SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
FilsafatIlmudanPendekatanPascadisiplin
Dr. Ahmad Ibrahim Badr y, S.Fil., M.Hum.
School of Global and Strategic Studies
Universitas Indonesia
BagianV:
Paradigma,
Positivisme,dan
Pascapositivisme
Kuhn: Paradigma dalam Ilmu
Positivisme dan Perkembangannya
Kritik atas Positivisme
Peta Paradigma Riset dalam Ilmu
Kuhn:ParadigmadalamIlmu
Παράδειγμα
PengertianTeknis dalam Pemikiran Kuhn
Paradigma sebagai istilah teknis dariThomas Kuhn berarti: “suatu
model atau pola yang diterima” (an accepted model or pattern)
(1996, p. 23) dalam Ilmu.
“Paradigma memperoleh statusnya karena mereka lebih berhasil
daripada pesaing mereka dalam memecahkan beberapa masalah
yang oleh kelompok praktisi dianggap akut” (Kuhn, 1996, p. 23).
Ilmu Normal: “penelitian yang dengan tegas didasarkan pada satu
atau lebih pencapaian ilmiah masa lalu, pencapaian yang diakui
oleh beberapa komunitas ilmiah tertentu untuk sementara waktu
sebagai pemasok dasar untuk praktik selanjutnya” (Kuhn, 1996, p.
10).
paradeigma = pola, contoh
bentukan dari:
para = di samping, melampaui +
deiknumi = memperlihatkan,
menunjukkan
(Yunani Kuna)
Etimologi
Incommensurability:
Istilah ini berasal dari kata commensurable, dapat diukur berdasar standar
yang sepadan. “Dua teori dapat disepadankan jika memiliki dasar yang
serupa untuk menilai atau mengukur kelebihan dan kekurangannya” (Bunnin
&Yu, 2004, pp. 335-336). Ketika hal ini tidak dapat dilakukan, maka
incommensurability itulah yang muncul.
Beberapa aspek incommensurability:
 Para pendukung paradigma yang bersaing akan sering tidak setuju
tentang daftar masalah yang harus diselesaikan oleh calon paradigma
mana pun.
 Karena paradigma baru lahir dari paradigma lama, mereka biasanya
menggabungkan banyak kosakata dan peralatan, baik hal yang
konseptual maupun manipulatif, yang sebelumnya digunakan oleh
paradigma tradisional.
 Para pendukung paradigma bersaing mempraktikkan pertukaran mereka
di dunia yang berbeda.
(Kuhn, 1996, pp. 148-150)
PergeseranParadigma
Paradigma I Anomali Krisis Revolusi Paradigma II
Ilmu Normal →
Paradigma.
contoh: Pandangan
Anaximander (6 SM),
Plato, & Aristoteles (4
SM) bahwa Bumi itu
pusat semesta.
Dikukuhkan oleh
Ptolemeaus (2 M).
Ada fenomena
yang
menunjukkan
bahwa Bumi
bukan pusat
semesta.
Ada banyak
kritik
terhadap
pandangan
Bumi sebagai
pusat
semesta.
Teori Matahari
sebagai pusat
semesta
dicetuskan oleh
Aristarchus (3
SM), dan
kemudian
Copernicus
(1543 M).
Teori
Aristarchus
dan
Copernicus
dikukuhkan
oleh Kepler,
Galileo, dan
Newton.
Merupakan suatu penggantian Ilmu Normal dengan jalan revolusi.
PositivismedanPerkembangannya
HukumKemajuanManusia
 Tahapan Pertama:TahapTeologis (theological stage) mengambarkan bahwa “akal budi
manusia, mencari hakikat ada, penyebab pertama dan terakhir (asal dan tujuan) semua
akibat, — singkatnya, pengetahuan Absolut, - yang mengandaikan semua fenomena
dihasilkan oleh tindakan langsung ada yang supernatural.”
 Tahapan Kedua: DalamTahap Metafisis (metaphysical stage), yang merupakan “modifikasi
dari yang pertama, akal budi mengira, bukannya ada yang supernatural, daya-daya abstrak,
entitas yang dapat diuji (yaitu, abstraksi yang dipersonifikasikan) melekat di semua
makhluk, dan mampu menghasilkan semua fenomena. Apa yang disebut penjelasan
fenomena adalah, pada tahap ini, hanya pengacuan ke masing-masing ke entitas yang
sesuai.”
 Tahap Ketiga: PadaTahap Positif (positive stage), “akal budi telah menyerah atas pencarian
sia-sia terhadap gagasan Mutlak, asal dan tujuan alam semesta, dan sebab-sebab
fenomena, dan menerapkan dirinya untuk mempelajari hukum-hukumnya, —yaitu,
hubungan pergantian dan kemiripannya yang tidak berubah-ubah. Penalaran dan
observasi, digabungkan dengan tepat, adalah sarana dari pengetahuan ini.Apa yang
sekarang dipahami ketika kita berbicara tentang penjelasan fakta hanyalah pembentukan
hubungan antara fenomena tunggal dan beberapa fakta umum, yang jumlahnya terus
berkurang seiring dengan kemajuan ilmu.”
(Comte, 1896, p. 2)
PerkembanganPosivitisme
Positivisme Sosial
Positivisme Sosial muncul di Prancis melalui karya Claude Henri de Rouvroy, Comte de
Saint-Simon dan penulis Sosialis lainnya (Charles Fourier, Pierre Joseph Proudhon) dan di
Inggris melalui kaum Utilitarian (Jeremy Bentham dan James Mill), yang, pada gilirannya,
menganggap karya mereka terkait erat dengan para ekonom, sepertiThomas Malthus
dan David Ricardo. Positivisme Sosial berusaha untuk mempromosikan, melalui
penggunaan metode dan hasil sains, organisasi sosial yang lebih adil. Menurut Saint-
Simon, manusia sekarang hidup dalam masa kritis karena kemajuan ilmiah, dengan
menghancurkan doktrin teologis dan metafisik, telah menghilangkan fondasi organisasi
sosialAbad Pertengahan.
Kaum utilitarian Jeremy Bentham dan James Mill kemudian merumuskan persyaratan
fundamental positivisme: bahwa setiap jenis pengetahuan yang absah dimasukkan dalam
ilmu. Mereka berusaha membangun ilmu akal budi berdasarkan fakta, seperti ilmu alam,
dan mencoba menjadikan etika itu sendiri sebagai "ilmu pasti". Jika dipastikan apa yang
menjadi motif dan aturan yang bagaimana yang ditaati manusia, Bentham dan Mill
