8. Kebutuhan khusus permanen diakibatkan
kondisi fisiologis seperti kelainan genetik
atau kerusakan saraf otak.
9. Kondisi fisiologis inilah yang kemudian mempengaruhi
kondisi fisik dan kognitif anak
sehingga mempengaruhi perkembangannya.
10. Kondisi seperti ini biasanya sudah didiagnosa
sebagai kebutuhan khusus tertentu,
misalnya autistik, ADD/ADHD, Down Syndrome,
dan lainnya dengan berbagai spektrum.
11. Yang permanen ini tentu saja bisa ditangani
lewat dukungan teratur, penerimaan
dan kerjasama orangtua yang baik hingga anak punya cara
menyesuaikan diri, meskipun tidak 'sembuh'.
12. Ada ciri tertentu untuk setiap kebutuhan khusus.
Namun, kondisi setiap anak itu unik,
sehingga panduan ciri-ciri tadi kadang tidak semuanya terlihat.
13. Karena itu, muncul beragam spektrum
dari ringan hingga berat,
tergantung berapa ciri yang terpenuhi
dari kebutuhan khusus tadi.
14. Tidak dianjurkan untuk memberi label
berdasar satu ciri saja.
Sebaiknya berkonsultasi dengan ahlinya
agar penanganannya juga tepat.
15. Apalagi sekarang banyak kebutuhan khusus
yang muncul akibat pola asuh
atau kurang stimulasi
sehingga banyak kasus salah diagnosa.
16. Pada beberapa kebutuhan khusus,
perbedaan fisiknya jelas terlihat.
Misalnya, anak dengan Down Syndrome,
perkembangannya juga lebih lambat.
18. Mereka mungkin lebih memperhatikan
mengapa temannya mungkin masih 'ngeces' seperti bayi,
mengompol, menghisap jempol,
atau belum lancar bicara.
19. Kita bisa menjelaskan dengan menunjukkan contoh
setiap orang di dunia ini unik, berbeda satu sama lain.
Mulai dari rambut lurus, ikal, kulit hitam atau putih,
ada yang suka main boneka, mobil.
22. Sama seperti penanganan konflik pada umumnya,
setiap pihak harus tahu apa penyebab konflik
dari sudut pandang setiap pihak agar bisa memahami.
23. Penanganan konflik dengan anak berkebutuhan khusus
mungkin sama seperti menangani konflik anak
dengan adik atau anak yang lebih kecil.
24. Adik atau anak yang lebih kecil
tentunya memiliki tingkat perkembangan berbeda,
sama seperti anak berkebutuhan khusus ini.
25. Jelaskan bahwa temannya ini masih belajar
cara berteman dengan benar.
Mungkin sebenarnya temannya ingin main bersama
tapi tidak tahu caranya jadi harus diajari atau perlu waktu.
26. Penting untuk menutup percakapan tentang
teman berkebutuhan khusus ini dengan mengajak anak
untuk ikut membantu temannya belajar.
Ini akan menumbuhkan empati.
27. Jika ada anak berkebutuhan khusus di kelas,
guru sebaiknya menjelaskan ke semua teman-temannya
di kelas tentang kondisi anak tersebut
dan bagaimana membantunya.