekanika tanah
Mekanika tanahMekanika tanah
Mekanika tanah
 
Kuliah 1 Tanah dan Batuan.pptx
Kuliah 1 Tanah dan Batuan.pptxKuliah 1 Tanah dan Batuan.pptx
Kuliah 1 Tanah dan Batuan.pptx
 
Kuliah 3 Konsistensi Tanah.pptx
Kuliah 3 Konsistensi Tanah.pptxKuliah 3 Konsistensi Tanah.pptx
Kuliah 3 Konsistensi Tanah.pptx
 
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
 
1. sifat tanah
1. sifat tanah1. sifat tanah
1. sifat tanah
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisik
 
2. Tanah.pdf
2. Tanah.pdf2. Tanah.pdf
2. Tanah.pdf
 
makalah mekanika tanah
makalah mekanika tanahmakalah mekanika tanah
makalah mekanika tanah
 
Pemadatan tanah
Pemadatan tanahPemadatan tanah
Pemadatan tanah
 
TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2
TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2
TEKSTUR_TANAH MATERI IPA KELAS 9 SEMESTER 2
 
8 sifat fisika tanah 23 juli 07
8 sifat fisika tanah 23 juli 078 sifat fisika tanah 23 juli 07
8 sifat fisika tanah 23 juli 07
 
BATAS-BATAS ATTERBERG.docx
BATAS-BATAS ATTERBERG.docxBATAS-BATAS ATTERBERG.docx
BATAS-BATAS ATTERBERG.docx
 
Sop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganSop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapangan
 
Sop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganSop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapangan
 
Ilmu tanah 1_09
Ilmu tanah 1_09Ilmu tanah 1_09
Ilmu tanah 1_09
 
Grounding bahan kuliah
Grounding bahan kuliahGrounding bahan kuliah
Grounding bahan kuliah
 
PengujianSondirRevisi.pdf
PengujianSondirRevisi.pdfPengujianSondirRevisi.pdf
PengujianSondirRevisi.pdf
 
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
 

Recently uploaded

Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxchleotiltykeluanan
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 

Recently uploaded (9)

Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 

Mekanika tanah

  • 1. MEKANIKA TANAH 1.1. PENGERTIAN TANAH Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organic yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics): Adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakukan massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya. Ilmu Rekayasa Tanah (Soil Engineering) Merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip mekanika tanah dan problema praktisnya. 1. 2. JENIS DAN UKURAN PARTIKEL TANAH Tanah berasal dari pelapukan kimia/fisik pada pada batuan. Yang hal itu sangat mempengaruhi perilaku engineeringnya. Tanah merupakan campuran dari partikel-partikel yang terdiri dari salah satu/seluruh jenis berikut : 1. Berangkal (boulder) : batuan yang besar (> 250 mm – 300 mm) 2. Kerikil (gravel) : 5 mm – 150 mm 3. Pasir (sand) : 0,0074 mm - 5 mm. Mulai dari pasir kasar sampai dengan pasir halus. 4. Lanau (silt) : 0,002 mm – 0,0074 mm 5. Lempung (clay) : < 0,002 mm dan kohesif 6. Koloid : partikel mineral yang diam
  • 2. Tabel 1.1. Penggolongan tanah oleh beberapa lembaga berdasarkan ukuran butir. 1. 3. SIFAT-SIFAT KHUSUS PADA TANAH • Tingkat empiris tinggi dan lebih berseni disbanding ilmu lain. Pada jarak yang berbeda sifat-sifat tanah bisa berbeda. • Tanah adalah material yang heterogen. • Tanah adalah material yang non linear. • Tanah adalah material yang tidak konservatif, yaitu mempunyai memori apabila pernah dibebani. Hal ini sangat mempengaruhi engineering properties tanah. Dengan mengenal dan mempelajari sifat-sifat tersebut, keputusan yang diambil dalam perancangan akan lebih ekonomis. Karena sifat-sifat tersebut maka penting dilakukan penyelidikan tanah (soil investigation) yang terdiri dari : Uji laboratorium dan uji lapangan Soil investigation dilakukan untuk tiap lokasi proyek yang akan didirikan struktur bangunan. Soil investigation yang dilakukan biasanya terdiri dari : Pengujian lapangan : 1. Sondir 2. Bor dan SPT (Standart Penetration Test)
  • 3. Pada uji pengeboran juga dilakukan pengambilan sampel tanah untuk diuji di laboratorium antara lain : kadar air, kepadatan tanah dsb 1. 4. TEKSTURE TANAH dan KARAKTERISTIK LAIN PADA TANAH • Teksture adalah bagian solid / padat pada massa tanah terdiri secara primer dari partikel mineral & bahan organik dalam ukuran yang bervariasi dan jumlahnya bervariasi. • Teksture tanah tergantung pada ukuran relatif dan bentuk partikel. Gravel atau sand lebih kasar daripada silt dan clay. • Pada tanah berbutir kasar, teksture mempunyai hubungan erat dengan perilaku engineering. (Merupakan dasar dari klasifikasi tanah) • Untuk tanah berbutir halus , pengaruh yang penting adalah kehadiran air. Tabel 1.1. Teksture dan Karekteristik Lain pada Tanah Nama Tanah Gravel, Sand Silt Clay Grain size Berbutir kasar Butiran tampak mata Berbutir halus Butiran tunggal tidak tampak mata Berbutir halus Butiran tunggal tidak tampak mata Karakteristik Non kohesif Non plastis Berbutir Non kohesif Non plastis Berbutir Kohesif Plastis Pengaruh air pada perilaku engineering Relatif tidak penting (kecuali : material berbutir, lepas dengan pembebanan dinamis) Penting Sangat Penting Pengaruh distribusi ukuran butir pada perilaku engineering Penting Relatif tidak penting Relatif tidak penting
  • 4. 2. KOMPOSISI TANAH DAN HUBUNGAN ANTAR FASE • Tiap massa tanah terdiri dari kumpulan partikel padat dengan rongga di antaranya. • Rongga dapat diisi air udara, sebagian air dan udara. • Partikel tanah padat adalah butiran tanah padat dengan mineral yang berbeda-beda. Volume solid /butiran (Vs) Total volume tanah /Vt Volume water/ air (Vw) Volume void / pori (Vv) Volume air/ udara (Va) Penyajian ketiga komponen tanah tersebut dapat digambarkan dalam diagram fase , Sebagai berikut :