percaya, adalah mungkin untuk mengarahkan perilaku manusia dengan cara yang sama
seperti alam dapat dikendalikan dengan mengetahui hukum sebab akibatnya.
(Abbagnano & Carus, 2005, pp. 711-712)
PerkembanganPosivitisme
Positivisme Hukum
Jeremy Bentham, John Austin, dan Hans Kelsen, meskipun berbeda, setuju bahwa ada
cabang penting studi hukum yang dibedakan oleh dua fitur: bahwa ia tidak peduli dengan
hukum ideal atau sistem hukum tetapi hanya dengan hukum aktual atau yang ada dan
sistem hukum; dan bahwa perhatiannya terhadap hukum bersifat netral secara moral,
politik, dan evaluatif. Objek dari bentuk kajian hukum ini adalah klarifikasi makna hukum,
identifikasi ciri struktur suatu sistem hukum, dan analisis pengertian hukum yang meresap
dan mendasar, seperti hak, kewajiban, kepemilikan, atau kepribadian hukum. Bentham,
Austin, dan Kelsen semuanya prihatin untuk membedakan yurisprudensi "analitis",
demikian sebutan untuk bentuk studi hukum ini, dari studi hukum kritis atau evaluatif, dan
mereka telah menekankan pentingnya perbedaan ini.Akan tetapi, tidak satupun dari para
ahli teori ini - meskipun kadang-kadang dikemukakan sebaliknya - menganggap bahwa
yurisprudensi analitik mengecualikan studi kritis atau evaluatif tentang hukum atau
menjadikannya tidak penting.
(Hart, 1967, p. 237)
PerkembanganPosivitisme
Positivisme Logis
“Positivisme Logis” adalah nama yang diberikan pada tahun 1931 oleh A. E. Blumberg dan
Herbert Feigl untuk serangkaian ide filosofis yang dikemukakan oleh lingkaranWina.
Kaum Positivisme Logis menganggap diri mereka sebagai melanjutkan tradisi Empiris
Wina abad ke-19, terkait erat dengan Empirisme Inggris dan berpuncak pada ajaran Ernst
Waldfried JosefWenzel Mach yang berorientasi ilmiah dan antimetafisik. Pada tahun
1907, ahli matematika Hans Hahn, ekonom Otto Neurath, dan fisikawan Philipp Frank,
yang semuanya kemudian menjadi anggota terkemuka lingkaranWina, berkumpul
sebagai kelompok informal untuk membahas filsafat ilmu. Mereka berharap untuk
memberikan penjelasan tentang ilmu yang akan melakukan keadilan — sebagaimana,
mereka pikir, Mach tidak termasuk — pada kepentingan sentral matematika, logika, dan
fisika teoretis, tanpa meninggalkan doktrin umum Mach bahwa ilmu, pada dasarnya,
adalah deskripsi pengalaman. Sebagai solusi untuk masalah mereka, mereka melihat ke
“Positivisme baru” dari Jules Henri Poincaré; dalam upaya untuk mendamaikan Mach dan
Poincaré mereka mengantisipasi tema utama Positivisme Logis.
(Passmore, 1967, p. 524)
KritikatasPositivisme
TeoriIlmiahdanFalsifikasi
1) Sangat mudah untuk mendapatkan konfirmasi, atau verifikasi, untuk
hampir setiap teori — jika kita mencari konfirmasi.
2) Konfirmasi harus diperhitungkan hanya jika merupakan hasil dari
prediksi yang berisiko; artinya, jika, tanpa penerangan dari teori yang
bersangkutan, kita seharusnya mengharapkan sebuah peristiwa yang
tidak sesuai dengan teori tersebut — sebuah peristiwa yang akan
menyangkal teori tersebut.
3) Setiap teori ilmiah yang 'baik' adalah larangan: ia melarang hal-hal
tertentu terjadi. Semakin banyak teori melarang, semakin baik itu.
4) Sebuah teori yang tidak dapat disangkal oleh peristiwa apapun yang
mungkin adalah tidak ilmiah. Ketaktersangkalan bukanlah kebajikan
teori (seperti yang sering dipikirkan orang), tetapi keburukan.
5) Setiap ujian sejati suatu teori adalah upaya untuk menfalsifikasikannya,
atau menyangkalnya.Testabilitas adalah falsifiabilitas; tetapi ada
beberapa derajat testabilitas: beberapa teori lebih dapat diuji, lebih
banyak disanggah, daripada yang lain; mereka seolah-olah mengambil
risiko yang lebih besar.
TeoriIlmiahdanFalsifikasi
6) Mengkonfirmasi bukti tidak boleh diperhitungkan kecuali jika itu adalah
hasil tes asli dari teori; dan ini berarti bahwa ini dapat ditampilkan
sebagai upaya yang serius tetapi tidak berhasil untuk memfalsifikasikan
teori tersebut. (Saya sekarang berbicara dalam kasus 'bukti yang
menguatkan'.)
7) Beberapa teori yang benar-benar dapat diuji, ketika terbukti salah,
masih didukung oleh pengagumnya — misalnya dengan
memperkenalkan asumsi tambahan ad hoc, atau dengan menafsirkan
ulang teori ad hoc sedemikian rupa sehingga lolos dari sanggahan.
Prosedur seperti itu selalu mungkin, tetapi menyelamatkan teori dari
sanggahan hanya dengan harga menghancurkan, atau setidaknya
menurunkan, status ilmiahnya. (Saya kemudian menggambarkan
operasi penyelamatan seperti itu sebagai 'sentuhan konvensional' atau
'siasat konvensionalis').
Seseorang dapat menyimpulkan semua ini dengan mengatakan bahwa
kriteria status ilmiah suatu teori adalah falsifiabilitas, atau penyangkalan, atau
testabilitas.
(Popper, 2002, pp. 47-48)
PetaParadigmaRisetdalamIlmu
RelasiantaraIlmudanFilsafat
Ontology Epistemology Methodology Methods Sources
What’s out
there to
know?
What and
how can
we know
about it?
How can we
go about
acquiring
knowledge?
What
procedures
can we use
to acquire
it?
Which
data can
we
collect?
(Hay, 2002, p. 64). Modifikasi dibuat AkhyarY. Lubis.
SebaranParadigmatikdalamRiset
Item Positivisme Pascapositivisme Teori Kritis, dkk. Konstruktivisme Partisipatoris
Ontologi Realisme Naif:
