Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Rumus 5 c untuk penulisan berita tv
1.
Rumus
5C
Untuk
Penulisan
Berita
TV
MERENCANAKAN
PROGRAM
BERITA
Sebuah
program
berita
tv
memerlukan
perencanaan.
Dan
sebagian
besar
program
berita
televisi
diselesaikan
dalam
perencanaan.
Berita
atau
features
tidak
bisa
begitu
saja
diletakkan
di
segmen
1,2
atau
3
tanpa
penjelasan
dan
alasan
yang
kuat.
Seorang
jurnalis
di
newsroom
harus
memiliki
rencana
menyeluruh.
Harus
ada
keseimbangan
antara
berita,
laporan,
komentar,
hiburan
dan
iklan.
Idealnya
sebuah
program
harus
terdiri
dari
beberapa
bagian.
Mungkin
ada
beberapa
berita
umum,
nasional,
lokal,
internasional
dan
feature.
Pembedaan
atau
rubrikasi
dalam
program
berita
ini
dilakukan
untuk
memudahkan
pemirsa
mendapatkan
berita
sesuai
keinginannya.
Kadangkala
ada
pemirsa
yang
menyenangi
berita
dengan
topik
tertentu,
dan
ia
hanya
melihat
berita
tersebut.
Sementara
di
pihak
lain
ada
pula
pemirsa
yang
menyenangi
berita
ringan
features,
dan
biasanya
ia
hanya
melihat
program
berita
di
bagian
akhirnya
saja,
karena
feature
biasa
ditempatkan
di
akhir
program.
Pembedaan
jenis
berita
dalam
sebuah
program
berita
perlu
dilakukan
sesuai
magnitude
berita.
Sebuah
peristiwa
penting
akan
ditempatkan
di
awal
segmen,
sementara
berita
ringan
di
akhir
segmen.
Pembedaan
jenis
berita,
misalnya
di
segmen
1
berisi
berita
nasional,
segmen
2
berisi
berita
politik,
segmen
3
berita
kota,
dan
segmen
4
berita
feature
atau
berita
ringan.
TUJUAN
PEMBEDAAN
SEGMEN
1
Menarik
perhatian
pemirsa
yang
berminat
pada
kategorisasi
berita
tertentu.
2
Untuk
menandai
berbagai
berita
sesuai
tingkat
kepentingan
tertentu.
3
Untuk
memberi
ciri
program
sesuai
misi
stasiun
tv.
HAL
PENTING
BAGI
PEWARTA
TV
1
Kebanyakan
orang
tidak
duduk
diam
saat
melihat
televisi.
Mereka
bisa
melakukannya
sambil
melakukan
aktivitas
lainnya,
seperti
makan,
membaca
koran,
atau
memasak.
2
Oleh
karenanya,
jurnalis
tv
harus
menciptakan
tayangan
berita
yang
menarik
dari
sisi
gambar,
naskah,
dan
isu.
3
Jika
tak
memiliki
gambar
yang
kuat,
setidaknya
jurnalis
harus
memperkuat
berita
dengan
naskah
yang
dalam
dan
lengkap.
Begitu
juga
jika
gambar
dan
naskah
tidak
terlalu
kuat,
maka
isu
yang
diketengahkan
harus
kuat,
memancing
perhatian
banyak
orang
untuk
menonton
tv.
4
Bila
anda
menulis
berita
tv,
berarti
kita
menulis
untuk
didengar
dan
ditonton.
Para
pemirsa
bukanlah
pembaca
koran
yang
bisa
membolak-‐balikkan
halaman
2. koran
jika
informasi
yang
dibacanya
kurang
jelas.
5
Pemirsa
hanya
diberi
kesempatan
melihat
sekali.
Jika
ada
yang
terlewat,
maka
ia
akan
tertinggal
isu
yang
ditampilkan.
6
Karenanya,
naskah
berita
tv
mengikuti
susunan
logika
tertentu,
jadi
ada
benang
merah
yang
dapat
diikuti
oleh
para
pemirsa.
Menulis
berita
tv
mirip
dengan
bercerita
atau
curhat.
7
Menggunakan
kalimat
yang
pendek
8
Menggunakan
bahasa
yang
lugas
dan
jelas
9
Hindari
kata-‐kata
klise
10
Ulangi
fakta-‐fakta
yang
rumit
11
Gunakan
atribusi
waktu
yang
tepat,
untuk
membantu
menunjukkan
kebaruan
berita.
12
Sebutkan
sumber
informasi
anda
dan
kutipan
yang
menyertainya.
Bila
menggunakan
falta
dan
angka
yang
bukan
hasil
penelitian
anda
sendiri,
sebutkan
sumber
penelitian
itu.
13
Hindari
kutipan
langsung.
Kutipan
langsung
bisa
didengar/dilihat
dari
synch
nara
sumber.
14
Sederhanakan
angka.
Lebih
baik
menggunakan
”hampir
dua
juta
rupiah”
daripada
menyebutkan
angka
Rp.
1.999.990.
15
Tulis
angka
dengan
kata-‐kata
karena
mungkin
penyiar
tidak
dapat
membacanya
ketika
dia
dalam
tekanan
di
studio.
Misalnya
US$490,61
tampak
mudah
dibaca
di
koran.
Untuk
tv,
lebih
baik
menuliskan
”empat
ratus
sembilan
puluh
koma
enam
puluh
satu
dolar
amerika”
16
Sebutkan
jabatan
seseorang
di
depan
namanya.
Misalnya
Presiden
SBY,
kapolri
jenderal
Sutanto,
cawapres
Jusuf
Kalla.
17
Hindari
singkatan
dan
akronim
(Uni
Eropa
lebih
baik
daripada
EU).
18
Konsisten
dengan
penyebutan
jabatan
dan
istilah.
19
Ulangi
jabatan,
nama
dan
konsep.
20
Taruhlah
angka
statistik
yang
akan
mudah
basi
di
dalam
badan
cerita
dan
bukan
di
pengantar
atau
cue.
21
Bayangkan
pemirsa
dari
kalangan
terbawah.
Kira-‐.kira
apakah
mereka
mengerti
isi
laporan
anda?
Jika
ternyata
masih
banyak
pertanyaan
yang
membingungkan,
segera
ubah
cara
penulisannya.
RUMUS
5
C
UNTUK
PENULISAN
BERITA
TV
Conversational
(Bersifat
Percakapan)
Ketika
menulis
naskah
berita
untuk
media
televisi,
kita
menulis
untuk
didengar.
Ingat,
televisi
adalah
media
audio-‐visual,
bukan
media
cetak.
Pemirsa
kita
melihat
(gambar/visual)
dan
mendengar
(suara/audio),
bukan
membaca
naskah
berita
seperti
membaca
koran.
Kelemahan
media
televisi
adalah
berita
yang
ditayangkan
di
layar
televisi
umumnya
hanya
muncul
satu
kali.
Jika
pemirsa
tidak
bisa
menangkap
isi
berita
pada
tayangan
pertama,
ia
tak
punya
peluang
untuk
minta
diulang.
Kecuali
mungkin
untuk
berita
yang
dianggap
sangat
3. penting,
sehingga
dari
waktu
ke
waktu
selalu
diulang
dan
perkembangannya
di-‐
update
oleh
stasiun
TV
bersangkutan.
Keterbatasan
tersebut
berlaku
untuk
media
TV
konvensional.
Untuk
media
televisi
yang
konvensional,
sebuah
tayangan
berita
tidak
bisa
disimak
dan
dibaca
berulang-‐ulang
seperti
kita
membaca
koran.
Pemirsa
hanya
punya
satu
kesempatan
untuk
menangkap
isi
berita
Anda.
Oleh
karena
itu,
berita
di
TV
dibuat
dengan
gaya
bahasa
bertutur,
seperti
percakapan
sehari-‐hari,
karena
ini
adalah
gaya
bahasa
yang
paling
akrab
dan
biasa
didengar
orang.
Tulislah
naskah
berita
seperti
gaya
orang
berbicara.
Misalnya,
dalam
percakapan
sehari-‐hari,
kita
amat
jarang
menggunakan
kalimat
yang
berpanjang-‐panjang,
atau
memiliki
anak-‐anak
kalimat.
Namun,
meskipun
berita
di
TV
menggunakan
gaya
bahasa
bertutur,
tata
bahasanya
tetap
harus
benar.
Clear
(Jelas)
Batasi
kalimat
untuk
satu
gagasan
saja.
Hal
ini
akan
memudahkan
para
pendengar
untuk
menangkap
dan
memahami
isi
berita.
Jangan
menggunakan
bahasa
jargon
atau
slang,
yang
hanya
dikenal
kalangan
tertentu.
Hindari
susunan
kalimat
yang
rumit.
Atribusi
untuk
narasumber
disampaikan
lebih
dulu
sebelum
pernyataannya,
dan
bukan
sebaliknya.
Hal
ini
untuk
menghindarkan
kebingungan
di
pihak
pemirsa,
dalam
membedakan
mana
narasi
dari
si
reporter
dan
mana
opini
dari
si
narasumber.
Ini
bertolak
belakang
dengan
praktik
yang
biasa
dilakukan
di
media
cetak.
Jangan
menggunakan
terlalu
banyak
angka.
Penyebutan
angka-‐angka
sulit
ditangkap
oleh
pemirsa
ketika
mendengarkan
berita.
Buatlah
angka
itu
mudah
dimengerti.
Jangan
menempatkan
angka
di
awal
kalimat,
karena
bisa
membingungkan.
Concise
(Ringkas/
Singkat)
Gunakan
kalimat-‐kalimat
yang
bersifat
pernyataan
(deklaratif).
Tulislah
kalimat-‐
kalimat
yang
pendek.
Menurut
hasil
riset,
kalimat
pendek
lebih
mudah
dipahami
dan
lebih
kuat,
ketimbang
kalimat-‐kalimat
panjang.
Sebetulnya
tidak
ada
aturan
wajib
tentang
panjang
kalimat
yang
dibolehkan.
Namun,
cobalah
membatasi
agar
setiap
kalimat
yang
Anda
tulis
tidak
lebih
dari
20
kata.
Compelling
Tulislah
dalam
bentuk
kalimat
aktif.
Para
penulis
berita
menggunakan
kalimat
aktif
karena
lebih
kuat
dan
lebih
menarik.
Selain
itu,
kalimat
aktif
juga
lebih
pendek
daripada
kalimat
pasif.
Cliche
Free
(Bebas
Kata
Klise)
Kalimat
atau
pernyataan
klise
adalah
pernyataan
yang
sudah
terlalu
sering
digunakan
di
media.
Pernyataan
klise
mungkin
tidak
akurat
dan
salah
arah,
namun
harus
diakui,
banyak
reporter
merasa
sulit
menghindari
pernyataan
klise
seperti
ini.
Contoh
kalimat
klise
untuk
penutup
berita:
“Kasus
itu
masih
dalam
4. penyelidikan.”
Kalimat
klise
seperti
ini
bisa
dibilang
tidak
memberi
informasi
tambahan
apapun
kepada
pemirsa.