  • 5. • Perbandingan Volumetric 1. void ratio e, Vs Vv e = , 0 < e < ~ sands : 0,4 s/d 1,0 clays : 0,3 s/d 1,5 2. porositas n , %100x Vt Vv n = , 0 < n < 100% e e n + = 1 dan n n e − = 1 3. Derajat kejenuhan S, %100x Vt Vw S = Tanah kering, S = 0% Jika pori berisi jenuh air, S = 100% • Perbandingan Massa
  • 6. Kadar air w, %100x Ms Mw w = Perhitungan kadar air dihitung di laboratorium (ASTM D : 2216(1980 )) • Perbandingan yang menghubungkan sisi Volumetric dan sisi Massa Densitas/ kepadatan ρ Vt MwMs Vt Mt + ==ρ Vw Mw w Vs Ms s =ρ,=ρ Besar ρ akan tergantung bagaimana air tejadi dalam rongga, dan berbeda pada tiap- tiap jenis tanah. Ada 3 harga ρ yang berguna dalam mekanika tanah. Dry density/ kepadatan kering : ,=ρ Vt Ms d Saturated density/ kepadatan jenuh : Vt MwMs + =ρ ( Va = 0, S= 100%) Submerged density/ kepadatan tercelup : ρ’= ρsat – ρw 2.1. Pengujian Kadar Air (laboratorium) (ASTM D : 2216(1980 ) Kegunaan : Untuk menentukan kadar air tanah yaitu perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah. Dinyatakan dalam prosen Prosedur Pelaksanaan : Tanah yang akan diperiksa ditempatkan dalam cawan yang bersih dan telah diketahui beratnya  Cawan dan isinya ditimbang dan beratnya dicatat
  • 7.  Cawan dan tanah basah dimasukkan di oven pengering sampai beratnya konstan.  Keluarkan dari oven, kemudian dinginkan dalam desikator.  Setelah dingin ditimbang beratnya dan dicatatat Perhitungan :  Berat cawan + tanah basah = W1 gram  Berat cawan + tanah kering = W2 gram  Berat cawan kosong = W3 gram  Berat air = (W1-W2) gram  Berat tanah kering = (W2-W3) gram  Kadar air = (W1-W2) / (W2-W3) x 100% 3. KLASIFIKASI TANAH Dua golongan tanah, yaitu :  tanah berbutir kasar, yaitu : gravel dan sand  tanah berbutir halus, yaitu : silt dan clay Telah dijelaskan bahwa pada tanah berbutir kasar hal yang paling berpengaruh terhadap perilaku engineeringnya adalah tekstur dan distribusi ukuran butir. Sedang pada tanah berbutir halus yang mempengaruhi perilaku engineeringnya adalah kehadiran air. Sehingga untuk menentukan sifat-sifat tanah berbutir kasar yaitu dengan cara melihat kurva distribusi ukuran butir yang dihasilkan dari pengujian ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS) di laboratorium . Untuk menentukan sifat-sifat tanah berbutir halus dengan melihat hasil dari pengujian BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMITS) di laboratorium. 4. UKURAN BUTIR DAN DISTRIBUSI UKURAN BUTIR • Ukuran partikel pada tanah berbutir mempengaruhi perilaku tanah • Tanah berada pada range berangkal (boulder)sampai butiran yang sangat halus (koloid) • Bagaimana distribusi ukuran butir dihasilkan ? Dengan analisa saringan (sieve analysis) atau uji gradasi ASTM (1980) : C 136 dan D 422
  • 8. AASHTO (1978) T27 dan T 88 Table 1. Standar ukuran saringan dan hubungannya dengan lubang Saringan US Standart Sieve No Sieve opening (mm) 4 10 20 40 60 100 140 200 4,75 2,00 0,85 0,425 0,25 0,15 0,106 0,075 Untuk tanah berbutir halus(labih halus dari saringan no 200 US Standart Sieve) Menggunakan analisa hidrometer : Analisa Hidrometer didasarkan pada Hukum Stokes : butiran yang mengendap dalam cairan mempunyai kecepatan mengendap yang tergantung pada diameter butir dan kerapatan butir dalam cairan. ASTM (1980) D422, AASHTO (1978) T88. Gambar 1.Alat Uji Analisa Saringan
  • 9. 4. 1. KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIR Hasil dari analisa mekanik (sieve analysis dan hidrometer), umumnya digambar di atas kertas semi logaritmik , dikenal sebagai kurva distribusi ukuran butir. Dari kurva tersebut dapat dibedakan :  well graded : tanah bergradasi tidak seragam  uniform graded : tanah bergradasi seragam poorly graded  gap graded/ skip graded : tanah bergradasi berjenjang Kurva distribusi ukuran butir dapat dilihat pada Gambar 2. Untuk menentukan tipe gradasi tersebut ada parameter lain, yaitu : • Koefisien keseragaman : 10 60 D D Cu = D60 = diameter butir (dalam mm) yang berhubungan dengan 60% lolos D10 = diameter butir (dalam mm) yang berhubungan dengan 10% lolos - Harga Cu makin kecil : tanah makin seragam - Cu = 1 : tanah hanya mempunyai 1 ukuran - Tanah yang bergradasi sangat jelek misalnya : pasir pantai, Cu = 2 atau 3 - Tanah dengan gradasi sangat baik Cu>15 atau lebih - Harga Cu sampai dengan 1000 • Koefisien kelengkungan : )60)(10( )30( 2 DD D Cc =  D30 = diameter butir (dalam mm) dimana 30% lolos saringan  Cc di antara 1 dan 3 : gradasi baik Sepanjang Cu > 4 untuk kerikil dan Cu > 6 untuk pasir Cu > 6 untuk pasir
