2. Tidak berdaya, tergantung,
kurang pengetahuan tentang
bahaya dan perlindungan diri.
Ciri-cirinya, berdasar riset: tidak
bisa bilang tidak, konsep diri
rendah, tidak terbiasa
berekspresi secara verbal.
Efek ke korban makin
memperkuat ciri-ciri tsb di atas.
Risiko terbesar usia 4-6 tahun.
Orang yang dikenal, berada
di bidang yang dekat
dengan kehidupan anak.
Menggunakan grooming
technique – kadang juga
kepada orangtua anak.
Jumlah pelaku remaja dan
perempuan meningkat.
Menggunakan sogokan,
ancaman, pemerasan emosional,
dan kekerasan fisik.
4. Seks itu alamiah, tapi perilaku seks yang bertanggung jawab adalah
hasil PROSES belajar secara EKSPLISIT.
Tantangan orangtua: tidak tahu caranya, tidak mendapatkan
pendidikan seks dan merasa tidak perlu mengajarkan ke anak,
kesibukan – nggak sempat.
Anak memerlukan pemahaman yang utuh, sehat, dan benar.
Orangtua, yang membuka diri sebagai sumber informasi yang
terpercaya, tidak menunda menjawab pertanyaan anak.
Hilangkan rasa tabu dan malu yang dimiliki orangtua.
Sedini mungkin - orangtua yang aktif.
Sesuai tahapan perkembangan anak.
Mulai dengan pendekatan positif, kesempatan rutinitas fisik sehari-hari.
sejak dini
5. Mengenali emosi (belajar merasa nggak nyaman)
Belajar mempercayai intuisi dan dirinya (memaksa makan dan tidur)
Menghindari cemburu/iri
Tubuh (perawatan, tanggungjawab dan penghormatan pribadi)
Pola berpakaian & kesederhanaan (modesty)
Hidup seimbang (termasuk jadwal kegiatan harian)
Olahraga dan tubuh
Apa yang diajarkan?
IDENTITAS DIRI
6. Peran gender & stereotip
Memulai pertemanan, kehilangan teman, dan stres sosial
Sentuhan yang aman dan yang tidak, tepat/tidak
Privasi
Untuk
anak
yang
lebih
besar
(8
tahun
ke
atas):
Ajarkan tanda-tanda yang dapat diinterpretasikan sebagai
rayuan atau tingkah laku mengundang (flirting, sexy, and
seducing) lewat contoh sehari-hari.
Bahas kemungkinan anak ‘ngefans’ pada orang dewasa/yang
lebih tua dan bagaimana bereaksi terhadap emosi ini.
Apa yang diajarkan?
HUBUNGAN ANTAR TEMAN DAN LAWAN JENIS
7. Fisiologi sistem reproduksi, perbedaan menetap laki-laki dan
perempuan
Kewajiban dan komitmen dalam pernikahan
Apa yang diajarkan?
SEKSUALITAS & PERNIKAHAN
KETRAMPILAN TRANSDISIPLIN
Membedakan keinginan dan kebutuhan
Asertif, tidak submisif, dan agresif
Membuat batasan perilaku (kesepakatan, konsekuensi, dan
konsistensi)
8. Ortu wajib berlatih membuka dan memancing percakapan
Pertanyaan anak adalah wajar dan merupakan kesempatan
mendidik
Gunakan alat bantu, misalnya situasi, film, atau buku
Gunakan berbagai cara memancing pertanyaan
Hindari conversation blocker, selalu mendengar dan rangsang
diskusi
Ajarkan anak untuk membedakan rahasia baik dan rahasia buruk.
Rahasia buruk harus diceritakan dan bukan bagian dari privasi dan
bukan berarti mengadu.
dan hubungan interpersonal yang baik
NGOBROL
9. Amati kegiatan harian anak dan jeli saat melihat ada perubahan
pola tidur, frekuensi buang air, motivasi sekolah, dll.
Bangun rutinitas kegiatan bersama anak yang membantu kita
mengidentifikasi masalah dengan cepat
Pastikan anak punya hubungan yang baik dan terbuka dengan
beberapa orang dewasa lain yang dapat dipercaya, misalnya
kakek-nenek, om-tante, atau guru.
Dalam situasi-situasi tertentu, sering anak lebih nyaman dan
cepat bercerita pada pihak selain orangtua yang bisa menjadi
jangkar pengaman sosial orangtua.
dan hubungan interpersonal yang baik
KENALI ANAK DENGAN BAIK
11. Ajarkan anak tentang apa yang harus dilakukan
bila mereka berada dalam kondisi yang tidak
nyaman dan tidak aman.
Berteriak, atau lari dan melaporkan kepada
orang dewasa di rumah dan sekolah.
Praktekkan seberapa keras suara yang
terdengar, sikap tubuh yang tepat, dst.
kemampuan
12. Kontrol emosi dan kekhawatiran kita
Berikan contoh yang baik, misalnya tidak memaksa mencium anak
Bersikap terbuka Sabar Gunakan humor
Atasi sikap anak yang menantang dengan tenang