Kenyataan itu “nyata”
namun dapat dipahami
Realisme Kritis:
Kenyataan itu “nyata”
hanya jika dapat
dipahami secara
probabilistik dan tak
lengkap
Realisme Historis:
Kenyataan itu maya
(virtual) yang dibentuk
oleh nilai jender, suku,
ekonomi, politik, budaya,
dan sosial, mengkristal
sepanjang waktu
Relativisme:
Kenyataan-kenyataan
itu dikonstruksi-
bersama, terkonstruksi
secara khusus dan
lokal.
Kenyataan partisipatif,
Kenyataan subjektif-objektif,
dibentuk-bersama oleh budi
dan alam yang terberi
Epistemologi Dualis/Objektivis,
temuan-temuannya
benar
Dualis/Objektivis yang
dimodif,
Komunitas/Tradisi
kritis, temuan-
temuannya mungkin
benar
Subjektivis/
Transaksional, temuan-
temuannya memiliki
nilai-terperantarai
Subjektivis/
Transaksional,
temuan-temuannya
dibuat
Subjektivitas kritis dalam
transaksi partisipatoris dengan
alam, epistemologi diperluas
dengan yang dialami,
proposisional, dan
pengetahuan yang diketahui,
temuan-temuan dibuat-
bersama
Metodologi Manipulatif/
Eksperimental,
verifikasi hipotesis,
metode didasarkan
pada pendekatan
kuantitatif
Manipulasi/
Eksperimental yang
dimodif, Multiplisme
Kritis, Falsifikasi
hipotesis, dapat
memasukkan metode
kualitatif
Dialektik/Dialogis Dialektik/Hermeneutis Partisipasi politis dalam
tindakan penelitian
kolaboratif, mengutamakan
praktis, memakai bahasa yang
didasarkan pada konteks yang
dialami
(Guba & Lincoln, 2005, p. 195)
SebaranParadigmatikdalamRiset
Isu Positivisme Pascapositivisme Teori Kritis, dkk. Konstruktivisme Partisipatoris
Hakikat
Pengetahuan
Hipotesis terverifikasi
dijadikan fakta atau
aturan/hukum
Hipotesis tak-
terfalsifikasi
sangat mungkin
dijadikan fakta
atau aturan/
hukum
Pandangan
Struktural/Historis
Rekonstruksi kolektif dan
individual kadangkala
berpadu membentuk
konsensus
Epistemologi diperluas,
mengutamakan pengetahuan
praktis, subjektivitas kritis,
pengetahuan yang hidup
Akumulasi
Pengetahuan
Pertumbuhan – “blok yang dibangun”
ditambahkan kepada “bangunan besar
ilmu”: generalisasi dan pertautan
hubungan sebab-akibat
Revisionisme historis,
generalisasi dengan
kemiripan
Rekonstruksi yang lebih
canggih dan berinformasi,
pengalaman yang terwakili
Dalam komunitas, penelitian
diintegrasikan dalam praktik
komunitas
Kriteria
Kebaikan
dan Kualitas
Tolok ukur konvensional yang “ketat”,
objektivitas, reliabilitas, dan validitas
internal dan eksternal
Historisitas yang
tersituasikan, erosi atas
ketidaktahuan dan salah
penangkapan, stimulus
tindakan
Keterpercayaan dan
otentisitas termasuk
katalis bagi tindakan
Kesesuaian antara
pengetahuan praktis,
proposisional, presenasional,
dan pengalaman, mendorong
pada aksi yang mengubah
dunia dalam layanan kemajuan
manusia
Nilai Dikesampingkan – Pengaruh ditolak Dimasukkan – membentuk
Etika Ekstrinsik – cenderung ke arah penipuan Intrinsik – moral cenderung
mengilhami
Intrinsik – proses cenderung mengilhami
(Guba & Lincoln, 2005, p. 196)
Referensi
Abbagnano, N., & Carus, A.W. (2005). “Positivism,” dalam D.M. Borchet. (2006). Encyclopedia of Philosophy (2nd Ed.,
vol.7). Farmington Hills, MI:Thomson Gale.
Bunnin, N., &Yu, J. (2004). The Blackwell Dictionary ofWestern Philosophy. Malden, MA: Blackwell Publishing.
Guba, E.G., & Lincoln,Y.S. “Paradigmatic Controversies, Contradictions, and EmergingConfluences,” dalam N.K. Denzin
&Y.S. Lincoln (Eds.). (2005). The SAGE Handbook of Qualitative Research (3rd Ed.). London & New Delhi: SAGE
Publications Inc., pp. 191-216.
Hart, H.L.A. (1967). “Legal Positivism,” dalam dalam D.M. Borchet. (2006). Encyclopedia of Philosophy (2nd Ed., vol.5).
Farmington Hills, MI:Thomson Gale.
Hay, C. (2002). Political Analysis: A Critical Introduction. Hampshire & NewYork: Palgrave.
Kuhn,T. (1996). The Structure of Scientific Revolution (3rd Ed.). London:The University of Chicago Press.
Passmore, J. (1967). “Logical Positivism,” dalam D.M. Borchet. (2006). Encyclopedia of Philosophy (2nd Ed., vol.5).
Farmington Hills, MI:Thomson Gale.
Popper, K. (2002). Conjectures and Refutations:The Growth of Scientific Knowledge. London & NewYork: Routledge.
Sumber Gambar danVideo:
en.wikipedia.org
www.pexels.com
www.videvo.net
Thanks
BiografiSingkat
Februari 2017–Sekarang
Dosen Luar Biasa • Sekolah Kajian Strategik dan Global, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Agustus 2003–Agustus 2020
DosenTetap • SekolahTinggi Hukum Galunggung,Tasikmalaya.
November 2017–Agustus 2019
Direktur Pendidikan Keunggulan Digital • Sakola,Tangerang.
Agustus 2018–November 2018
Koordinator Penyusun Masterplan Perpustakaan Umum DKI Jakarta 2018 •
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Jakarta.
Januari 2016–Desember 2016
Tenaga Ahli pada Program Usaha Bersama Komunitas • Kementerian Desa, IDT,
danTransmigrasi, Jakarta.
Juni 2013–Desember 2013
Konsultan Manajemen Organisasi & Koordinator Program Pelatihan Riset •
Desantara Foundation, Depok.
April 2009–Juni 2013
Konsultan Junior UMKM • Pusat Pengembangan dan Pendampingan Usaha Kecil
Menengah (P3UKM) Bank Indonesia,Tasikmalaya.
Catatan: Di Sakola, saya juga merangkap jabatan sebagai Duta Kecerdasan
DigitaI (Digital Intelligence Quotient Ambassador) dari DQ Institute di
Singapore.

More Related Content

What's hot

Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Toni Isbandi
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranSusi Yanti
 
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialismeAliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialismeradenkuning
 
Rasionalisme klasik dan modern
Rasionalisme klasik dan modernRasionalisme klasik dan modern
Rasionalisme klasik dan modernTyaseta Sardjono
 
Dasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmuDasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmuFery Zahuri
 
Presentation filsafat
Presentation filsafatPresentation filsafat
Presentation filsafatigustibayu
 
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)ELce PurWandarie
 
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)iin_sainah
 
Manusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaranManusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaranNoor Rochman
 

What's hot (20)

Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2
 
Makalah rasionalisme
Makalah rasionalismeMakalah rasionalisme
Makalah rasionalisme
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
 
Rasionalisme
RasionalismeRasionalisme
Rasionalisme
 
Empirisme
EmpirismeEmpirisme
Empirisme
 
Pemahaman Rasionalisme Klasik
Pemahaman Rasionalisme KlasikPemahaman Rasionalisme Klasik
Pemahaman Rasionalisme Klasik
 
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialismeAliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Filsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsir
Filsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsirFilsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsir
Filsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsir
 
Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1
 
3 ontologi pengetahuan
3 ontologi pengetahuan3 ontologi pengetahuan
3 ontologi pengetahuan
 
Rasionalisme klasik dan modern
Rasionalisme klasik dan modernRasionalisme klasik dan modern
Rasionalisme klasik dan modern
 
Dasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmuDasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmu
 
Presentation filsafat
Presentation filsafatPresentation filsafat
Presentation filsafat
 
Ontologi
OntologiOntologi
Ontologi
 
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
 
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
 
Isi tugas logika
Isi tugas logikaIsi tugas logika
Isi tugas logika
 
Makalah kritisisme
Makalah kritisismeMakalah kritisisme
Makalah kritisisme
 
Manusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaranManusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaran
 

Similar to Kuhn: Paradigma dalam Ilmu

Konsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnKonsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnMuhtadi Bilhaq
 
Paradigma thomas s
Paradigma thomas sParadigma thomas s
Paradigma thomas sSri Nuryati
 
TUgas Filsafat New [Autosaved].pptx
TUgas Filsafat New [Autosaved].pptxTUgas Filsafat New [Autosaved].pptx
TUgas Filsafat New [Autosaved].pptxMutiaraFajar5
 
Filsafat-PARADIGMA KHUN
Filsafat-PARADIGMA KHUNFilsafat-PARADIGMA KHUN
Filsafat-PARADIGMA KHUNIreclever
 
Bagian 5 perubahan saintifik
Bagian 5   perubahan saintifikBagian 5   perubahan saintifik
Bagian 5 perubahan saintifikNanda Reda
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiNasruddin Asnah
 
BAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.ppt
BAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.pptBAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.ppt
BAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.pptWiraDharma11
 
Artikel sej amarika
Artikel sej amarikaArtikel sej amarika
Artikel sej amarikaegivirus
 
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihFilsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihWiwin Prehati
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahIska Nangin
 

Similar to Kuhn: Paradigma dalam Ilmu (20)

Konsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnKonsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhn
 
Paradigma thomas s
Paradigma thomas sParadigma thomas s
Paradigma thomas s
 
Konvergensi sains dan_spiritualitas
Konvergensi sains dan_spiritualitasKonvergensi sains dan_spiritualitas
Konvergensi sains dan_spiritualitas
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
TUgas Filsafat New [Autosaved].pptx
TUgas Filsafat New [Autosaved].pptxTUgas Filsafat New [Autosaved].pptx
TUgas Filsafat New [Autosaved].pptx
 
EPISTEMOLOGI_pptx.pptx
EPISTEMOLOGI_pptx.pptxEPISTEMOLOGI_pptx.pptx
EPISTEMOLOGI_pptx.pptx
 
Filsafat-PARADIGMA KHUN
Filsafat-PARADIGMA KHUNFilsafat-PARADIGMA KHUN
Filsafat-PARADIGMA KHUN
 
Bagian 5 perubahan saintifik
Bagian 5   perubahan saintifikBagian 5   perubahan saintifik
Bagian 5 perubahan saintifik
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
 
Post Positivisme
Post PositivismePost Positivisme
Post Positivisme
 
BAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.ppt
BAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.pptBAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.ppt
BAB-2_PERKEMBANGAN-DAN-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-ALAM.ppt
 
Filsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmuFilsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmu
 
Artikel sej amarika
Artikel sej amarikaArtikel sej amarika
Artikel sej amarika
 
Ilmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agamaIlmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agama
 
Epistimology Filsafat
Epistimology Filsafat Epistimology Filsafat
Epistimology Filsafat
 
Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmuTugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu
 
Bab 6 husni
Bab 6 husniBab 6 husni
Bab 6 husni
 
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihFilsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
UTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdfUTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdf
 

More from Ahmad Ibrahim

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiAhmad Ibrahim
 
Digital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationDigital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationAhmad Ibrahim
 

More from Ahmad Ibrahim (7)

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 07: Teori Kritis II (Kaitan antara...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
 
Digital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationDigital Identity Appropriation
Digital Identity Appropriation
 

Recently uploaded

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 

Recently uploaded (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 

Kuhn: Paradigma dalam Ilmu

  • 1. FilsafatIlmudanPendekatanPascadisiplin Dr. Ahmad Ibrahim Badr y, S.Fil., M.Hum. School of Global and Strategic Studies Universitas Indonesia
  • 2. BagianV: Paradigma, Positivisme,dan Pascapositivisme Kuhn: Paradigma dalam Ilmu Positivisme dan Perkembangannya Kritik atas Positivisme Peta Paradigma Riset dalam Ilmu
  • 4. Παράδειγμα PengertianTeknis dalam Pemikiran Kuhn Paradigma sebagai istilah teknis dariThomas Kuhn berarti: “suatu model atau pola yang diterima” (an accepted model or pattern) (1996, p. 23) dalam Ilmu. “Paradigma memperoleh statusnya karena mereka lebih berhasil daripada pesaing mereka dalam memecahkan beberapa masalah yang oleh kelompok praktisi dianggap akut” (Kuhn, 1996, p. 23). Ilmu Normal: “penelitian yang dengan tegas didasarkan pada satu atau lebih pencapaian ilmiah masa lalu, pencapaian yang diakui oleh beberapa komunitas ilmiah tertentu untuk sementara waktu sebagai pemasok dasar untuk praktik selanjutnya” (Kuhn, 1996, p. 10). paradeigma = pola, contoh bentukan dari: para = di samping, melampaui + deiknumi = memperlihatkan, menunjukkan (Yunani Kuna) Etimologi
  • 5. Incommensurability: Istilah ini berasal dari kata commensurable, dapat diukur berdasar standar yang sepadan. “Dua teori dapat disepadankan jika memiliki dasar yang serupa untuk menilai atau mengukur kelebihan dan kekurangannya” (Bunnin &Yu, 2004, pp. 335-336). Ketika hal ini tidak dapat dilakukan, maka incommensurability itulah yang muncul. Beberapa aspek incommensurability:  Para pendukung paradigma yang bersaing akan sering tidak setuju tentang daftar masalah yang harus diselesaikan oleh calon paradigma mana pun.  Karena paradigma baru lahir dari paradigma lama, mereka biasanya menggabungkan banyak kosakata dan peralatan, baik hal yang konseptual maupun manipulatif, yang sebelumnya digunakan oleh paradigma tradisional.  Para pendukung paradigma bersaing mempraktikkan pertukaran mereka di dunia yang berbeda. (Kuhn, 1996, pp. 148-150)
  • 6. PergeseranParadigma Paradigma I Anomali Krisis Revolusi Paradigma II Ilmu Normal → Paradigma. contoh: Pandangan Anaximander (6 SM), Plato, & Aristoteles (4 SM) bahwa Bumi itu pusat semesta. Dikukuhkan oleh Ptolemeaus (2 M). Ada fenomena yang menunjukkan bahwa Bumi bukan pusat semesta. Ada banyak kritik terhadap pandangan Bumi sebagai pusat semesta. Teori Matahari sebagai pusat semesta dicetuskan oleh Aristarchus (3 SM), dan kemudian Copernicus (1543 M). Teori Aristarchus dan Copernicus dikukuhkan oleh Kepler, Galileo, dan Newton. Merupakan suatu penggantian Ilmu Normal dengan jalan revolusi.
  • 8. HukumKemajuanManusia  Tahapan Pertama:TahapTeologis (theological stage) mengambarkan bahwa “akal budi manusia, mencari hakikat ada, penyebab pertama dan terakhir (asal dan tujuan) semua akibat, — singkatnya, pengetahuan Absolut, - yang mengandaikan semua fenomena dihasilkan oleh tindakan langsung ada yang supernatural.”  Tahapan Kedua: DalamTahap Metafisis (metaphysical stage), yang merupakan “modifikasi dari yang pertama, akal budi mengira, bukannya ada yang supernatural, daya-daya abstrak, entitas yang dapat diuji (yaitu, abstraksi yang dipersonifikasikan) melekat di semua makhluk, dan mampu menghasilkan semua fenomena. Apa yang disebut penjelasan fenomena adalah, pada tahap ini, hanya pengacuan ke masing-masing ke entitas yang sesuai.”  Tahap Ketiga: PadaTahap Positif (positive stage), “akal budi telah menyerah atas pencarian sia-sia terhadap gagasan Mutlak, asal dan tujuan alam semesta, dan sebab-sebab fenomena, dan menerapkan dirinya untuk mempelajari hukum-hukumnya, —yaitu, hubungan pergantian dan kemiripannya yang tidak berubah-ubah. Penalaran dan observasi, digabungkan dengan tepat, adalah sarana dari pengetahuan ini.Apa yang sekarang dipahami ketika kita berbicara tentang penjelasan fakta hanyalah pembentukan hubungan antara fenomena tunggal dan beberapa fakta umum, yang jumlahnya terus berkurang seiring dengan kemajuan ilmu.” (Comte, 1896, p. 2)
  • 9. PerkembanganPosivitisme Positivisme Sosial Positivisme Sosial muncul di Prancis melalui karya Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon dan penulis Sosialis lainnya (Charles Fourier, Pierre Joseph Proudhon) dan di Inggris melalui kaum Utilitarian (Jeremy Bentham dan James Mill), yang, pada gilirannya, menganggap karya mereka terkait erat dengan para ekonom, sepertiThomas Malthus dan David Ricardo. Positivisme Sosial berusaha untuk mempromosikan, melalui penggunaan metode dan hasil sains, organisasi sosial yang lebih adil. Menurut Saint- Simon, manusia sekarang hidup dalam masa kritis karena kemajuan ilmiah, dengan menghancurkan doktrin teologis dan metafisik, telah menghilangkan fondasi organisasi sosialAbad Pertengahan. Kaum utilitarian Jeremy Bentham dan James Mill kemudian merumuskan persyaratan fundamental positivisme: bahwa setiap jenis pengetahuan yang absah dimasukkan dalam ilmu. Mereka berusaha membangun ilmu akal budi berdasarkan fakta, seperti ilmu alam, dan mencoba menjadikan etika itu sendiri sebagai "ilmu pasti". Jika dipastikan apa yang menjadi motif dan aturan yang bagaimana yang ditaati manusia, Bentham dan Mill percaya, adalah mungkin untuk mengarahkan perilaku manusia dengan cara yang sama seperti alam dapat dikendalikan dengan mengetahui hukum sebab akibatnya. (Abbagnano & Carus, 2005, pp. 711-712)
  • 10. PerkembanganPosivitisme Positivisme Hukum Jeremy Bentham, John Austin, dan Hans Kelsen, meskipun berbeda, setuju bahwa ada cabang penting studi hukum yang dibedakan oleh dua fitur: bahwa ia tidak peduli dengan hukum ideal atau sistem hukum tetapi hanya dengan hukum aktual atau yang ada dan sistem hukum; dan bahwa perhatiannya terhadap hukum bersifat netral secara moral, politik, dan evaluatif. Objek dari bentuk kajian hukum ini adalah klarifikasi makna hukum, identifikasi ciri struktur suatu sistem hukum, dan analisis pengertian hukum yang meresap dan mendasar, seperti hak, kewajiban, kepemilikan, atau kepribadian hukum. Bentham, Austin, dan Kelsen semuanya prihatin untuk membedakan yurisprudensi "analitis", demikian sebutan untuk bentuk studi hukum ini, dari studi hukum kritis atau evaluatif, dan mereka telah menekankan pentingnya perbedaan ini.Akan tetapi, tidak satupun dari para ahli teori ini - meskipun kadang-kadang dikemukakan sebaliknya - menganggap bahwa yurisprudensi analitik mengecualikan studi kritis atau evaluatif tentang hukum atau menjadikannya tidak penting. (Hart, 1967, p. 237)
  • 11. PerkembanganPosivitisme Positivisme Logis “Positivisme Logis” adalah nama yang diberikan pada tahun 1931 oleh A. E. Blumberg dan Herbert Feigl untuk serangkaian ide filosofis yang dikemukakan oleh lingkaranWina. Kaum Positivisme Logis menganggap diri mereka sebagai melanjutkan tradisi Empiris Wina abad ke-19, terkait erat dengan Empirisme Inggris dan berpuncak pada ajaran Ernst Waldfried JosefWenzel Mach yang berorientasi ilmiah dan antimetafisik. Pada tahun 1907, ahli matematika Hans Hahn, ekonom Otto Neurath, dan fisikawan Philipp Frank, yang semuanya kemudian menjadi anggota terkemuka lingkaranWina, berkumpul sebagai kelompok informal untuk membahas filsafat ilmu. Mereka berharap untuk memberikan penjelasan tentang ilmu yang akan melakukan keadilan — sebagaimana, mereka pikir, Mach tidak termasuk — pada kepentingan sentral matematika, logika, dan fisika teoretis, tanpa meninggalkan doktrin umum Mach bahwa ilmu, pada dasarnya, adalah deskripsi pengalaman. Sebagai solusi untuk masalah mereka, mereka melihat ke “Positivisme baru” dari Jules Henri Poincaré; dalam upaya untuk mendamaikan Mach dan Poincaré mereka mengantisipasi tema utama Positivisme Logis. (Passmore, 1967, p. 524)
  • 13. TeoriIlmiahdanFalsifikasi 1) Sangat mudah untuk mendapatkan konfirmasi, atau verifikasi, untuk hampir setiap teori — jika kita mencari konfirmasi. 2) Konfirmasi harus diperhitungkan hanya jika merupakan hasil dari prediksi yang berisiko; artinya, jika, tanpa penerangan dari teori yang bersangkutan, kita seharusnya mengharapkan sebuah peristiwa yang tidak sesuai dengan teori tersebut — sebuah peristiwa yang akan menyangkal teori tersebut. 3) Setiap teori ilmiah yang 'baik' adalah larangan: ia melarang hal-hal tertentu terjadi. Semakin banyak teori melarang, semakin baik itu. 4) Sebuah teori yang tidak dapat disangkal oleh peristiwa apapun yang mungkin adalah tidak ilmiah. Ketaktersangkalan bukanlah kebajikan teori (seperti yang sering dipikirkan orang), tetapi keburukan. 5) Setiap ujian sejati suatu teori adalah upaya untuk menfalsifikasikannya, atau menyangkalnya.Testabilitas adalah falsifiabilitas; tetapi ada beberapa derajat testabilitas: beberapa teori lebih dapat diuji, lebih banyak disanggah, daripada yang lain; mereka seolah-olah mengambil risiko yang lebih besar.
  • 14. TeoriIlmiahdanFalsifikasi 6) Mengkonfirmasi bukti tidak boleh diperhitungkan kecuali jika itu adalah hasil tes asli dari teori; dan ini berarti bahwa ini dapat ditampilkan sebagai upaya yang serius tetapi tidak berhasil untuk memfalsifikasikan teori tersebut. (Saya sekarang berbicara dalam kasus 'bukti yang menguatkan'.) 7) Beberapa teori yang benar-benar dapat diuji, ketika terbukti salah, masih didukung oleh pengagumnya — misalnya dengan memperkenalkan asumsi tambahan ad hoc, atau dengan menafsirkan ulang teori ad hoc sedemikian rupa sehingga lolos dari sanggahan. Prosedur seperti itu selalu mungkin, tetapi menyelamatkan teori dari sanggahan hanya dengan harga menghancurkan, atau setidaknya menurunkan, status ilmiahnya. (Saya kemudian menggambarkan operasi penyelamatan seperti itu sebagai 'sentuhan konvensional' atau 'siasat konvensionalis'). Seseorang dapat menyimpulkan semua ini dengan mengatakan bahwa kriteria status ilmiah suatu teori adalah falsifiabilitas, atau penyangkalan, atau testabilitas. (Popper, 2002, pp. 47-48)
  • 16. RelasiantaraIlmudanFilsafat Ontology Epistemology Methodology Methods Sources What’s out there to know? What and how can we know about it? How can we go about acquiring knowledge? What procedures can we use to acquire it? Which data can we collect? (Hay, 2002, p. 64). Modifikasi dibuat AkhyarY. Lubis.
  • 17. SebaranParadigmatikdalamRiset Item Positivisme Pascapositivisme Teori Kritis, dkk. Konstruktivisme Partisipatoris Ontologi Realisme Naif: Kenyataan itu “nyata” namun dapat dipahami Realisme Kritis: Kenyataan itu “nyata” hanya jika dapat dipahami secara probabilistik dan tak lengkap Realisme Historis: Kenyataan itu maya (virtual) yang dibentuk oleh nilai jender, suku, ekonomi, politik, budaya, dan sosial, mengkristal sepanjang waktu Relativisme: Kenyataan-kenyataan itu dikonstruksi- bersama, terkonstruksi secara khusus dan lokal. Kenyataan partisipatif, Kenyataan subjektif-objektif, dibentuk-bersama oleh budi dan alam yang terberi Epistemologi Dualis/Objektivis, temuan-temuannya benar Dualis/Objektivis yang dimodif, Komunitas/Tradisi kritis, temuan- temuannya mungkin benar Subjektivis/ Transaksional, temuan- temuannya memiliki nilai-terperantarai Subjektivis/ Transaksional, temuan-temuannya dibuat Subjektivitas kritis dalam transaksi partisipatoris dengan alam, epistemologi diperluas dengan yang dialami, proposisional, dan pengetahuan yang diketahui, temuan-temuan dibuat- bersama Metodologi Manipulatif/ Eksperimental, verifikasi hipotesis, metode didasarkan pada pendekatan kuantitatif Manipulasi/ Eksperimental yang dimodif, Multiplisme Kritis, Falsifikasi hipotesis, dapat memasukkan metode kualitatif Dialektik/Dialogis Dialektik/Hermeneutis Partisipasi politis dalam tindakan penelitian kolaboratif, mengutamakan praktis, memakai bahasa yang didasarkan pada konteks yang dialami (Guba & Lincoln, 2005, p. 195)
  • 18. SebaranParadigmatikdalamRiset Isu Positivisme Pascapositivisme Teori Kritis, dkk. Konstruktivisme Partisipatoris Hakikat Pengetahuan Hipotesis terverifikasi dijadikan fakta atau aturan/hukum Hipotesis tak- terfalsifikasi sangat mungkin dijadikan fakta atau aturan/ hukum Pandangan Struktural/Historis Rekonstruksi kolektif dan individual kadangkala berpadu membentuk konsensus Epistemologi diperluas, mengutamakan pengetahuan praktis, subjektivitas kritis, pengetahuan yang hidup Akumulasi Pengetahuan Pertumbuhan – “blok yang dibangun” ditambahkan kepada “bangunan besar ilmu”: generalisasi dan pertautan hubungan sebab-akibat Revisionisme historis, generalisasi dengan kemiripan Rekonstruksi yang lebih canggih dan berinformasi, pengalaman yang terwakili Dalam komunitas, penelitian diintegrasikan dalam praktik komunitas Kriteria Kebaikan dan Kualitas Tolok ukur konvensional yang “ketat”, objektivitas, reliabilitas, dan validitas internal dan eksternal Historisitas yang tersituasikan, erosi atas ketidaktahuan dan salah penangkapan, stimulus tindakan Keterpercayaan dan otentisitas termasuk katalis bagi tindakan Kesesuaian antara pengetahuan praktis, proposisional, presenasional, dan pengalaman, mendorong pada aksi yang mengubah dunia dalam layanan kemajuan manusia Nilai Dikesampingkan – Pengaruh ditolak Dimasukkan – membentuk Etika Ekstrinsik – cenderung ke arah penipuan Intrinsik – moral cenderung mengilhami Intrinsik – proses cenderung mengilhami (Guba & Lincoln, 2005, p. 196)
  • 19. Referensi Abbagnano, N., & Carus, A.W. (2005). “Positivism,” dalam D.M. Borchet. (2006). Encyclopedia of Philosophy (2nd Ed., vol.7). Farmington Hills, MI:Thomson Gale. Bunnin, N., &Yu, J. (2004). The Blackwell Dictionary ofWestern Philosophy. Malden, MA: Blackwell Publishing. Guba, E.G., & Lincoln,Y.S. “Paradigmatic Controversies, Contradictions, and EmergingConfluences,” dalam N.K. Denzin &Y.S. Lincoln (Eds.). (2005). The SAGE Handbook of Qualitative Research (3rd Ed.). London & New Delhi: SAGE Publications Inc., pp. 191-216. Hart, H.L.A. (1967). “Legal Positivism,” dalam dalam D.M. Borchet. (2006). Encyclopedia of Philosophy (2nd Ed., vol.5). Farmington Hills, MI:Thomson Gale. Hay, C. (2002). Political Analysis: A Critical Introduction. Hampshire & NewYork: Palgrave. Kuhn,T. (1996). The Structure of Scientific Revolution (3rd Ed.). London:The University of Chicago Press. Passmore, J. (1967). “Logical Positivism,” dalam D.M. Borchet. (2006). Encyclopedia of Philosophy (2nd Ed., vol.5). Farmington Hills, MI:Thomson Gale. Popper, K. (2002). Conjectures and Refutations:The Growth of Scientific Knowledge. London & NewYork: Routledge. Sumber Gambar danVideo: en.wikipedia.org www.pexels.com www.videvo.net
  • 21. BiografiSingkat Februari 2017–Sekarang Dosen Luar Biasa • Sekolah Kajian Strategik dan Global, Universitas Indonesia, Jakarta. Agustus 2003–Agustus 2020 DosenTetap • SekolahTinggi Hukum Galunggung,Tasikmalaya. November 2017–Agustus 2019 Direktur Pendidikan Keunggulan Digital • Sakola,Tangerang. Agustus 2018–November 2018 Koordinator Penyusun Masterplan Perpustakaan Umum DKI Jakarta 2018 • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Jakarta. Januari 2016–Desember 2016 Tenaga Ahli pada Program Usaha Bersama Komunitas • Kementerian Desa, IDT, danTransmigrasi, Jakarta. Juni 2013–Desember 2013 Konsultan Manajemen Organisasi & Koordinator Program Pelatihan Riset • Desantara Foundation, Depok. April 2009–Juni 2013 Konsultan Junior UMKM • Pusat Pengembangan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (P3UKM) Bank Indonesia,Tasikmalaya. Catatan: Di Sakola, saya juga merangkap jabatan sebagai Duta Kecerdasan DigitaI (Digital Intelligence Quotient Ambassador) dari DQ Institute di Singapore.