PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
1. STRUCTURE
STATE OF THE ART AND CHALLENGES IN EPILEPSY–
A NARRATIVE REVIEW
Disusun oleh :
Nadine Annisa Andre
Patricia Bong Napitupulu
Nassya Priliandari
Muhammad Salik Faza
Deffani Adeline
JOURNAL READING
Dosen Pembimbing :
dr. Adinda Putri Larastiti, Sp. N
2. IDENTITAS JURNAL
Judul : State of the Art and Challenges in Epilepsy–A Narrative Review
Penulis : Manole AM, Sirbu CA, Mititelu MR, Vasiliu O, Lorusso L, Sirbu OM, Radu FI
Jurnal : Journal of Personalized Medicine
Tahun : 2023
Volume : 13
3. 8 - 10% dari populasi
mengalami kejang
epilepsi
dampak dari kejang
dan epilepsi tersebut
seringkali menyebar
luas namun diabaikan.
Kejang epilepsi
menyumbang 1-2%
dari kunjungan ke
ruang gawat darurat
Epilepsi merupakan
kondisi yang umum
ditemui di dunia, dengan
kurang lebih 50 juta
populasi memiliki kondisi
tersebut.
kejadian kejang
tunggal tidak sama
dengan epilepsi,
hampir 10% populasi
dapat mengalami
kejang selama hidup
mereka.
kualitas hidup tidak
hanya dipengaruhi oleh
kontrol kejang, namun
juga dengan reaksi obat
antiepilepsi, tingkat
pekerjaan, dll.
LATAR BELAKANG
4. TUJUAN
Meningkatkan pengetahuan pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Tujuan lainnnya adalah untuk mempelajari kondisi terkini mengenai epilepsi dan
tantangan yang dihadapi tenaga medis maupun pasien epilepsi.
5. ABSTRAK
Epilepsi merupakan kondisi yang umum terjadi dengan sekitar 50 juta orang mengalaminya.
Seseorang yang mengalami kejang tunggal tidak berarti mengalami epilepsi; hampir 10% dari
populasi dapat mengalami kejang dalam hidupnya. Terdapat banyak kelainan sistem saraf pusat
selain epilepsi yang dapat membuat kejang muncul, baik bersifat sementara ataupun sebagai
kondisi komorbid. Dampak terjadinya kejang dan epilepsi sangat luas. Sekitar 70% pasien
dengan epilepsi diperkirakan dapat bebas dari kejang jika didiagnosis dan diterapi dengan
tepat. Bagi pasien dengan epilepsi, kualitas hidup tidak hanya dipengaruhi oleh pengendalian
kejang, tetapi juga dari reaksi merugikan obat antiepilepsi (drug-adverse reaction), akses
pendidikan, suasana perasaan (mood), pekerjaan, dan transportasi.
6. PENDAHULUAN
Epilepsi adalah gangguan heterogen yang ditandai dengan sindrom epilepsi, etiologi yang beragam, dan
prognosis yang bervariasi. Kejang epilepsi cukup umum terjadi, mempengaruhi antara 8 dan 10% dari populasi
sepanjang hidup mereka dan menyumbang 1-2% dari kunjungan ke ruang gawat darurat, dan sekitar
seperempat dari jumlah tersebut merupakan kejang pertama dengan jenis yang berbeda
Onset Fokal
Sadar/gangguan kesadaran
Onset motorik :
• Automatisme
• Atonik
• Klonik
• Spasme epileptik
• Hiperkinetik
• Mioklonik
• Tonik
Onset nonmotorik:
• Autonomik
• Behaviour arrest
• Kognitif
• Emosional
• Sensorik
Onset Umum
Onset motorik :
• Tonik-klonik
• Klonik
• Tonik
• Mioklonik
• Mioklonik-tonik-klonik
• Mioklonik-atonik
• Atonik
• Spasme epileptok
Onset nonmotorik (absens):
• Tipikal
• Atipikal
• Mioklonik
• Mioklonia kelopak mata
Onset Tidak Diketahui
Onset motorik :
• Tonik-klonik
• Spasme epileptik
Onset nonmotorik:
• Behaviour arrest
7. DEFINISI DAN TERMINOLOGI
Pada tahun 2014, ILAE telah mengembangkan definisi dari epilepsi, dimana dalam epilepsi
setidaknya ditemukan satu dari ketentuan berikut:
• Terdapat setidaknya dua kejang spomtan (refleks) yang terjadi dengan jarak lebih 24 jam
• Kejang spontan (refleks) yang kemungkinan untuk terjadinya serangan berikutnya serupa
terhadap risiko keseluruhan (setidaknya 60%, disertai dengan perubahan klinis, EEG, atau
perubahan neuroimaging) setelah dua kejang yang tidak dipicu dalam waktu 10 tahun
kedepan.