Maka,
kalimat
klise
ini
sebaiknya
diganti
dengan
yang
lebih
informatif.
Misalnya:
“Polisi
sampai
hari
ini
masih
belum
mengetahui
penyebab
kecelakaan.
Polisi
mengharapkan,
hasil
penyidikan
akan
dapat
diungkapkan
hari
Jumat
besok.
Reportase
Trans
TV
akan
melaporkan
perkembangan
ini
besok
untuk
Anda.”
Aturan-‐aturan
Dasar
Ada
aturan-‐aturan
dasar
tertentu
dalam
penulisan
berita
untuk
media
televisi.
Aturan
ini
bertujuan
untuk
membuat
isi
berita
tersebut
lebih
mudah
dipahami
oleh
pemirsa.
Aturan
ini
juga
akan
membantu
dan
memudahkan
presenter
atau
reporter
di
lapangan
untuk
membacakan
berita
tanpa
kesalahan.
Angka
Dalam
penulisan
angka,
sebutkan
jelas
angka
dari
“satu”
sampai
“sebelas”.
Lebih
dari
“sebelas”,
ditulis
dalam
bentuk
angka:
12,
14,
25,
dan
seterusnya.
Untuk
uang
senilai
Rp
145.325,50
tulis
saja
“seratus
empat
puluh
lima
ribu
rupiah”
atau
“145
ribu
rupiah.”
Untuk
menyebut
tahun,
sebut
apa
adanya,
karena
presenter
akan
dengan
cepat
memahami
angka
tahun.
Misalnya:
1998,
2007,
dan
seterusnya.
Singkatan
dan
akronim
Tuliskan
dengan
jelas
singkatan
sebagaimana
Anda
ingin
mendengarnya
on
air.
Misalnya:
ITB
ditulis
“I-‐T-‐B.”
Jika
suatu
akronim
sudah
cukup
dikenal,
biarkan
seperti
apa
adanya
di
naskah.
Misalnya:
NATO,
OPEC,
BAKIN,
dan
sebagainya.
Namun,
jika
si
reporter
ragu
pemirsa
akan
memahami
singkatan
atau
akronim
itu,
gunakan
saja
kepanjangan
lengkapnya.
Hal
itu
lebih
aman
dan
menghindarkan
presenter
dari
kemungkinan
membuat
kekeliruan.
Punctuation
(Tanda
Baca)
Jangan
gunakan
punctuation
dalam
penulisan
berita.
Juga
colon
dan
semicolon.
Koma
juga
jarang
digunakan
dalam
naskah
untuk
menandai
jeda
atau
perubahan
pemikiran.
Presenter
lebih
suka
menggunakan
tiga
titik
(“…”)
untuk
menandai
jeda,
karena
lebih
mudah
dibaca
di
alat
TelePrompTer.
Nama
Selalu
gunakan
nama
dan
gelar
secara
sederhana
dan
bertutur.
Jika
Anda
harus
mengidentifikasi
seseorang
dengan
gelarnya,
tuliskan
gelar
itu
di
depan
nama
mereka,
seperti
ketika
kita
memberi
atribusi.
Kita
bisa
menambahkan
informasi
identifikasi
lain,
sesudah
menyebut
nama.
Spelling
(Ejaan)
Salah
menyebut
kata
atau
salah
mengeja
bisa
terjadi
pada
presenter.
Itulah
sebabnya,
sebelum
tampil
di
layar
TV,
mereka
memang
sebaiknya
membaca
dulu
naskah
beritanya.
Namun,
sering
hal
ini
tak
dilakukan
karena
berbagai
sebab.
Entah
karena
sekadar
malas,
atau
berita
memang
ditulis
dadakan.
Untuk
menghindari
kekeliruan,
reporter
yang
menulis
berita
perlu
memberitahu
presenter,
tentang
cara
mengucapkan
nama
atau
istilah
tertentu
yang
tidak
biasa.
Grammar/
tata
bahasa
Tata
bahasa
yang
buruk
bisa
berdampak
jelek
pada
penampilan
presenter.
Maka,
periksalah
sekali
lagi
naskah
berita,
untuk
menghindari
tata
bahasa
yang
buruk,
sebelum
naskah
itu
diserahkan
ke
presenter.
Lead
yang
menjual
Setiap
berita
harus
dimulai
dengan
kalimat
lead
yang
kuat.
Lead
yang
paling
efektif
biasanya
mengacu
ke
beberapa
aspek
dari
berita,
yang
dianggap
penting
atau
menarik
bagi
pemirsa.
Aspek
ini
kita
namai
“hook.”
Kenali
aspek
dalam
berita
itu
yang
akan
memancing
perhatian
pemirsa
5. dan
gunakanlah
pada
kalimat
lead.
Lead
semacam
itu
akan
memelihara
tingkat
perhatian
dari
pemirsa
TV.
Contoh
Naskah
Berita
Televis
Berikut
ini
adalah
contoh
bagaimana
“sosok”
berita
Televisi
atau
berita
audio
visual.
Berita
yang
umumnya
memiliki
durasi
1-‐2
menit
ini
memang
dikhususkan
untuk
dinarasikan
pada
acara-‐acara
berita
di
televisi.
Untuk
info
lengkapnya
silahkan
simak
contoh
naskah
berita
untuk
televisi.
Contoh
penulisan
narasi
berita
untuk
TV
BATU,
SOSIALISASI
UU
PERLINDUNGAN
KONSUMEN,
WALI
KOTA
BERI
BANTUAN
Industri
kecil
menengah
/
diharapkan
dapat
membantu
mengatasi
krisis
ekonomi
bangsa
yang
berkepanjangan
/
dengan
meningkatkan
mutu
produk
sesuai
dengan
aturan
UU
konsumen
//
inilah
harapan
Wali
kota
Batu
dalam
pidato
pembukaan
acara
sosialisasi
UU
perlindungan
konsumen
dan
metrologi
legal
se
kota
Batu
/
siang
tadi
//
*
Maraknya
kasus
keracunan
serta
isu-‐isu
penggunaan
formalin
boraks
sebagai
bahan
tambahan
pangan
berbahaya
/mendorong
dinas
perindustrian
dan
perdagangan
kota
batu
mensosialisasikan
UU
perlindungan
konsumen
di
hotel
metropole
jumat
siang
tadi
//
Acara
yang
dibuka
oleh
walikota
ini
/
bertujuan
untuk
meningkatkan
mutu
kualitas
/
serta
mutu
kuantitas
produk
industri
kecil
menengah
atau
IKM
di
kota
Batu
/
sesuai
UU
perlindungan
konsumen
//
Sebelum
sosialisasi
/
wali
kota
batu
memberikan
bantuan
alat
perindustrian
secara
simbolis
kepada
IKM
binaan
Disperindak
//
diantaranya
mesin
pemotong
/
alat
memasak
/
serta
mesin
diesel
//
alat-‐
alat
ini
diharapkan
mempermudah
kinerja
serta
membantu
peningkatan
mutu
industri
di
kota
batu
//
(
insert
wali
kota
berbincang
dengan
IKM
penerima
mesin
diesel
)
Dalam
sambutannya
/
wali
kota
mengharapkan
/
IKM
membantu
mengatasi
krisis
ekonomi
yang
panjang
/
dengan
produk
bermutu
yang
dihasilkan//wali
kota
berjanji
akan
melakukan
keperpihakan
kepada
industri
kecil
dengan
pendekatan
ekonomi
kerakyatan//
hal
senada
di
ungkapkan
oleh
kepala
dinas
perindustrian
dan
perdagangan
/
Ir.
Ahmad
Safiudin.//
(
insert
Ir.
Ahmad
Safiudin
–
kadin
disperindak
)
Sementara
itu
/
acara
sosialisasi
yang
diikuti
oleh
kepala
unit
kerja
/
kalangan
pengusaha
dan
kalangan
pendidikan
itu
/
juga
diberikan
pemahaman
akan
arti
pentingnya
pelayanan
mutu
kepada
konsumen
//
salah
satunya
dengan
tidak
menggunakan
bahan
tambahan
pangan
berbahaya
yang
dapat
merugikan
komsumen
//
di
akhir
acara
/
Disperindak
merekomendasikan
bahan
tambahan
makanan
yang
layak
di
kosumsi
oleh
masyarakat
berserta
takaran
6. penggunaannya
//
Akbar
jenggo
ATV
Batu
/
melaporkan
///
*)
lead
yang
dibacakan
oleh
news
reader
(ss)
Teknik
Penulisan
Berita
untuk
Media
Televisi
Selasa,
26-‐06-‐2007
14:46:04
oleh:
Satrio
Arismunandar
Kanal:
Opini
Memilih
Format
Berita
TV:
Berita
di
media
televisi
dapat
disampaikan
dalam
berbagai
format.
Untuk
menentukan
format
mana
yang
akan
dipilih,
tergantung
pada
beberapa
faktor.
Faktor-‐faktor
itu
antara
lain:
Ketersediaan
gambar.
Jika
gambar
yang
dimiliki
sangat
terbatas,
reporter
sulit
menulis
naskah
berita
yang
panjang.
Maka
berita
dibuat
dalam
format
lebih
singkat
dan
padat,
atau
dibuat
dalam
format
tanpa
gambar
sama
sekali.
Momen
terjadinya
peristiwa
atau
perkembangan
peristiwa
yang
akan
diberitakan.
Perkembangan
terkini
dari
suatu
peristiwa
baru
sampai
ke
producer,
ketika
siaran
berita
sedang
berlangsung.
Sedangkan
perkembangan
itu
terlalu
penting
untuk
diabaikan.
Jika
ditunda
terlalu
lama,
perkembangan
terbaru
pun
menjadi
basi,
atau
stasiun
TV
lain
(kompetitor)
akan
menayangkannya
terlebih
dahulu.
Format-‐format
berita
itu
antara
lain:
Reader.
Ini
adalah
format
berita
TV
yang
paling
sederhana,
hanya
berupa
lead
in
yang
dibaca
presenter.
Berita
ini
sama
sekali
tidak
memiliki
gambar
ataupun
grafik.
Hal
ini
dapat
terjadi
karena
naskah
berita
dibuat
begitu
dekat
dengan
saat
deadline,
dan
tidak
sempat
dipadukan
dengan
gambar.
Bisa
juga,
karena
perkembangan
peristiwa
baru
sampai
ke
tangan
redaksi,
ketika
siaran
berita
sedang
berlangsung.
Maka
perkembangan
terbaru
ini
pun
disisipkan
di
tengah
program
siaran.
Beritanya
dapat
berhubungan
atau
tidak
berhubungan
dengan
berita
yang
sedang
ditayangkan.
Reader
biasanya
sangat
singkat.
Durasi
maksimalnya
30
detik.
Voice
Over
(VO).Voice
Over
(VO)
adalah
format
berita
TV
yang
lead
in
dan
tubuh
7. beritanya
dibacakan
oleh
presenter
seluruhnya.
