1. Teknik eksplorasi merupakan tahap awal kegiatan pertambangan yang meliputi pemetaan geologi, tracing float, pembuatan paritan dan sumur uji, serta pemboran untuk mengumpulkan informasi mengenai keterdapatan, penyebaran, dan karakteristik endapan mineral.
1. Heny, 2014
TEKNIK EKSPLORASI
Disiplin ilmu dan teknologi dari industri pertambangan sangatlah banyak dan salah satunya
adalah ilmu teknik eksplorasi. Ilmu teknik eksplorasi merupakan hal penting dalam
kegiatan pertambangan yang dimana menjadi tahap awal dari seluruh kegiatan industri
pertambangan tersebut. Teknik eksplorasi adalah pemetaan geologi permukaan utama
mendasar pada singkapan batuan di permukaan.
Proses eksplorasi berhubungan erat dengan keadaan dan perilaku suatu endapan bahan
galian, yaitu proses mengetahui bagaimana suatu endapan terbentuk (terakumulasi),
bagaimana penyebaran dan bentuk (geometri) endapan tersebut di alam, berapa banyak
endapan yang dapat diambil, serta tingkat keekonomian endapan tersebut.
Dalam Undang-Undang Pertambangan no. 37 Tahun 1960 dan Undang-Undang Pokok
Pertambangan no. 11 Tahun 1967 pasal 3, bahan galian di Indonesia dibagi menjadi tiga
golongan sebagai berikut:
a. Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) adalah bahan galian yang mempunyai
peranan penting untuk kelangsungan kehidupan negara, misalnya minyak bumi, gas
alam, batubara, timah putih , besi, nikel dll. Bahan galian ini sepenuhnya dikuasai
negara.
b. Bahan galian golongan B (bahan galian vital) adalah bahan galian yang mempunyai
peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian Negara dan dikuasai oleh
Negara dengan menyertakan rakyat, misalnya emas, perak, intan, timah hitam, belerang,
air raksa dll. Bahan galian ini dapat diusahakan oleh Badan Usaha Milik Negara
ataupun bersama-sama dengan rakyat.
c. Bahan galian golongan C (tidak termasuk bahan galian strategis dan vital) adalah bahan
galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat, misalnya
batugamping, marmer, batusabak, pasir dll.
2. Heny, 2014
1. Endapan Mineral (Bahan Galian)
Pada observasi lapangan, beberapa istilah yang harus diketahui adalah:
a. Keterdapatan mineral (mineral occurance) adalah suatu konsentrasi mineral yang dapat
terdeteksi keberadaannya pada suatu tempat dan atau mempunyai ciri/konsentrasi
secara teknis atau ilmiah.
b. Endapan mineral (mineral resources/mineral deposit) adalah suatu keberadaan mineral
dengan ukuranb dan kadar yang cukup secara teknis dan mempunyai nilai ekonomis
yang berpotensial.
c. Endapan bijih (ore deposit) adalah suatu endapan mineral yang mempunyai ukuran dan
kadar yang dapat diuji dan memungkinkan untuk dilakukannya eksploitasi.
Dalam pengumpulan informasi dan pengetahuan tentang karakteristik untuk mendapatkan
suatu endapan bijih, maka disusun suatu model yang mengakomodasi informasi-informasi
dan karakteristik bahan galian (endapan) tersebut yang disebut dengan model endapan
mineral. Suatu model endapan mineral merupakan sebuah informasi yang disusun secara
sistematis yang membuat informasi-informasi tentang sifat-sifat dan karakteristik suatu
endapan mineral.
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk memperoleh sifat-sifat dan karakteristik yang
diuraikan dan digunakan sebagai pentunjuk untuk membuktikan keberadaan endapan
tersebut yaitu:
a. Mendeskripsikan kondisi lingkungan geologi dimana endapan tersebut terbentuk.
b. Mendeskripsikan tipe dan tekstur batuan yang menutupi keberadaan host rock, terutama
pada tipe batuan induk.
c. Mendeskripsikan kondisi batuan asal pada endapan-endapan yang terbentuk dari fluida
hidrotermal (endapan epigenetik).
d. Mendeskripsikan umur geologi dimana endapan tersebut terbentuk.
e. Mendeskripsikan tatanan tektonik yang mengontrol pembentukan endapan.
f. Mendeskripsikan kontrol struktur geologi yang mengontrol penyebaran endapan.
3. Heny, 2014
g. Mendeskripsikan endapan-endapan tambahan yang muncul pada kondisi lingkungan
geologi yang sama dengan endapan utama.
h. Mendeskripsikan karakteristik geokimia dan geofisika endapan dengan memberikan
penekanan kepada aspek-aspek yang diperkirakan dapat diprediksi sebagai anomali-
anomali geokimia dan geofisika yangakan digunakan sebagai landasan dalam perncanaa
program eksplorasi.
2. Metode Eksplorasi
Berdasarkan sifat-sifat endapan, metode eksplorasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
metode eksplorasi langsung dan metode eksplorasi tak langsung.