  • 10. Gambar 2. Kurva distribusi ukuran Butir
  • 11. 5. BATAS-BATAS ATTERBERG Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat diremas-remas tanpa menimbulkan retakan . Sifat kohesif ini disebabkan oleh karena adanya air yang terserap di sekeliling permukaan dari partikel lempung. Pada awal tahun 1900 an seorang ilmuwan dari Swedia bernama Atterberg menjelaskan pengaruh dari variasi kadar air terhadap konsistensi tanah berbutir halus. Bila kandungan air sangat tinggi , maka campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh sebab itu atas dasar kandungan air pada tanah, dapat dipisahkan ke dalam empat keadaan dasar , Yaitu : padat, semi padat, plastis dan cair seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini . Padat/solid semi padat/semi solid plastis cair Kadar air bertambah Batas Susut (SL) Batas Plastis (PL) Batas Cair (LL) Gambar 3. Pengertian batas-batas Atterberg Kadar air dinyatakan dalam prosen , dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke semi padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limits). Kadar air dimana transisi dari keadaan semi padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis (plastic limits), dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limits). Batas-batas ini dinamakan dengan BATAS-BATAS ATTERBERG Karena batas-batas Atterberg adalah kadar air dimana perilaku tanah berubah, keadaan ini dapat dihubungankan dengan kurva tegangan-regangan yang dihasilkan pada Gambar 4.
  • 12. Gambar 4. Hubungan tegangan –regangan pada masing-masing fase tanah 5.1. PENGUJIAN BATAS CAIR, BATAS PLASTIS, BATAS SUSUT Pengujian tersebut dilakukan di laboratorium berdasarkan ASTM sbb : Batas cair (LL) ASTM D-423 c Batas plastis(PL) ASTM D-424 Batas susut ASTM D-427 • BATAS CAIR (LL) Skema dari alat (tampak samping) yang digunakan untuk menentukan batas cair diberikan dalam Gambar 5 Alat tersebut terdiri dari mangkok kuningan yang bertumpu pada dasar karet yang keras . Mangkok kuningan dapat diangkat dan
  • 13. dijatuhkan di atas dasar karet keras tersebut dengan sebuah pengungkit eksentris (cam) dijalankan oleh suatu alat pemutar. Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah diletakkan dalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan menggunakan alat penggores standar (gambar 5b). Dengan menjalankan alat pemutar , mangkok kemudian dinaikturunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok (lihat gambar 2.3c dan 2.3d) sesudah 25 pukulan didefinisikan sebagai batas cair (liquid limit). Untuk mengatur kadar air dari tanah yang bersangkutan agar dipenuhi persyaratan di atas ternyata sangat sulit. Oleh karena itu kalau dilakukan uji batas cair paling sedikit empat kali pada tanah yang sama tetapi pada kadar air yang berbeda-beda sehingga jumlah pukulan N, yang dibutuhkan bervariasi antara 15 dan 35. Kadar air dari tanah, dalam persen, dan jumlah pukulan masing-masing uji digambarkan di atas kertas grafik semi log (Gambar 6). Hubungan antara kadar air dan log N dapat dianggap sebagai garis lurus. Garis lurus tersebut dinamakan sebagai kurva aliran (flow curve). Kadar air yang bersesuaian dengan N = 25, yang ditentukan dari kurva aliran, adalah batas cair dari tanah yang bersangkutan. Kemiringan dari garis aliran (flow line) didefinisikan sebagai indeks aliran (flow index) dan dapat ditulis sebagai : 1 2 log 21 N N ww If − = dimana : If = indeks aliran w1 = kadar air, dalam persen dari tanh yang bersesuaian dengan jumlah pukulan N1 w2 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang besesuaian dengan jumlah pukulan N2 Jadi, persamaan garis aliran dapat dituliskan dalam bentuk yang umum, sebagai berikut
