SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
SIDIK BIBIR 
Ainurinsan A 0606066544 
Ajeng Tri A 0606066550 
Kartika Ramadhani 0606066916 
Marie Louisa 0606066941 
Purwita N 0606067074 
Stephani Dwiyanti I. 0606067194
DEFINISI (1) 
• Pola sidik bibir sama uniknya seperti 
sidik jari, dimana terdapat perbedaan 
antara individu satu dengan lainnya. Hal 
inilah yang digunakan untuk membantu 
memudahkan identifikasi seseorang. 
• Sidik bibir adalah garis dan alur normal 
dalam bentuk groove-groove dan 
kerutan yang muncul pada zona transisi 
antara mukosa labial bagian dalam 
dengan kulit luar. Pada labiorum 
rubrorum yang dinamakan sulci 
labiorum.
• Bagian merah pada bibir disebut vermillion border. 
Garis dan alur pada area ini dikatakan sebagai 
karakteristik setiap individu dan tetap berbentuk 
sama sepanjang hidup 
• CHEILOSCOPY: teknik investigasi forensik 
yang berkaitan dengan identifikasi manusia 
berdasarkan jejak bibirnya
TIPE SIDIK BIBIR 
• Ketika mengklasifikasikan sidik bibir, para ahli membagi 
kerutan dan groove pada bibir menjadi 2 kategori: 
Kerutan 
dan groove 
sederhana 
 membentuk garis lurus (straight line) 
 membentuk garis melengkung 
(curved line) 
 membentuk garis yang bersudut 
(angled line) 
 membentuk garis seperti kurva sinus 
(sine-shaped curve) 
Kerutan 
dan groove 
compound 
 membentuk bifurkasi (bifurcated) 
 membentuk trifurkasi (trifurcated) 
 membentuk bentuk yang tidak biasa 
(anomalous)
6 TIPE SIDIK BIBIR 
Jenis Groove Suzuki 
and Tsuchihashi 
long vertical groove Tipe I Tipe I 
short vertical groove Tipe I! Tipe II 
branched groove Tipe II Tipe III 
Intersected grooves or diamond groove Tipe III Tipe IV 
Reticulated groove or rectangular groove Tipe IV Tipe V 
Groove yang tidak masuk ke dalam 5 
kategori di atas dan tidak dapat dibedakan 
secara morfologis. 
Tipe V Tipe VI
6 TIPE SIDIK BIBIR 
long vertical grooves 
garis atau groove jelas yang 
berjalan secara vertikal pada 
bibir 
short vertical grooves 
sama dengan long vertical 
groove, tetapi tidak 
menutupi seluruh bibir
branched groove 
grooves yang 
bercabang 
Intersected groove or 
diamond groove 
groove yang saling 
memotong secara 
menyilang
Reticulated groove or 
rectangular groove 
groove yang berbentuk 
seperti jaring 
Groove yang tidak 
masuk ke dalam 5 
kategori di atas dan 
tidak dapat dibedakan 
secara morfologis.
PENELITIAN 
MENGENAI SIDIK 
BIBIR
PENELITIAN 
• Fischer. R (1902) merupakan seorang anthropologist 
pertama yang mendeskripsikan mengenai alur atau 
kerutan pada bagian merah bibir manusia 
• Edmond Locard (1932) merupakan seorang criminologist 
perancis pertama yang merekomendasikan penggunaan 
lip prints dalam identifikasi personal dan kasus 
kriminalisasi 
• Synder L.M (1950) melaporkan dalam bukunya Homicide 
Investigation bahwa terdapat perbedaaan karakteristik 
sidik bibir pada tiap individu. Perbedaan ini terletak pada 
lip grooves. Dia memberi contoh kasus kecelakaan oleh 
Leland V yang terungkap karena adanya lip prints
• Suzuki K , Tsuchihashi. Y(1970) membuktikan bahwa terdapat 
suatu pola groove pada bibir yang terdapat pada labiorum 
rubrorum yang dinamakan sulci labiorum. Sehingga sidik bibir 
yang didapatkan pada groove-groove ini dinamakan ”Figura 
linearum rubrorum”. 
Enam tipe sidik bibir: 
• Type I : A clear-cut groove running vertically across the lip. 
• Type I’ : Partial –length groove of Type I 
• Type II : A branched groove. 
• Type III : An intersected groove. 
• Type IV : A reticular pattern. 
• Type V : Other patterns
Menurut Suzuki K , 
Tsuchihashi. Y: 
tidak terdapat 
persamaan pola sidik 
bibir, bahkan pada 
pasangan kembar pun. 
Selain itu, pola sidik bibir 
tidak dipengaruhi oleh 
hereditas
Suzuki dan Tsuchihashi (1970 & 1974) 
Mengambil data lips prints dari 1,364 warga 
Jepang. Hasilnya, lip prints diklasifikasikan 
menjadi lima tipe: 
1. Type I (Full Vertical Grooves), 
2. Type I! (Short Vertical Grooves), 
3. Type II (Branched Grooves), 
4. Type III (Diamond Grooves), 
5. Type IV (Rectangular Grooves)
Ebihara. K (1971) 
Meneliti kiss mark dari 30 orang dewasa terdiri dari 27 pria 
dan 3 wanita. Hasilnya adalah setiap orang memiliki kiss 
pattern yang berbeda-beda. 
Mac Donell (1972) 
Mempelajari pola lip prints pada kembar identik. Dia 
melaporkan bahwa kembar identik sulit dibedakan dari 
banyak hal namun pola lips prints-nya ternyata berbeda. 
Kembar identik juga dapat dibedakan dengan metode lain 
seperti fingerprints, handwritting, voice prints dan nail 
clippings.
Federal Bureau Investigation (1987) 
Berhasil mengidentifikasi perampok bank pria 
yang berusaha menyamar menjadi wanita 
dengan meninggalkan jejak lipstik pada kaca 
setiap kali selesai merampok. Kasus ini 
merupakan kasus unusual robbery bank dan 
pertama kalinya FBI menggunakan lips prints 