Ketika
presenter
membaca
tubuh
berita,
gambar
pun
disisipkan
sesuai
dengan
konteks
isi
narasi.
Natsound
(natural
sound,
suara
lingkungan)
yang
terekam
dalam
gambar
bisa
dihilangkan.
Tetapi,
biasanya
natsound
tetap
dipertahankan,
untuk
membangun
suasana
dari
peristiwa
yang
diberitakan.
Sebelum
menulis
naskah
berita,
tentu
Reporter
harus
melihat
dulu
gambar
yang
sudah
diperoleh,
karena
tetap
saja
narasi
yang
ditulis
harus
cocok
dengan
visual
yang
ditayangkan.
VO
durasinya
sangat
singkat
(20-‐30
detik).
Voice
Over
-‐
Grafik.
VO-‐Grafik
adalah
format
berita
TV
yang
lead
in
dan
tubuh
beritanya
dibacakan
oleh
presenter
seluruhnya.
Namun,
ketika
presenter
membaca
tubuh
berita,
tidak
ada
gambar
yang
menyertainya
kecuali
hanya
grafik
atau
tulisan.
Hal
ini
mungkin
terpaksa
dilakukan
karena
peristiwa
yang
diliput
sedang
berlangsung
dan
redaksi
belum
menerima
kiriman
gambar
peliputan
yang
bisa
ditayangkan.
Sound
on
Tape
(SOT).Sound
on
Tape
(SOT)
adalah
format
berita
TV
yang
hanya
berisi
lead
in
dan
soundbite
dari
narasumber.
Presenter
hanya
membacakan
lead
in
berita,
kemudian
disusul
oleh
pernyataan
narasumber
(soundbite).
Format
berita
ini
dipilih
jika
pernyataan
narasumber
dianggap
lebih
penting
ditonjolkan
daripada
disusun
dalam
bentuk
narasi.
Pernyataan
yang
dipilih
untuk
SOT
sebaiknya
yang
amat
penting
atau
dramatis,
bukan
yang
datar-‐datar
saja.
Format
SOT
ini
bisa
bersifat
sebagai
pelengkap
dari
berita
yang
baru
saja
ditayangkan
sebelumnya,
atau
bisa
juga
berdiri
sendiri.
Durasi
SOT
disesuaikan
dengan
kebutuhan,
tapi
biasanya
maksimal
satu
menit.
Voice
Over
-‐
Sound
on
Tape
(VO-‐SOT).
VO-‐SOT
adalah
format
berita
TV
yang
memadukan
voice
over
(VO)
dan
sound
on
tape
(SOT).
Leadin
dan
isi
tubuh
berita
dibacakan
presenter.
Lalu
di
akhir
berita
dimunculkan
soundbite
dari
narasumber
sebagai
pelengkap
dari
berita
yang
telah
dibacakan
sebelumnya.
Format
VO-‐SOT
dipilih
jika
gambar
yang
ada
kurang
menarik
atau
kurang
dramatis,
namun
ada
pernyataan
narasumber
yang
perlu
ditonjolkan
untuk
melengkapi
narasi
pada
akhir
berita.
Total
durasi
diharapkan
tak
lebih
dari
60
detik,
di
mana
sekitar
40
detik
untuk
VO
dan
20
detik
untuk
soundbite.
Package
(PKG).
Package
adalah
format
berita
TV
yang
hanya
lead
in-‐nya
yang
dibacakan
oleh
presenter,
tetapi
isi
berita
merupakan
paket
terpisah,
yang
ditayangkan
begitu
presenter
selesai
membaca
lead
in.
Paket
berita
sudah
dikemas
jadi
satu
kesatuan
yang
utuh
dan
serasi
antara
gambar,
narasi,
soundbite,
dan
bahkan
grafis.
Lazimnya
tubuh
berita
ditutup
dengan
narasi.
Format
ini
dipilih
jika
data
yang
diperoleh
sudah
lengkap,
juga
gambarnya
dianggap
cukup
menarik
dan
dramatis.
Kalau
dirasa
penting,
reporter
dapat
muncul
dalam
paket
berita
tersebut
(stand
up)
pada
awal
atau
akhir
berita.
Durasi
maksimal
total
sekitar
2
menit
30
detik.
Live
on
Cam.
Live
on
Cam
adalah
format
berita
TV
yang
disiarkan
langsung
dari
lapangan
atau
lokasi
peliputan.
Sebelum
reporter
di
lapangan
menyampaikan
8. laporan,
presenter
lebih
dulu
membacakan
lead
in
dan
kemudian
ia
memanggil
reporter,
di
lapangan
untuk
menyampaikan
hasil
liputannya
secara
lengkap.
Laporan
ini
juga
bisa
disisipi
gambar
yang
relevan.
Karena
siaran
langsung
memerlukan
biaya
telekomunikasi
yang
mahal,
tidak
semua
berita
perlu
disiarkan
secara
langsung.
Format
ini
dipilih
jika
nilai
beritanya
amat
penting,
luar
biasa,
dan
peristiwanya
masih
berlangsung.
Jika
peristiwanya
sudah
berlangsung,
perlu
ada
bukti-‐bukti
yang
ditunjukkan
langsung
kepada
pemirsa.
Durasinya
disesuaikan
dengan
kebutuhan.
Live
on
Tape
(LOT).Live
on
Tape
adalah
format
berita
TV
yang
direkam
secara
langsung
di
tempat
kejadian,
namun
siarannya
ditunda
(delay).
Jadi,
reporter
merekam
dan
menyusun
laporannya
di
tempat
peliputan,
dan
penyiarannya
baru
dilakukan
kemudian.
Format
berita
ini
dipilih
untuk
menunjukkan
bahwa
reporter
hadir
di
tempat
peristiwa.
Namun,
siaran
tak
bisa
dilakukan
secara
langsung
karena
pertimbangan
teknis
dan
biaya.
Meski
siarannya
ditunda,
aktualitas
tetap
harus
terjaga.
Durasi
bisa
disesuaikan
dengan
kebutuhan,
namun
biasanya
lebih
singkat
dari
format
Live
on
Cam.
Live
by
Phone.
Live
by
Phone
adalah
format
berita
TV
yang
disiarkan
secara
langsung
dari
tempat
peristiwa
dengan
menggunakan
telepon
ke
studio.
Lead
in
berita
dibacakan
presenter,
dan
kemudian
ia
memanggil
reporter
yang
ada
di
lapangan
untuk
menyampaikan
laporannya.
Wajah
reporter
dan
peta
lokasi
peristiwa
biasanya
dimunculkan
dalam
bentuk
grafis.
Jika
tersedia,
bisa
juga
disisipkan
gambar
peristiwa
sebelumnya.
Phone
Record.Phone
Record
adalah
format
berita
TV
yang
direkam
secara
langsung
dari
lokasi
reporter
meliput,
tetapi
penyiarannya
dilakukan
secara
tunda
(delay).
Format
ini
sebetulnya
hampir
sama
dengan
Live
by
Phone,
hanya
teknis
penyiarannya
secara
tunda.
Format
ini
jarang
digunakan,
dan
biasanya
hanya
digunakan
jika
diperkirakan
akan
ada
gangguan
teknis
saat
berita
dilaporkan
secara
langsung.
Visual
News.
Visual
News
adalah
format
berita
TV
yang
hanya
menayangkan
(rolling)
gambar-‐gambar
yang
menarik
dan
dramatis.
Presenter
cukup
membacakan
lead
in,
dan
kemudian
visual
ditayangkan
tanpa
tambahan
narasi
apa
pun,
seperti
apa
adanya.
Format
ini
bisa
dipilih
jika
gambarnya
menarik,
memiliki
natural
sound
yang
dramatis
(misalnya:
suara
jeritan
orang
ketika
terjadi
bencana
alam
atau
kerusuhan,
dan
sebagainya).
Contoh
berita
yang
layak
menggunakan
format
ini:
menit-‐menit
pertama
terjadinya
bencana
Tsunami
di
Aceh.
Vox
Pop.
Vox
pop
(dari
bahasa
Latin,
vox
populi)
berarti
"suara
rakyat."
Vox
pop
bukanlah
format
berita,
namun
biasa
digunakan
untuk
melengkapi
format
berita
yang
ada.
Isinya
biasanya
adalah
komentar
atau
opini
dari
masyarakat
tentang
suatu
isyu
tertentu.
Misalnya,
apakah
mereka
setuju
jika
pemerintah
menaikkan
harga
bahan
bakar
minyak
(BBM).
9. Jumlah
narasumber
yang
diwawancarai
sekitar
4-‐5
orang,
dan
diusahakan
mewakili
berbagai
kalangan
(tua,
muda,
laki-‐laki,
perempuan,
kaya,
miskin,
dan
sebagainya).
Durasi
vox
pop
sebaiknya
singkat
saja
dan
langsung
menjawab
pertanyaan
yang
diajukan.
Struktur
Penulisan
Berita
TV:
Ada
perbedaan
besar
antara
menulis
naskah
berita
untuk
didengar
(dengan
telinga)
dan
menulis
untuk
dibaca
(dengan
mata).
Narasi
berita
televisi
yang
baik
memiliki
awal
(pembuka),
pertengahan,
dan
akhir
(penutup).
Masing-‐
masing
bagian
ini
memiliki
maksud
tertentu.
Awal
(pembuka).
Setiap
naskah
berita
membutuhkan
suatu
pengait
(hook)
atau
titik
awal,
yang
memberikan
fokus
yang
jelas
kepada
pemirsa.
Awal
dari
tulisan
memberitahu
pemirsa
tentang
esensi
atau
pokok
dari
berita
yang
mau
disampaikan.
Hal
ini
memberi
suatu
fokus
dan
alasan
pada
pemirsa
untuk
tertarik
dan
mau
menyimak
berita
yang
akan
disampaikan.
Pertengahan.
Karena
semua
rincian
cerita
tak
bisa
dijejalkan
di
kalimat-‐kalimat
pertama,
cerita
dikembangkan
di
bagian
pertengahan
naskah.
Bagian
tengah
ini
memberi
rincian
dari
Lead
dan
menjawab
hal-‐hal
yang
ingin
diketahui
oleh
pemirsa.
Untuk
memudahkan
pemirsa
dalam
menangkap
isi
berita,
sebaiknya
kita
membatasi
diri
pada
dua
atau
tiga
hal
penting
saja
di
bagian
tengah
ini.
Akhir
(penutup).
Jangan
akhiri
naskah
berita
tanpa
kesimpulan.
Rangkumlah
dengan
mengulang
butir
terpenting
dari
berita
itu,
manfaatnya
bagi
pemirsa,
atau
perkembangan
peristiwa
yang
diharapkan
akan
terjadi.
Rumus
5
C
untuk
Penulisan
Berita
di
Media
TV:
Conversational:
Ketika
menulis
naskah
berita
untuk
media
televisi,
kita
menulis
untuk
didengar.
Ingat,
televisi
adalah
media
audio-‐visual,
bukan
media
cetak.
Pemirsa
kita
melihat
(gambar/visual)
dan
mendengar
(suara/audio),
bukan
membaca
naskah
berita
seperti
membaca
koran.
Kelemahan
media
televisi
adalah
berita
yang
ditayangkan
di
layar
televisi
umumnya
hanya
muncul
satu
kali.
Jika
pemirsa
tidak
bisa
menangkap
isi
berita
pada
tayangan
pertama,
ia
tak
punya
peluang
untuk
minta
diulang.
Kecuali
mungkin
untuk
berita
yang
dianggap
sangat
penting,
sehingga
dari
waktu
ke
waktu
selalu
diulang
dan
perkembangannya
di-‐update
oleh
stasiun
TV
bersangkutan.
Keterbatasan
tersebut
berlaku
untuk
media
TV
konvensional.
Namun,
saat
ini
sudah
muncul
jenis
media
TV
yang
tidak
konvensional.
Sekarang
di
sejumlah
negara
maju
sudah
mulai
diperkenalkan
IPTV
(internet
protocol
television),
yang
bersifat
interaktif.
Pemirsa
yang
berminat
bisa
mengulang
bagian
dari
tayangan
TV
yang
ia
inginkan,
tentunya
dengan
membayar
biaya
tertentu.
10. Namun,
IPTV
mensyaratkan
adanya
infrastruktur
telekomunikasi
pita
lebar
yang
canggih
dan
mahal,
yang
saat
ini
belum
tersedia
di
Indonesia.
Dalam
dua
atau
tiga
tahun
ke
depan
(katakanlah
sampai
tahun
2010),
tampaknya
infrastruktur
semacam
ini
juga
belum
siap
untuk
mewujudkan
kehadiran
IPTV
di
Indonesia.
Jadi,
dalam
pembahasan
teknik
penulisan
naskah
berita,
kita
mengasumsikan,
media
televisi
di
Indonesia
sampai
tahun
2010
masih
akan
bersifat
konvensional.
Untuk
media
televisi
yang
konvensional,
sebuah
tayangan
berita
tidak
bisa
disimak
dan
dibaca
berulang-‐ulang
seperti
kita
membaca
koran.
Pemirsa
hanya
punya
satu
kesempatan
untuk
menangkap
isi
berita
Anda.
Oleh
karena
itu,
berita
di
TV
dibuat
dengan
gaya
bahasa
bertutur,
seperti
percakapan
sehari-‐hari,
karena
ini
adalah
gaya
bahasa
yang
paling
akrab
dan
biasa
didengar
orang.
Tulislah
naskah
berita
seperti
gaya
orang
berbicara.
Misalnya,
dalam
percakapan
sehari-‐hari,
kita
amat
jarang
menggunakan
kalimat
yang
berpanjang-‐panjang,
atau
memiliki
anak-‐anak
kalimat.
Namun,
meskipun
berita
di
TV
menggunakan
gaya
bahasa
bertutur,
tata
bahasanya
tetap
harus
benar.
Clear:
Batasi
kalimat
untuk
satu
gagasan
saja.
Hal
ini
akan
memudahkan
para
pendengar
untuk
menangkap
dan
memahami
isi
berita.
Jangan
menggunakan
bahasa
jargon
atau
slang,
yang
hanya
dikenal
kalangan
tertentu.
Hindari
susunan
kalimat
yang
rumit.
Atribusi
untuk
narasumber
disampaikan
lebih
dulu
sebelum
pernyataannya,
dan
bukan
sebaliknya.
Hal
ini
untuk
menghindarkan
kebingungan
di
pihak
pemirsa,
dalam
membedakan
mana
narasi
dari
si
reporter
dan
mana
opini
dari
si
narasumber.
Ini
bertolak
belakang
dengan
praktik
yang
biasa
dilakukan
di
media
cetak.
Jangan
menggunakan
terlalu
banyak
angka.
Penyebutan
angka-‐angka
sulit
ditangkap
oleh
pemirsa
ketika
mendengarkan
berita.
Buatlah
angka
itu
mudah
dimengerti.
Jangan
menempatkan
angka
di
awal
kalimat,
karena
bisa
membingungkan.
Concise:
Gunakan
kalimat-‐kalimat
yang
bersifat
pernyataan
(deklaratif).
Tulislah
kalimat-‐kalimat
yang
pendek.
Menurut
hasil
riset,
kalimat
pendek
lebih
mudah
dipahami
dan
lebih
kuat,
ketimbang
kalimat-‐kalimat
panjang.
Sebetulnya
tidak
ada
aturan
wajib
tentang
panjang
kalimat
yang
dibolehkan.
Namun,
cobalah
membatasi
agar
setiap
kalimat
yang
Anda
tulis
tidak
lebih
dari
20
kata.
Compelling:
Tulislah
dalam
bentuk
kalimat
aktif.
Para
penulis
berita
menggunakan
kalimat
11. aktif
karena
lebih
kuat
dan
lebih
menarik.
Selain
itu,
kalimat
aktif
juga
lebih
pendek
daripada
kalimat
pasif.
Cliché
free:
Kalimat
atau
pernyataan
klise
adalah
pernyataan
yang
sudah
terlalu
sering
digunakan
di
media.
Pernyataan
klise
mungkin
tidak
akurat
dan
salah
arah,
namun
harus
diakui,
banyak
reporter
merasa
sulit
menghindari
pernyataan
klise
seperti
ini.
Contoh
kalimat
klise
untuk
penutup
berita:
"Kasus
itu
masih
dalam
penyelidikan."
Kalimat
klise
seperti
ini
bisa
dibilang
tidak
memberi
informasi
tambahan
apapun
kepada
pemirsa.
Maka,
kalimat
klise
ini
sebaiknya
diganti
dengan
yang
lebih
informatif.
Misalnya:
"Polisi
sampai
hari
ini
masih
belum
mengetahui
penyebab
kecelakaan.
Polisi
mengharapkan,
hasil
penyidikan
akan
dapat
diungkapkan
hari
Jumat
besok.
Reportase
Trans
TV
akan
melaporkan
perkembangan
ini
besok
untuk
Anda."
Aturan-‐aturan
Dasar:
Ada
aturan-‐aturan
dasar
tertentu
dalam
penulisan
berita
untuk
media
televisi.
Aturan
ini
bertujuan
untuk
membuat
isi
berita
tersebut
lebih
mudah
dipahami
oleh
pemirsa.
Aturan
ini
juga
akan
membantu
dan
memudahkan
presenter
atau
reporter
di
lapangan
untuk
membacakan
berita
tanpa
kesalahan.
Angka.
Dalam
penulisan
angka,
sebutkan
jelas
angka
dari
"satu"
sampai
"sebelas".
Lebih
dari
"sebelas",
ditulis
dalam
bentuk
angka:
12,
14,
25,
dan
seterusnya.
Untuk
uang
senilai
Rp
145.325,50
tulis
saja
"seratus
empat
puluh
lima
ribu
rupiah"
atau
"145
ribu
rupiah."
Untuk
menyebut
tahun,
sebut
apa
adanya,
karena
presenter
akan
dengan
cepat
memahami
angka
tahun.
Misalnya:
1998,
2007,
dan
seterusnya.
Singkatan
dan
akronim.
Tuliskan
dengan
jelas
singkatan
sebagaimana
Anda
ingin
mendengarnya
on
air.
Misalnya:
ITB
ditulis
"I-‐T-‐B."
Jika
suatu
akronim
sudah
cukup
dikenal,
biarkan
seperti
apa
adanya
di
naskah.
Misalnya:
NATO,
OPEC,
BAKIN,
dan
sebagainya.
Namun,
jika
si
reporter
ragu
pemirsa
akan
memahami
singkatan
atau
akronim
itu,
gunakan
saja
kepanjangan
lengkapnya.
Hal
itu
lebih
aman
dan
menghindarkan
presenter
dari
kemungkinan
membuat
kekeliruan.
Punctuation.
Jangan
gunakan
punctuation
dalam
penulisan
berita.
Juga
colon
dan
semicolon.
Koma
juga
jarang
digunakan
dalam
naskah
untuk
menandai
jeda
atau
perubahan
pemikiran.
Presenter
lebih
suka
menggunakan
tiga
titik
("...")
untuk
menandai
jeda,
karena
lebih
mudah
dibaca
di
alat
TelePrompTer.
12. Nama.
Selalu
gunakan
nama
dan
gelar
secara
sederhana
dan
bertutur.
Jika
Anda
harus
mengidentifikasi
seseorang
dengan
gelarnya,
tuliskan
gelar
itu
di
depan
nama
mereka,
seperti
ketika
kita
memberi
atribusi.
Kita
bisa
menambahkan
informasi
identifikasi
lain,
sesudah
menyebut
nama.
Spelling.
Salah
menyebut
kata
atau
salah
mengeja
bisa
terjadi
pada
presenter.
Itulah
sebabnya,
sebelum
tampil
di
layar
TV,
mereka
memang
sebaiknya
membaca
dulu
naskah
beritanya.
Namun,
sering
hal
ini
tak
dilakukan
karena
berbagai
sebab.
Entah
karena
sekadar
malas,
atau
berita
memang
ditulis
dadakan.
Untuk
menghindari
kekeliruan,
reporter
yang
menulis
berita
perlu
memberitahu
presenter,
tentang
cara
mengucapkan
nama
atau
istilah
tertentu
yang
tidak
biasa.
Grammar/Tata
bahasa.
Tata
bahasa
yang
buruk
bisa
berdampak
jelek
pada
penampilan
presenter.
Maka,
periksalah
sekali
lagi
naskah
berita,
untuk
menghindari
tata
bahasa
yang
buruk,
sebelum
naskah
itu
diserahkan
ke
presenter.
Lead
yang
menjual:
Setiap
berita
harus
dimulai
dengan
kalimat
lead
yang
kuat.
Lead
yang
paling
efektif
biasanya
mengacu
ke
beberapa
aspek
dari
berita,
yang
dianggap
penting
atau
menarik
bagi
pemirsa.
Aspek
ini
kita
namai
"hook."
Kenali
aspek
dalam
berita
itu
yang
akan
memancing
perhatian
pemirsa
dan
gunakanlah
pada
kalimat
lead.
Lead
semacam
itu
akan
memelihara
tingkat
perhatian
dari
pemirsa
TV.
Referensi:
•1.
Baksin,
Askurifai.
2006.
Jurnalistik
Televisi:
Teori
dan
Praktik.
Bandung:
Simbiosa
Rekatama
Media.
•2.
Harahap,
Arifin
S.
2006.
Jurnalistik
Televisi:
Teknik
Memburu
dan
Menulis
Berita.
Jakarta:
PT.
Indeks,
Kelompok
Gramedia.
•3.
Ishadi
SK.
1999.
Prospek
Bisnis
Informasi
di
Indonesia.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
•4.
Ishadi
S.
1999.
Dunia
Penyiaran:
Prospek
dan
Tantangannya.
Jakarta:
PT.
Gramedia
Pustaka
Utama.
•5.
Smith,
Dow.
2000.