2.1 Metode Eksplorasi Langsung
Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan pada sepanjang kegiatan eksplorasi dimulai
dari tahap awal hingga selesai. Metode ini dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik
dengan kondisi permukaan ataupun bawah permukaan terhadap endapan yang dicari
sehingga dapat dilakukan deskripsi megaskopis atau mikroskopis, pengukuran dan
sampling terhadap objek yang dianalisis.
Beberapa hal yang dilakukan dalam metode eksplorasi langsung ini adalah:
2.1.1 Pemetaan geologi
Pemetaan geologi merupakan seuatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dalam bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran
mengenai penyebaran dan susunan batuan dan informasi gejala-gejala struktur geologi yang
mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut serta pemetaan
tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-
informasi yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan skala peta. Skala peta tersebut
mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh. Pada tahap eksplorasi
4. Heny, 2014
awal skala peta geologi yang digunakan adalah 1 : 25.000, dan pada tahap prospeksi hingga
tahap penemuan skala peta geologi yang digunakan 1: 10.000 s/d 1 : 2.500.
a. Singkapan
Informasi-informasi geologi permukaan pada umumnya diperoleh melalui pengamatan
singkapan batuan. Singkapan merupakan bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang
tersingkap di permukaan akibat adanya erosi lapisan tanah penutup.
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan terhadap suatu singkapan yaitu:
- Pengukuran strike dan dip lapisan yang tersingkap.
- Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.
- Mendeskripsi singkapan meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur,
mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.
b. Lintasan
Secara umum lintasan pemetaan dibedakan menjadi dua yaitu lintasan terbuka dan lintasan
tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama sedangkan
lintasan tertutup mempunyai titik awal dan titik akhir yang sama (bersifat loop).
Selain lintasan terbuka dan lintasan tertutup, terdapat pula lintasan kompas dan pengukuran
penampang stratigrafi. Lintasan kompas dilakukan untuk membuat penampang di
sepanjang lintasan sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk
mengetahui ketebalan, struktur pelapisan, variasi satuan litologi dan mineralisasi secara
rinci yang dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap
membuat informasi litologi keseluruhan wilayahnya.
5. Heny, 2014
c. Interpretasi dan informasi data
Dalam melakukan interpretasi, beberapa hal dasar geologi yang perlu diperhatikan yaitu:
- Efek fisiografis ; topografi dan morfologi.
- Zona-zona mineralogis ; batas zona endapan/bijih, zona pelapukan dan zona
penyebaran alterasi.
- Aspek stratigrafi dan litologi ; perlapisan batuan, zona-zona intrusi dan proses
sedimentasi.
- Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar
dll.
Manfaat yang diperoleh dari hasil pemetaan geologi antara lain:
- Zona pembawa bijih dapat diketahui.
- Model geologi endapan dapat disusun.
- Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan dapat dihindari.
- Daerah-daerah yang belum dieksplorasi dapat diketahui.
2.1.2 Tracing float, paritan dan sumur uji
Selain pemetaan geologi melalui pengamatan singkapan, pencarian lokasi endapan bijih
juga dapat dilakukan dengan cara tracing float, paritan atau sumur uji.
a. Tracing float
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran
singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya
dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah
dengan arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi,
kemudian kita mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan
float yang sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah
6. Heny, 2014
aliran sungai, tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data
yang diinginkan maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh
batuan yang terletak jauh dibawah overburden.
Proses terbentuknya float
b. Trenching (pembuatan paritan)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang
tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan
ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika
pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus
dengan arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
Pembuatan paritan pada singkapan batubara
7. Heny, 2014
c. Test pit (sumur uji)
Pada test pitting, harus dipilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan dan air
(aliran air) yang akan menyulitkan/ menghambat pada proses pembuatan sumur uji dan
penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji. Pada pembuatan sumur uji,
harus mempertimbangkan faktor keamanan, sehingga diharuskan membuat sumur dengan
penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh.
Pembuatan sumur uji
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur uji adalah sebagai berikut:
- Ketebalan zona laterit/ residual.
- Ketinggian muka air tanah.
- Kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (misalnya CO2 dan atau H2S).
- Kekuatan dinding sumur uji.
- Kekerasan batuan dasar.
2.1.3 Sampling (Pengambilan Sample)
Sampel (contoh) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari
keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi atau
menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana
sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.
8. Heny, 2014
Secara spesifik, sample dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat mewakili
jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan
pemberian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih
(endapan) tersebut. Proses pengambilan conto tersebut disebut sampling.
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
- Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
- Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
- Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
- Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan kondisi batuan
induk.
- Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
2.1.4 Pemboran eksplorasi
Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter kecil pada
suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter untuk memperoleh data
yang representatif.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan
direncanakan dengan baik adalah kondisi geologi dan topografi, tipe pemboran yang akan
digunakan, spasi pemboran, waktu pemboran, dan pelaksana (kontraktor) pemboran.
Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber batuan, inti bor atau
sludge, geofisika bawah permukaan; dan informasi dari hasil pemboran. Pada bagian ini
akan lebih ditekankan pada pengamatan geologi.
9. Heny, 2014
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan
kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika
kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan
ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin,
namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui
gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.