1. PENTINGNYA PENDIDIKAN SEX SEJAK USIA DINI
Mengapa Pendidikan Sex Penting?
Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika tidak
mendapatkan pendidikan seks yang sepatutnya, mereka akan termakan mitos-mitos tentang seks
yang tidak benar. Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki
perhatian khusus terhadap anak-anak mereka atau dari guru – guru di tempat mereka belajar.
Masalah seks masih dianggap tabu dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk
mengajarkannya kepada anak-anak. Kenyataannya banyak terjadi eksploitasi seks pada anak-anak
di bawah umur. Eksploitasi seks pada anak dibawah umur nyatanya juga sering terjadi oleh orang-
orang terdekat yang bahkan dilakukan oleh keluarga korban sendiri. Meningkatnya kasus kekerasan
merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya
sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh orang tuanya. Tetapi persepsi masyarakat mengenai
pendidikan seks yang masih menganggap tabu untuk dibicarakan bersama anak menjadi sebab yang
harus dibenahi bersama untuk membekali anak melawan arus globalisasi yang semakin transparan
dalam berbagai hal termasuk seksualitas.
Mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah
dalam hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya
dimulai saat anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa melakukan komunikasi dua
arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan pengenalan organ
tubuh internal.
Di dalam Islam, isu yang berkaitan dengan seks bukanlah perkara asing, dibicarakan dengan
begitu luas oleh para ilmuan dan para ulama, pembicaraan masalah seks tersebut bukanlah
berdasarkan kepada pandangan mereka semata-mata tetapi adalah berdasarkan kepada pandangan
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Perbincangan tentang seks senantiasa dikaitkan dengan persoalan aqidah,
akhlak, menjauhi kemungkaran, dan tidak mendatangkan kemudahratan terhadap orang lain.
Sebagai contoh, Qur’an telah menggambarkan institusi perkawinan sebagai sebuah institusi yang
suci yang mampu memberikan ketenangan dan kasih sayang, hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir Apabila membicarakan perkara yang berkaitan dengan
penyelewengan seks seperti zina”. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an : “Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk”.
Pengertian Pendidikan Sex
Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian
besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin, yang membedakan
laki-laki dan perempuan secara biologis.
Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat
dilanjutkan pada reproduksi seksualnya dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan
hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang. Sementara dr.
Warih A Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J. menjelaskan bahwa “Pendidikan seks usia dini bukan berarti
mengajarkan bagaimana cara melakukan seks. Namun pendidikan seks pada usia dini menjelaskan
tentang organ-organ yang dimiliki manusia dan apa fungsinya”.
2. Tujuan Pendidikan Sex
Tujuan pendidikan seks sesuai usia perkembangan pun berbeda-beda. Seperti pada usia
balita, tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti menjelaskan
anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya. Jika tidak dilakukan
lebih awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah seperti memiliki
kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau
masalah lainnya.
Untuk usia sekolah mulai 6-10 tahun bertujuan memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki
dan perernpuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar
agar terhindar dari kuman dan penyakit.
Sedangkan usia menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan masa
pubertas dan karakteristiknya,serta menerima perubahan dari bentuk tubuh. Pendidikan seks
berguna untuk memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas),
menanamkan moral dan prinsip "say no" untuk seks pranikah serta membangun penerimaan
terhadap diri sendiri. Bahkan, pendidikan seks juga penting diberikan pada anak di usia pranikah
untuk pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
Bagaimana memulai komunikasi dengan anak?
Menguasai munculnya perasaan seksual dan pembentukkan kesadaran terhadap identitas
seksual merupakan proses yang beragam dan panjang. Memahami besarnya keingintahuan anak
tentang perilaku seksual yang sering dilihatnya mengharuskan adanya komunikasi yang intens antara
orang tua dan anak agar informasi yang didapatkan bisa menjadi benteng pertahanan diri bukan
malah menjerumuskan masa depan anak karena tidak mendapatkan informasi yang tepat.
Sebagai contoh pertanyaan yang lazim ditanyakan anak usia 3-6 tahun adalah, “Ibu, dari
mana aku lahir?” Orang tua dapat menjawab, “Dari rahim Ibu, adek keluar melalui vagina (kemaluan
perempuan)”. Bila anak bertanya lebih lanjut, orang tua dapat menjelaskan melalui buku yang benar,
seperti ensiklopedia. Tunjukkan gambar yang ada di buku dengan metode KISS (Keep Information
Short and Simple). Orang tua dapat menerangkan, “Kalau adek sudah mau keluar dari rahim Ibu,
kemaluan ibu akan melar seperti karet gelang ini.” Bila anak sudah berhenti bertanya, tak perlu
melanjutkan penjelasan.
Pendidikan seks harus dimulai sejak dini dan bertahap sesuai perkembangan anak. Bila hal
ini dilakukan saat beranjak dewasa mereka tidak akan mencari penjelasan dari lingkungan sekitar
yang terkadang menyesatkan. Untuk mulai menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap anak,
orang tua bisa mendiskusikan beberapa hal berikut ini sesuai kesepakatan, yaitu (1) cara yang
santun untuk mengungkapkan pendapat ke orang tua, (2) jam belajar anak dalam satu hari, (3) batas
waktu anak keluar malam, (4) wilayah mana saja yang menjadi privasi anak dan orang tua, dan (5)
tayangan televisi yang bisa ditonton oleh anak berdasarkan usia.
Pembicaraan harus diawali dengan menaruh rasa hormat sehingga anak tidak menertawakan
pertanyaan atau kata-kata yang diucapkan. Jika orang tua memberikan contoh bagaimana
mengucapkan kata-kata “sensitif” dengan penuh hormat, maka anak meniru sikap tersebut. Mereka
tidak akan merasa malu atau tertekan untuk membicarakan hal-hal yang masih dianggap jorok atau
tabu bagi sebagian masyarakat.
Selain mengatur cara berkomunikasi, orang tua juga dapat menyisipkan peringatan-
peringatan kecil sebagai proteksi dini bagi anak. Hal ini untuk menghindarkan si anak dari tindakan
jahat yang akan dilakukan oleh orang lain pada dirinya. Tanamkan pada anak bahwa hanya ibu, dan
ayah atau dokter saja apabila kamu sakit yang boleh melepaskan pakaianmu, menyentuh dan
memeriksa bagian pribadi tubuhmu. Jangan mau diajak ke tempat yang sepi oleh siapapun.katakan
pada anak bahwa apapun yang dia alami, ceritakan pada ayah atau ibu. Dan yang terakhir adalah jka
ada orang yang mencoba mengancam anak, segera bertahukan ayah atau ibu karena mereka akan
melindunginya
3. Urgensi dari pendidikan seks kepada anak adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama
yang kuat untuk membentuk karakter anak agar ketika dewasa nanti anak memiliki bekal yang kuat
dalam dirinya untuk tidak terjerumus dalam pergaulan seks bebas. Nilai agama sangat berperan
penting sebagai dasar pemahaman anak untuk dapat menjaga dirinya dengan baik.
Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral dari pendidikan akidah, akhlak,
dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan ketiga unsur itu akan menyebabkan ketidakjelasan
arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan mungkin akan menimbulkan kesesatan dan
penyimpangan dari tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian
kepada Allah. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntutan
syariat Islam. Pendidikan seksual memerlukan perhatian karena merupakan satu mekanisme untuk
memahami serta memelihara diri mereka (generasi muda).
Tidak disangsikan lagi bahwa Islam tidak sekedar menganjurkan perbaikan perilaku seksual
pada dunia anak-anak, melainkan juga (dan ini paling utama) dalam kehidupan orang dewasa. Sebab
jika seorang pendidik muslim berhasil dalam menata kegiatan seksual pada orang dewasa, hal itu
akan berpengaruh terhadap pendidikan seksual pada anak, dimana orang dewasa, secara khusus
orang tua, mengajarkan kepada anak sikap-sikap seksual yang aman atau sehat.
Cara memberikan penjelasan pendidikan seks kepada anak sesuai dengan umur mereka
Umur 3-5 tahun
Pada rentang umur ini, mengajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi masing-masing organ
tubuh, jangan ragu juga untuk memperkenalkan alat kelamin si kecil. Saat yang paling tepat untuk
mengajarkannya adalah di saat Anda sedang memandikannya. Diharapkan untuk hindari penyebutan
yang dianggap tidak sopan di masyarakat untuk menyebut alat kelamin yang dimilikinya. Misalkan
seperti vagina atau penis, jangan diistilahkan dengan kata lain seperti “apem” atau “burung”. Anda
tidak perlu membahas terlalu detail mengenai jenis kelamin anak Anda atau mengajarkannya dalam
kondisi belajar yang serius.
Ajarkan juga kepada anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk alat kelaminnya, adalah milik
pribadinya yang harus dijaga baik-baik. Dengan demikian, anak harus diajarkan untuk tidak
menunjukkan kelaminnya secara sembarangan. Tekankan kepada mereka bahwa mereka memiliki
hak dan bisa saja menolak pelukan atau ciuman dan segala macam bentuk kasih sayang yang
dinyatakan melalui sentuhan fisik. Hal ini menjadi penting, karena disukai atau tidak, banyak pelaku
pelecehan seksual adalah orang-orang yang dekat dengan kehidupan si anak. Orang tua juga
diharapkan untuk tidak memaksa seorang anak untuk memeluk atau mencium orang lain jika dia tidak
menginginkannya agar si anak bisa belajar untuk menyatakan penolakannya.
Umur 6 - 9 tahun
Anak-anak sering sekali menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual dari orang
dewasa karena ketidakberdayaan dan ketidaktahuan yang bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Masalah utama dalam kasus pencabulan anak adalah
anak kecil tidak sadar bahwa dirinya telah mengalami pencabulan, baik karena keluguan si anak atau
karena pelaku berdalih bahwa hal yang dilakukan adalah tanda “kasih sayang”.
Di rentang umur ini, si kecil diajarkan mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk
melindungi dirinya sendiri. Orang tua bisa mengajarkan anak menolak untuk membuka pakaian
bahkan jika ada imbalan sekalipun atau menolak diraba alat kelaminnya oleh temannya. Anak Anda
harus diajarkan untuk berteriak sekencang mungkin meminta pertolongan dan melapor ke orang tua
jika orang dewasa yang berada di sekitar mereka mengancam untuk memberikan hukuman atau
mengintimidasi mereka di saat mereka menolak untuk melakukan hal-hal yang menurut anak tidak
nyaman untuk dilakukan.
4. Umur 9 - 12 tahun
Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si anak saat
menjelang masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu. Ajarkan kepada anak
bagaimana menyikapi menstruasi, mimpi basah dan juga perubahan perubahan fisik yang akan
mereka alami nanti sebagai bagian normal dari tahap perkembangan individu. Pada umur 10 tahun,
sebelum menjelang masa puber, Anda sudah bisa memulai topik mengenai kesehatan alat kelamin.
Pastikan juga pada anak Anda, jika dia mengikuti semua peraturan kesehatan ini, maka mereka tak
perlu banyak khawatir.
Umur 12 - 14 tahun
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda
perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai
kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak
tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks
didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi
anak-anak sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.
Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan anak
dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak
diharapkan akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi
aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari
penyimpangan tersebut
Kesimpulan
Pendidikan seks bukanlah tentang mendukung anak untuk melakukan hubungan seksual,
tapi menjelaskan fungsi alami seks sebagai bagian diri mereka serta konsekuensinya jika
disalahgunakan.
Orang tua merupakan aktor utama dalam hal pendidikan anak. Orang tua sebagai wahana
belajar utama bagi anak, karena orang tua lah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan seks
pada usia dini. Orang tua tidak perlu ragu lagi akan pentingnya pendidikan seks sejak dini. Hilangkan
rasa canggung yang ada dan mulailah membangun kepekaan akan kebutuhan pendidikan seks pada
anak. Amat disayangkan bahwa banyak orangtua yang belum memahami manfaat dan tujuan dari
pendidikan seks. Ada yang menganggap bahwa pendidikan seks tidak diperlukan, sebab akan
memancing anak ke arah negatif.
Kurangnya pembekalan tentang seks dan apabila tidak dimulai sejak dini maka akan lebih
membahayakan apabila anak beranjak remaja. Para remaja bisa mencari informasi yang
berhubungan dengan seks melalui berbagai sumber seperti buku, majalah, film, internet dengan
mudah membuat anak menjadi bingung dan bias sebab didapat dari narasumber yang tidak layak.
Padahal, informasi yang didapat belum tentu benar dan bahkan mungkin bisa menjerumusk an atau
menyesatkan. Hasil akhirnya pun tentu tidak sesuai dengan harapan dan manfaat.
Author : dr. Early Susan Balkani