Power
Producer:
A
Practical
guide
to
TV
news
Producing
-‐
2nd
edition.
Washington:
Radio-‐Television
News
Directors
Association.
•6.
Wahyuni,
Hermin
Indah.
2000.
Televisi
dan
Intervensi
Negara:
Konteks
Politik
Kebijakan
Publik
Industri
Penyiaran
Televisi.
Yogyakarta:
Penerbit
Media
Pressindo.
Modul
JURNALISME
DASAR
13.
Oleh:
Ahmad
Taufiq
MA
1
Apakah
Berita
Itu?
Jenis-‐jenis
berita
Dari
mana
berita
berasal
Peran
wartawan
Obyektivitas
dan
keadilan
Pemasok
berita
2
Mendapatkan
Berita
Lima
W
dan
Satu
H
Observasi
Penelitian
sumber
Wawancara
aturan
dasar
Memahami
secara
tepat
3
Menyampaikan
Berita
Fokus
Penulisan
Lead
Struktur
berita
Penutup
Rujukan
Kutipan
dan
sound
bite
14. Bilangan
4
Menyunting
Berita
Tugas
di
surat
kabar
Tugas
dl
media
siaran
Peran
redaktur
Menyunting
naskah
Pelatihan
Judul
berita,
keterangan
gambar
dan
tease
Grafik
dan
gambar
Penyeliaan
5
Media
Siaran
dan
Online
Bentuk
berita
dan
istilah
Media
siaran
Penulisan
berita
media
Siaran
suara
gambar
Siaran
berita
Bentuk
berita
online
Penulisan
online
6
Jurnalisme
Khusus
Keterampilan
wartawan
beat
15.
Pemerintah
dan
politik
Bisnis
dan
ekonomi
Kesehatan,
ilmu
pengetahuan,
dan
lingkungan
Kepolisian
dan
pengadilan
Olahraga
Pertanyaan-‐pertanyaan
yang
harus
diajukan
wartawan
Tentang
jajak
pendapat
7
Etika
dan
Hukum
Prinsip-‐prinsip
etika
Pembuatan
keputusan
beretika
Kode
etika
Kode
tingkah
laku
Standar
masyarakat
Isu-‐isu
hukum
8
Sumber
Daya
Jurnalistik
Kelompok
keanggotaan
Pelaporan
dan
penyuntingan
Jurnalisme
khusus
Pelatihan
jurnalistik
Kebebasan
berekspresi
Buku
16.
Kode
etika
PENGANTAR
Jurnalisme
adalah
sebuah
profesi
sekaligus
seni,
karena
wartawan
memiliki
ketrampilan
khusus
dan
tunduk
pada
standar-‐standar
umum.
Lalu
apa
yang
membuat
jurnalisme
berbeda
dengan
pekerjaan
lain
seperti
bidang
kedokteran
dan
hukum,
padahal
ketiganya
bisa
digambarkan
dengan
istilah-‐istilah
yang
mirip?
Barangkali
perbedaan
terbesarnya
adalah
peran
khusus
yang
dimainkan
media
berita
dalam
sebuah
masyarakat
yang
bebas.
Pers
yang
bebas
sering
disebut
sebagai
oksigen
bagi
demokrasi,
karena
salah
satunya
tidak
bisa
hidup
tanpa
lainnya.
Penulis
masalah
politik
Prancis
Alexis
de
Tocqueville
pun
beranggapan
demikian,
“Anda
tidak
bisa
membaca
surat
kabar
yang
sesungguhnya
tanpa
demokrasi.
Dan
Anda
tidak
akan
bisa
punya
demokrasi
tanpa
surat
kabar,”
tulisnya.
Sejak
itu,
ungkapan
sederhana
itu
sudah
terbukti
benar.
Negara
demokrasi,
baik
yang
sudah
mapan
maupun
yang
sedang
tumbuh,
bergantung
pada
izin
dari
masyarakat
yang
mendapatkan
informasi,
dan
media
berita
merupakan
sumber
utama
bagi
informasi
yang
dibutuhkan
warga
agar
mereka
bisa
mengatur
diri
sendiri.
Guna
menjamin
wartawan
dapat
menyediakan
informasi,
banyak
negara
sudah
membuat
perlindungan
hukum
bagi
pers
yang
bebas.
Di
Amerika
Serikat,
misalnya,
jurnalisme
adalah
satu-‐satunya
profesi
yang
disebutkan
dalam
konstitusi.
Disebutkan,
“Kongres
tidak
boleh
membuat
undang-‐undang
yang
membatasi
kebebasan
berbicara
atau
pers.”
Wartawan
di
sebuah
masyarakat
yang
bebas
tidak
hanya
mempunyai
perlindungan
hukum.
Mereka
juga
mempunyai
tanggungjawab.
Baik
yang
diuraikan
dengan
jelas
maupun
tersirat.
Tapi
di
hampir
semua
kasus,
tujuannya
sama:
agar
warga
selalu
mendapat
informasi,
dan
wartawan
bertanggungjawab
untuk
menyediakan
informasi
akurat
dan
adil,
bebas
dari
pengaruh
luar.
“Tujuan
pokok
jurnalisme
adalah
menyediakan
bagi
warga
informasi
yang
akurat
dan
dapat
diandalkan
yang
mereka
butuhkan
agar
mereka
bisa
berfungsi
dalam
sebuah
masyarakat
yang
bebas.”
Dalam
masyarakat
yang
demokratis,
media
berita
memiliki
fungsi
tambahan,
yakni
sebagai
“anjing
penjaga”
perilaku
cabang-‐cabang
politik
dan
yudikatif
pemerintah.
Media
menjaga
demokrasi
agar
tetap
berjalan,
dan
memastikan
bahwa
golongan
mayoritas
yang
berkuasa
tidak
menginjak-‐injak
hak-‐hak
minoritas.
17. Tapi,
peran
utama
jurnalisme
dalam
masyarakat
yang
bebas
tetap
sama.
Yaitu
menyediakan
informasi
akurat
dan
dapat
diandalkan
yang
warga
butuhkan.
Buku
panduan
ini
menyediakan
pengantar
singkat
tentang
dasar-‐dasar
jurnalisme,
sebagaimana
yang
dipraktikkan
dalam
sistem
demokrasi.
Tujuannya
adalah
agar
ada
sebuah
pedoman
yang
bermanfaat
dan
praktis,
yang
akan
membantu
semua
wartawan
melakukan
pekerjaan
yang
lebih
baik
bagi
masyarakat
yang
mereka
layani.
1
APAKAH
BERITA
ITU?
Berita
adalah
sesuatu
yang
baru,
sesuatu
yang
sedang
terjadi.
Dalam
istilah
kamus,
berita
diartikan
sebagai:
laporan
tentang
kejadian-‐kejadian
baru-‐baru,
atau
informasi
yang
sebelumnya
tidak
diketahui.
Lalu,
apa
yang
membuat
sebuah
berita
cukup
layak
untuk
diterbitkan
atau
disiarkan?
Secara
umum,
berita
adalah
informasi
yang
menarik
minat
luas
khalayaknya.
Dan
penerbitan
atau
penyiaran
sebuah
berita
tergantung
pada
banyak
faktor,
khususnya
adalah
“nilai-‐nilai
berita”
yang
wartawan
putuskan
untuk
mereka
liput.
Nilai-‐nilai
tersebut
adalah
sebagai
berikut:
a.
Ketepatan
waktu
Maksudnya:
apakah
sesuatu
terjadi
baru-‐baru
ini,
ataukah
kita
baru
saja
mengetahuinya?
Dan
inilah
yang
akan
menjadi
“layak
berita”.
Makna
“baru-‐baru
ini,”
bervariasi
menurut
jenis
medianya.
Untuk
majalah
mingguan,
apa
saja
yang
terjadi
sejak
edisi
terakhir
(minggu
lalu),
masih
bisa
dianggap
layak.
Untuk
saluran
berita
TV
kabel
24
jam,
berita
yang
mungkin
paling
layak
mungkin
adalah
breakang
news,
atau
sesuatu
yang
sedang
terjadi
saat
ini
dan
dapat
dilaporkan
secara
langsung
oleh
wartawan
dari
tempat
kejadian.
b.
Dampak
Yaitu,
banyak
atau
sedikitnya
orang
yang
terpengaruh.
Seperti:
pencemaran
jaringan
air
minum
yang
melayani
kota
berpenduduk
20.000
jiwa,
memiliki
18. dampat
luas
karena
berpengaruh
langsung
pada
khalayak
kita.
Atau
laporan
tentang
tewasnya
10
anak
setelah
minum
air
yang
tercemar,
karena
khalayak
cenderung
akan
bereaksi
emosional
terhadap
berita
tersebut.
c.
Kedekatan
Kedekatan
yang
dimaksud
adalah:
apakah
sesuatu
itu
terjadi
dekat
dengan
kita
dan
melibatkan
warga
setempat.
Seperti:
berita
kecelakaan
pesawat
terbang
di
Jepang,
mungkin
akan
menjadi
berita
utama
di
Tokyo,
tapi
berita
ini
mungkin
tidak
akan
muncul
di
halaman
depan
di
Brasil,
kecuali
jika
pesawat
itu
mengangkut
penumpanq
dari
Brasil.
d.
Kontroversi
Maksudnya,
apakah
ada
orang
yang
berbeda
pendapat
tentang
berita
ini.
Karena
memang
sudah
kodrat
manusia
untuk
tertarik
pada
berita-‐berita
yang
melibatkan
konflik,
ketegangan,
atau
debat
publik.
Orang
suka
memihak,
dan
melihat
pihak
mana
yang
akan
menang.
Walau
konflik
yang
dimaksud
tidak
selalu
memperlihatkan
gontok-‐gontokan
satu
pihak
dengan
pihak
lainnya.
Berita
tentang
para
dokter
yang
memerangi
penyakit,
atau
warga
yang
menentang
UU
yang
tidak
adil,
juga
merupakan
berita
yang
melibatkan
konflik.
e.
Tokoh
penting
Ini
untuk
memandai
adakah
orang
terkenal
yang
terlibat
dalam
berita
itu.
Kegiatan
atau
kecelakaan
biasa
akan
menjadi
berita
jika
melibatkan
orang
penting,
seperti
perdana
menteri
atau
bintang
film.
Pesawat
yang
jatuh
di
Jepang
akan
menjadi
berita
utama
di
seluruh
dunia,
jika
ada
seorang
bintang
musik
rock
terkenal
menjadi
salah
satu
penumpangnya.
f.
Topik
pembicaraan
Maksudnya,
apakah
orang-‐orang
saat
ini
membicarakan
hal
tersebut.
Seperti:
sebuah
rapat
pemerintah
tentang
keamanan
penerbangan
mungkin
tidak
menarik,
kecuali
jika
rapat
itu
diselenggarakan
segera
selepas
terjadi
kecelakaan
tragis
sebuah
pesawat.