• Diagnosis sindrom epilepsi
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE), Epilepsi didefinisikan sebagai
kejadian sementara dari tanda dan/atau gejala akibat aktivitas abnormal neuron otak, baik
aktivitas yang berlebihan atau tidak sinkron.
8. ETIOLOGI
• Penyebab kejang bervariasi di segala usia
• Bayi baru lahir → kejang menjadi gejala dari etiologi yang bisa diidentifikasi
(ensefalopati neonatal, gangguan metabolisme, infeksi sistemik SSP)
• Bayi lebih tua dan anak kecil → kejang demam
• Ditentukan ketika kelainan ada pada neuroimaging, tanda gejala kejang, EEG
Genetik
• Epilepsi absen pada kanak-kanak
• Epilepsi absen dan mioklonik pada remaja
• Sindrom Dravet
Metabolik
• Penyakit mitokondria
• Hipertermia
• Hiperglikemia
• Hipokalsemia
• Hiponatremia
• Ensefalopati hepatik dan uremik
9. ETIOLOGI
Kekebalan tubuh
• Ensefalitis Rasmussen
• Ensefalitis reseptor anti-
NMDA
• Ensefalitis autoimun
• Ensefalitis anti-leusin
Infeksi
• Neurosistiserkosis HIV
• Sitomegalovirus
• Toksoplasmosis serebral
• TBC
Struktural
• Stroke
• Tumor
• Penyakit neurodegeneratif
• Alzheimer
• Malformasi pembuluh darah
• Trauma kepala
• Lesi perkembangan saraf
10. ASPEK KLINIS
<6 Tahun >6 Tahun & Dewasa
Anak-anak yang berusia lebih dari 6 tahun cenderung mengalami kejang
yang mirip dengan orang dewasa, sementara anak-anak dengan usia lebih
muda memiliki perilaku kompleks yang lebih sedikit, terutama kejang fokal
dengan gangguan kesadaran.
12. ASPEK KLINIS
Kejang fokal bervariasi sesuai dengan lokasi:
Epilepsi Lobus Frontal Epilepsi Lobus Parietal & Oksipital
Epilepsi Lobus Temporal
Merupakan lokasi epilepsi tersering kedua
setelah lobus temporal. Epilepsi lobus
frontal didominasi oleh motorik dengan
durasi yang lebih pendek dan terjadi pada
malam hari.
Epilepsi lobus temporal adalah salah satu jenis epilepsi yang paling khas.
Gejala awalnya seringkali disebut aura, seperti "deja vu", "jamais vu", dan
“kupu-kupu di perut” yang disebut aura epigastrium.
Wilayah oksipital terkait dengan
halusinasi visual elementer, berbeda
dengan lobus temporal, di mana
halusinasi visual kompleks terjadi.
Epilepsi lobus parietal mungkin dapat
muncul dengan aura somatosensori, yang
dapat bersifat unilateral atau bilateral.
13. DIAGNOSTIK EPILEPSI
Hal pertama diagnosis epilepsi —> menentukan kejadian klinis paroksismal
merupakan serangan epilepsi atau karena patologis lain.
Diagnosis Banding perlu dipertimbangkan terkait dengan:
• Perubahan tingkat kesadaran
• Perubahan status mental
• Manifestasi motorik dan sensorik
• Kejang yang umunya terjadi pada keadaan epilepsi lain.
15. Prognosis -> kemungkinan tidak ada lagi
kejang setelah pengobatan dimulai
Faktor prognostik :
• Etiologi
• Perubahan patologi EEG
• Jenis dan jumlah kejang
• Respon terapi
Kualitas hidup pasien :
• Dampak diagnosis
• Efek samping obat
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Kemandirian
EVOLUSI, KOMPLIKASI, PROGNOSTIK
Komplikasi :
• Penyakit mental
• Cedera/trauma -> akibat jatuh saat
kejang, epilepsi tidak terkontrol,
gangguan kesadaran
Faktor yang mempengaruhi :
• Frekuensi kejang
• Jenis pengobatan
• Onset dini
• Pelepasan interiktal
• Pendidikan
• Polifarmasi
16. EVOLUSI, KOMPLIKASI, PROGNOSTIK
Kegawatan neurologis
Status epileptikus
Kejang berlangsung min 5 menit atau 2 atau
lebih kejang dengan pemulihan kesadaran tidak
sempurna
Status epileptikus non kejang
Tanpa gejala motorik yang menonjol, >10 menit
Status epileptikus refraktori
Persistensi klinis dan EEG kejang setelah inisiasi
benzodiazepin lini 1 dan terapi lini 2
Status epileptikus super refrakter
Frekuensi kejang berkelanjangan 24 jam setelah
pengobatan anestesi dimulai
Penyebab kematian tersering -> SUDEP (sudden unexpected death in epilepsy)
Faktor risiko :
• Kejang tonik-klonik umum
• >3 kali kejang tonik-klonik umum per tahun
• Epilepsi tidak terkontrol dan resisten obat
17. PELAYANAN KESEHATAN EPILEPSI
Tujuan: mempertahankan keseimbangan antara restriksi yang direncanakan agar
mempertahankan kesehatan dan keselamatan selama periode ictal dan mempertahankan
gaya hidup yang aktif selama periode bebas kejang.