sebagai identifikasi suspect.
Dr. VAHANWALA dan Dr. PAREKH .BK (2000) 
Melakukan penelitian lip patterns pada 50 pria dan 50 
wanita pada usia 19-21 tahun untuk mengetahui 
pentingnya lip prints di dalam identifikasi forensik. 
Hasilnya: 
Tipe I dominan pada kuadran 3 dan 4 pada wanita. 
Pada pria Type II terlihat pada kuadran 2 dan tidak 
terdapat pada bibir atas. 
Pada pria kebanyakan setiap kuadran polanya berbeda 
beda namun pada wanita kebanyakan tiap kuadran 
polanya sama. Terdapat 52% yang setidaknya memiliki 
kesamaan di dua kuadran.
• Pada pria: 
1. 25.29% memiliki tipe I, 
2. 31.61% memiliki tipe II, 
3. 14.94% memiliki tipe 
III, 
4. 0.57% memiliki tipe IV 
5. 27.59% memiliki tipe V 
• Pada wanita: 
1. 22.89% memiliki tipe I, 
2. 43.79% memiliki tipe II, 
3. 12.94%memiliki tipe III, 
4. 0.99% memiliki tipe IV 
5. 19.40% memiliki tipe V 
Pada Pria dan wanita terdapat 24% memiliki tipe I, 38.13% 
with tipe II, 13.87% with tipe III, 0.8% with tipe IV dan 23.2% 
with tipe V lip prints
Utsuno H, et al. 
Membuktikan bahwa data lip 
prints ante mortem bisa 
digunakan untuk mencocokkan 
dengan data postmortem
Penelitian lainnya 
• Tidak ada perubahan bentuk lip prints dalam 
periode waktu dalam observasi selama setahun 
• Pola sidik bibir dipengaruhi herediter, tetapi tidak 
mungkin terdapat 2 individu yang memiliki pola 
sidik bibir yang sama persis 
• Tidak ada kesamaan sidik bibir antara pria dan 
wanita, antara sesama pria dalam satu grup, 
sesama wanita dalam satu grup, dan antara grup 
yang satu dengan yang lainnya
METODE 
PENGAMBILAN 
SIDIK BIBIR
METODE PENGAMBILAN 
SIDIK BIBIR 
1. dari tersangka 
2. dari benda-benda pada tempat kejadian 
perkara
Pengambilan Sidik Bibir dari 
Tersangka 
1. Individu yang akan dimintai sidik bibirnya diharuskan untuk 
membersihkan bibir mereka dan memastikan bahwa bibir telah 
kering. 
2. Selapis lipstik diaplikasikan. Hindari mengaplikasikan lipstik 
terlalu tebal untuk menghindari terwarnainya groove dengan 
warna lipstik. 
3. Individu diminta untuk memposisikan bibirnya secara normal 
dalam keadaan istirahat. 
Bagian yang lengket dari cellophane tape strip direkatkan ke 
atas bibir. Bagian yang terkena pertama kali adalah bagian 
tengah, yang kemudian dilanjutkan secara perlahan ke bagian 
ujung bibir. 
4. Cellophane strip ditempelkan pada kertas putih untuk 
pencatatan permanen dan diamati dengan kaca pembesar
Pengambilan sidik bibir dari benda 
pada tempat kejadian perkara 
• Sidik bibir dapat diperoleh dari 
gelas, kertas, puntung rokok, 
pakaian, saputangan, kulit, 
dan benda-benda lainnya. 
• Hal ini terjadi karena vermillion 
border dari bibir mempunyai 
kelenjar saliva minor. Selain 
itu, terdapat pula kelenjar 
minyak terutama pada bagian 
ujung bibir yang berasosiasi 
dengan folikel rambut dan 
kelenjar keringat.
1. Bubuk berwarna hitam (aluminium oxide, 
cobalt oxide, black magnetic detection powder) 
diusapkan ke permukaan dengan 
menggunakan kuas sehingga tampak sidik 
bibir 
2. Setelah sidik bibir terlihat, digunakan 
semacam selotip untuk mengangkat sidik 
tersebut 
3. Selotip ditempelkan pada kertas/karton yang 
berwarna putih sehingga sidik bibir tampak 
jelas
Kegunaan Sidik Bibir yang 
Diambil 
1. polanya dapat dianalisa dan dibandingkan 
dengan sidik bibir tersangka 
2. sel yang tertinggal diambil dan dilakukan PCR 
untuk mendapatkan DNA tersangka 
3. zat-zat yang terkandung di dalam lipstik dapat 
dianalisa
Perbandingan pola sidik bibir 
Bagian bibir 
yang menonjol 
(ridge) 
Kerutan atau 
groove pada bibir 
• Garis horizontal membagi bibir atas dengan 
bibir bawah, dan garis median membagi sisi 
kanan dan kiri bibir. 
• Para ahli lalu mencatat kombinasi pola alur 
untuk setiap kuadran dari sidik bibir tersebut.
III IV V III 
III I I III
Mendapatkan DNA dari sidik bibir 
• Lysochromes (Sudan Black) cukup efektif untuk 
mendapatkan sidik bibir yang baru maupun yang 
sudah lama 
• Setelah sidik tersebut didapat, sisa-sisa sel yang 
tertinggal pada sidik tersebut dapat digunakan 
untuk mendapatkan DNA melalui teknik 
polymerase chain reaction. 
• Apabila DNA tidak dapat diperoleh dari sidik 
bibir, pemeriksaan laboratorium paling tidak 
dapat menganalisa zat-zat yang terkandung 
pada lipstik seperti lemak atau minyak.
Kegunaan 
Sidik Bibir
– sebagai alat bantu pemecahan kasus kriminal 
Untuk sidik bibir, para ahli dapat mendapakatnnya dari objek 
yang ditemukan di lokasi kejadian dan membandingkannya 
dengan pola sidik bibir tersangka. Sidik bibir juga dapat 
digunakan jika sidik jari, dental record, dan DNA tidak 
tersedia atau tidak dapat disediakan pada kurun waktu yang 
dibutuhkan 
– Membantu perbandingan dental 
record dalam kasus pembunuhan 
mutilasi sehingga menyulitkan 
identifikasi atau tidak adanya gigi 
korban atau dental record korban 
belum tersedia.
– Identifikasi individu 
Hal ini didukung dengan fakta-fakta 
sebagai berikut: 
• Setiap individu mempunyai sidik 
bibir yang unik dan berbeda dari 
individu lainnya. 
• Herediter mempunyi peran 
terhadap perkembangan pola sidik 
bibir 
• Fitur-fitur unik tersebut mudah 
untuk dibedakan (walaupun 
orangtua dan anak mempunyai 
pola yang mirip, namun tetap tidak 
identik, bahkan pada kasus kembar 
identik)
Keterbatasan 
Sidik Bibir
• sidik bibir dapat ditemukan di lokasi kejadian 
criminal dari pakaian, gelas, rokok jendela, 
pintu, dan sebagainya. Penggunaan sidik bibir 
sebagai identifikasi personal merupakan metode 
yang diterima atau diakui dunia. 
• Berbagai faktor dapat merubah sidik bibir yang 
ada. sidik bibir sudah harus didapatkan 24 jam 
setelah kematian jika ingin mendapatkan hasil 
yang akurat untuk mencegah kesalahan akibat 
perubahan postmortem pada bibir yang 
terjadi.
• Pola sidik bibir tergantung pada apakah mulut tersebut 
terbuka atau tertutup. Pada kondisi mulut tertutup, bibir 
akan menghasilkan groove dengan penampakan yang 
nyata dan baik. Pada mulut yang terbuka, groove bibir 
cenderung tidak terbentuk nyata dan sulit untuk intepretasi. 
• Kondisi patologis pada bibir seperti mucocele atau 
perubahan-perubahan yang terjadi pasca bedah pada 
bibir dapat merubah pola sidik bibir individu. Selain itu, 
hilangnya support dari gigi anterior juga dapat merubah 
sidik bibir. 
• Berbagai debri dan cairan, aplikasi lipstick yang tebal, 
atau peregangan berlebihan dari cellophane tape yang 
digunakan dapat merubah pola sidik bibir.
• Walaupun sidik bibir itu unik pada setiap 
individual, saat garis yang dihasilkan tidak 
jelas, identifikasi individual berdasarkan 
metode ini dapat menjadi sangat sulit 
kecuali bukti sidik bibir itu berasal dari 
individu yang mempunyai ciri-ciri khusus 
seperti parut, clefts, dan sebagainya.
Kasus Sidik Bibir I 
Tabrakan 
Synder
CONTOH KASUS 2 
• Synder LM (1950) melakukan investigasi pada 
kasus kecelakaan mobil 
• Synder mempelajari sidik bibir yang ditemukan 
di pintu depan kiri mobil dan dibandingkan 
dengan sidik bibir wanita yang terluka. 
• Terbukti bahwa mobil tersebut adalah 
kendaraan yang melukai korban dan wanita 
yang terluka akhirnya dapat diidentifikasi. 
• Synder menjadi orang pertama yang 
mengusulkan sidik bibir untuk identifikasi
Kasus Pencurian 
Dr. Anil Aggrawal
• Kejadian ini berlangsung di Jepang, saat Dr. 
Anil berkunjung kesana. Seorang pencuri 
mencuri barang-barang berharga di safety 
box suatu rumah. 
• Dr. Anil menuturkan si pencuri mungkin 
sangat tegang saat pencurian sehingga 
mulutnya terasa kering. Saat si pencuri akan 
pergi, ia melihat segelas air di meja makan 
dan tergoda untuk meminum air tersebut.
• Pencuri tersebut merupakan 
pencuri berpengalaman, ia 
tidak menyentuh gelas dengan 
tangannya secara langsung, 
karena tahu mengenai sidik jari 
yang dapat tertinggal. Ia 
mengenakan sarung tangan 
agar tidak menyentuh gelas 
tersebut secara langsung. 
• Tetapi, ia meninggalkan sidik 
bibir di tepi gelas sehingga 
Dr.Anil berhasil mendapatkan 
sidik bibir si pencuri dari gelas.
• Saat investigasi, polisi mendapatkan lima 
tersangka. Dengan cara konvensional, polisi 
tidak dapat menentukan si pelaku karena 
pencuri tidak meninggalkan jejak atau barang 
bukti. 
• Namun, dengan sidik bibir yang diperoleh 
Dr.Anil dari gelas tersebut, ia 
membandingkannya dengan sidik bibir 
kelima tersangka. 
• Proses tersebut membutuhkan waktu 24 jam 
hingga ia berhasil menemukan orang yang 
cocok dengan barang bukti tersebut, yaitu 
tersangka yang bernama Tsunachi. Setelah 
polisi menginterogasi Tsunachi (bukan nama 
sebenarnya), ia akhirnya mengakui 
perbuatannya.
• Namun, harus tetap diketahui bahwa pada 
tahap ini sidik bibir tidaklah sama baiknya 
dengan identifikasi menggunakan sidik 
jari. 
• Menurut Dr.Anil, pengaruh musim dan 
umur terhadap groove bibir menjadi 
masalah ketepatan penggunaan sidik bibir 
sehingga penggunaannya tidak begitu 
populer.
Kasus Perampokan 
The Windex Case
Kisah ini bermulai ketika polisi 
Mansfield menerima laporan 
perampokan di sebuah toko. Pada 
TKP, investigator melakukan 
swab kemudian menyerahkannya 
pada labfor untuk diproses. Pada 
hasil swab, tidak tampak tanda 
bercak darah sama sekali. Jadi, 
apakah yang di-swab oleh polisi?
• Ternyata, pada saat perampok akan 
meninggalkan toko karena terburu-buru 
ia menabrak pintu kaca dan 
meninggalkan sidik bibir. 
• Sidik ini kemudian di-swab oleh 
polisi. Labfor mengekstraksi DNA 
dari sidik tersebut menggunakan 
metode Chelex, mengkuantifikasi, 
dan mengamplifikasinya 
menggunakan PCR. Hasil profil 
STR ternyata cocok dengan 
database Minnesota sehingga 
ditetapkanlah seorang tersangka. 
Ketika dihadapkan pada bukti-bukti, 
tersangka pun akhirnya mengaku
