2. Definisi
◦ Epilepsi / sawan merupakan gangguan neurologis yang ditandai dengan seizure yang terjadi
secara berulang – ulang.
◦ Serangan tsb disebabkan oleh kelebihan muatan neuron kortikal dan ditandai dg perubahan
aktivitas listrik spt yg di ukur dg elektro-ensefalogram (EEG)
◦ Kejang menyatakan keparahan kontraksi otot polos yang tidak terkendali.
3. Etiologi
◦ Epilepsi --- gangguan/abnormalitas dari pelepasan neuron.
◦ Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya abnormalitas pelepasan neuron, seperti :
◦ Birth trauma
◦ Cedera kepala
◦ Tumor otak
◦ Penyakit cerebrovaskular
◦ Genetik
◦ Idiopatik
4. Patofisiologi
◦ Suatu serangan dapat dilacak pada membran sel atau sel disekitarnya tidak stabil
◦ Terjadinya konduktansi kalium yang tidak normal pada kanal kalium sensitif voltase atau
defisiensi pd membran adenosin trifosfat (ATPase) yang berkaitan dg transfer ion dapat
menghasilkan ketidakstabilan membran neuronal dan serangan kejang
◦ Aktivitas neuronal normal tergantung pd fungsi normal pemicu rangsang (glutamat, aspartat,
asetilkolin, norefinefrin, histamin,faktor pelepas kortikotropin, purin, peptida, sitokin, dan
hormon steroid) dan penghambat neurotransmiter (dopamin, asamƔaminobutirat (GABA);
pasokan glukosa, oksigen, natrium, kalsium,klorida, kalsium,dan as. Amino yg cukup ;PH normal
;dan fungsi normal reseptor.
◦ Kejang yg lama terpapar glutamat scr terus menerus, sejumlah besar kejang tonik-klonik umum
(GTC) (lebih besar 100) dan episode ganda status eleptikus dapat dikaitkan dg kerusakan
neuronal.
5. Prenatal
Umur Ibu saat hamil tertalu muda (
<20th) atau terlalu tua ( >35th)
Kehamilan dg eklamsia dan
hipertensi
Kehamilan primipara atau multipara
Pemakaian bahan toksik
Natal
Asfiksia
Bayi dg BBLR (<2500gr)
Kelahiran prematur atau postmatur
Partus lama
Persalinan dg alat
PostNatal
Birth trauma
Cedera kepala
Tumor otak
Penyakit cerebrovaskular
Genetik
Idiopatik
Faktor Resiko
6. Manifestasi Klinis
Kejang Parsial (awal serangan kejang terjadi
secara lokal)
Sederhana
• 1. Disertai gejala motor
• 2. Disertai gejala sensori khusus atau somatosensori
• 3. Disertai gejala kejiwaan
Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
• 1. Mula kejang parsial sederhana diikuti dg gangguan kesadaran dg atau tanpa gerakan otomatis
• 2. Gangguan kesadaran pada mula kejang dg atau tanpa gerakan otomatis
Umum Sekunder (mula kejang parsial berubah menjadi kejang tonik –klonik umum)
7. Sambungan Manifestasi Klinis
Kejang umum /generalized seizure(simetis bilateral dan
tanpa mula kejang lokal)
Absence
Myoklonik
Klonik
Tonik
Tonik – klonik
Atonik
8. Kejang umum (generalized seizure) terbagi
atas:
◦ Tonic-clonic convulsion = grand mal
◦ merupakan bentuk paling banyak terjadi
◦ pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
◦ bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah
◦ terjadi beberapa menit, kemudian diikuti
lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur
9. ◦ Abscense attacks = petit mal
◦ jenis yang jarang
◦ umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
◦ penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai
◦ kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
◦ Myoclonic seizure
◦ biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
◦ pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
◦ jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
◦ Atonic seizure
◦ jarang terjadi
◦ pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered
10. Tata Laksana
Fase Akut (saat Kejang)
Tujuan; untuk mempertahankan
oksigenasi yg adekuat
Mengakhiri kejang sesegera mungkin
Mencegah kejang berulang
Mencari faktor penyebab
Pengobatan Epilepsi
Tujuan utama pengobatan untuk
mencegah penderita mengalami
serangan epilepsi/kejang
Terapi medikamentosa : dg obat OAE
Terapi Bedah :memotong bagian yg
fokus infeksi
11. Terapi Epilepsi
Pendekatan umum
◦ Dimulai dr monoterapi Pilihan pengobatan tergantung pd macam epilepsi dan efek samping
tertentu dari obat serta kecenderungan pasien
◦ 50%-70% dapat diobati dg satu macam OAE tetapi tidak semua bebas dr kejang
◦ >60% px tidak patuh terhadap penggunaan obat dlm hal ini merupakan alasan utama kegagalan
pengobatan
◦ Terapi obat tidak diindikasikan utk px yg mengalami 1x kejang, pd px yg mengalami kejang 2x atau
lebih harus mulai diberikan OAE
◦ Faktor yg menunjang keberhasilan dalam pengobatan menggunakan OAE meliputi : masa bebas
kejang 2-4 tahun, pengendalian kejang scr paripurna dlm 1thun sejak mengalami kejang, mula
kejang sejak usia 2 thn tetapi sebelum berusia 35 th memiliki EEG normal
◦ Pengetahuan px ttg epilepsi dan pengobatan nya berkaitan erat dg peningkatan mutu hidup px
tsb.