Tantangan layanan kesehatan: Kualitas hidup ditentukan tidak hanya dari pengendalian kejang
namun juga dari efek samping pengobatan, hubungan interpersonal, pendidikan, pekerjaan, dan
transportasi.
18. PELAYANAN KESEHATAN EPILEPSI
Masalah psikiatri
Prevalensi
kumulatif depresi:
23%; ansietas:
20%
sulitnya
membedakan
gejala yang serupa
diantara kedua
penyakit
Pikiran bunuh diri
2x lipat lebih tinggi
daripada populasi
umum
3x lipat lebih tinggi
untuk melakukan
bunuh diri
daripada populasi
umum
Strategi Penanganan
• Melakukan uji neuropsikologis untuk menentukan strategi terapi yang tepat
• Melakukan screening depresi
• Memilih antiepilepsi yang memiliki efek mood stabilizer dan memiliki dampak
minimal pada fungsi kognitif
19. PELAYANAN KESEHATAN EPILEPSI
Risiko cidera
Epilepsi dengan
penurunan
kesadaran dapat
meningkatkan
risiko cidera
Cidera yang sering
terjadi umumnya
laserasi, fraktur,
kontusi, dan luka
bakar
Kecelakaan yang
sering terjadi antara
lain: luka bakar,
tenggelam, dan
kecelakaan lalu
lintas
Kecelakaan yang
berkaitan dengan
epilepsi umumnya
memilik tingkat
keparahan ringan
s.d sedang
Strategi Penanganan
• Meningkatkan kontrol kejang
• Mempersonalisasi penanganan kejang dengan mempertimbangkan
karakteristik kejang dan profil pasien
20. PELAYANAN KESEHATAN EPILEPSI
Strategi Penanganan risiko cidera
• Memakai helm saat bersepeda maupun berkendara
• Dilarang berenang tanpa pengawasan
• Hindari mandi menggunakan bathtub
• Hindari mengunci pintu kamar maupun kamar mandi
• Menggunakan kasur dengan ketinggian rendah
• Berhati-hati saat menggunakan tangga
• Memperhatikan aturan berkendara bagi orang dengan epilepsi
• Konsumsi obat sesuai anjuran
21. TERAPI EPILEPSI
Faktor utama dalam memilih
terapi antiepilepsi adalah jenis
kejang dan epilepsi. Klasifikasi
kejang sebagai fokal atau umum
membantu dalam menentukan
pengobatan yang tepat.
23. Hasil meta-analisis didapatkan medikamentosa unggulan untuk tiap
jenis kejang yang berbeda, yaitu:
1.Kejang fokal: lamotrigine dan levetiracetam
2.Kejang umum: asam valproat
3.Kejang fokal yang baru ditegakkan diagnosisnya: carbamazepine dan
lamotrigine
TERAPI EPILEPSI
24. EPILEPSI RESISTEN OBAT
• Epilepsi dikatakan resisten terhadap obat jika setidaknya dengan dua obat antikejang kejang
masih belum terkendali
• Kejang fokal: monoterapi lini pertama → antikonvulsan
⚬ Lamotrigin, oxcarbazepine, levetiracetam, pregabalin, clobazam, zonisamide,
eslicarbazepine acetate, brivaracetam, gabapentin, lacosamide, topiramate, valproate,
vigabatrin, dan perampanel.
• Epilepsi umum idiopatik, sekitar 35% memerlukan terapi tambahan. Perampanel dapat
mengurangi frekuensi kejang hingga 76,5%.
• Antiepilepsi lain seperti lamotrigin, levetiracetam, dan topiramate menunjukkan efikasi untuk
kejang tonik-klonik umum yang tidak terkontrol oleh monoterapi lini pertama atau tambahan.