Kasus Pembunuhan 
oleh Lavelle Davis
• Pada tahun 1993, selama pemeriksaan 
TKP dari kasus pembunuhan Patrick 
Ferguson di Kane County, Illinois, sebuah 
gulungan duct tape (selotip) digunakan 
sebagai bukti. Lavelle Davis dituduh 
membunuh Patrick Ferguson karena 
ditemukan sidik bibirnya pada selotip 
tersebut. 
• Leanne Gray mengambil standar sidik bibir 
terdakwa dengan menggunakan bagian 
lengket dari selotip dan lipstick pada kertas 
• Standar sidik bibir tadi dibandingkan 
dengan foto sidik bibir dari TKP
• Setelah dibandingkan ternyata ditemukan 13 titik 
kesamaan antara sidik bibir pada standar dengan 
sidik bibir di foto. 
• Gray bersaksi bahwa perbandingan sidik bibir 
bukanlah bentuk identifikasi baru tetapi memang 
jarang digunakan. Meskipun kasus tersebut adalah 
kasus pertama selama 10 tahun terakhir di Illinois 
yang menggunakan sidik bibir sebagai bukti utama, 
metode perbandingan sidik bibir adalah cara yang 
telah diketahui dan diterima untuk identifikasi.
• Berdasarkan kesaksian ahli tersebut, Illinois 
Appellate Court, pada tanggal 12 mei 1999 
menerima fakta bahwa identifikasi sidik bibir secara 
umum dapat diterima dalam komunitas forensik 
science sebagai cara identifikasi karena terdapat 
pada literatur, metode identifikasi sidik bibir, 
meskipun jarang digunakan. 
• Pada akhir sidang, telah diterima bahwa sidik bibir 
pada selotip tersebut COCOK dengan sidik bibir 
terdakwa dan dapat dijadikan sebagai bukti.
• Pada 9 November 2005 pengadilan kasus ini 
kembali digelar 
• Professor Andre Moenssens (ahli sidik jari). 
Moenssens menyatakan bahwa tidak ada penelitian 
yang menyatakan keakuratan dan reliabilitas 
identifikasi sidik bibir 
• komunitas science forensik belum menerima 
metode yang tepat untuk melakukan identifikasi 
melalui sidik bibir
Kesimpulan
• Temuan dari sidik bibir dapat membantu 
memecahkan kasus kriminal. 
• Meskipun tidak berguna pada identifikasi pada 
beberapa kondisi, misalnya bila hanya terdapat 
struktur skeletal, bibir yang utuh menyediakan 
sidik yang dapat menjadi bukti legal yang 
berharga. 
• Beberapa agen pelaksana hukum tetap tidak 
menyadari pentingnya kegunaan sidik bibir saat 
mencoba mengidentifikasi suspek, dan sebagai 
hasilnya, bukti yang penting hilang. 
• Dengan meningkatnya kasus kriminal yang tidak 
terpecahkan, komunitas peradilan pidana harus 
mempertimbangkan lebih serius metode-metode 
baru yang dapat menyediakan bukti yang 
meyakinkan. Para personel peradilan pidana 
sebaiknya mulai mempertimbangkan analisis 
sidik bibir sebagai alat lain yang dapat 
digunakan untuk memecahkan kasus kriminal.
PERTANYAAN ??? 
1. Di Indonesia, bagaimana aplikasi sidik bibir 
dalam hal perbandingannya? 
2. Sampai berapa titik kesamaan, sidik bibir 
boleh dikatakan berasal dari individu yang 
sama? 
3. Bila terkena penyakit seperti Herpes Labialis, 
apakah sidik bibir dapat berubah? 
4. Apabila di TKP ditemukan sidik bibir pada 
gelas tetapi hanya bagian bawah bibir saja, 
bagaimana cara mencocokkannya?
5. Monic: 
- Bila pada saat pengambilan sidik bibir kondisi bibir 
sedang kering, bagaimana cara mengidentifikasinya? 
- Bila pada kasus, sidik bibir diswab dan dilakukan PCR, 
jaringan apa digunakan untuk pemeriksaan PCR 
tersebut? Apakah dari saliva atau minyak? 
6. Jessica: apakah perubahan cuaca dapat mempengaruhi 
pola sidik bibir? 
7. Irene: apakah ada perbedaan sidik bibir seiring dengan 
perubahan umur? 
Apakah ada lipstik khusus untuk pengambilan sidik 
bibir?
8. DINDIN: bagaimana cara mendeterminasi 
jenis kelamin dari pola sidik bibir?
• Berapa titik untuk memastikan bahwa 
identifikasinya positif? 
• Penelitian  tidak ada satu regio yg 
kombinasinya sama. 
Pemakaiannya terbatas. Digunakan untuk kasus2 
dimana ditemukan sidik bibir. 
Identifikasi ras samplenya harus representatif.
REFERENSI 
• Saraswathi TR, Mishra G, Ranganathan K. Study of sidik bibir. J Forensic Dent Sci 
2009;1:28-31 
• http://www.thefreelibrary.com/Lip+prints-a013690176 
• Sharma P, Saxena S, Rathod V. Cheiloscopy: The study of lip prints in sex 
identification. J Forensic Dent Sci 2009;1:24-7 
• www.geradts.com/anil/ij/vol_010_no_001/.../petersen_thesis.do 
• www.ethosinc.org/presentations/.../Liplab%20HASTI%2009.pdf 
• www.tnmmu.ac.in/dis/24024103.pdf 
• http://linusbw.tripod.com/kuadran.html 
• http://www.fasebj.org/cgi/content/full/18/6/615 
• http://www.forensic-evidence.com/site/ID/Lipprint_reversed.html 
• Kavitha B, Einstein A, Sivapathasundharam B, Saraswathi TR. Limitations in 
forensic odontology. J Forensic Dent Sci [serial online] 2009 [cited 2009 Nov 
7];1:8-10. Available from: http://www.jfds.org/text.asp?2009/1/1/8/50881 
A dissertation submitted to The Tamil Nadu Dr. M. G. R. Medical University, 
Chennai (pdf) 
• http://www.tnmmu.ac.in/dis/24024103.pdf

