1. Bimbing Si Kecil untuk Belajar Mandiri
Orang tua mana yang tidak mau melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Tampaknya memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orang tua dalam mendidik
anak-anaknya. Kemandirian bukanlah sifat bawaan sejak lahir tetapi kemandirian itu perlu di
bentuk sejak dini. Kemandirian sangat penting dimiliki oleh anak-anak kita karena tanpa sifat
kemandirian ini maka anak-anak akan tergantung pada orang lain. Kemandirian ada yang
bersifat kemandirian fisik artinya secara fisik ia mampu mandiri, kemandirian secara mental
adalah anak tidak ketergantungan kepada orang tua atau orang lain.
Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan
otonominya. Pada umumnya anak mulai menunjukkan kemandirian pada usia 18-24 bulan. Si
kecil mulai ingin memegang sendok dan memasukkan sendiri ke mulutnya. Memegang mug
atau botol susu sendiri. Ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Dia ingin melakukan sesuatu
saat itu. Tetapi biasanya guru bahkan orang tua terkadang terlalu melindungi anak. Ketika dia
ingin memanjat kursi, banyak yang melarang dia, “Jangan nanti jatuh”. Ketika dia memegang
sesuatu tidak diperbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya. Nah, akhirnya anak ini
menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang diberikan orang tua atau apa yang diberikan
oleh gurunya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun maka kita sudah mulai membentuk sebuah
pola dalam diri anak. Untuk menjadi pasif dan tidak mandiri. Semua itu perlu latihan. Orang
tua dan guru tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses.
Inilah permasalahannya, sebagai guru atau orang tua harus melatih anak untuk memiliki
karakter mandiri. Kita harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk
mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat-sangat berguna
bagi perkembangan karakternya.
Jadi pastikanlah Anda memberikan suatu kesempatan pada anak Anda untuk melakukan hal-
hal telah mampu dilakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter
mandiri, percaya diri dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dan guru agar si kecil dapat belajar
mandiri.
1. Sikap dan Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Orang Tua
Dukungan lembut orang tua di saat-saat anak ingin mandiri sangat penting. Dengan
membiarkan anak melakukan berbagai hal sendiri, sehingga orang tua telah memberi
2. kesempatan pada buah hati untuk membangun kepercayaan diri dan belajar dari
kesalahan.
a. Pola Asuh
Hal pertama yang harus bunda perhatikan adalah pola asuh anak sejak kecil.
Jangan bunda biarkan anda selalu melayani keinginan dan permintaan si kecil
coba bunda ajarkan dari hal terkecil misal suruh anak untuk mengambil
mainannya sendiri atau merapikan mainannya sendiri.
b. Tegas
Orang tua harus tegas dalam menerapkan suatu aturan di rumah misal anak harus
sudah mandi sendiri pada usia TK atau SD walaupun belum bersih dan biarkan
saja terlebih dahulu baru setelah ia terbisa kemudian beri penjelasan cara mandi
yang bersih. Jangan sekali-kali memandikan anak hanya karena ia kurang bersih
karena hal ini akan membuat anak melakukannya lagi.
c. Percaya
Berilah kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan misal
memakai celana atau bajunya jika masih ada kekurangan bunda beri tahu dan beri
contoh yang benar.
d. Teladan
Bunda berikan teladan kemandirian pada anak agar ia mempunyai figur
kemandirian yang bisa ia contoh yaitu ayah dan ibunya.
e. Beri Kesempatan Memilih
Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan
oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia
terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat
keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu di hari itu,
ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan
siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi
ke pesta ulang tahun temannya, misalnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan -
keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak
menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupannya.
f. Hargailah Usahanya
Hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri
kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang
membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri bungkus permennya. Terutama
3. bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur. Untuk itu sebaiknya otang tua memberi
kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk
membantu membukakannya.
g. Hindari Banyak Bertanya
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua , yang sebenarnya dimaksudkan
untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang
terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yang
baru kembali dari sekolah, akan kesal bila diserang dengan pertanyaan -
pertanyaan seperti, "Belajar apa saja di sekolah?", dan "Kenapa seragamnya
kotor? Pasti kamu berkelahi lagi di sekolah!" dan seterusnya. Sebaliknya, anak
akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek : "Halo
anak ibu sudah pulang sekolah!" Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin ia
ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpa harus
di dorong-dorong.
h. Jangan Langsung Menjawab Pertanyaan
Meskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang
benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas orang tua adalah untuk
mengkoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia
benar. Kesempatan ini akan melatihnya untuk mencari alternatif-alternatif dari
suatu pemecahan masalah. Misalnya, "Bu, kenapa sih, kita harus mandi dua kali
sehari? " Biarkan anak memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia
ketahui. Dengan demikian pun anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima
jawaban orang tua, yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku.
i. Dorong untuk Melihat Alternatif
Sebaiknya anak tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah , orang tua bukanlah
satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar
rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu,
cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain
yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu.
Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan
tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri. Misalnya, ketika si
anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi
4. bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban : "Coba,ya, nanti kita periksa ke
bengkel sepeda.
Akitivitas di rumah yang dapat membantu mengembangkan sikap mandiri pada anak,
yaitu:
Membereskan tempat tidur
Merapikan seprai dan selimut mungkin agak
susah buat tangan-tangan mungil anak. Mereka
belum bisa meraih sampai ke seberang tempat
tidur. Tapi bila orang tua cukup toleran terhadap
sedikit kerutan di seprai, membereskan tempat
tidur cukup menyenangkan bagi anak. Mereka
bisa merapikan bed cover, menepuk-nepuk
bantal, dan menyusun boneka-bonekanya.
Menyiapkan makan malam
Menata makan malam adalah tugas penting karena seluruh keluarga akan
memperhatikan pencapaian anak ketika mereka duduk bersama-sama untuk
menyantap hidangan. (Tak apalah kalau antara garpu dan sendok berada di sisi yang
salah, asalkan setiap orang masih mendapat sendok dan garpu). Biarkan ia meletakkan
kreasi Lego atau kerajinan tangan lain yang ia buat di sekolah sebagai hiasan di meja
makan yang bisa menarik perhatian.
Merapikan mainan
Sediakan waktu bersih-bersih setelah acara bermain. Lakukan dengan cepat sambil
bersenang-senang, yang harus ia lakukan hanyalah meletakkan semua benda itu di
wadahnya masing-masing dan meletakkannya di rak.
Menata pakaian
Pakaian yang sudah dicuci dan diseterika dipilah dan disusun bersama anak di lemari
pakaiannya. Kaus kaki juga bisa ia pilah dan masukkan ke dalam laci tempat kaus
kaki.
Memakai baju sendiri
Selain mulai belajar mandiri lewat aktivitas memakai baju
sendiri, anak juga belajar mandiri dalam menentukan pilihan
5. baju yang akan dipakai. Belajar tampil ’dewasa’. Biasanya anak senang jika terlihat
'sudah besar'. Anda bisa bilang "Wah anak mama sudah besar ya...cantik deh pakai
rok kotak-kotak gitu. Kalau sudah besar begini, berarti tidak ngompol lagi ya...."
Belajar mendapat perhatian. Anak mana yang tidak suka diperhatikan. Ia akan
mencoba cara-cara untuk cari perhatian, termasuk lewat baju yang ia kenakan
Biasakan anak pipis sendiri di toilet
Saat si kecil menginjak usia dua atau tiga tahun,
adalah masa-masa penting untuk mengajari
penggunaan toilet agar anak pipis sendiri. Hal
yang perlu dilakukan adalah memperhatikan
kebiasaan anak kapan dia merasakan ingin pipis
ataupun buang air besar. Mulailah untuk
melepas popoknya pada usia satu atau dua
tahun. Ganti dengan celana dalam biasa. Jika ia
masih enggan ke kamar mandi, biarkan dulu
saat ia mengompol. Ketika baju atau celananya basah atau kotor karena pipis atau pup
si kecil, Anda bisa membawanya ke toilet untuk membersihkannya. Tindakan tersebut
akan membuat si kecil mengerti, bahwa kotorannya harus dibuang ke toilet. Ajarkan
secara perlahan dan hindari bentakan saat ia merajuk enggan ke toilet. Jika Anda
memarahinya, akan semakin membuatnya enggan ke toilet.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan toilet training. Orang tua
bisa membeli alat berbentuk mirip kloset dalam versi kecil yang memang didesain
untuk anak-anak. Dengan bentuk yang menarik dan gambar-gambar yang lucu,
membuat anak tidak takut untuk pergi ke toilet. Orang tua bisa meletakkan ¨kloset¨
tersebut di samping bak mandinya, agar anak terbiasa menggunakannya sebelum
akhirnya ia menggunakan kloset sungguhan. Biasakan pula untuk mengajaknya ke
toilet saat menjelang tidur dan ketika bangun tidur. Saat anak sudah berusaha untuk
belajar ke toilet sendiri, jangan lupa untuk memberikan pujian padanya. Hal itu akan
membuatnya senang dan bangga. Jadi, jangan ragu untuk mengajari anak pipis sendiri
sejak dini
2. Sikap dan Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Guru
Sebagai pendidik anak usia dini, kita perlu melakukan beberapa hal, tentang
bagaimana membuat anak menjadi lebih mandiri saat mereka ada di dalam kelas,
6. sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar (sambil bermain), mereka bisa
mengerjakan segala tugas yang kita berikan dengan mandiri.
a. Peraturan Kelas
Buatlah semacam peraturan kelas yang sederhana. Salah satunya ,”Tidak boleh
ditemani Mama atau Papa di dalam kelas”. Jangan lupa untuk mengatakan hal ini
pada setiap pertemuan/ kelas, agar sang anak termotivasi untuk bisa menjadi anak
yang mandiri.
b. Orang Tua Jangan Melarikan Diri
Sebaikanya kita harus menghindari hal-hal yang bisa membuat anak merasa tidak
nyaman, cemas, dan gelisah, saat berada di dalam kelas. Salah satunya, dengan
meminta orang tua untuk melarikan diri secara diam-diam tanpa sepengetahuan
sang anak.
c. Mengamati Perkembangan
Bila kita melihat seorang peserta didik yang masih mau ditemani oleh orang
tuanya, sebaikanya kita jangan cemas terlebih dahulu. Jangan sampai hari pertama
anak sekolah, menjadi hari yang buruk bagi anak didik. Biarkan mereka bermain
dan belajar ditemani oleh orang tuanya, sambil anda terus berkenalan, dan
membina hubungan baik dengan sang anak. Hal ini sangat penting, agar anak
didik merasa nyaman di kelas terlebih dahulu, dan kita pun bisa menjadi sahabat
bagi anak didik. Kesan yang baik di awal pertemuan, akan mempermudah langkah
selanjutnya.
d. Memotivasi di Setiap Pekerjaan
Memberikan motivasi kepada anak didik di setiap pekerjaan sangat penting. Hal
ini sangat berhubungan dengan kenyamanan anak didik di kelas. Motivasi-
motivasi bisa berikkan dengan pujian di setiap pekerjaan yang diselesaikan oleh
anak didik, memajang pekerjaan di dinding atau papan sekolah, memberikan
hadiah bila anak didik berhasil menyelesaikan tugasnya, dan masih banyak lagi.
e. Berikan Pujian
Berikan pujian yang “lebih” kepada anak didik yang sudah mau belajar di kelas
secara mandiri, dengan mengatakan,”Bagas pinter…… Sudah nggak ditemeni
sama Mamanya…. .” Hal ini juga dilakukan untuk memotivasi anak yang masih
ditunggui orang tuanya, agar tertular untuk mau belajar secara mandiri.
7. f. Komunikasi dengan Orang Tua
Tetaplah menjalin komunikasi dengan orang tua, untuk menyusun strategi yang
baik, agar sang anak bisa belajar secara mandiri. Tanyakan kepada orang tua
tentang hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai oleh sang anak. Misalnya, bila
sang anak tidak suka menari, sang guru pun jangan melakukan pemaksaan kepada
sang anak untuk menari.
g. Ajak Bermain di Luar Kelas
Ada beberapa anak, memerlukan beberapa tahap untuk membuatnya nyaman
berada di lingkungan sekolah. Agar sang anak memiliki pemikiran yang indah
tentang belajar di sekolah, ajaklah anak didik untuk bermain di luar kelas.
Misalnya di taman atau ruang bermain.
h. Menyanyikan Lagu yang Memotiviasi untuk Hidup Mandiri
Guru dan anak didik bersama-sama menyanyikan lagu tentang kemandiriani setiap
pertemuan kelas, agar di dalam hati anak didik tertanam semangat untuk hidup
mandiri.
i. Meliburkan Anak Sementara
Bila memang tidak ada cara lain, liburkan anak selama beberapa hari. Biarkan
orang tua membujuk anak, agar mau kembali ke sekolah. Kemungkinan emosi
anak belum baik sehingga sulit untuk menerima suasana dan hal yang baru. Setiap
anak akan lebih mudah untuk menerima hal-hal yang baru saat keadaan hatinya
baik.
Sikap dan tindakan dari orang tua dan guru yang telah dipaparkan diatas dapat membantu
anak untuk belajar mandiri. Kemandirian anak dimulai dari aktivitas-aktivitas yang
sederhana, namun perlu dibimbing dan diulang agar menjadi suatu kebiasaan yang baik.
Dari berbagai sumber