Atau
pula,
sebuah
insiden
dalam
pertandingan
sepak
bola
mungkin
dapat
muncul
menjadi
berita
selama
beberapa
hari
karena
pertandingan
itu
memang
tengah
menjadi
topik
pembicaraan
orang-‐orang
di
kota
kita.
g.
Keganjilan
harus
diteliti,
apakah
kejadian
yang
akan
diliput
memiliki
ketidak-‐laziman.
Seperti
jika
ada
manusia
menggigit
anjing.
Karena
biasanya
yang
terjadi
adalah
19. anjing
menggigit
manusia.
Berita
yang
luar
biasa
dan
tak
terduga
seperti
ini
tentu
menggugah
rasa
penasaran
alami
kita
sebagai
manusia.
Apa
saja
yang
bisa
menjadi
berita,
juga
bergantung
pada
jenis
khalayak
yang
dituju.
Bukan
hanya
“di
mana
mereka
tinggal”,
tetapi
juga
“siapa
mereka”.
Masing-‐masing
komunitas
tentu
memiliki
gaya
hidup
dan
keprihatinan
yang
berbeda,
sehingga
mereka
akan
tertarik
pada
jenis-‐jenis
berita
yang
berbeda
pula.
Acara
siaran
berita
radio
yang
ditujukan
kepada
pendengar
muda,
mungkin
berisi
berita
tentang
musik
atau
olahraga
yang
tidak
akan
ditampilkan
dalam
surat
kabar
bisnis
dengan
sasaran
pembaca
yang
lebih
tua
dan
mapan.
Majalah
mingguan
yang
meliput
berita
kedokteran
akan
melaporkan
uji
coba
sebuah
obat,
karena
para
dokter
yang
membaca
mingguan
itu
dianggap
akan
tertarik.
Organisasi
berita
yang
baik
adalah
yang
memandang
pekerjaan
mereka
sebagai
pelayan
publik.
Maka
berita
yang
mereka
sajikan
merupakan
bahan
informasi
menarik
yang
ingin
diketahui
warga.
Sayangnya
saat
ini
kebanyakan
organisasi
berita
justru
menjadi
bisnis
yang
harus
mendapatkan
laba
agar
tetap
hidup.
Beberapa
berita
terbaik
yang
terjadi
sehari-‐hari
kenyataannya
adalah
penting
dan
menarik.
Tapi
organisasi
berita
biasanya
membagi
jenis
berita
dalam
dua
kategori
dasar:
berita
keras
dan
berita
lunak,
yang
juga
disebut
feature.
==========
Jenis-‐jenis
Berita
Berita
keras
adalah
berita
hari
ini.
Itulah
yang
anda
lihat
di
halaman
depan
surat
kabar
atau
di
bagian
atas
sebuah
Situs
berita,
dan
yang
anda
dengan
pertama
kali
dalam
sebuah
siaran
berita.
Misalnya,
perang,
politik,
bisnis,
dan
kejahatan
sering
menjadi
topik
berita
keras.
Sebuah
pemogokan
yang
diumumkan
hari
ini
oleh
para
pengemudi
bus
kota
yang
menyebabkan
ribuan
penumpang
terlantar
adalah
sebuah
berita
keras.
Waktu
kejadiannya
tepat,
kontroversial,
dan
membawa
danpak
luas
sampai
ke
dekat
rumah.
Warga
perlu
informasi
itu
segera
karena
hal
itu
berdanpak
pada
kehidupan
sehari-‐hari
mereka.
Sebaliknya,
sebuah
berita
tentang
atlet
yang
dibesarkan
di
sebuah
panti
asuhan
akan
cocok
sebagai
berita
lunak.
Ini
adalah
kisah
kemanusiaan
yang
melibatkan
seseorang
yang
terkenal
dan
merupakan
sebuah
kisah
tidak
lazim
yang
cenderung
akan
dibicarakan
dengan
kawan-‐kawan.
Tapi
tidak
ada
alasan
yang
mendesak
untuk
menerbitkan
atau
menyiarkan
berita
itu
pada
hari
tertentu.
Menurut
definisi,
maka
berita
itu
merupakan
sebuah
berita
feature.
Banyak
surat
kabar
dan
situs
berita
menyediakan
seksi
khusus
untuk
kisah-‐kisah
tenting
gaya
hidup,
rumah
tangga
dan
keluarga,
seni,
dan
hiburan.
Surat
kabar
yang
lebih
hesar
bahkan
punya
seksi
mingguan
untuk
jenis
feature
khas
seperti
makanan,
kesehatan,
pendidikan
dan
sebagainya.
20. Topik
bukanlah
situ-‐satunya
hal
yang
membedakan
antara
berita
keras
dan
feature.
Dalam
kebanyakan
hal,
berita
keras
dan
berita
lunak
ditulis
berbeda.
Berita
keras
biasanya
ditulis
agar
pembaca
mendapatkan
informasi
terpenting
sesegera
mungkin.
Penulis
feature
sering
memulai
dengan
sebuah
anekdot
atau
sebuah
contoh
yang
dirancang
terutama
untuk
menarik
minat
pembaca,
sehingga
kisahnya
mungkin
lebih
panjang
untuk
sampai
ke
topik
utamanya.
Beberapa
berita
mencampurkan
kedua
pendekatan
ini.
Berita
yang
tidak
begitu
peka
waktu
tapi
yang
berfokus
pada
isu-‐isu
penting
sering
disebut
“feature
berita”.
Kisah
tentang
perjuangan
warga
untuk
mengatasi
AIDS,
misalnya,
akan
menjadi
berita
keras.
Feature
berita
merupakan
cara
yang
efektif
untuk
menjelajahi
tren-‐tren
atau
masalah
sosial
yang
rumit
dengan
menceritakan
kisah-‐kisah
pribadi
tentang
orang-‐orang
yang
mengalami
hal-‐hal
itu.
(Kita
akan
membahas
perbedaan
gaya
penulisan
ini
dengan
lebih
rinci
pada
Bab
3,
“Mengisahkan
Berita.”)
Dari
Mana
Berita
Berasal
Wartawan
menemukan
berita
di
semua
jenis
tempat,
tapi
kebanyakan
berita
berasal
dari
salah
satu
dari
ketiga
hal
mendasar
ini:
kejadian
yang
berlangsung
alamiah
seperti
bencana
alam
dan
kecelakaan;
kegiatan
terencana,
seperti
rapat
dan
konferensi
pers;
upaya
wartawan.
Kejadian
tak
terencana
sering
menjadi
berita
utama.
Kapal
tenggelam,
pesawat
jatuh,
tsunami,
atau
tanah
longsor
sangat
layak
berita
bukan
hanya
pada
saat
kejadian
tetapi
juga
sering
berhari-‐hari
dan
berminggu-‐minggu
sesudahnya.
Luasnya
liputan
itu
bergantung
pada
kedekatan
dengan
lokasi
kejadian
dan
pada
orang
yang
terlibat.
Sebuah
kecelakaan
mobil
yang
fatal
di
Paris
mungkin
tidak
akan
menjadi
berita
besar
kapan
saja.
Tapi
kecelakaan
yang
terjadi
di
Paris
pada
1979
menjadi
berita
heboh,
bukan
saja
di
Prancis
tetapi
juga
di
seluruh
dunia
karena
salah
satu
korbannya
adalah
Putri
Diana.
Warga
yang
menyaksikan
bencana
alam
sering
menghubungi
organisasi
berita.
wartawan
juga
mengetahui
kejadian-‐kejadian
ini
dari
para
penanggap
pertama:
polisi,
pemadan
kebakaran
dan
petugas
penyelamat.
Di
beberapa
negara,
organisasi
berita
bisa
memantau
komunikasi
darurat
antara
para
penanggap
pertama
dan
mengirim
wartawannya
ke
lokasi
secepat
mungkin
sehingga
mereka
bisa
menyaksikan
kejadian
itu
berlangsung.
Di
banyak
ruang
redaksi,
sumber
berita
yang
paling
jelas
adalah
jadwal
acara
sehari-‐hari
di
kota,
yang
mencakup
rapat
pemerintah,
pembukaan
bisnis,
atau
acara-‐acara
komunitas.
Daftar
kegiatan
yang
sering
disebut
“buku
harian”
itu
tidak
secara
otomatis
layak
berita
tapi
bisa
menjadi
titik
awal
yang
baik
bagi
wartawan
yang
mencari
berita.
wartawan
yang
secara
teratur
meliput
jenis-‐jenis
isu
atau
lembaga
khusus,
yang
juga
disebut
wartawan
“beat”,
mengatakan
mereka
sering
mendapatkan
ide
berita
dari
agenda
rapat-‐rapat
yang
akan
21. datang.
Siaran
pers
juga
menjadi
sumber
berita,
tapi
lagi-‐lagi
itu
hanya
menjadi
titik
awal
saja.
Puluhan
siaran
pers
berdatangan
ke
ruang
redaksi
setiap
hari
lewat
surar,
faks
atau
bahkan
di
video
llewat
satulit.
Pejahat
dan
instansi
pemerintah
banyak
mengeluarkan
siaran
pers,
tapi
organisasi
besar
seperti
usaha
swasta
dan
kelompok
nirlaba
juga
mengeluarkan
siaran
pers
agar
pihak
media
mengetahui
kegiatan
mereka.
Sebuah
siaran
pers
mungkin
mirip
dengan
berita
tapi
karena
dikeluarkan
oleh
seseorang
dengan
kepentingan
khusus
pada
subyeknya,
maka
siaran
pers
cenderung
tidak
mencerminkan
kisah
yang
lengkap.
Siaran
pers
secara
fakta
mungkin
benar
tapi
biasanya
hanya
berisi
fakta-‐fakta
yang
menampilkan
citra
hositif
orang-‐orang
atau
organisasi
yang
disebutkan
dalam
siaran
itu.
Kalaupun
sebuah
siaran
pers
tampak
layak
berita,
wartawan
profesional
harus
memastikan
keotentikannya,
kemudian
baru
mulai
mengajukan
pertanyaan
untuk
menentukan
berita
yang
sesungguhnya
sebelum
memutuskan
apakah
itu
layak
dilaporkan.
Kejadian-‐kejadian
terencana,
seperti
demonstrasi,
juga
bisa
menghasilkan
berita,
tapi
wartawan
harus
waspada
agar
tidak
dimanipulasi
oleh
para
penggeraknya
yang
ingin
menceritakan
berita
itu
dari
sisi
mereka
saja.
Politikus
sudah
makan
lihai
dalam
merekayasa
peristiwa
atau
“kesempatan
berfoto”
untuk
menarik
liputan,
bahkan
ketika
mereka
tidak
punya
nilai
berita
sama
sekali.
Itu
tidak
berarti
bahwa
wartawan
harus
mengabaikan
peristiwa-‐peristiwa
demikian.
Mereka
hanya
perlu
melakukan
liputan
tambahan
untuk
mendapatkan
kisah
yang
lengkap.
Kebanyakan
wartawan
mengatakan
cerita
terbaik
mereka
berasal
dari
upaya
mereka
sendiri.