More Related Content

What's hot

Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaNabilah Kusuma
 
Asimetri dental dan wajah
Asimetri dental dan wajahAsimetri dental dan wajah
Asimetri dental dan wajaholalalia
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141maulidenil gebi
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaVina Widya Putri
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahitDafid Rozi
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiFerdiana Agustin
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikERA MULIANA SADARI
 
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinariindrawati2
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Indri Yanti
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinikwahyuni majid
 
Lesi rongga mulut
Lesi rongga mulutLesi rongga mulut
Lesi rongga mulutpremaysari
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Raden Saputra
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiVina Widya Putri
 
Laporan lbm 2
Laporan lbm 2Laporan lbm 2
Laporan lbm 2RSIGM
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
 

What's hot (20)

Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
 
Ohi s
Ohi sOhi s
Ohi s
 
Asimetri dental dan wajah
Asimetri dental dan wajahAsimetri dental dan wajah
Asimetri dental dan wajah
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
Lesi dasar mulut
Lesi dasar mulutLesi dasar mulut
Lesi dasar mulut
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrik
 
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
 
Sampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampelSampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampel
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
 
Sk 3
Sk 3Sk 3
Sk 3
 
Lesi rongga mulut
Lesi rongga mulutLesi rongga mulut
Lesi rongga mulut
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
Laporan lbm 2
Laporan lbm 2Laporan lbm 2
Laporan lbm 2
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
 

Similar to SIDIK BIBIR SEBAGAI ALAT IDENTIFIKASI

Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3RSIGM
 
Anatomi dan Fisiologi GIGI.ppt
Anatomi dan Fisiologi GIGI.pptAnatomi dan Fisiologi GIGI.ppt
Anatomi dan Fisiologi GIGI.pptMuhammadAldyan
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahPatrico Rillah
 
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdfssusere15b7a
 
1. dental anatomi
1. dental anatomi1. dental anatomi
1. dental anatomiasih gahayu
 
Doktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptx
Doktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptxDoktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptx
Doktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptxKhairineAlia1
 
THT.pdf
THT.pdfTHT.pdf
THT.pdfbocil9
 
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxpemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxprostodonsia
 
Manual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan Remaja
Manual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan RemajaManual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan Remaja
Manual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan RemajaSyafiq Ali
 

Similar to SIDIK BIBIR SEBAGAI ALAT IDENTIFIKASI (11)

Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3
 
Anatomi dan Fisiologi GIGI.ppt
Anatomi dan Fisiologi GIGI.pptAnatomi dan Fisiologi GIGI.ppt
Anatomi dan Fisiologi GIGI.ppt
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiah
 
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
 
Samuri
SamuriSamuri
Samuri
 
1. dental anatomi
1. dental anatomi1. dental anatomi
1. dental anatomi
 
Doktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptx
Doktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptxDoktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptx
Doktor muda ceramah sekolah rendah kkm.pptx
 
THT.pdf
THT.pdfTHT.pdf
THT.pdf
 
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxpemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
 
Ca mulut
Ca mulutCa mulut
Ca mulut
 
Manual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan Remaja
Manual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan RemajaManual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan Remaja
Manual Penjagaan Kesihatan & Perkembangan Remaja
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 