• Monoterapi tidak berhasil → penambahan antiepilepsi kedua
• Tantangan: Efikasi Toleransi Farmakokinetik Interaksi obat Frekuensi
25. EPILEPSI RESISTEN OBAT
• Agar polterapi rasional:
• Kombinasi yang disarankan:
⚬ Obat dengan mekanisme kerja berbeda
⚬ Oat yang memiliki >1 mekanisme kerja
• Epilepsi umum:
• Pasien dengan sindrom Dravet atau sindrom Lennox-Gastaut:
⚬ Menghambat enzim → konsentrasi metabolit aktif clobazam dalam serum ↑
• Alternatif epilepsi yang farmakoresisten:
Efek sinergis
(Efikasi gabungan > masing-masing)
Toksisitas
(Toksisitas gabungan < masing-masing)
Asam valproat + lamotrigin
Cannabidiol
Pembedahan Vagal nerve stimulation (VNS)
Responsive neurostimulation (RNS) Deep brain stimulation (DBS) Stereotactic radiosurgery
Laser interstitial thermal therapy (LITT)
26. EPILEPSI RESISTEN OBAT
• Indikasi operasi resektif untuk epilepsi fokal:
⚬ Epilepsi lobus temporal mesial atau epilepsi neokortikal;
⚬ Epilepsi lesi karena patologi struktural fokal (glioma grade rendah, malformasi kavernosa);
⚬ Epilepsi fokal nonlesional.
• Perlu dilakukan evaluasi pra-bedah (pre-op):
⚬ Obat antiepilepsi dikurangi untuk meningkatkan kesempatan merekam kejang (fase ictal)
⚬ Brain imaging resolusi tinggi → struktur abnormal otak → kejang
⚬ Uji neuropsikologis: memeriksa defisit pra-bedah dan pasca-bedah
⚬ MRI negatif → positron emission tomography (PET) → hiipometabolisme → epileptogenic
site
• Setelah evaluasi, jika lokasi epilepsi
⚬ Sudah jelas → pembedahan
⚬ Meragukan → EEG intrakranial
27. KESIMPULAN
• Penting untuk menyampaikan penjelasan mengenai epilepsi, seperti pemicu kejang, reaksi
merugikan (adverse reaction) dari pengobatan, dan berbagai risiko yang membuat pasien
rentan mengalami penyakit kepada pasien sebagai langkah penting dalam penanganan yang
secara tidak langsung membuat integrasi yang lebih mudah kepada masyarakat.
• Penting untuk mempertimbangkan populasi yang lebih luas karena pasien yang tidak
mendapat pelayanan dari spesialis cenderung mengalami hasil yang lebih buruk. Hal ini dapat
diperbaiki jika layanan rawat jalan lebih mudah diakses oleh masyarakat.
• Kombinasi dari berbagai aspek ini membuat perhatian lebih perlu ditujukan pada kebutuhan
pasien dan perawatan yang perlu dilakukan dalam menangani penyakit yang mendasari dan
penyakit terkait yang mungkin merupakan penyakit sekunder dari pengobatan.
29. 1. Is the generator of the narrative a credible or appropriate source?
Ya, tinjauan naratif ini dibuat oleh sumber yang kredibel dan penyusun yang terlibat bekerja di bidang
yang sesuai dengan bahasan yang ditinjau.
2. Is the relationship between the text and its context explained? (where, when, who with, how)
Ya, jurnal ini menjelaskan terkait epilepsi dengan konteks yang luas mencakup tingkat kejadian dan
prevalensi di dunia, kondisi epilepsi pada usia yang berbeda-beda, manifestasi klinis pada pasien,
dampaknya terhadap kehidupan pasien, hingga terapi untuk epilepsi.
3. Does the narrative present the events using a logical sequence so the reader or listener can
understand how it unfolds?
Ya, penjelasan dalam jurnal bersifat runtut dan logis, serta sistematis antar-subbab, sehingga pembaca
dapat mengerti uraian penjelasan yang tertulis. Terdapat korelasi yang jelas pada tiap subbab juga.
30. 4. Do you, as reader or listener of the narrative, arrive at similar conclusions to those drawn by the narrator?
Ya, kesimpulan dalam jurnal ini sesuai dengan tujuan penulis dimana tulisan naratif dalam jurnal ini dapat meningkatkan
pengetahuan pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya untuk mempelajari kondisi terkini mengenai epilepsi
dan tantangan yang dihadapi tenaga medis maupun pasien epilepsi.
5. Do the conclusions flow from the narrative account?
Ya, pada kesimpulan tinjauan naratif ini dijelaskan kembali mengenai tujuan penulis. Penulis bertujuan untuk
menginformasikan kepada pembaca mengenai seluruh aspek patologis dari epilepsi, seperti pemicu kejang, efek samping
dari pengobatan, serta kemungkinan risiko yang mungkin dapat terjadi, dimana semua bahasan tersebut sudah dijelaskan
dalam tinjauan naratif ini.
6. Do you consider this account to be a narrative?
Ya, pada tinjauan narative ini penulis dapat membahas berbagai aspek dari topik utama yang berupa epilepsi dengan
runtut dan jelas. Aspek epilepsi yang dibahas cukup lengkap mulai dari definisi, terminologi, etiologi, aspek klinis,
diagnosis, perkembangan penyakit, komplikasi, prognosis, hingga pengobatan yang seluruhnya telah ditinjau dengan
penilaian objektif dari penelitian sebelumnya.