12. Obat Pilihan untuk gangguan kejang
khusus
Macam Kejang Pilihan Utama Pilihan alternatif
Kejang Parsial Karbamazepin
Fenitoin
Lamotrigin
As. Valproat
Okskarbazepin
Gabapentin
Topiramat
Levetiracetam
Zonisamid
Tiagabin
Pirimidon,fenobarbital,felbamat
Kejang Umum
Absence As. Valproat, etosuksimid Lamotrigin, Levetirasertam
Myoklonik As. Valproat, Klonazepam Lamotrigin,Topiramat,
felbamat,zonisamid,
Levetiracetam
Tonik-Klonik Fenitoin, Karbamazepin, As.
Valproat
Lamotrigin, Topiramat,
fenobarbital, Pirimidon,
Okskarbazepin, Levetirasertam
13. Mekanisme Aksi
◦ Sebagain besar OAE meliputi efek pada kanal ion (natrium dan kalsium), pengahambatan
neurotansmisi (GABA), atau perangsangan neurotansmisi (Glutamat dan aspartat).
◦ OAE yg efektif thd kejang tonik –klonik umum dan parsial mungkin dapat mengurangi
pengulangan scr terus menerus yg memicu potensial aksi dg cara menunda pemulihan kanal
natrium shg tdk tjd aktivasi.
◦ Obat yg menurunkan aliran kalsium tipe T kortikotalamik efektif melawan kejang absence
umum
14. Ketentuan khusus bagi pasien wanita
◦ Enzim penginduksi OAE meliputi topiramat dan okskarbazepin dapat menyebabkan kegagalan
pengobatan pada wanita yg mengkonsumsi kontrasepsi oral :disarankan menggunakan cara/alat
tambahan untuk mencegah kehamilan bila tjd perdarahan yg luar biasa
◦ u/ epilepsi catamenial (kejang sebelum /selama menstruasi) atau kejang yg tjd selama masa
ovulasi, OAE konvensional harus dicoba dl, namun terapi hormonal (seny progestasional) juga
mungkin efektif, asetazolamid scr berselang/intermiten jg dpt digunakan
◦ Sekita 25% -30% wanita mengalami peningkatan frekuensi kejang selama kehamilan dan juga
terdapat wanita mengalami penurunan frekuensi kejang dalam persentase yg sama
◦ Terapi tunggal OAE lebih diutamakan pd kehamilan. Klierens fenitoin, karbamazepin, fenobarbital,
etuksimid, lamotrigrin, dan klorazepat meningkat selama kehamilan dan ikatan proteinnya
mungkin berubah terdapat lebih bnyk kejadian tidak dikehendaki pd wanita hamil dg epilepsi dan
resiko malformasi bawaan mencapai 4%-6% (dua Kali lebih tinggi daripada wanita non epilepsi)
20. Guedline
◦ Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar, Apt, Dr. Retnosari Andrajati, Apt, Dr. Joseph I Sigit, Apt, Dr. I
Ketut Adyana, Apt, Drs. A. Adji Prayitno Setiadi, MS., Apt, Dr. Kusnandar, Apt. 2013. ISO
FARMAKOTERAPI Buku 1. Jakarta Barat: ISFI Penerbitan
◦ Drs. Tan Hoan Tjay, Drs. Kirana Rahardja.2015. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya Edisi VII. Jakarta: Gramedia
◦ Ashraf Mozayani, PharmD,Phd, Lionel P Raymon, PharmD, Phd. 2008. Buku Ajar Interaksi Obat :
Pedoman Klinis & forensik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC