Dokumen tersebut membahas tentang definisi naskah siaran radio dan prinsip-prinsip penulisan naskah siaran. Secara ringkas, naskah siaran adalah materi siaran yang akan disampaikan penyiar, yang harus mudah dibaca dan didengar. Prinsip penulisannya antara lain menggunakan bahasa sederhana, kalimat pendek dan jelas, serta mampu membangun imajinasi pendengar.
1. BAHASA DAN
NASKAH SIAR
P e n g a n t a r B r o a d c a s t i n g
Anwari,S.Sos.,M.Si
Pertemuan 6
2. Definisi Naskah/Script Siaran
Naskah siaran (script) adalah materi siaran yang akan
disampaikan penyiar dalam siaran dengan teknik “membaca
naskah”. Penyiar yang menyampaikan siaran secara ad
libitum tentu tidak memerlukan naskah, kecuali sedikit
catatan tentang pokok-pokok materi (pointers) yang akan
dibicarakannya.
Script atau naskah sangat penting dalam bersiaran. karena
selain berfungsi sebagai materi atau bahan siaran, script juga
berfungsi sebagai patokan dan pengendalian siaran agar
tepat waktu. Selain itu, sebuah naskah akan mencerminkan
visi-misi program, membentuk penyeragaman tata bahasa
bagi penyiar (standarisasi kata), dan pembentuk image dan
kepribadian radio di benak pendengar (air personality).
3. Penulisan naskah radio adalah “menulis untuk
telinga”. Karena itu, naskah siar yang dibacakan
penyiar harus terdengar seolah-olah penyiar “tidak
membaca” tapi “bicara”. Sebuah naskah/script harus
mudah dibaca penyiar sekaligus mudah dimengerti
pendengar.
4. 3 hal yang harus diperhatikan dalam
penulisan Naskah Radio
1. Naskah/script menggunakan bahasa tutur (spoken language,
conversational language), yakni bahasa percakapan, informal, kata-kata
dan kalimat obrolan sehari-hari.
2. Naskah/script menggunakan kata-kata dan kalimat sederhana dan
singkat sehingga mudah dimengerti. Atau menggunakan prinsip:
KISS – Keep it Simple and Short. Hindari kalimat panjang, sebab
selain menyulitkan penyiar ketika pengucapan, juga sulit dicerna.
Gunakanlah kalimat pendek yang akan mempermudah
penyampaian penyiar dan dipahami pendengar.
3. Naskah/script menggunakan ELF – Easy Listening Formula.
Gunakan “rumus enak didengar”, yaitu susunan kalimat yang jika
diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti pada
pendengaran pertama. Naskah siaran haruslah “sekali ucap
langsung dimengerti
5. prinsip penulisan naskah siaran adalah write
the way you talk. Artinya “Tuliskan
sebagaimana cara anda mengatakannya”.
Dengan kata lain, menulis naskah radio
adalah menulis untuk “berbicara” atau
menggunakan bahasa tutur, bukan membaca
atau menatap.
6. Prinsip Penulisan Naskah Siar
1. Layak baca dan disampaikan secara tutur. Tulislah
sebagaimana ingin mendengarkannya atau sebagaimana
ingin menyampaikannya kepada teman. Contoh: 20.30 WIB
bukan dibaca pukul dua puluh lebih tiga puluh menit W-I-B,
tetapi dibaca jam setengah 9 malam.
2. Komunikasi Bersifat langsung, yaitu komunikas langsung
penyiar dengan pendengar.
3. Sekali baca selesai atau sekali ucap langsung dimengerti.
Dengan begitu, pendengar mampu memahami apa yang
ingin penyiar sampaikan, inti cerita, dan langsung dapat
menerimanya.
7. Prinsip Penulisan Naskah Siar
4. Bersifat personal dengan komunikasi person to person.
Radio adalah alat komunikasi yang sifatnya pribadi. Kita
harus menyampaikan berita kita kepada “satu individu”
tanpa membuat mereka merasa sebagai bagian dari sekian
banyaknya pendengar. Naskah hendaknya menghindari
tulisan bergaya teks pidato, namun menciptakan suasana
santai atau informal, serta menciptakan suasana santai atau
informal, serta menciptakan suasana akrab dan bersahabat.
5. Menyadari yang keluar hanya suara. Bacalah script dengan
keras untuk meyakinkan bahwa suara yang dihasilkan sesuai
dengan yang dikehendaki, yaitu ringkas, mudah dibaca,
langsung pada intinya, alami atau wajar sebagaimana
percakapan sehari-hari.
8. Katakteristik Naskah
1. Jelas. Kejelasan suatu naskah/script menempati prioritas utama dalam
penulisan naskah. Kata dan kalimat yang disusun harus “sekali ucap
langsung dimengerti”. Ini dikarenakan, penyiar hanya memiliki satu
kesempatan untuk berkomunikasi dengan pendengar, sedangkan
pendengar hanya memiliki satu kesempatan untuk memahami sebuah
pesan.
2. Ringkas. Naskah/script ditulis dengan prinsip: satu ide untuk satu kalimat.
Hindari pemakaian anak kalimat. Kalaupun terdiri dari kalimat majemuk,
hendaknya dijadukan dua kalimat. Kalimat yang ringkas dan pendek akan
lebih mudah diterima oleh pendengar. Sebab, pendengar radio itu sifatnya
selintas saja. Karena itu, naskah harus disusun dengan kalimat-kalimat
ringkas sebagaimana kalimat yang biasa diucapkan saat bercakap-cakap.
Contoh:
Kebiasaan berlama-lama di depan komputer atau layar handphone menjadi
penyebab banyaknya kasus gangguan mata pada anak.
Lebih baik:
Banyak anak mengalami gangguan mata. Salah satunya karena kebiasaan
berlama-lama di depan komputer.
9. Katakteristik Naskah
4. Sederhana. Kata-kata yang digunakan harus sederhana, umum dan
digunakan dalam percakapan keseharian. Bahasa naskah juga tidak
rumit, atau tidak teknis-ilmiah yang kurang dikenali di kalangan awam.
Sekuat mungkin hindari istilah asing, gaya bahasa birokrasi, bahasa
hukum, atau jargon. Misalnya, gunakan “WC” bukan “peturasan”;
5. Aktif. Gunakan kalimat aktif, bukan pasif. Sebab, pendengar lebih
mudah memahami kalimat aktif daripada pasif. Contoh: “Pagawai
Memprotes Atasan”, bukan: “Atasan diprotes Pegawai”.
6. Imajinatif. Naskah harus mampu membangun imajinasi pendengar
hanya dengan kekuatan kat-kata, suara, dan dukungan musik. Radio
menggunakan kekuatan imajinasi melalui suara, atau membangun
theather of mind. Karena itu, penyiar menggunakan pancaindera untuk
menghadirkan gambaran, bau, atmosfer suasana, hal-hal yang terasa,
dan lintasan-lintasan pemikiran yang muncul di lokasi. Buatlah gambar,
misalnya dengan mendeskripsikan warna, ukuran, bentuk dan detil-detil
yang relevan.
10. Katakteristik Naskah
4. Sederhana. Kata-kata yang digunakan harus sederhana, umum dan
digunakan dalam percakapan keseharian. Bahasa naskah juga tidak
rumit, atau tidak teknis-ilmiah yang kurang dikenali di kalangan awam.
Sekuat mungkin hindari istilah asing, gaya bahasa birokrasi, bahasa
hukum, atau jargon. Misalnya, gunakan “WC” bukan “peturasan”;
5. Aktif. Gunakan kalimat aktif, bukan pasif. Sebab, pendengar lebih
mudah memahami kalimat aktif daripada pasif. Contoh: “Pagawai
Memprotes Atasan”, bukan: “Atasan diprotes Pegawai”.
6. Imajinatif. Naskah harus mampu membangun imajinasi pendengar
hanya dengan kekuatan kat-kata, suara, dan dukungan musik. Radio
menggunakan kekuatan imajinasi melalui suara, atau membangun
theather of mind. Karena itu, penyiar menggunakan pancaindera untuk
menghadirkan gambaran, bau, atmosfer suasana, hal-hal yang terasa,
dan lintasan-lintasan pemikiran yang muncul di lokasi. Buatlah gambar,
misalnya dengan mendeskripsikan warna, ukuran, bentuk dan detil-detil
yang relevan.
11. Katakteristik Naskah
7. Hindari Akronim. Kalaupun harus menggunakannya, beri
keterangan sesudah atau sebelum dikemukakan. Misalnya,
“...karyawan P-T Dirgantara Indonesia atau P-T-D-I; “...akan
meningkatkan P-A-D atau Pendapatan Asli Daerah”.
8. Pembulatan Angka. Informasi radio sifatnya global, tidak detil,
karenanya angka-angka sebaiknya dibulatkan, agar tidak
menyulitkan pendengar. misalnya 1.067 manjadi seribu.
9. Global. Hindari sedapat mungkin detil-detil yang tidak perlu.
Sederhanakan fakta. Pendengar hanya perlu inti berita, waktu
anda pun terbatas. Misalnya, informasi tentang sebuah sidang
pengadilan, tidak perlu mengungkapkan secara detil pasal-pasal
dan ayat KUHP yang dinilai telah dilanggar terdakwa, seperti
“dinilai melanggar KUHP pasal 9 ayat 1 point (a)”, cukup dengan
mengemukakan “dinilai melakukan tindakan pidana pencurian.
12. Katakteristik Naskah
9. Bercerita. Gunakan kalimat tidak langsung atau hindari penggunaan
kalimat langsung. Naskah harus “bercerita” yakni “menceritakan” orang
berbicara apa, di mana, bagaimana, kenapa dan sebagainya. Contoh: “Saya
siap menjadi persiden,” katanya. Diubah menjadi: dia menyatakan siap
menjadi presiden. “Saya tidak mau berkomentar, takut orang salah
persepsi,” tegasnya. Diubah menjadi: ia tidak mau berkomentar karena
takut menimbulkan salah persepsi.
10. Sign-Posting. Gunakan tanda-tanda baca (punctuation) dalam kalimat
untuk membantu penyiar dalam membacanya (spoken reading), seperti
tanda-tanda pemenggalan kalimat dan ejaan.
Garis miring (/) untuk menggantikan koma, garis miring ganda (//) untuk
menggantikan titik, dan garis miring tiga (///) sebagai penanda akhir naskah.
Tetapi harap diingat, penggunaan punctuation ini tidak mutlak. Penulisan
naskah dan penyiar harus melihatnya sebagai alat bantu semata.
Tanda pisah (dash) untuk menonjolkan sebuah nama atau kata keterangan.
Presiden Irak – saddam Hussain – mengatakan: Direktur PT. Kereta Api Omar
Bertho –mengakui ...; Direktur PT. Semesta Purnama Alam –alamsyah Farhan...
Tanda sengkang, penghubung atau strip (-) untuk membantu penyiar
mengeja sebuah singkatan. Misalnya, M-P-R, M-U-I.
13. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Secara garis besar, naskah siaran terdiri dari tiga bagian, yakni
bagian awal, tengah dan akhir. Bagian awal berfungsi menarik
perhatian pendengar dan menunjukkan kepentingan
informasi. Kalimat pembuka harus menarik perhatian
pendengar yang mengarahkan pada masalah yang akan
diceritakan.
Bagian tengah berisi detil atau menerangkan informasi. Bagian
akhir harus meninggalkan kesan yang kuat, bisa berupa
kesimpulan atau pertanyaan tanpa jawaban
14. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
A. Penggunaan Huruf
Gunakan huruf-huruf kapital (huruf besar) secara normal,
misalnya hanya huruf pertama nama orang atau tempat. Jangan
tulis “semua kapital”.
Contoh:
Ribuan buruh melakukan aksi unjukrasa di depan Istana Negara
kemarin.
Sebaiknya:
RIBUAN BURUH MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA DI DEPAN
ISTANA NEGARA KEMARIN
15. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
B. Kata Ganti
Ulangi kata kunci atau unsur penting dalam kalimat untuk membantu
pendengar yang telah menaruh perhatian. Pastikan antecedent (kata
yang menjadi rujukan kata ganti) atau kata gantinya jelas. Kalau ragu,
ulangi nama itu.
Contoh : Tersangka pelaku pencurian – Fulan ditangkap polisi. Remaja
berusia 19 tahun itu ditangkap di rumahnya tanpa melakukan
perlawanan.
- Jangan sekali-kali gunakan “yang belakangan”, “yang terakhir”,
“yang terdahulu”, “hal di atas” atau tersebut di awal” karena
pendengar tidak bisa menoleh ke belakang.
16. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Nama tidak boleh ditempatkan pada awal kalimat. Jangan memulai dengan
nama karena terlalu mudah lepas dari pendengaran. Sebutkan lebih dulu
atribusi (kata keterangan seperti jabatan atau identitas lain) orang itu, baru
namanya.
Contoh: seorang mahasiswa Unpad –Ahmad berusia 3 tahun, mengalami....;
Pengamat politik dari UI –Arbi Sanit – menilai....
Singkat nama tengah (middle name) umumnya diabaikan, bahkan jika nama
itu sudah dikenal, nama depannya (first name) diabaikan dan hanya
menyebut nama akhirnya (last name) yang populer.
Contoh : Presiden George W. Bush, cukup dengan Presiden Bush.
Tidak perlu memberikan nama lengkap dan gelar orang yang terkenal.
Contoh : tidak perlu disebutkan Professor Doktor M. Amien Rais, MA, cukup
Amien Rais; Ginandjar (Ginandjar Kartasasmita); Yusril (Yusril Ihza Mahendra).
17. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Untuk kejelasan identitas, misalnya nama korban kecelakaan atau tersangka
pembunuhan, harus ditulis lengkap karena kelengkapan nama diperlukan
pendengar.
Posisikan khusus penulisan nama dengan secara jelas menyebutkannya.
Ketua MPR –Amien Rais – mengatakan ...
Jika menghendaki satu nama atau singkatan dieja, gunakan tanda sengkang
(-). Mislanya: K-A-D-S, N-I-I, W-H-O. Jika singkatan itu diperlukan sebagai
suatu kata, hilangkan tanda tersebut. Misalnya, ABRI, NATO, Unicef.
Gunakan nama lengkap organisasi pada saat pertama kali disebut, lalu
gunakan singkatannya.
Cara penulisan umur gaya suratkabar, seperti “Fernando jose (30)” harus
dihindari, tapi gunakan begini : Fernanda Jose, berusia 30 tahun.
18. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Untuk kejelasan identitas, misalnya nama korban kecelakaan atau tersangka
pembunuhan, harus ditulis lengkap karena kelengkapan nama diperlukan
pendengar.
Posisikan khusus penulisan nama dengan secara jelas menyebutkannya.
Ketua MPR –Amien Rais – mengatakan ...
Jika menghendaki satu nama atau singkatan dieja, gunakan tanda sengkang
(-). Mislanya: K-A-D-S, N-I-I, W-H-O. Jika singkatan itu diperlukan sebagai
suatu kata, hilangkan tanda tersebut. Misalnya, ABRI, NATO, Unicef.
Gunakan nama lengkap organisasi pada saat pertama kali disebut, lalu
gunakan singkatannya.
Cara penulisan umur gaya suratkabar, seperti “Fernando jose (30)” harus
dihindari, tapi gunakan begini : Fernanda Jose, berusia 30 tahun.
19. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Penulisan Gelar/Jabatan
Atribusi seperti jabatan gelar, atau predikat selalu mendahului
nama. Ingat, jangan memulai kalimat dengan nama karena
terlalu mudah lepas dari pendengaran.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia –Arbi Sanit ..., bukan
Arbi Sanit, pengamat politik dari Universitas Indonesia.
Sekertaris Umum M-U-I Dien Syamsuddin ..., bukan Dien
Syamsuddin, Sekertaris Umum M-U-I
Seorang mahasiswa Upad Bandung –Ahmad Tono, bukan Ahmad
Tono, seorang Mahasiswa Unpad Bandung.
20. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Penulisan Waktu
Gunakan kata-kata “kemarin”, “hari ini” dan “besok” BUKAN “Senin, Selasa,
dan Rabu” Misalnya, naskah dibaca hari Senin, peristiwanya berlangsung
sehari sebelumnya (Minggu), maka tulislah: ribuan mahasiswa melakukan aksi
demonstran kemarin (bukan hari minggu).
Gunakan kata “jam”, bukan “pukul”. Jam adalah bahasa sehari-hari. Misalnya,
tuliskan jam delapan pagi (BUKAN pukul 08.00), jam tujuh malam (BUKAN :
pukul 19.00).
Kecuali dalam peristiwa sangat penting menyebutkan unsur waktu (misalnya
kematian dan gempa bumi), tuliskan unsur waktu (jam) dengan
membulatkannya, Misalnya, aksi demonstrasi dimulai jam sembilan pagi.
Jangan tulis: pukul 09.10 WIB.
.
21. Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Penulisan Angka
Satu angka ditulis pengucapannya. Misalnya angka ditulis “dua”.
Lebih dari satu angka, sebaiknya ditulis angkanya karena pembaca
berita biasanya lebih menyukainya. Misalnya, 25 atau 345 sebaiknya
jangan ditulis: dua puluh lima, tiga ratus empat puluh lima.
Gunakan angka untuk nomor 10 sampai 999.
Untuk angka lebih dari 999, gunakan gabungan angka dan kata yang
dihubungkan dengan tanda penghubung. Contoh: 10 ribu, 13 juta.
22. Tanda Baca
Teknik Penulisan Kata dan Kalimat
Gunakan tanda baca sebagaimana mestinya, seperti tanda tanya (?), titik (.), koma (,).
Namun banyak penyiar menyukai tanda garis miring satu (/) untuk koma dan garis miring
dua (//) untuk titik agar lebih jelas dan membantu pengaturan nafas.
Pakar pendidikan –Ahmad Fulan- menilai/ sistem pendidikan Indonesia harus diubah/karena
kurikulumnya terlalu membebani siswa// Fulan mengatakan hal itu hari itu/ dalam seminar
pendidikan di UPI Bandung// Menurutnya kurikulum hendaknya berfokus pada ...//
Selipkan koma (,) atau garis miring satu (/) sebelum kata “dan” dalam susunan sebuah
rangkaian.
Para demonstran menuntut agar pemerintah menurunkan harga, dan menindak tegas para
koruptor.
Para demonstran menuntut agar pemerintah menurunkan harga/ dan menindak tegas para
koruptor//
Para demonstran melakukan orasi, meneriakkan yel-yel, dan membentangkan spanduk.
Para demonstran melakukan orasi/ meneriakkan yel-yel/ dan membentangkan spanduk//
Gunakan garis pemisah atau dash berupa dua tanda penghubung atau hypen (-) sebelum
dan sesudah nama orang. Walikota Bandung –Dada Rosada –mengatakan...; Seorang warga
Cicadas Bandung –Ahmad –melakukan ...