SIDIK BIBIR SEBAGAI ALAT IDENTIFIKASI

  • 1. SIDIK BIBIR Ainurinsan A 0606066544 Ajeng Tri A 0606066550 Kartika Ramadhani 0606066916 Marie Louisa 0606066941 Purwita N 0606067074 Stephani Dwiyanti I. 0606067194
  • 2. DEFINISI (1) • Pola sidik bibir sama uniknya seperti sidik jari, dimana terdapat perbedaan antara individu satu dengan lainnya. Hal inilah yang digunakan untuk membantu memudahkan identifikasi seseorang. • Sidik bibir adalah garis dan alur normal dalam bentuk groove-groove dan kerutan yang muncul pada zona transisi antara mukosa labial bagian dalam dengan kulit luar. Pada labiorum rubrorum yang dinamakan sulci labiorum.
  • 3. • Bagian merah pada bibir disebut vermillion border. Garis dan alur pada area ini dikatakan sebagai karakteristik setiap individu dan tetap berbentuk sama sepanjang hidup • CHEILOSCOPY: teknik investigasi forensik yang berkaitan dengan identifikasi manusia berdasarkan jejak bibirnya
  • 4. TIPE SIDIK BIBIR • Ketika mengklasifikasikan sidik bibir, para ahli membagi kerutan dan groove pada bibir menjadi 2 kategori: Kerutan dan groove sederhana  membentuk garis lurus (straight line)  membentuk garis melengkung (curved line)  membentuk garis yang bersudut (angled line)  membentuk garis seperti kurva sinus (sine-shaped curve) Kerutan dan groove compound  membentuk bifurkasi (bifurcated)  membentuk trifurkasi (trifurcated)  membentuk bentuk yang tidak biasa (anomalous)
  • 5. 6 TIPE SIDIK BIBIR Jenis Groove Suzuki and Tsuchihashi long vertical groove Tipe I Tipe I short vertical groove Tipe I! Tipe II branched groove Tipe II Tipe III Intersected grooves or diamond groove Tipe III Tipe IV Reticulated groove or rectangular groove Tipe IV Tipe V Groove yang tidak masuk ke dalam 5 kategori di atas dan tidak dapat dibedakan secara morfologis. Tipe V Tipe VI
  • 6. 6 TIPE SIDIK BIBIR long vertical grooves garis atau groove jelas yang berjalan secara vertikal pada bibir short vertical grooves sama dengan long vertical groove, tetapi tidak menutupi seluruh bibir
  • 7. branched groove grooves yang bercabang Intersected groove or diamond groove groove yang saling memotong secara menyilang
  • 8. Reticulated groove or rectangular groove groove yang berbentuk seperti jaring Groove yang tidak masuk ke dalam 5 kategori di atas dan tidak dapat dibedakan secara morfologis.
  • 10. PENELITIAN • Fischer. R (1902) merupakan seorang anthropologist pertama yang mendeskripsikan mengenai alur atau kerutan pada bagian merah bibir manusia • Edmond Locard (1932) merupakan seorang criminologist perancis pertama yang merekomendasikan penggunaan lip prints dalam identifikasi personal dan kasus kriminalisasi • Synder L.M (1950) melaporkan dalam bukunya Homicide Investigation bahwa terdapat perbedaaan karakteristik sidik bibir pada tiap individu. Perbedaan ini terletak pada lip grooves. Dia memberi contoh kasus kecelakaan oleh Leland V yang terungkap karena adanya lip prints
  • 11. • Suzuki K , Tsuchihashi. Y(1970) membuktikan bahwa terdapat suatu pola groove pada bibir yang terdapat pada labiorum rubrorum yang dinamakan sulci labiorum. Sehingga sidik bibir yang didapatkan pada groove-groove ini dinamakan ”Figura linearum rubrorum”. Enam tipe sidik bibir: • Type I : A clear-cut groove running vertically across the lip. • Type I’ : Partial –length groove of Type I • Type II : A branched groove. • Type III : An intersected groove. • Type IV : A reticular pattern. • Type V : Other patterns
  • 12. Menurut Suzuki K , Tsuchihashi. Y: tidak terdapat persamaan pola sidik bibir, bahkan pada pasangan kembar pun. Selain itu, pola sidik bibir tidak dipengaruhi oleh hereditas
  • 13. Suzuki dan Tsuchihashi (1970 & 1974) Mengambil data lips prints dari 1,364 warga Jepang. Hasilnya, lip prints diklasifikasikan menjadi lima tipe: 1. Type I (Full Vertical Grooves), 2. Type I! (Short Vertical Grooves), 3. Type II (Branched Grooves), 4. Type III (Diamond Grooves), 5. Type IV (Rectangular Grooves)
  • 14. Ebihara. K (1971) Meneliti kiss mark dari 30 orang dewasa terdiri dari 27 pria dan 3 wanita. Hasilnya adalah setiap orang memiliki kiss pattern yang berbeda-beda. Mac Donell (1972) Mempelajari pola lip prints pada kembar identik. Dia melaporkan bahwa kembar identik sulit dibedakan dari banyak hal namun pola lips prints-nya ternyata berbeda. Kembar identik juga dapat dibedakan dengan metode lain seperti fingerprints, handwritting, voice prints dan nail clippings.
  • 15. Federal Bureau Investigation (1987) Berhasil mengidentifikasi perampok bank pria yang berusaha menyamar menjadi wanita dengan meninggalkan jejak lipstik pada kaca setiap kali selesai merampok. Kasus ini merupakan kasus unusual robbery bank dan pertama kalinya FBI menggunakan lips prints sebagai identifikasi suspect.
  • 16. Dr. VAHANWALA dan Dr. PAREKH .BK (2000) Melakukan penelitian lip patterns pada 50 pria dan 50 wanita pada usia 19-21 tahun untuk mengetahui pentingnya lip prints di dalam identifikasi forensik. Hasilnya: Tipe I dominan pada kuadran 3 dan 4 pada wanita. Pada pria Type II terlihat pada kuadran 2 dan tidak terdapat pada bibir atas. Pada pria kebanyakan setiap kuadran polanya berbeda beda namun pada wanita kebanyakan tiap kuadran polanya sama. Terdapat 52% yang setidaknya memiliki kesamaan di dua kuadran.
  • 17. • Pada pria: 1. 25.29% memiliki tipe I, 2. 31.61% memiliki tipe II, 3. 14.94% memiliki tipe III, 4. 0.57% memiliki tipe IV 5. 27.59% memiliki tipe V • Pada wanita: 1. 22.89% memiliki tipe I, 2. 43.79% memiliki tipe II, 3. 12.94%memiliki tipe III, 4. 0.99% memiliki tipe IV 5. 19.40% memiliki tipe V Pada Pria dan wanita terdapat 24% memiliki tipe I, 38.13% with tipe II, 13.87% with tipe III, 0.8% with tipe IV dan 23.2% with tipe V lip prints
  • 18. Utsuno H, et al. Membuktikan bahwa data lip prints ante mortem bisa digunakan untuk mencocokkan dengan data postmortem
  • 19. Penelitian lainnya • Tidak ada perubahan bentuk lip prints dalam periode waktu dalam observasi selama setahun • Pola sidik bibir dipengaruhi herediter, tetapi tidak mungkin terdapat 2 individu yang memiliki pola sidik bibir yang sama persis • Tidak ada kesamaan sidik bibir antara pria dan wanita, antara sesama pria dalam satu grup, sesama wanita dalam satu grup, dan antara grup yang satu dengan yang lainnya
  • 21. METODE PENGAMBILAN SIDIK BIBIR 1. dari tersangka 2. dari benda-benda pada tempat kejadian perkara
  • 22. Pengambilan Sidik Bibir dari Tersangka 1. Individu yang akan dimintai sidik bibirnya diharuskan untuk membersihkan bibir mereka dan memastikan bahwa bibir telah kering. 2. Selapis lipstik diaplikasikan. Hindari mengaplikasikan lipstik terlalu tebal untuk menghindari terwarnainya groove dengan warna lipstik. 3. Individu diminta untuk memposisikan bibirnya secara normal dalam keadaan istirahat. Bagian yang lengket dari cellophane tape strip direkatkan ke atas bibir. Bagian yang terkena pertama kali adalah bagian tengah, yang kemudian dilanjutkan secara perlahan ke bagian ujung bibir. 4. Cellophane strip ditempelkan pada kertas putih untuk pencatatan permanen dan diamati dengan kaca pembesar
  • 23.
  • 24. Pengambilan sidik bibir dari benda pada tempat kejadian perkara • Sidik bibir dapat diperoleh dari gelas, kertas, puntung rokok, pakaian, saputangan, kulit, dan benda-benda lainnya. • Hal ini terjadi karena vermillion border dari bibir mempunyai kelenjar saliva minor. Selain itu, terdapat pula kelenjar minyak terutama pada bagian ujung bibir yang berasosiasi dengan folikel rambut dan kelenjar keringat.
  • 25. 1. Bubuk berwarna hitam (aluminium oxide, cobalt oxide, black magnetic detection powder) diusapkan ke permukaan dengan menggunakan kuas sehingga tampak sidik bibir 2. Setelah sidik bibir terlihat, digunakan semacam selotip untuk mengangkat sidik tersebut 3. Selotip ditempelkan pada kertas/karton yang berwarna putih sehingga sidik bibir tampak jelas
  • 26.
  • 27. Kegunaan Sidik Bibir yang Diambil 1. polanya dapat dianalisa dan dibandingkan dengan sidik bibir tersangka 2. sel yang tertinggal diambil dan dilakukan PCR untuk mendapatkan DNA tersangka 3. zat-zat yang terkandung di dalam lipstik dapat dianalisa
  • 28. Perbandingan pola sidik bibir Bagian bibir yang menonjol (ridge) Kerutan atau groove pada bibir • Garis horizontal membagi bibir atas dengan bibir bawah, dan garis median membagi sisi kanan dan kiri bibir. • Para ahli lalu mencatat kombinasi pola alur untuk setiap kuadran dari sidik bibir tersebut.
  • 29. III IV V III III I I III
  • 30. Mendapatkan DNA dari sidik bibir • Lysochromes (Sudan Black) cukup efektif untuk mendapatkan sidik bibir yang baru maupun yang sudah lama • Setelah sidik tersebut didapat, sisa-sisa sel yang tertinggal pada sidik tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan DNA melalui teknik polymerase chain reaction. • Apabila DNA tidak dapat diperoleh dari sidik bibir, pemeriksaan laboratorium paling tidak dapat menganalisa zat-zat yang terkandung pada lipstik seperti lemak atau minyak.
  • 32. – sebagai alat bantu pemecahan kasus kriminal Untuk sidik bibir, para ahli dapat mendapakatnnya dari objek yang ditemukan di lokasi kejadian dan membandingkannya dengan pola sidik bibir tersangka. Sidik bibir juga dapat digunakan jika sidik jari, dental record, dan DNA tidak tersedia atau tidak dapat disediakan pada kurun waktu yang dibutuhkan – Membantu perbandingan dental record dalam kasus pembunuhan mutilasi sehingga menyulitkan identifikasi atau tidak adanya gigi korban atau dental record korban belum tersedia.
  • 33. – Identifikasi individu Hal ini didukung dengan fakta-fakta sebagai berikut: • Setiap individu mempunyai sidik bibir yang unik dan berbeda dari individu lainnya. • Herediter mempunyi peran terhadap perkembangan pola sidik bibir • Fitur-fitur unik tersebut mudah untuk dibedakan (walaupun orangtua dan anak mempunyai pola yang mirip, namun tetap tidak identik, bahkan pada kasus kembar identik)
  • 35. • sidik bibir dapat ditemukan di lokasi kejadian criminal dari pakaian, gelas, rokok jendela, pintu, dan sebagainya. Penggunaan sidik bibir sebagai identifikasi personal merupakan metode yang diterima atau diakui dunia. • Berbagai faktor dapat merubah sidik bibir yang ada. sidik bibir sudah harus didapatkan 24 jam setelah kematian jika ingin mendapatkan hasil yang akurat untuk mencegah kesalahan akibat perubahan postmortem pada bibir yang terjadi.
  • 36. • Pola sidik bibir tergantung pada apakah mulut tersebut terbuka atau tertutup. Pada kondisi mulut tertutup, bibir akan menghasilkan groove dengan penampakan yang nyata dan baik. Pada mulut yang terbuka, groove bibir cenderung tidak terbentuk nyata dan sulit untuk intepretasi. • Kondisi patologis pada bibir seperti mucocele atau perubahan-perubahan yang terjadi pasca bedah pada bibir dapat merubah pola sidik bibir individu. Selain itu, hilangnya support dari gigi anterior juga dapat merubah sidik bibir. • Berbagai debri dan cairan, aplikasi lipstick yang tebal, atau peregangan berlebihan dari cellophane tape yang digunakan dapat merubah pola sidik bibir.
  • 37. • Walaupun sidik bibir itu unik pada setiap individual, saat garis yang dihasilkan tidak jelas, identifikasi individual berdasarkan metode ini dapat menjadi sangat sulit kecuali bukti sidik bibir itu berasal dari individu yang mempunyai ciri-ciri khusus seperti parut, clefts, dan sebagainya.
  • 38. Kasus Sidik Bibir I Tabrakan Synder
  • 39. CONTOH KASUS 2 • Synder LM (1950) melakukan investigasi pada kasus kecelakaan mobil • Synder mempelajari sidik bibir yang ditemukan di pintu depan kiri mobil dan dibandingkan dengan sidik bibir wanita yang terluka. • Terbukti bahwa mobil tersebut adalah kendaraan yang melukai korban dan wanita yang terluka akhirnya dapat diidentifikasi. • Synder menjadi orang pertama yang mengusulkan sidik bibir untuk identifikasi
  • 40. Kasus Pencurian Dr. Anil Aggrawal
  • 41. • Kejadian ini berlangsung di Jepang, saat Dr. Anil berkunjung kesana. Seorang pencuri mencuri barang-barang berharga di safety box suatu rumah. • Dr. Anil menuturkan si pencuri mungkin sangat tegang saat pencurian sehingga mulutnya terasa kering. Saat si pencuri akan pergi, ia melihat segelas air di meja makan dan tergoda untuk meminum air tersebut.
  • 42. • Pencuri tersebut merupakan pencuri berpengalaman, ia tidak menyentuh gelas dengan tangannya secara langsung, karena tahu mengenai sidik jari yang dapat tertinggal. Ia mengenakan sarung tangan agar tidak menyentuh gelas tersebut secara langsung. • Tetapi, ia meninggalkan sidik bibir di tepi gelas sehingga Dr.Anil berhasil mendapatkan sidik bibir si pencuri dari gelas.
  • 43. • Saat investigasi, polisi mendapatkan lima tersangka. Dengan cara konvensional, polisi tidak dapat menentukan si pelaku karena pencuri tidak meninggalkan jejak atau barang bukti. • Namun, dengan sidik bibir yang diperoleh Dr.Anil dari gelas tersebut, ia membandingkannya dengan sidik bibir kelima tersangka. • Proses tersebut membutuhkan waktu 24 jam hingga ia berhasil menemukan orang yang cocok dengan barang bukti tersebut, yaitu tersangka yang bernama Tsunachi. Setelah polisi menginterogasi Tsunachi (bukan nama sebenarnya), ia akhirnya mengakui perbuatannya.
  • 44. • Namun, harus tetap diketahui bahwa pada tahap ini sidik bibir tidaklah sama baiknya dengan identifikasi menggunakan sidik jari. • Menurut Dr.Anil, pengaruh musim dan umur terhadap groove bibir menjadi masalah ketepatan penggunaan sidik bibir sehingga penggunaannya tidak begitu populer.
  • 45. Kasus Perampokan The Windex Case
  • 46. Kisah ini bermulai ketika polisi Mansfield menerima laporan perampokan di sebuah toko. Pada TKP, investigator melakukan swab kemudian menyerahkannya pada labfor untuk diproses. Pada hasil swab, tidak tampak tanda bercak darah sama sekali. Jadi, apakah yang di-swab oleh polisi?
  • 47. • Ternyata, pada saat perampok akan meninggalkan toko karena terburu-buru ia menabrak pintu kaca dan meninggalkan sidik bibir. • Sidik ini kemudian di-swab oleh polisi. Labfor mengekstraksi DNA dari sidik tersebut menggunakan metode Chelex, mengkuantifikasi, dan mengamplifikasinya menggunakan PCR. Hasil profil STR ternyata cocok dengan database Minnesota sehingga ditetapkanlah seorang tersangka. Ketika dihadapkan pada bukti-bukti, tersangka pun akhirnya mengaku
  • 48. Kasus Pembunuhan oleh Lavelle Davis
  • 49. • Pada tahun 1993, selama pemeriksaan TKP dari kasus pembunuhan Patrick Ferguson di Kane County, Illinois, sebuah gulungan duct tape (selotip) digunakan sebagai bukti. Lavelle Davis dituduh membunuh Patrick Ferguson karena ditemukan sidik bibirnya pada selotip tersebut. • Leanne Gray mengambil standar sidik bibir terdakwa dengan menggunakan bagian lengket dari selotip dan lipstick pada kertas • Standar sidik bibir tadi dibandingkan dengan foto sidik bibir dari TKP
  • 50. • Setelah dibandingkan ternyata ditemukan 13 titik kesamaan antara sidik bibir pada standar dengan sidik bibir di foto. • Gray bersaksi bahwa perbandingan sidik bibir bukanlah bentuk identifikasi baru tetapi memang jarang digunakan. Meskipun kasus tersebut adalah kasus pertama selama 10 tahun terakhir di Illinois yang menggunakan sidik bibir sebagai bukti utama, metode perbandingan sidik bibir adalah cara yang telah diketahui dan diterima untuk identifikasi.
  • 51. • Berdasarkan kesaksian ahli tersebut, Illinois Appellate Court, pada tanggal 12 mei 1999 menerima fakta bahwa identifikasi sidik bibir secara umum dapat diterima dalam komunitas forensik science sebagai cara identifikasi karena terdapat pada literatur, metode identifikasi sidik bibir, meskipun jarang digunakan. • Pada akhir sidang, telah diterima bahwa sidik bibir pada selotip tersebut COCOK dengan sidik bibir terdakwa dan dapat dijadikan sebagai bukti.
  • 52. • Pada 9 November 2005 pengadilan kasus ini kembali digelar • Professor Andre Moenssens (ahli sidik jari). Moenssens menyatakan bahwa tidak ada penelitian yang menyatakan keakuratan dan reliabilitas identifikasi sidik bibir • komunitas science forensik belum menerima metode yang tepat untuk melakukan identifikasi melalui sidik bibir
  • 54. • Temuan dari sidik bibir dapat membantu memecahkan kasus kriminal. • Meskipun tidak berguna pada identifikasi pada beberapa kondisi, misalnya bila hanya terdapat struktur skeletal, bibir yang utuh menyediakan sidik yang dapat menjadi bukti legal yang berharga. • Beberapa agen pelaksana hukum tetap tidak menyadari pentingnya kegunaan sidik bibir saat mencoba mengidentifikasi suspek, dan sebagai hasilnya, bukti yang penting hilang. • Dengan meningkatnya kasus kriminal yang tidak terpecahkan, komunitas peradilan pidana harus mempertimbangkan lebih serius metode-metode baru yang dapat menyediakan bukti yang meyakinkan. Para personel peradilan pidana sebaiknya mulai mempertimbangkan analisis sidik bibir sebagai alat lain yang dapat digunakan untuk memecahkan kasus kriminal.
  • 55. PERTANYAAN ??? 1. Di Indonesia, bagaimana aplikasi sidik bibir dalam hal perbandingannya? 2. Sampai berapa titik kesamaan, sidik bibir boleh dikatakan berasal dari individu yang sama? 3. Bila terkena penyakit seperti Herpes Labialis, apakah sidik bibir dapat berubah? 4. Apabila di TKP ditemukan sidik bibir pada gelas tetapi hanya bagian bawah bibir saja, bagaimana cara mencocokkannya?
  • 56. 5. Monic: - Bila pada saat pengambilan sidik bibir kondisi bibir sedang kering, bagaimana cara mengidentifikasinya? - Bila pada kasus, sidik bibir diswab dan dilakukan PCR, jaringan apa digunakan untuk pemeriksaan PCR tersebut? Apakah dari saliva atau minyak? 6. Jessica: apakah perubahan cuaca dapat mempengaruhi pola sidik bibir? 7. Irene: apakah ada perbedaan sidik bibir seiring dengan perubahan umur? Apakah ada lipstik khusus untuk pengambilan sidik bibir?
  • 57. 8. DINDIN: bagaimana cara mendeterminasi jenis kelamin dari pola sidik bibir?
  • 58. • Berapa titik untuk memastikan bahwa identifikasinya positif? • Penelitian  tidak ada satu regio yg kombinasinya sama. Pemakaiannya terbatas. Digunakan untuk kasus2 dimana ditemukan sidik bibir. Identifikasi ras samplenya harus representatif.
  • 59. REFERENSI • Saraswathi TR, Mishra G, Ranganathan K. Study of sidik bibir. J Forensic Dent Sci 2009;1:28-31 • http://www.thefreelibrary.com/Lip+prints-a013690176 • Sharma P, Saxena S, Rathod V. Cheiloscopy: The study of lip prints in sex identification. J Forensic Dent Sci 2009;1:24-7 • www.geradts.com/anil/ij/vol_010_no_001/.../petersen_thesis.do • www.ethosinc.org/presentations/.../Liplab%20HASTI%2009.pdf • www.tnmmu.ac.in/dis/24024103.pdf • http://linusbw.tripod.com/kuadran.html • http://www.fasebj.org/cgi/content/full/18/6/615 • http://www.forensic-evidence.com/site/ID/Lipprint_reversed.html • Kavitha B, Einstein A, Sivapathasundharam B, Saraswathi TR. Limitations in forensic odontology. J Forensic Dent Sci [serial online] 2009 [cited 2009 Nov 7];1:8-10. Available from: http://www.jfds.org/text.asp?2009/1/1/8/50881 A dissertation submitted to The Tamil Nadu Dr. M. G. R. Medical University, Chennai (pdf) • http://www.tnmmu.ac.in/dis/24024103.pdf