Kadang-‐kadang
saran
tentang
berita
datang
dari
orang
asing,
yang
mungkin
berkunjung,
mennelpon,
atau
mengirim
email
ke
ruang
redaksi
dengan
membawa
keluhan
atau
keprihatinan.
Beberapa
organisasi
berita
secara
aktif
mencari
ide
dari
warga
masyarakat
yang
mereka
layani
dengan
meninggalkan
nomor
telepon
atau
alamat
email
untuk
menampung
saran.
wartawan
banyak
menghabiskan
waktu
untuk
membina
hubungan
dengan
orang-‐prang
yang
dapat
memberi
mereka
informasi.
(Kita
akan
nernicara
tentang
pembentukan
sumber
dalam
Bab
2,
“Mendapatkan
Berita.”)
Wartawan
sering
menemukan
berita
hanya
dengan
berkeliling
atau
mendengarkan
pembicaraan
orang.
Apa
yang
Anda
dengar
di
pertandingan
olahraga
atau
di
antrian
di
kantor
pos
bisa
menjadi
berita.
Tanyalah
orang-‐orang
yang
Anda
jumpai
saat
Anda
meliput
berita
tentang
kehidupan
mereka
dan
tetangga
mereka
dan
Anda
mungkin
akan
menemukan
diri
Anda
berada
di
sebuah
jalur
menuju
ke
sebuah
berita
yang
tidak
ditemukan
oleh
orang
lain.
Cara
lain
untuk
menemukan
berita
adalah
dengan
bertanya
apa
yang
sudah
terjadi
sejak
sebuah
berita
terakhir
kali
dimuat
di
koran
arau
ditayangkan
di
udara.
Sebuah
laporan
lanjutan
sering
menuntun
ke
perkembangan-‐
22. perkembangan
mengejutkan
yang
sering
justru
lebih
layak
berita
ketimbang
laporan
pertamanya.
Misalnya,
sebuah
kisah
tentang
kebakaran
satu
hari
setelah
kejadian
bisa
menunjukkan
berapa
jumlah
orang
yang
tewas
dan
besarnya
kerugian
harta
henda.
Tetapi
laporan
lanjuran
beberapa
minggu
kemudian
mungkin
menemukan
bahwa
sebuah
kegagalan
dalam
sistem
komunikasi
radio
ternyata
membuat
para
perugas
pemadan
kebakaran
tidak
mungkin
memberi
tanggapan
cukup
cepat
untuk
menyelamatkan
jiwa
orang.
Dokumen,
data,
dan
arsip
publik
juga
dapat
menuntun
ke
berita
besar.
wartawan
dapat
menggunakannya
untuk
melihat-‐lihat
tren
atau
untuk
menemukan
penyimpangan.
Tugas
semacam
ini
memerlukan
lebih
banyak
upaya,
tapi
hasilnya
hampir
selalu
sepadan
dengan
jerih
payahnya.
Jauh
lebih
mudah
jika
data
itu
tersedia
secara
elektronik,
tentu
saja,
tapi
wartawan
pun
sudah
mulai
memasukkan
data
dari
dokumen
ke
dalam
komputer
sehingga
mereka
bisa
mencari
informasi
yang
paling
penting
dari
sekumpulan
data
statistik.
Misalnya,
sebuah
daftar
tentang
orang-‐orang
yang
sudah
menerima
tiket
pelanggaran
kecepatan
mungkin
bisa
menghasilkan
sebuah
berita
jika
dipilah
menurut
nama
prang
dan
bukan
tanggal
kejadian.
Begitulah
cara
wartawati
relevisi
Nancy
Amons
mengetahui
bahwa
seorang
pengemudi
di
kotanya
sudah
berhasil
meengumpulkan
satu
lusin
tiket
pelanggaran
lalu
lintas
selama
tiga
tahun
dan
bahkan
menyebabkan
tewasnya
seorang
pengemudi
lain
tanpa
pernah
kehilangan
SIMnya.
Ketika
Nancy
melakukan
penyelidikan,
para
pejabat
kota
mengaku
bahwa
mereka
bekerja
kurang
baik.
Peran
wartawan
Teknologi
baru
memungkinkan
siapa
saja
yang
punya
komputer
untuk
menyebarkan
informasi
sama
luasnya
dengan
organisasi
berita
yang
paling
besar
pun.
Tapi
sebuah
situs
Internet
yang
dirancang
dengan
baik,
betapa
baik
pun
penulisannya
dan
seringnya
diperbarui,
situs
itu
tidak
selalu
merupakan
sumber
berita
yang
dapat
diandalkan.
Sesungguhnya,
dalam
dunia
yang
semakan
kompleks
ini
di
mana
informasi
tidak
lagi
menjadi
komoditas
yang
langka,
peran
wartawan
sudah
menjadi
makan
penting
ketimbang
dulu-‐dulu.
Tidak
seperti
penyebar
propaganda
atau
gossip,
wartawan
memilah-‐milah
informasi
yang
ada
dan
menentukan
seberapa
banyak
informasi
yang
berharga
dan
dapat
diandalkan
sebelum
menyampaikannya
kepada
publik.
Berita,
entah
keras
atau
feature,
harus
akurat.
wartawan
bukan
saja
mengumpulkan
informasi
yang
mereka
perlukan
untuk
menyampaikan
beritanya.
Mereka
harus
memverifikasi
informasi
itu
sebelum
menggunakannya.
wartawan
mengandalkan
observasi
dari
tangan
pertama
sebisa
mungkin
dan
banyak
23. sumber
lain
untuk
memastikan
bahwa
informasi
yang
mereka
peroleh
dapat
diandalkan.
Dan,
kecuali
dalam
kasus-‐kasus
yang
langka,
mereka
menyebutkan
jatidiri
sumber
informasi
mereka
sehingga
khalayak
dapat
mengevaluasi
kredibilitas
informasi
itu.
“Dalam
dunia
yang
semakan
kompleks
ini
di
mana
informasi
tidak
lagi
menjadi
komoditas
yang
langka,
peran
wartawan
sudah
menjadi
makan
penting
ketimbang
dulu-‐dulu.”
Tapi
jurnalisme
lebih
dari
sekadar
penyebaran
informasi
berdasar
fakta.
Propaganda
bisa
juga
didasarkan
pada
fakta,
tapi
fakta-‐fakta
itu
disajikan
sedemikian
rupa
untuk
mempengaruhi
pendapat
orang.
Seperti
sudah
kita
catat
di
muka,
para
pejabat
hubungan
masyarakat
juga
menggunakan
fakta,
tapi
mereka
mungkin
hanya
menceritakan
suatu
sisi
saja
dari
berita
itu.
Sedangkan
wartawan
berusaha
untuk
bersikap
adil
dan
tuntas.
Mereka
herusaha
menceritakan
kisah
yang
akurat
dan
otentik,
berita
yang
menggambarkan
realitas,
bukan
persepsi
mereka
sendiri
atau
persepsi
orang
lain
tentang
hal
itu.
Perbedaan
lain
antara
jurnalisme
dan
bentuk
informasi
lain
adalah
bahwa
wartawan
berusaha
bebas
dari
pengaruh
orang
yang
mereka
liput.
Seorang
profesional
hubungan
masyarakat
yang
dipekerjakan
oleh
sebuah
organisasi
dan
menulis
tentang
organisasi
itu
cenderung
tidak
akan
memasukkan
informasi
yang
mungkin
akan
menyebabkan
informasi
itu
tampak
jelek.
wartawan
sebaliknya
akan
berusaha
menyediakan
gambaran
yang
lengkap
meskipun
tidak
sepenuhnya
positif.
Wartawan
bukan
sekadar
penghantar
bagi
sudut
pandang
mereka
sendiri
atau
bagi
informasi
yang
disediakan
oleh
orang
lain.
Mereka
benar-‐benar
melukukan
pelaporan
sendiri,
mereka
tidak
mencampuradukkan
fakta
dengan
opini
atau
desas-‐desus,
dan
mereka
membuat
keputusan
redaksional
yang
baik.
Sebuah
tanggung
jawab
utama
jurnalisme,
kata
Bill
Keller,
redaktur
pelaksana
New
York
Times,
adalah
“menerapkan
penilaian
pada
informasi”.Tidak
seperti
pemasok
informasi,
wartawan
memberikan
kesetiaan
utama
mereka
kepada
masyarakat.
Sebagaimana
dinyatakan
dalam
kode
etika
Montreal
Gazette
di
Kanada,
“Aset
terbesar
surat
kabar
adalah
integritas.
Penghirmatan
pada
integritas
itu
diraih
dengan
susah
payah
dan
mudah
lepas.”
Untuk
menjaga
integritas
itu,
wartawan
bekerja
keras
menghindari
konflik
kepentingan,
yang
nyata
maupun
yang
dirasakan.
(Kita
akan
berbicara
tentang
hal
ini
pada
Bab
7,
“Etika
dan
Hukum.”)
Obyektivitas
dan
Keadilan
Konsep
onjektivitas
dalam
jurnalisme
berkembang
hampir
satu
abad
yang
lalu,
sebagai
reaksi
terhadap
pelaporan
yang
sensasional
dan
didorong
oleh
opini
yang
merupakan
hal
biasa
pada
kebanyakan
surat
kabar
zaman
itu.
Istilah
24. “objektivitas”
pada
mulanya
dipakai
untuk
menggambarkan
sebuah
pendekatan
atau
metode
jurnalistik;
wartawan
akan
berusaha
menyampaikan
berita
dengan
cara
yang
objektif,
tanpa
mencerminkan
bias
pribadi
maupun
kelompok.
Waktu
berjalan,
objektivitas
lalu
disyaratkan
dari
para
wartawan
sendiri.
Redaktur
pelaksana
Washington
Post
memandang
konsep
itu
sedemikain
seriusnya
sampai
ia
tidak
mau
mendaftar
sebagai
pemilih.
Tapi
banyak
wartawan
saat
ini
mengakui
bahwa
objektivitas
yang
total
adalah
mustahil.
Pada
1996,
Himpunan
Jurnalis
Profesional
AS
membuang
kata
“objektivitas”
dari
kode
etika
mereka.
Bagaimana
pun
wartawan
adalah
manusia
juga.
Mereka
menyukai
pekerjaan
mereka
dan
mereka
juga
punya
pandangan
pribadi.
Menyatakan
bahwa
mereka
benar-‐benar
objektif
sama
artinya
dengan
mengatakan
bahwa
mereka
tidak
punya
nilai.
Sebaliknya,
wartawan
sudah
banyak
yang
sepakat
bahwa
mereka
harus
sadar
akan
pandangan
mereka
sendiri
sehingga
mereka
bisa
tetap
menakannya.
Khalayak
harus
tidak
bisa
menyimpulkan
dari
sebuah
berita
tentang
pandangan
wartawan.
Dengan
menggunakan
metode
ilmiah
yang
objektif
untuk
menverifikasi
informasi,
wartawan
dapat
melaporkan
berita
yang
tidak
menggambarkan
pandangan
pribadi
mereka
sendiri.