  • 14. CNIfw +−= log Atas dasar hasil analisis dari beberapa uji batas cair, US waterways Experiment Station, Vicksburg, Mississippi (1949) mengajukan suatu persamaan empiris untuk menentukan batas cair yaitu : β       = tan 25 N LL dimana : N = jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk menutup goresan selebar 0,5 in pada dasar contoh tanah yang diletakkan dalam mangkok kuningan dari alat uji batas cair. WN = kadar air dimana untuk menutup dasar goresan dari contoh tanah dibutuhkan pukulan sebanyak N Tanβ = 0,121 (harap dicatat bahwa tidak semua tanah mempunyai harga Tanβ=0,121)
  • 15.
  • 16. Gambar 5. Uji batas cair : a)alat untuk uji batas cair, b) alat untuk menggores, d)contoh tanah sebelum diuji, d)contoh tanah setelah diuji
  • 17. Gambar 6. Kurva aliran Gambar 7. Awal uji batas cair dengan contoh tanah di dalam mangkok kuningan
  • 18. • BATAS PLASTIS (PL) Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm) menjadi retak-retak. Batas plastis adalah batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Cara pengujiannya sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar ( gambar 8a dan 8b) Indeks Plastisitas (plasticity index (PI)) adalah perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah, atau : PLLLPI −= Gambar 8. Uji batas plastis. a) Contoh yang sedang digulung, b)gulungan tanah yang retak-retak
  • 19. • BATAS SUSUT (SL) Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara perlahan- lahan hilang dari dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus, air akan mencapai tingkat keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan volume (gambar 9). Kadar air, dinyatakan dalam persen di mana perubahan volume suatu massa tanah berhenti dinamakan batas susut. Uji batas susut di laboratorium dilakukan di laboratorium menggunakan mangkok poselin dengan diameter kira – kira 1,75 in (44,4 mm) dan tinggi kira-kira 0,5 in ( 12,7 mm). Bagian dalam dari mangkok diolesi vaselin kemudian diisi tanah basah sampai penuh. Permukaan tanah di dalam mangkok kemudian diratakan dengan menggunakan penggaris yang bersisi lurussehingga permukaan tanah tersebut menjadi sama tinggi dengan sisi mangkok. Berat tanah basah di dalam mangkok ditentukan. Tanah dalam mangkok kemudian dikeringkan di dalam oven. Volume dari contoh tanah yang telah dikeringkan ditentukan dengan menggunakan air raksa. Gambar 9. Definisi batas susut Seperti ditunjukkan dalam Gambar 9. batas susut ditentukan dengan cara berikut : (%)(%) wwiSL ∆−= dimana : wi = kadar air tanah mula-mula pada saat ditempatkan di dalam mangkok uji batas susut
  • 20. Δw = perubahan kadar air (yaitu antara kadar air mula-mula dan kadar air pada batas susut Tetapi : 100 2 21 (%) x m mm wi − = dimana : m1 = massa tanah basah dalam mangkok pada saat permulaan pengujian (gram) m2 = massa tanah kering (gram), lihat gambar….. Selain itu : 100 2 )( (%) x m wVfVi w ρ− =∆ dimana : Vi = volume contoh tanah basah pada sat permulaan pengujian (yaitu volume mangkok, cm3. Vf = volume tanah kering sesudah dikeringkan di dalam oven Ρw = kerapatan air (gr/cm3) Dengan menggabungkan persamaan-persamaan di atas, maka didapat : )100( )( )100( 22 21       − −      − = m wVfVi m mm SL ρ
  • 21. Sumber : a. http://infobenazer.blogspot.com/2011/01/modul-mekanika-tanah- 1.html, Komunitas sipil (mekanika tanah) b. Braja M.Das, Noor Endah, Indrasurya B Mochtar, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis), jilid 1, Erlangga c. Craig . R.F, Budi Susilo, Mekanika Tanah, Erlangga1989 d. Holtz & WD Kovacs, An Introduction to Geotechnical Engineering. e. Joseph E.Bowlesh, Physical and Geotechnical Properties of Soils, McGraw Hill,1984.