8. Sementara, situasi di rumah cenderung stabil.
Orangtua punya kontrol penuh,
kebutuhan anak hampir selalu terpenuhi,
tidak ada konflik.
9. Di dalam kelas, anak berinteraksi dengan belasan
anak lain seusianya dengan kebutuhan sama.
Bicara pun masih belajar,
apalagi mengatasi konflik dengan teman baru.
11. Ada juga situasi unik.
Awalnya tidak ada masalah adaptasi,
lalu sebulan kemudian baru menangis.
Mungkin anak baru menemui konfliknya di kelas.
12. Biasanya, sebelum usia 2 tahun,
anak masih butuh pendampingan.
Ini tergantung usia anak, kesiapannya,
dan kesepakatan dengan guru.
13. Setelah usia 2 tahun, anak lebih siap dan mandiri.
Namun, untuk bisa berada di kelas
tanpa pendampingan, perlu tahapan.
14. Setelah lancar melalui tahapan ‘perpisahan’,
jika anak kemudian menangis,
orangtua boleh lebih tega dan
mempercayakan kepada guru.
15. Rasa percaya pada sekolah atau guru ini penting.
Jika orangtua percaya,
orangtua akan lebih tenang dan tentu anak akan santai.
Perhatikan bagaimana proses persiapannya.
16. Setiap anak itu unik,
jadi pasti memerlukan penanganan yang unik juga.
17. Bagaimana jika anak ‘mogok’ sekolah?
Biasanya kita tergoda untuk memaksa.
Toh selama ini tidak ada masalah.
18. Jika anak ‘mogok’,
pertama-tama orangtua harus berdiskusi dengan guru.
Yang harus dibahas dengan guru:
Apa yang terjadi di dalam kelas sebelumnya?
19. Atau, bagaimana anak saat menjalani kegiatan kelas.
Mungkin guru perlu home visit.
20. Tanyakan saja pada anak,
kenapa dia tidak mau sekolah.
Kadang jawaban pertamanya
adalah isu sebenarnya.
21. Lebih baik membiarkan anak bolos
daripada kita bohongi supaya mau sekolah.
Anak akan kehilangan kepercayaan.
Pada akhirnya, kita mau anak menikmati masa sekolah, kan?
22. Paling baik jika anak sudah tahu
sekolahnya yang mana, kelasnya seperti apa,
gurunya yang mana.
23. Sekolah yang mementingkan kesiapan muridnya,
pasti akan memberi kesempatan interaksi
sebelum sekolah dimulai.
24. Kesempatan ini bisa berupa class visit,
bahkan home visit atau playdate dengan guru
agar anak bisa menyesuaikan diri secara bertahap.
25. Orangtua juga sebaiknya proaktif
mengajak anak orientasi ke sekolah untuk bermain dulu,
sebelum bersekolah.
27. Tapi, lebih penting lagi, dengarkan kebutuhan anak.
Jika ia minta ditemani dulu, sebaiknya kita penuhi.
28. Sekali lagi,
sekolah yang mementingkan kesiapan muridnya,
pasti memperbolehkan orangtua menemani anak
di hari atau bahkan di minggu pertama.
29. Periode ‘menemani’ ini cukup penting.
Sering kita tergoda untuk mengambil langkah cepat,
misal, buru-buru atau tidak pamit saat meninggalkan anak,
padahal sudah berjanji untuk menemani.
30. Atau langsung mengambil alih anak dari gurunya
saat dia menangis,
atau membohonginya saat anak menolak sekolah.
31. Hasilnya anak menjadi tidak percaya
dan makin tidak suka sekolah.
Ikuti saja dan jalani kesepakatan dengan anak.
32. Jika anak sudah percaya dan nyaman,
barulah pelan-pelan ditinggal.
Ini akan membantu kesiapan anak.
33. Jika murid siap, guru juga jadi lebih bisa
menjalankan perannya dengan baik.
34. Selalu ingat bahwa tujuan akhirnya
adalah agar anak senang sekolah.
Jadi, keputusan yang diambil harus dipertimbangkan
efek jangka panjangnya