Berita
itu
sendiri,
dengan
kata
lain,
harus
tidak
memihak
dan
adil.
Wartawan
juga
berusaha
bersikap
adil
dallam
meliput
dengan
tidak
menceritakan
satu
sisi
berita
saja.
Mereka
mencari
pandangan
yang
berbeda
dan
melaporkannya
tanpa
berpihak
pada
satu
sisi
mana
pun.
Selain
menverifikasi
pernyataan
tentang
fakta,
mereka
akan
mencari
pandangan
berbeda
dalam
kasus-‐kasus
yang
sedang
diperdebatkan.
Namun
adil
tidak
artinya
dengan
berimbang.
Berimbang
menyiratkan
bahwa
hanya
ada
dua
pihak
dalam
sebuah
berita,
padahal
kasus
demikian
ini
jarang
ada,
dan
bahwa
setiap
pihak
harus
diberi
bobot
yang
setara.
wartawan
yang
berusaha
mencari
jenis
keseimbangan
semu
seperti
itu
dalam
berita
mereka
sebenarnya
bahkan
bisa
menghasilkan
liputan
yang
secara
menndasar
tidak
akurat.
Misalnya,
sebagian
besar
ekonom
independen
mungkin
sepakat
tentang
konsekuensi
dari
sebuah
kebijakan
pos
belanja
tertentu,
sementara
segelintir
ekonom
lain
punya
pandangan
berbeda,
padahal
pandangan
mereka
sudah
terbukti
salah
di
masa
lalu.
Sebuah
berita
yang
memberikan
waktu
dan
ruang
yang
sama
pada
pandangan
kedua
belah
pihak
itu
jadinya
malah
akan
menyesatkan.
Tantangan
bagi
wartawan
adalah
melaporkan
semua
sudut
pandang
yang
penting
dengan
cara
yang
adil
kepada
oran-‐orang
yang
terlibat
dan
yang
juga
menyajikan
gambaran
yang
lengkap
dan
jujur
kepada
khalayak.
“Adil
artinva,
antara
lain,
mendengarkan
sudut-‐sudut
pandang
berbeda,
dan
memasukkan
mereka
ke
dalam
jurnalisme,”
ujar
wartawan
dan
penulis
blog
Dan
Gillmor.
“Itu
tidak
berarti
membebek
kebohongan
atau
pelintiran
untuk
mencapai
keseimbangan
yang
malas
itu
dan
yang
akan
memaksa
wartawan
mencari
kutipan-‐kutipan
berlawanan
ketika
fakta-‐fakta
yang
ada
sepenuhnya
mendukung
salah
satu
sisi.”
25.
Pemasok
Berita
Wartawan
di
seluruh
dunia
merapunyai
ciri-‐ciri
tertentu
yang
sama.
Mereka
penasaran
dan
gigih.
Mereka
ingin
tahu
mengapa
sesuatu
terjadi
dan
mereka
tidak
mau
mendapatkan
jawaban
tidak.
Mereka
tidak
bisa
diintimidasi
oleh
orang
yang
berkuasa
dan
mereka
menjaga
pekerjaan
mereka
dengan
sungguh-‐
sungguh.
Kevin
Marsh,
redaktur
pada
Radio
4
BBC,
mengatakan
bahwa
seorang
wartawan
yang
baik
punya
“kemampuan
untuk
menangkap
kebenaran
besar
–
dan
dengan
rasa
malu
untuk
melepaskannya
kembali
jika
fakta-‐faktanya
tidak
cocok.”
Pekerjaan
wartawan
memang
menantang
dan
rumit.
Seperti
kata
Philip
Graham,
mendiang
ketua
dewan
direksi
Washington
Post
Company,
“(Seorang
wartawan
punya)
tugas
mustahil
yang
tak
terhindarkan
untuk
menyediakan
setiap
minggu
sebuah
konsep
kasar
pertama
sebuah
sejarah
yang
tidak
akan
pernah
selesai
tentang
sebuah
dunia
yang
tidak
dapat
pernah
kita
pahami.”
Wartawan
saat
ini
punya
penyaluran
yang
lebih
banyak
ketimbang
kapan
pun
dalam
sejarah,
dari
surat
kabar
komunitas
kecil
sampai
saluran
berita
televisi
dunia
dan
situs
berita
di
Internet.
Masing-‐masing
saluran
media
ini
punya
kelebihan
dan
kekurangan
sendiri.
Di
kebanvakan
negara,
surat
kabar
hanian
pada
umumnya
punya
staf
paling
besar
dan
menyajikan
liputan
lebih
mendalam
tentang
jajaran
topik
yang
luas
ketimbang
media
siaran.
Ditambah
dengan
situs
Internet,
banyak
surat
kabar
sudah
mulai
mengatasi
keterbatasan
mereka
pada
jadwal
tradisional
mereka
untuk
terbit
setiap
hari.
Tapi
mereka
kebanyakan
hanya
menjangkau
khalayak
yang
melek
huruf
dan
berkelebilaan,
orang-‐orang
yang
dapat
membaca
dan
punya
cukup
uang
untuk
membeli
koran
atau
punya
akses
ke
komputer
untuk
membaca
koran
tersebut
secara
online.
Radio,
sebagai
salah
satu
sumber
berita
yang
paling
banyak
dipakai
di
dunia,
punya
kelebihan
karena
tingkat
kecepatan
dan
ketersediaannya.
wartawan
radio
bisa
mengudarakan
beritanya
dengan
cepat
dan
siapa
saja
yang
punya
radio
transistor
bisa
mendengarkan
berita
itu
hampir
dari
mana
saja
dan
kapan
raja.
wartawan
radio
menyiarkan
beritanya
disertai
dengan
suara
selain
kata-‐kata,
sehingga
pendengar
merasakan
bahwa
mereka
benar-‐benar
mengalami
sebagian
dari
kejadian
yang
diberitakan
itu.
Berita
radio
mengudara
berkali-‐kali
sehari
sehingga
dengan
mudah
dapat
diperbarui.
Tapi
kebanyakan
stasiun
radio
hanya
menyediakan
waktu
terbatas
untuk
masing-‐masing
acara
warta
berita,
sehingga
beritanya
cenderung
berupa
ringkasan
raja
dari
berita-‐berita
yang
lebih
besar
tanpa
kedalaman
seperti
dalam
berita
di
surat
kabar.
Dengan
suara
dan
gambar,
acara
warta
berita
televisi
dapat
memperlihatkan
kepada
penonton
apa
yang
sedang
terjadi,
bukan
sekadar
menceritakan
berita
itu.
Salah
satu
kelebihan
stasiun
televisi
adalah
kemampuannya
untuk
26. menyampaikan
emosi
dan
berbagi
pengalaman
dengan
penonton.
Kemajuan
teknologi
–
kamera
kecil,
penyuntingan
digital,
dan
sambungan
satulit
mobil
–
sudah
memungkinkan
stasiun
televisi
bisa
hampir
secepat
radio
untuk
mengudarakan
beritanya.
Tapi
ketergantungan
media
ini
pada
gambar
bisa
menjadi
kendala.
Televisi
kadang-‐kadang
menghindari
berita
yang
rumit
karena
berita
demikian
biasanya
secara
visual
kurang
mendesak.
Baru-‐baru
ini,
perbedaan
tradisional
antara
berita
media
cetak
dan
media
siaran
mulai
memudar.
Di
Amerika
Serikat
dan
negara-‐negara
lain,
banyak
organisasi
berita
menyampaikan
berita
dalam
berbagai
bentuk
media
termasuk
Internet.
Karena
Internet
bisa
diperluas
tanpa
batas,
maka
berita
online
tidak
harus
tunduk
pada
keterbatasan
waktu
dan
orang
seperti
yang
dialami
oleh
media
cetak
dan
siaran.
Situs-‐situs
berita
bisa
menyediakan
lebih
banyak
informasi
dan
membuatnya
tetap
bisa
diakses
untuk
waktu
yang
lama.
Dan
pembaca
bisa
memilih-‐milih
berita
yang
paling
menarik
minat
mereka.
Situs-‐situs
berita
online
yang
berafiliasi
dengan
surat
kabar,
radio
dan
stasiun
televisi
mungkin
tampak
mirip.
Situs-‐situs
itu
memberi
ilustrasi
foro
pada
beritanya,
dan
banyak
pula
yang
menayangkan
rekaman
berita
dalam
video
atau
siaran
berita
yang
lengkap.
Mereka
juga
menyediakan
versi
“podcast”,
yakni
memasang
nama-‐nama
file
berita
mereka
di
Internet
sehingga
pelanggan
bisa
mengunduh
berita
itu
ke
dalam
komputer
mereka
untuk
dibaca
kemudian.
Pada
beberapa
situs
anda
bisa
membaca
teks
sebuah
berita
atau
mendengarkan
suara
penulis
yang
membacakan
teks
beritanya.
Organisasi
berita
bahkan
memasang
weblog
(umum
dikenal
dengan
kependekannya,
“blog”)
mereka
sendiri,
sehingga
para
wartawannya
bisa
membuat
buku
harian
online
tentang
berita-‐berita
yang
sedang
mereka
liput
atau
keputusan
yang
dibuat
di
ruang
redaksi.
Dalam
dunia
berita
yang
terus
berevolusi
ini,
banyak
wartawan
menemukan
bahwa
mereka
membutuhkan
ketrampilan
tambahan
untuk
menjalankan
pekerjaan
yang
diharapkan
dari
mereka.
wartawan
mungkin
diharapkan
untuk
memotret
foto
yang
akan
dipakai
di
Internet,
selain
mewawancarai
sumber
berita
dan
menulis
berita
untuk
surat
kabar.
Redaksi
mungkin
diminta
untuk
memasang
berita
di
Internet,
selain
harus
memeriksa
tulisan
wartawan
dan
menulis
judul
berita.
Jurukamera
mungkin
perlu
merekam
video
selain
membuat
foto
diam,
dan
mungkin
harus
menyediakan
teks
untuk
mengiringi
gambar-‐
gambar
mereka.
Banyak
organisasi
berita
sekarang
menyediakan
pelatihan
bagi
wartawan
yang
sudah
mulai
memainkan
peran-‐peran
haru
di
ruang
redaksi.
Dan
beberapa
pengajar
jurnalistik
sekarang
menerapkan
apa
yang
mereka
sebut
“kurikulum
konvergensi”
untuk
membantu
mahasiswa
mempelajari
berbagai
macam
ketrampilan
yang
mungkin
mereka
perlukan
kelak.
Tapi
untuk
semua
tuntutan
baru
ini,
jantung
dari
jurnalisme
yang
baik
tetap
sama.
Sebagaimana
ditulis
oleh
Bill
Kovadi
dan
Tom
Rosentiel
dalam
buku
mereka,
Elemen-‐Elemen
Jurnalisme
ada
sejumlah
prinsip
jelas
yang
disepakati
oleh
para
wartawan
dalam
sebuah
masyarakat
yang
demokratis
dan
yang
layak
diharapkan
oleh
warganya: