Perkembangan pendidikan dan pers pada masa Hindia Belanda memberi pengaruh besar terhadap munculnya nasionalisme di Indonesia. Politik etis Belanda memperkenankan pendidikan bagi golongan tertentu, sehingga muncul golongan terpelajar yang menyadari pentingnya kemerdekaan. Mereka memanfaatkan pers untuk menyebarkan gagasan nasionalisme. Surat kabar seperti Darmo Kondo dan Hindia Poetra menjadi sarana organisasi pergerakan se
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
PERAN_PENDIDIKAN
1. Kelompok :
1. Ari Ratnaningsih
2. Frestiany Regina Putri
3. Purwaning Puspitasari
4. Reza Bayu Widiono
5. Tri Herlina Sari Rahayu
2.
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika
keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol
superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit
berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah.
Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika pada
tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan
Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam
peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat
juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di
Indonesia.
Faktor Ekstern dalam Mendorong Munculnya
Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme
3.
b . Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk
All India National Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris
Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma
Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi,
Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha
mengandung makna yang memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di
Indonesia.
c . Filipina di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam
perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang
merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892
Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol.
Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme
Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal
dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam
pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan
Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para
cendekiawan di Indonesia.
4.
d . Gerakan Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644
sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena
dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat
menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti
Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh
karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing
yaitu para imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap
penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan
terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul
oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di
tanah air Indonesia.
e . Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut
adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan
masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi
pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-
pembaruan dan modernisasi.
5.
a. Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional
pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua
kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan
sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir
seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan
angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat
menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah
perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada dekade
awal abad XX.
Faktor Intern dalam Mendorong Munculnya
Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme
6.
b. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang
panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis hingga
colonial Belanda. Politik devide et impera, monopoli
perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi
merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu
menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran
nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang
persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan
itu dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang
bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan
kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-
organisasi pemuda.
7.
c. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak
dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya
perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh
keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Pada tahun 1899, Mr. Courad
Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam
terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan
dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld
yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam tulisan
tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat
diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh karena
itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk itu
harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya
yang dikenal dengan Trilogi van Deventer.
8.
d. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia saat itu;
pendidikan di surau/langgar, pesantren, dan madrasah.
Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan
ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya
juga mulai disentuh.
e. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di
Indonesia
Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan
antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa,
Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh.
Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche
School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam).
9.
f. Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kebijakan Belanda menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia
diantaranya keturunan Cina diberi kesempatan untuk menguasai
bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari
pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi lebih
agresif. Peristiwa itu pembangkitkan persatuan yang kokoh di
antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara
bersama pengaruh dari pedagang Cina.
g. Peranan Bahasa Melayu
Bahasa Melayu sudah lama menjadi bahasa pergaulan
umum (Lingua Franca). Dalam perkembangannya, bahasa
Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia.
Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu
menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat
kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
10.
h. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India = Hindia dan
kata nesos = kepulauan, sehingga kata Indonesia berarti
Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan
Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah
banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R.
Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck
Hurgronje dll.
11.
Pelaksanaan Politik Etis terutama dalam bidang edukasi membawa
dampak bagi perubahan masyarakat Indonesia. Politik Etis adalah
kebijakan pemerintah Kolonial Belanda sebagai balas budi terhadap
kemakmuran yang berasal dari Indonesia. Penganjuran Politik Etis adalah
C. Th. Van Deventer. Ia menulis karangannya dalam mmajalah De Gids
pada tahun 1899 dengan judul Een Ereschuld (Hutang Budi). Dalam
karangannya Van Deventer menyebutkan bahwa Belanda telah
memperoleh kekayaan yang cukup banyak dari Indonesia sebagai hasil
dari jerih payah bangsa Indonesia. Salah satu caranya dengan
melaksanakan Trilogi Van Deventer, yang isinya
a. Irigasi (Pengairan)
b. Emigrasi (perpindahan penduduk)
c. Edukasi (pendidikan)
Peran Pendidikan dalam Mendorong
Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme
12.
Walaupun Belanda telah melaksanakan Trilogi Van Deventer,
tetapi belum dapat mengubah nasib bangsa Indonesia. Politik
Etis lebih menguntungkan Belanda dibanding Indonesia.
Namun, di bidang edukasi bangsa Indonesia memperoleh
sedikit kemajuan. Misalnya, diperbolehkannya bangsa
Indonesia belajar di perguruan tinggi, walaupun ketentuan ini
hanya berlaku bagi golongan tertentu. Namun, kesempatan yang
hanya sedikit ini telah melahirkan Golongan Terpelajar
(intelektual) atau Elite Nasional.
Golongan terpelajar dapat mengetahui bahwa tujuan politik
Belanda semata-mata untuk memperoleh keuntungan bagi
Belanda sendiri. Bahkan, mereka juga mengetahui bahwa
penjajahan yang dilakukan Belanda ternyata bertentangan
dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu, golongang terpelajar
semakin menyadari bahwa bangsa Indonesia dapat mencapai
kesejahteraan apabila merdeka, bebas dari penjajahan, dan
mengatur pemerintahan sendiri.
13.
Golongan terpelajar yang pertama-tama menyadari
buruknya nasib bangsanya adalah para pelajar di
lingkungan Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) di Batavia,
dengan tokoh-tokohnya antara lain dr. Wahidin
Sudirohusodo, dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, dan
dr. Gunawan Mangunkusumo.
Dengan kesadaran yang tinggi, golongan terpelajar merasa
terpanggil untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan.
Mereka tampil sebagai pelopor, penggerak dan pemimpin
pergerakan nasional dengan tujuan untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia.
14. Dalam mencapai cita-cita perjuangan nasional, pers mempunyai peranan
penting. Hal ini karena pers menjadi sarana untuk menggalang persatuan
dan kesaruan bangsa, serta sarana berjuang untuk menuntut
kemerdekaan.
Salah satu hal mendasar yang dialami oleh para pejuang, khususnya pada
masa pergerakan nasional adalah bagaimana mengkomunikasikan
perjuangan itu pada pihak lain. Kurangnya komunikasi ini dapat
memberikan dampak negatif dalam sebuah perjuangan. Komunikasi
sangat bermanfaat dalam upaya mengkoordinasikan perjuangan. Salah
satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mengkomunikasikan
perjuangan itu adalah melalui pers. Ketajaman “pena” pers itu dapat
memberikan motivasi pada para pejuang, sebab bagaimanapun sebuah
terbitan pasti memiliki “warna” dan nuansa yang subjektif.
Peran Pers dalam Penguatan Ruh Kebangsaan
dan Nasionalisme
15.
Secara umum, pers harus mampu memeperjuangkan
objektivitas, menjadi alat pendidikan, alat penyalur aspirasi,
sebagai lembaga pengawasan dan juga sebagai upaya untuk
penggalangan opini umum. Dengan demikian, pers dapat
berfungsi sebgai alat perjuangan bangsa. Bagi bangsa
Indonesia pada masa pergerakan nasional itu, pers dapat
berfungsi sebagai alat propaganda demi kepentingan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, kedudukan pers amat penting.
Surat kabar pertama di Indonesia adalah “Bataviase
Nouvelles” (1744). Kemudian berturut-turut terbit surat
kabar “Batavia Courant” (1817), “Bataviasche Handelsblad”
(1829), “Soerabajasche Courant” (1813), dan
“Semarangsche Advertemtieblad” (1845).
16.
a. Jakarta : Dini Hari, Sinar Terang, Bintang Betawi,
Bintang Johar, Bianglala, dan Bintang Barat
b. Semarang : Sinar Jawa dan Sinar Hindia
c. Yogyakarta : Retnodoemilah
d. Surakarta : Bromartani dan Jawi Kondo
e. Surabaya : Bintang Timur dan Cahaya Mulia
f. Makassar : Matahari
g. Manado : Cahaya Siang
h. Ambon : Penghantar
Sejak tahun 1850 di berbagai kota di Indonesia,
telah terbit beberapa surat kabar antara lain :
17.
Tumbuhnya pers nasional dan perjuangan tidak dapat
dipidahkan dengan pertumbuhan pergerakan nasional,
sebab orang-orang yang menjadi pemimpin surat kabar
sekaligus juga tokoh-tokoh pergerakan nasional. Oleh
karena itu, hampir semua organisasi pergerakan nasional
punya media massa sendiri sebagai pembawa suatu
organisasi agar bisa menarik massa, bahkan ada yang
memiliki lebih dai satu media massa.
18.
a) Budi Utomo, memiliki surat kabar Darmo Kondo dan
Retnodoemilah.
b) Sarekat Islam, memiliki surat kabar Oetoesan Hindia,
Pantjaran Warta, dan Saroetomo
c) Indische Partij, memiliki surat Kabar De Express, Het
Tijdschrift, Tjahaja Timur, dan Kaoem Moeda
d) Perhimpunan Indonesia, memiliki surat kabar Hindia
Poetra yang terbit di Belanda tahun 1916. Pada tahun
1924, surat kabar ini diubah namanya menjadi Indonesia
Merdeka
Contoh beberapa organisasi pergerakan nasional
yang mempunyai media massa yaitu :
19. 1. Dr. Wahidin Sudirohusodo
redaktur surat kabar “Retnodoemilah”
2. Ki Hajar Dewantara
redaktur tiga majalah De Bewending, Persatuan Hindia dan
Pengunggah.
3. Abdul Muis dan H. Agus Salim
pimpinan surat kabar “De Express”.
4. E.F.E Douwes Dekker
pemimpin surat kabar “De Express”
5. Dja Endar Muda
pemimpin redaksi Perca Barat di Padang (1903) dan Pewarta
Deli di Medan
Tokoh-tokoh Pers Zaman Pergerakan Nasional,
antara lain :